VIROLOGI II
PROGRAM STUDI
TEKNOLOGILABORATORIUM MEDIK
SURAT KEPUTUSAN
DEKAN FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
Nomor : 156.B/03.3/INKES-MLP/XI/2019
TENTANG
DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019 – 2020
FAKULTAS FARMASI INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN
Pertama : Menugaskan Dosen untuk Menjadi pengampu Mata Kuliah bagi mahasiswa di
lingkungan Program Studi Teknologi Laboratorium Medik Institut Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam (roster dan daftar nama terlampir).
Kedua : Kepada para dosen sebagaimana dimaksud diwajibkan untuk menaati Kode Etik
Dosen dan Standar Pembelajaran yang telah ditetapkan serta berhak mendapatkan
honorarium mengajar sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan Yayasan
Medistra Lubuk Pakam.
Ketiga : Pada setiap akhir semester, akan dilakukan penilaian Indeks Keinerja Dosen (IKD)
pengampu mata kuliah berdasarkan survei tingkat kepuasan mahasiswa.
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian hari terdapat
Keempat : kekeliruan dalam penetapan ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Dekan,
NO NAMA JABATAN
1 Romauli Anna Teresia Marbun, S.Farm., M.Si Ketua
2 Sa'adah Siregar, S.Si, M.Kes Sekretaris
3 Asvia Rahayu, S.ST, M.Biomed Anggota
4 Jhon Patar Sinurat, S.Pd, M.Si Anggota
VISI
Menghasilkan laboran yang unggul dan profesional dalam bidang mikrobiologi
molekuler menuju tingkat Asia tahun 2028.
MISI
1) Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan sistem
yang mendukung pada FF sehingga pembelajaran tersebut menghasilkan
prodi yang dapat menghasilkan alumni berkarakter unggul dan profesional.
2) Menyelenggarakan proses praktik laboratorium yang kondusif dan handal di
berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
3) Mengoptimalkan dan mengimplementasikan penelitian mikrobiologi
molekuler klinis dengan menggunakan pendekatan riset.
4) Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis
riset untuk menyelesaikan berbagai permasalahan teknologi laboratorium
medik.
5) Mengembangkan kerjasama dengan institusi pendidikan, pelayanan,
organisasi, dan stakeholders baik dalam maupun luar negeri
iv
PROGRAM STUDI TEKNOLOGiv I LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami Panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
“Virologi II”. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak- pihak yang mendukung dan mengarahkan kami sehingga Modul
ini dapat diselesaikan dengan baik dan bermanfaat dalam pembelajran, Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan modul ini, masih banyak kekurangan yang
ditemui. Untuk itu, kami mengharapkan adannya saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan Modul ini . Akhir kata, semoga Modul ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua terutama bagi para pembaca dan
Lubuk Pakam,
Tim Penulis
v
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
DAFTAR ISI
COVER........................................................................................................................................................ i
SK DEKAN................................................................................................................................................. ii
VISI MISI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK............................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................................................................. v
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................vi
PATOGENESIS DAN RESPON TERHADAP INFEKSI VIRUS ................................................................. 7
PEMERIKSAAN VIRUS SECARA SEROLOGI HA, HI, DAN ELISA .................................................... 11
PEMERIKSAAN ANTIGEN VIRUS ........................................................................................................... 18
PEMERIKSAAN KULTUR VIRUS (TELUR BERIMBRIO) ..................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 25
v
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
BAB
I
Pendahuluan
Virus merupakan parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel organisme
biologis. Virus bersifat parasit obligat, hal tersebut disebabkan karena virus hanya
dapat bereproduksi di dalam material hidup dengan menginvasi dan memanfaatkan sel
makhluk hidup karena virus tidak mempunyai perlengkapan selular kepada bereproduksi
sendiri. Biasanya virus mengandung sejumlah kecil asam nukleat (DNA atau RNA, tetapi
tidak kombinasi keduanya) yang diselubungi semacam bahan pelindung yang terdiri
atas protein, lipid, glikoprotein, atau kombinasi ketiganya. Genom virus akan diekspresikan
dijadikan adun protein yang dipergunakan kepada memuat bahan genetik maupun protein
yang diperlukan dalam daur hidupnya.
Virus dapat menginfeksi inangnya dan menyebabkan berbagai dampak bagi inangnya
berada yang berbahaya, namun juga berada yang dapat ditangani oleh sel imun dalam tubuh
sehingga dampak yang diproduksi tidak terlalu luhur.
Infeksi Akut
infeksi akut merupakan infeksi yang berlanjut dalam jangka saat cepat namun dapat juga
berakibat fatal.
Dampak dari infeksi akut adalah :
• Sembuh tanpa kerusakan (Sembuh total)
• Sembuh dengan kerusakan/cacat, misalnya : polio
• Berlanjut kepada infeksi kronis
• Kematian
Infeksi Kronis
Infeksi kronis merupakan infeksi virus yang berkepanjangan sehingga berada resiko gejala
penyakit muncul kembali.
Contoh dari infeksi kronis adalah :
• Silent subclinical infection seumur hidup, contoh : cytomegalovirus( CMV)
7
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
• Periode diam yang cukup lama sebelum munculnya penyakit, contoh : HIV
• Reaktivasi yang menyebabkan infeksi akut, contoh : shingles
• Penyakit kronis yang berulang (kambuh), contoh : HBV, HCV
• Kanker contoh : HTLV-1, HPV, HBV, HCV, HHV.
Langkah-Langkah Patogenesis
1. Masuknya virus dan Replikasi Primer
Agar terjadi infeksi, virus harus menempel dan memasuki sel penjamu, port
d’entreenya bisa melalui kulit, saluran pernapasan, saluran pencernaan, saluran
urogenital, konjungtiva, atau plasenta. Ada juga yang langsung masuk ke aliran darah
melalui jarum, seperti hepatitis B, HIV, atau melalui vector serangga. Setelah masuk,
virus bbereplikasi di tempat pertama dia masuk. Ada yang bereplikasi hanya pada port
d;entreenya saja, sehingga menyebar local di permukaan epitelnya saja, ada juga yang
menyebar jauh, secara sistemik.
2. Penyebaran virus dan Tropisme Sel
Pada penyabaran dekat, virus menginfeksi sel tetangga melalui ruang antar sel
atau kontak langsung antar sel. Pada penyebaran jauh, mekanismenya bervariasi, ada
yang melalui aliran darah, getah bening, atau susunan saraf. Adanya virus dalam darah
disebut viremia. Virion dapat bebas di dalam plasma atau berhubungan dengan sel
tertentu (misalnya virus campak), ada juga yang kemudian memperbanyak diri pada
sel tersebut. Dapat terjadi juga penyebaran neuronal smpai ke otak (seperti pada virus
rabies). Penyebaran virus dapat ditentukan juga oleh gen virus spesifik, luasnya
penyebaran virus si saluran pencernaan ditentukan oleh salah satu protein kapsid luar
(neovirus).
3. Cedera Sel dan Penyakit Klinis
Sel yang terinfeksi mengalami cedera, mempengaruhi jaringan, mengakibatkan
perubahan fisiologis dan menyebabkan timbulnya penyakit. Penyakit klinis adalah
indicator yang tidak sensitive karena infeksi subklinis akibat virus sering terjadi.
4. Penyembuhan dari Infeksi
Infeksi virus dapat menyebabkan kematian, tapi dapat juga sembuh. Mekanisme
penyembuhan melibatkan imunitas selular dan humoral, interferon dan sitokin lain,
serta kemungkinan factor pertahanan penjamu lain.
8
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
5. Pelepasan Virus
Pelepasan virus ke lingkungan merupakan tahap penting untuk
mempertahankan infeksi virus pada populasi penjamu. Pelepasannya terjadi di
permukaan tubuh tempat masuknya virus tersebut, terjadi pada stadium penyakit yang
berbeda-beda. Terjadi waktu seseorang yang terinfeksi bersifat infeksius. Ada juga
beberapa virus yang tidak mengalami pelepasan, berakhir dengan kematian, seperti
virus rabies.
Mekanisme pertahanan pada penjamu ada dua, yaitu yang spesifik dan tidak spesifik.
Pertahanan spesifik terjadi pada imunitas humoral dan selular. Pada imunitas humoral,
biasanya didahului oleh naiknya titer IgM, diikuti oleh IgG dan IgA. IgG dianggap factor
humoral utama antivirus dalam serum karena membantu membatasi penyebaran hematogen
(penyebaran virus melalui aliran darah). Pada imunitas selular, sel-sel yang terangsang akan
melisiskan sel yang terinfeksi dengan cara mengikat antigen virus di membrane plasma.
Lisisnya sel terinfeksi akan memutuskan rantai kembang biak virus, sekaligus memutuskan
rantai infeksi.
Pada pertahanan tak spesifik yang paling menonjol adalah induksi interferon.
Mekamisme pertahanan tak spesifik biasanya dioeroleh segera setelah infeksi virus.
Interferon adalah suatu polipeptida yang melindungi sel dari spesies yang sama terhadap
infeksi virus. Interferon hanya melindungi sel sehat dari infeksi, tidak menghambat infeksi
yang sudah berlangsung. Infeksi viruspun sebenarnya merupakan perangsang pembentukan
interferon.
Mekanisme pertahanan bisa juga gagal karena ada beberapa jenis virus menyerang
sel-sel yang berperan dalam imunitas. Misalnya HIV, menyerang sel-sel penolong seperti
sel T sehingga suatu saat sel tersebut melemah fungsinya terhadap imunitas, selain itu,
virus HIV di dalam tubuh terus menerus mutasi sehingga proses pertahanan menjadi tidak
efektif karena sasarannya berubah.
9
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
sulfat, etanol, atau polietilen glikol, bisa juga dengan ultrafiltrasi. Setelah itu dilakukan
pemekatan orthomyxovirus melalui hemaglutinasi dan elusi. Lalu, virus dipisahkan dari bahan
penjamu dengan sentrifugasi differensial, sentrifugasi gradient densitas, kromatografi kolom,
dan elektroforesis.
Untuk mencapai pemurnian yang adekuat, diperlukan langkah selanjutnya.
Pemurnian awal akan membuang sebagian besar bahan nonvirus. Langkah pertama dapat
meliputi sentrifugasi, seperti pada sentrifugasi rete-zonal, yaitu suatu sampel virus yang
dipekatkan dilapis pada gradient dentitas linear dari sukrosa atau gliserol, dan selama
sentrifugasi virus mengendap sebagai suatu pita pada kecepatan tertentu.
Virus dapat juga dimurnikan dengan sentrifugasi kecepatan tinggi pada gradient
densitas sesium klorida, kalium klorida, kalium tartrat, atau sukrosa (bahan yang kurang
toksik terhadap virus). Partikel virus akan bermigrasi ke posisi setimbang dengan densitas
larutannya setara dengan densitas ringan dan membentuk pita yang dapat dilihat.
10
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
BAB
II
Pendahuluan
Uji serologi dilakukan untuk mengidentifikasi virus guna menentukan agen penyebab
penyakit. Diagnose demikian disebut diagnose pasti. Caranya dengan menggunakan serum
standar yang sudah diketahui. Prinsip dasar uji serologi adalah terjadinya ikatan antara antigen
dengan antibodi yang homolog untuk membentuk ikatan antigen-antibodi komplek. Pada uji
hemaglutinasi, ikatan tersebut (kompleks antigen- antibodi homolog) dapat diketahui dengan
menambahkan sel darah merah 1% sebagai indikator uji.
Uji serologi juga dapat digunakan untuk mengukur titer antibodi hewan
pascavaksinasi. Darah diambil dari hewan satu atau dua minggu setelah divaksinasi. Pada
unggas pengambilan darah dilakukan melalui vena brakialis (vena sayap), dengan
menggunakan spuit 1 atau 3 ml tergantung umurnya. Selanjutnya darah diletakkan pada posisi
miring, dibiarkan sampai sarumnya keluar dengan sempurna. Serum yang keluar selanjutnya
dipisahkan dan ditampung dengan tabung mikro untuk diuji titer antibodinya.
Disamping itu uji serologi juga dapat digunakan untuk mengetahui munculnya
penyakit baru dengan menggunakan serum dan antigen standar. Untuk penyakit yang sudah
endemik, dilakukan pengambilan serum sepasang (paired sera) yakni serum yang diambil dua
kali. Pengambilan pertama saat penyakit berlangsung akut, sedangkan pengambilan serum
yang kedua dilakukan 2-4 minggu kemudian. Selanjunya dibandingkan titer antibodinya
Macam-macam uji serologi
Beberapa uji serologi yang dikenal, diantaranya adalah:
a. Haemaglutination and Haemaglutination Inhibition Test (HA/HI)
b. Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
c. Agar Gel Presititation Test (AGPT)
d. Flourescent Antibody Technique (FAT)
e. Complement Fixation Test (CFT)
f. Radio Immuno Assay (RIA)
11
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
a. Uji HA / HI
Untuk Identifikasi Penyakit Virus Uji hemaglutinasi (HA/HI) digunakan
khusus untuk virus-virus yang memiliki protein hemaglutini pada amplopnya.
Misalnya: Virus Newcastle Disease, virus Avian Influenza, virus Parvo. Terjadinya
hemaglutinasi ditandai dengan butiran berpasir akibat adanya ikatan antara sel darah
merah 1% dengan protein hemaglutinin pada amplop virus.
Uji HA dan HI dilakukan berdasarkan sifat virus Avian Influenza yang dapat
mengaglutinasi sel darah merah (RBC) dan kemampuan antibodi spesifik untuk
menghambat aglutinasi tersebut. Hemaglutinasi merupakan proses penggumpalan sel
darah merah yang terlihat seperti butir-butir pasir. Uji ini merupakan salah satu uji
serologi standar yang direkomendasikan OIE untuk mendeteksi keberadaan antibodi
yang terdapat pada serum yang diperiksa.
Pada prinsipnya uji HI adalah reaksi ikatan antara antibodi yang terkandung
dalam serum yang diperiksa dan jumlah antigen hemaglutinin Avian Influenza yang
digunakan sebanyak 4 HAU (Haemagglutination Unit). Umumnya uji ini
cukup sensitif dan mampu memberikan hasil yang spesifik terhadap subtipe
antigen virus Avian Influenza. Reaksi silang heterolog kemungkinan bisa terjadi
antara subtipe-subtipe virus Influenza tipe A. Namun demikian, reaksi homolog
akan selalu menunjukkan hasil yang lebih sering terjadi daripada reaksi heterolog.
Disamping yang telah disebutkan di atas, uji HA dan HI juga masih
mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan lainnya. Kelebihan dari uji ini
adalah relatif simpel, murah serta reagen dan RBC yang diperlukan untuk pengujian
dapat dipersiapkan dengan mudah oleh masing-masing laboratorium. Sedangkan
kekurangan-kekurangan yang dimiliki uji ini diantaranya titrasi antigen harus
dilakukan setiap pengujian, interpretasi hasil uji memerlukan keahlian khusus serta
adanya prosedur yang berbeda dari masing-masing laboratorium dapat
memberikan hasil yang berbeda
• Cara Uji Hemaglutinasi
Cara Uji Hemaglutinasi Cepat Uji hemaglutinasi cepat (rapid HA)
dilakukan untuk deteksi cepat.
Cara kerja:
a. Diteteskan satu tetes suspensi antigen diatas gelas objek, didekatnya
diteteskan pula satu tetes suspense sel darah merah 1 %.
12
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
b. Uji ELISA
ELISA merupakan uji serologi yang paling banyak digunakan untuk
mendeteksi virus, termasuk virus tungro, karena relatif mudah, cepat, sensitif, akurat
dan dapat digunakan untuk skala besar. Metode ini menjadi sangat sensitif dan akurat,
karena penggunaan antibodi yang khas hanya bereaksi dengan virus yang
bersangkutan.
Prinsip pada metode ini, larutan antibodi dituangkan pada permukaan cawan-
cawan mini pada piring ELISA dan diinkubasi. Cawan dibilas, cairan contoh tanaman
dituangkan dan diinkubasi, setelah dibilas cawan diisi larutan konjugat dan diinkubasi.
Cawan sekali lagi dibilas dan larutan substrat yang bening dituangkan ke cawan.
14
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
Dalam waktu 10 - 30 menit apabila terjadi perubahan warna menjadi kuning maka
contoh tanaman mengandung virus (positif) dan sebaliknya apabila tidak berubah
warna berarti negatif.
Penggunaan ELISA melibatkan setidaknya satu antibody dengan spesifisitas
untukj antoigen tertentu. Sampel dengan jumlah antigen yang tidak diketahui
diimobilisasi pada suatu permukaan solid (biasanya berupa lempeng microplate
polistiren), baik non spesifik (melalui penyerapan pada permukaan) atau spesifik
(melalui penangkapan oleh antibody lain yang spesifik untuk antigen yang sama,
disebut sandwich ELISA). Seetlah antigen diimobilisasi, antibody pendeteksi
ditambahkan, membentuk kompleks dengan antigen. Antibody pendeteksi dapat
berikatan juga denganh enzim, atau dapat dideteksi secara langsung oleh antibody
sekunder yang berikatan dengan enzim melalui biokonjugasi. Diantara tiap tahap, plate
harus dicuci dengan larutan deterjen lembut untuk membuang kelebihan protein atau
antibody yang tidak terikat. Setelah tahap pencucian terakhir, dalam plate ditambahkan
substrat enizmatik untuk memproduksi sinyal yang visible, yang menunjukkan
kuantitas antigen dalam sampel.
Pengujian ELISA dilakukam menggunakan suspense antigen atau protein M
dari virus H1N1, dengan serum yang mengandung antibody spesifik antigen atau
Protein M dari virus H1N1 (serum post vaksinasi) dan serum yang tidak mengandung
antibody spesifik terhadap virus H1N1 (serum yang tidak divaksinasi).
Microplate pada well A1 sd A12, B1 sd B12, C1 sd C12, dan D1 sd D12, F1
dan F2 telah diisi dengan 60ul larutan Coated Antigen (Protein M) 25ug/ml, dan di
inkubasi 37°C, selmaa 60 menit. Bahan plate polystyrene memungkinan untuk antigen
dapat menempel dengan baik di dasar well microplate.
Microplate kemudian dicuci sebanyka tiga kali menggunkana washing buffer.
Halini bertujuan untuk memberikan Coated Antigen (protein M) yang tidak dapat
menempel dengan baik di dasar well dpaat dihilangkan, dan untuk menghilangkan
gelembung yang terbentuk di dasar well yang dapat mengganggu pembacaan hasil
ELISA.
Tahapan berikutnya adalah penambahan blocking solution, yang bertujuan
untuk mengisi celah celah yang tidak terdapat Coated Antigen (protein M) pada dasar
well sehingga mencegah terjadinya ikatan yang tidak spesifik antara antibody dan
antigen.
15
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
17
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
BAB
III
Pendahuluan
Pengertian antigen mengandung dua arti, pertama untuk mengambarkan molekul yang
memacu respon imun (juga disebut imunogen) dan kedua untuk menunjukkan molekul yang
dapat bereaksi dengan antibodi atau sel T yang sudah disensitasi. Antigen yaitu setiap
substansi asing yang dapat menginduksi timbulnya respon imun. Antigen meliputi molekul
yang dimiliki virus, bakteri, fungi, protozoa dan cacing parasit molekul antigenic juga
ditemukan pada permukaan zat zat asing seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan.
Sel B dan sel T terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas
pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi.
Rapid test antigen adalah tes diagnostik cepat atau biasa disebut dengan rapid swab
PCR (polymerase chain reaction) COVID-19. Tes ini dilakukan untuk mendeteksi
keberadaan antigen virus Corona jenis baru, COVID-19 pada sampel yang berasal dari
saluran pernapasan. Caranya adalah dengan mengambil sampel lendir dalam hidung dan
tenggorokan untuk pemeriksaan. Tujuan pemeriksaan untuk mengidentifikasi ada atau
tidaknya infeksi aktif virus corona melalui deteksi protein dari virus corona tersebut.
Antigen adalah sebuah zat yang merangsang respon imun, terutama dalam
menghasilkan antibodi. Antigen biasanya berupa protein atau polisakarida, tetapi dapat juga
berupa molekul lainnya, termasuk molekul kecil (hapten) yang bergabung dengan protein
pembawa atau carrier. Antigen merupakan zat kimia asing yang bila masuk ke dalam tubuh
dapat merasangsang tubuh kita untuk menghasilkan suatu protein, yaitu imonoglobulin (Ig,
antibody) Antibody secara spesifik dapat bereaksi terhadap antigen tersebut. Istilah spesifik
berarti antigen akan bereaksi dengan antibody tetapi tidak akan bereaksi dengan antibody B.
Antigen juga dapat merangsang jaringan limfotik memproduksi sel&sel khusus yaitu
T&limfosit untuk menghancurkan antigen tersebut
18
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
Antigen mungkin zat asing dari lingkungan seperti bahan kimia, bakteri, virus, atau
serbuk sari. Antigen juga dapat terbentuk dalam tubuh, seperti toksin bakteri atau sel&sel
jaringan. Antigen ditemukan di permukaan seluruh sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem
kekebalan seseorang tidak bereaksi terhadap selnya sendiri sehingga dapat dikatakan antigen
merupakan sebuah zat yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi.
Antigen biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul lainnya.
Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang bersi#at antigen,
sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein, karbohidrat, sel&sel kanker, dan
racun,
Perbedaan Pemeriksaan Antigen dan Antibodi virus
Antigen adalah segala zat yang bisa menyebabkan sistem imunitas (daya tahan tubuh)
menghasilkan antibodi untuk melawannya artinya, bila sistem imun tubuh tidak mengenal zat
yang masuk ke dalam tubuh, tubuh akan mencoba untuk melawannya. Antigen ini yang akan
dilawan oleh antibodi tubuh.
Saat antigen ini masuk ke dalam tubuh, tubuh akan menstimulasi respons imun,
terutama dengan mengaktifkan limfosit, yakni sel darah putih untuk melawan zat tersebut. Itu
sebabnya ada tes antigen untuk menemukan ada tidaknya protein tertentu dari virus tersebut
dalam tubuh dengan cara swab hidung atau tenggorokan. Kemudian dimasukkan ke dalam
papan strip dan hasilnya akan positif bila ada antigen dalam tubuh.
Pemeriksaan Laboratorium Antigen Virus Hepatitis
Hepapitis A
Untuk menunjang diagnosis perlu dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu
dengan timbulnya gejala, maka anti-HAV akan menjadi positif. IgM anti-HAV adalah
subkelas antibody terhadap HAV. Respons inisial terhadap infeksi HAV hampir seluruhnya
adalah IgM. Antibodi ini akan hilang dalam waktu 3-6 bulan. IgM anti-HAV adalah spesifik
untuk diagnosis dan konfirmasi infeksi hepatitis A akut. Infeksi yang sudah lalu atau adanya
imunitas ditandai dengan adanya anti-HAV total yang terdiri atas IgG anti-HAV dan IgM
antiHAV. Antibodi IgG akan naik dengan cepat setelah virus dieradikasi lalu akan turun
perlahan-lahan setelah beberapa bulan. Petanda anti-HAV berguna bagi penelitian
epidemiologis dan status imunitas.
Hepatitis B
Pada infeksi hepatitis B asimtomatik, pemeriksaan serologis menunjukkan kadar
HBsAg dan HbeAg yang rendah untuk waktu singkat, bahkan seringkali HBsAg tidak
19
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
terdeteksi. Menghilangnya HBsAg segera diikuti dengan timbulnya anti-HBs dengan titer
yang tinggi dan lama dipertahakan. Anti-HBc dan anti-Hbe juga timbul tetapi tidak setinggi
titer anti-HBs. Lima sampai sepulu persen yang menderita hepatitis B akut akan berlanjut
menjadi hepatitis B kronis. Pada tipe ini HBsAg timbul pada akhir masa inkubasi dengan titer
yang tinggi yang akan menetap dan dipertahankan lama dan dapat sampai puluhan tahun atau
seumur hidup. Anti-HBs tidak akan timbul pada pengidap HBsAg, tetapi sebaliknya antiHBc
yang terdiri dari IgM dan IgG anti-HBc akan dapat dideteksi dan menetapa selama lebih dari 2
tahun.
Hepatitis C
Pemeriksaan konvensional untuk mendiagnosis keberadaan antigen HCV tidak
tersedia. HCV RNA petama kali muncul diikuti kenaikan enzim ALT dan diikuti dengan
munculnya anti-HCV. Pemeriksaan antibodi terhadap HCV biasanya dideteksi menggunakan
enzyme immunoassay generasi ke-3 yang banyak dipergunakan saat ini mengandung protein
core yang dapat mendeteksi keberadaan antibodi dalam waktu 4-10 minggu infeksi. Antibodi
anti-HCV masih dapat terdeteksi selama terapi maupun setelahnya. Uji immunoblot
rekombinan (RIBA) dapat digunakan untuk mengkonfirmasi hasil yang positif. Pemeriksaan
HCV RNA merupakan pemeriksaan yang paling spesifik dan dapat dipercaya untuk
menunjukkan adanya infeksi HCV. Pemeriksaan HCV-RNA kuantitatif dan kualitatif
didasarkan pada teknik PCR (Polymerase Chain Reactionn).
Hepatitis D
Infeksi VHD hanya terjadi bila bersama-sama dengan infeksi VHB. Pada masa
inkubasi (koinfeksi HVB-HVD), dapat dijumpai HBsAg, HBeAg, dan DNA HVB, IgM anti
HVD, RNA HVD, HDAg, anti HBc akan terdeteksi bila penyakit berlanjut, anti-HVD
terdeteksi pada akhir masa akut dan kemudian akan menurun titernya setelah penyakit
membaik dan semua petanda replikasi virus baik B maupun D akan menghilang pada masa
penyembuhan. Sedangkan IgG maupun IgM anti-HVD dapat bertahan sampai beberapa bulan
bahkan beberapa tahun setelah sembuh.
Hepatitis E
Diagnosis hepatitis E pada pemeriksaan serologis dengan metode ELISA seperti anti-
HEV, IgG dan IgM anti-HEV dan PCR serum dan kotoran untuk mendeteksi HEV-RNA serta
immunofluorescent terhadap antigen HEV di serum dan sel hati.
20
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
BAB
IV
A. Isolasi Virus
Bahan untuk isolasi virus yang baik adalah jika sampel diambil dalam keadaan
segar, diambil saat infeksi pada fase akut. Penyakit ND dan AI mempunyai gejala
klisis yang sangat mirip, yakni: kelainan sistema respirasi yang ditandai ngorok, keluar
leleran hidung, batuk. Gejala lain berupa gangguan sistim pencernaan yang ditandai:
diare, bulu kusam karena dehidrasi akibat diare profus. Ada pula gejala syaraf yang
disebut tremor, ataxia, tortikolis (tandanya sayap terkulai dan leher terpuntir ke
belakang). Perubahan patologi anatomi dari organ yang diakibatkan oleh kedua
penyakit tersebut juga hampir sama.
Perubahan patologi anatomi ditandai dengan perdarahan ringan sampai berat
yang dijumpai pada trakea, paru-paru, usus, provektrikulus, ventrikulus, dan otak.
Perdarahan bentuk ptekie (perdarahan bintik) maupun eksimosa (perdarahan yang
meluas) seringkali ditemukan pada organ-organ tersebut. Pada kasus AI perdarahan
bintik juga ditemukan pada pankreas, juga pada kaki. Sampel untuk bahan pembuatan
inokulum diambil dari organ-organ yang mengalami perubahan menciri. Biasanya
semakin menciri perubahan patologi anatominya maka semakin tinggi pula titer virus
hasil dipanen. Sampel organ diambil dalam keadaan segar, dan usahakan pengambilan
organ seseteril mungkin. Organ ditempatkan di dalam tabung kaca steril selanjutnya
dibuat inokulum untuk diinokulasikan pada media isolasi virus. Pada hewan yang
masih hidup, sampel pemeriksaan dapat diambil dengan menggunakan swab. Pada
unggas diambil dari swab trakea, swab kloaka. Pada mamalia juga dapat diambil dari
swab kerongkongan, swab vagina, swab preputium.
Cara Pembuatan Inokulum
a. Sampel berupa organ atau jaringan diambil sebanyak kira-kira 1 gram,
ditempatkan pada mortar steril, lalu dipotong kecil-kecil dan digerus
sampai halus sambil ditambahkan PBS pH 7,2 atau boleh juga NaCl
fisiologis sampai konsentrasinya 10-20 %.
21
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
22
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
24
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
MODUL VIROLOGI II
DAFTAR PUSTAKA
Delwart E., Li L. 2012. Rapidly expanding genetic diversity and host renge of the
Circoviridae viral family and other Rep encoding small circular ssDNA genomes.
Virus Res 164: 114-121
Fenner FJ, Gibbs EPJ., Murphy FA. Rott R Studdert MJ., 1993. Veterinay Virology, San
Diego: Academic Press.
Herrington CS, Coates PJ, Dupex WP. 2015. Viruses and Disease: Emerging Concepts for
Prevention, diagnosis and treatment. J Pathol 235: 149-152.
Knipe DM, Howley PM., editors (2001). Folds Virology. Philadelphia: Lippincott Williams
and Wilkins
Mac Lachlan NJ, Dubovi EJ, editor, 2011. Fenner’s . Veterinary Virology. 4 th ed. London.
Academic Press.
OIE 2008. Manual of Diagnostic Test and Vaccines for Terrestrial Animals. Paris: Office
international des Epizooties.
25
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM
26
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK (DIV)
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM