DI LABORATORIUM KLINIK
DAN PUSKESMAS
Oleh:
dr. Benyamin Massang
Pembimbing:
dr.Juwairiyah, SpPK
dr. Meita Hendrianingtyas, SpPK, MSi.Med
NIM : 22180114320010
Dan Puskesmas
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah “nilai kritis laboratorium” yang juga dikenal dengan hasil kritis,
nilai panik atau nilai siaga pertama kali dikemukakan oleh George D. Lundberg
pada tahun 1972 sebagai suatu hasil yang menunjukkan situasi patofisiologi yang
berbeda dengan kondisi patofisiologi normal, yang dapat membahayakan jiwa
pasien, karena itu membutuhkan penanganan secepat mungkin. Saat ini
penggunaan istilah nilai panik sudah mulai ditinggalkan, sebab kata panik
menunjukkan suatu stress emosional, sehingga dapat menghambat proses
komunikasi informasi dengan baik. Nilai kritis biasanya terdapat sebanyak 2%
dari total hasil laboratorium klinik.1,2
Manajemen nilai kritis di dalam suatu rumah sakit telah banyak dibahas
sebelumnya, tetapi belum ada pembahasan manajemen nilai kritis pada lini awal
pemeriksaan pasien seperti Puskesmas, baik itu Puskesmas rawat inap maupun
non rawat inap dan laboratorium klinik mandiri. Tulisan ini mencoba mengangkat
pembahasan manajemen nilai kritis di luar Laboratorium Rumah Sakit.
1
BAB II
NILAI KRITIS LABORATORIUM
2.1. Definisi
2
Amerika, manajemen nilai kritis merupakan hal yang sangat penting untuk
dievaluasi.9
Berdasarkan hal ini dan atas permintaan asosiasi medik Amerika Serikat,
J.G.Kost mengadakan survei terhadap parameter-parameter nilai kritis di Amerika
pada tahun 1990 dan Howanitz dkk pada tahun 2002. Spektrum parameter kritis
yang dilaporkan dalam publikasi ini tidak mendapat respon yang baik dari
laboratorium medik yang ada. Oleh sebab itu, dibuatlah suatu daftar parameter
berdasarkan pemeriksaan kualitatif dan kuantitatif. Jika ada suatu parameter yang
perlu ditambahkan atau dihilangkan atau perlu dikembangkan maka hal itu akan
diterima dengan baik.3
3
hal-hal yang berpengaruh dan faktor-faktor interferensi selama fase preanalitik
yang dapat menimbulkan suatu nilai tinggi/rendah palsu, contoh : pengambilan
sampel untuk pengukuran kadar glukosa darah dengan menggunakan kateter vena
yang telah digunakan untuk infus glukosa, tidak jarang menjadi penyebab
munculnya nilai kritis palsu. Kasus seperti ini biasanya diklarifikasi dengan
pemeriksaan lain, sebaiknya dengan sampel yang sama dulu.3,9
Tabel 1
Nilai Kritis Mayo Clinic Medical Laboratories4
4
Creatinine, 5 weeks - 23 mos - ≥ 2.0 mg/d
Blood/Plasma/Serum L
Creatinine, 2 yrs - 11 yrs - ≥ 2.5 mg/d
Blood/Plasma/Serum L
Creatinine, 12 yrs - 15 yrs - ≥ 3.0 mg/d
Blood/Plasma/Serum L
Creatinine, ≥16 yrs - ≥ 10.0 mg/d
Blood/Plasma/Serum L
Creatine Kinase, ≥ 10,000 U/L
Total
FT4 (Free Thyroxine) <50 yrs - ≥ 9.0 ng/dL
FT4 (Free Thyroxine) ≥50 yrs - ≥ 6.0 ng/dL
Glucose, Plasma/Serum <4 weeks ≤ 40 ≥ 400 mg/d
L
Glucose, Plasma/Serum ≥4weeks ≤ 50 ≥ 400 mg/d
L
Magnesium, Serum ≤ 1.0 ≥ 9.0 mg/dL
Osmolalitas ≤ 190 ≥ 390 mOsm/Kg
Phosphorus ≤ 1.0 - mg/dL
Potassium ≤ 2.5 ≥ 6.0 mM/L
Sodium
HEMATOLOGI Umur Kritis Rendah Kritis Tinggi Satuan
Activated Partial - ≥ 150 detik
Thromboplastin
Time, Plasma
Fibrinogen ≤ 60 - mg/dL
Hemoglobin 0-7 minggu ≤ 6.0 ≥ 24.0 g/dL
Hemoglobin >7 minggu ≤ 6.0 ≥ 20.0 g/dL
INR (International Normalizing Ratio) - ≥ 5.0
Leukocytes - ≥ 100.0 x10(9)/L
Manual Absolute ≤ 0.5 - x10(9)/L
Neutrophil Count
Neutrophils ≤ 0.5 - x10(9)/L
Platelets, Blood ≤ 40 ≥ 1000 10(9)/L
5
Tabel 2
Nilai Kritis RSUP Dr.Kariadi15
BGA
KIMIA KLINIK
6
Kreatinin Anak mg/dl - 3,8 Serum/Plasma
HEMATOLOGI
7
Hemoglobin Dewasa mg/dl 7 20 EDTA
KOAGULASI
PPT detik - 30
PTTK detik - 78
INR >5
URINALISA
LCS
8
2.2. Cara Mendapatkan Nilai Kritis
2.3. Manfaat
Adapun manfaat dari manajemen nilai kritis yang baik secara umum
adalah :
9
BAB III
PELAKSANAAN PELAPORAN NILAI KRITIS
Tujuan :
Manfaat :
Pelaporan nilai kritis adalah proses penyampaian nilai kritis kepada dokter
yang merawat pasien. Proses penyampaian ini harus segera dilakukan dalam
waktu kurang dari 1 (satu) jam, petugas yang menyampaikan nilai kritis ini harus
10
mencatat tanggal dan waktu melaporkan nilai kritis, beserta petugas yang
menerima informasi mengenai nilai kritis tersebut.2,3,6,7
Situation adalah identifikasi data pasien, nama petugas yang melayani pasien,
diagnosa medis dan keadaan gawat darurat yang dihadapi pasien saat ini.
11
dibutuhkan. Setelah menetapkan suatu daftar nilai kritis maka selanjutnya sangat
perlu untuk membuat suatu prosedur pelaporan nilai kritis yang tertulis untuk
dijadikan pedoman pelaporan nilai kritis di suatu laboratorium klinik. Sekarang ini
prosedur pelaporan belum terstandarisasi, sehingga belum ada patokan khusus
untuk pelaporan nilai kritis, sehingga sangat bervariasi dari suatu institusi ke
institusi yang lain. Langkah pertama dalam penetapan suatu nilai kritis adalah
mengidentifikasi nilai kritis baik melalui sinyal peringatan yang telah diprogram
di alat analiser ataupun melalui suatu Laboratory Information System (LIS).
Dalam prosedur tertulis, diharuskan untuk melakukan suatu pemeriksaan ulang
ataupun suatu verifikasi hasil sebelum hasil laboratorium tersebut dilaporkan,
termasuk verifikasi terhadap pemeriksaan manual yang tidak dapat diulangi,
contohnya tes kultur pada mikrobiologi.1
Masalah preanalitik yang dapat menyebabkan munculnya suatu hasil kritis
palsu harus dapat dideteksi dan dievaluasi secepat mungkin untuk meningkatkan
akurasi hasil pemeriksaan laboratorium. Beberapa diantaranya yang sangat
penting karena cukup sering terjadi adalah adanya kontaminasi sampel, kondisi
transportasi yang tidak adekuat, pengambilan sampel yang tidak tepat waktu
(contohnya untuk pemeriksaan toksikologi) dan keterlambatan dalam memproses
sampel.1
12
menghindari kemungkinan kesalahan komunikasi, meningkatkan kemungkinan
keberhasilan penyampaian informasi dan mempersingkat waktu notifikasi sebab
semuanya dikerjakan secara otomatis.1
13
bentuk suatu hard copy. Hasil harus disimpan minimum selama 1 (satu) tahun dan
maksimum selama 10 (sepuluh) tahun.6,7
Hasil Sama
Hubungi Klinisi
14
3.2. Pelaksanaan Pelaporan Nilai Kritis Di Puskesmas
Pelaporan dari tes diagnostik yang kritis adalah bagian dari persoalan
keselamatan pasien. Hasil tes yang secara signifikan diluar batas nilai normal
dapat memberi indikasi resiko tinggi atau kondisi yang mengancam kehidupan
pasien.2,5
15
3.2.2. Alur Pelaporan
Dokter atau petugas yang melaporkan hasil kritis mencatat tanggal dan
waktu melaporkan, nama petugas kesehatan yang dihubungi dan nama lengkap
yang menelepon. Dokter, perawat atau petugas yang menerima informasi nilai
kritis dengan cara komunikasi verbal harus menuliskan dan membacakan kembali
nilai kritis tersebut (konfirmasi) lalu menuliskannya dalam rekam medik pasien
(formulir catatan terintegrasi pasien). Selanjutnya dokter, perawat atau petugas
yang menerima informasi nilai kritis tersebut menghubungi dokter atau perawat
yang menangani pasien.9
16
Alur pelaporan nilai kritis di Puskesmas8
17
3.3. Pencatatan Nilai Kritis
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laboratorium Klinik berfungsi untuk memberikan informasi tentang hasil
pemeriksaan laboratorium kepada Dokter yang merawat pasien (klinisi) untuk
menegakkan diagnosis dan tindak lanjut pengobatan terhadap penderita. Dengan
demikian tanggung jawab Laboratorium Klinik sebagai penunjang pelayanan
medis terhadap Klinisi maupun penderita cukup berat. Klinisi mengharapkan
hasil pemeriksaan yang diminta dan pelaksanaannya dengan mutu yang terjamin.
Jika hasil laboratorium yang muncul dari suatu tes jauh di luar rentang
yang diharapkan (jauh menyimpang dari nilai normalnya) maka harus segera
dilaporkan dalam waktu kurang dari satu jam kepada dokter atau staf medik lain
agar segera mengkomunikasikan kepada staf medic yang merawat pasien sebab
kondisi ini kemungkinan besar mengancam jiwa pasien. Hal ini harus dilakukan
baik pemeriksaan tersebut dimintakan atau tidak. Untuk memenuhi kebijakan
tersebut, setiap laboratorium harus membuat suatu prosedur pelaporan hasil kritis
dan menetapkan nilai batas yang mengharuskan tindakan tersebut. Nilai tersebut
disebut Angka Kritis atau Angka Panik (Panic Value) dan terbatas pada daftar
analit yang benar-benar membahayakan jiwa jika tidak dipantau dalam waktu
singkat.
Setelah hasil kritis keluar dari laboratorium yang bersangkutan, maka
petugas laboratorium akan segera melaporkan ke dokter penanggung jawab
laboratorium. Kemudian dokter penanggung jawab laboratorium akan melakukan
pemeriksaan terhadap hasil laboratorium yang bersangkutan yaitu cek riwayat
pemeriksaan laboratorium sebelumnya, cek terhadap spesimen, lalu melakukan
pengecekan kondisi klinis pasien ke ruang rawat jika pasien di rawat di puskesmas
dan cek hasil Quality Control hari tersebut untuk memastikan apakah hasil
tersebut betul-betul dapat dipercaya. Lalu SMF (Staf Medik Fungsional)
19
laboratorium melakukan sentrifugasi ulang dan pemeriksaan ulang serta
melakukan cross check dengan alat lain (duplo test).
Bila hasil pemeriksaan sama, SMF laboratorium menghubungi Dokter
Penanggung Jawab Pasien untuk melaporkan hasil kritis tersebut. Hasil
pemeriksaan / laporan dapat dikirimkan setelah ada verifikasi dan legalisasi dari
dokter laboratorium. Kemudian Dokter Penanggung Jawab Pasien tersebut
secepatnya akan melakukan pengelolaan sesuai kebutuhan terhadap penderita.
4.2 Saran
Setiap praktisi laboratorium harus dapat mengetahui nilai-nilai kritis
sesuai dengan ketetapan masing-masing institusi yang bersangkutan, dimana nilai
kritis tersebut harus selalu mengikuti perkembangan dengan ketetapan sesuai
pustaka terbaru maupun keadaan yang dijumpai di klinis oleh para klinisi.
Jika ditemukan hasil kritis, sebaiknya dilakukan pemeriksaan duplo untuk
menghindari persepsi ganda, serta harus dianalisa faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan.
Lebih baik jika setiap laboratorium menggunakan LIS sehingga
memudahkan untuk menjumpai keadaan yang termasuk dalam nilai kritis serta
dapat memberikan tanda pada hasil pemeriksaan yang tidak normal sehingga
memudahkan hasil kritis tersebut mudah diidentifikasi oleh klinisi dan petugas
laboratorium.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
10. Karen E Tate. Computers, Quality, And The Clinical Laboratory : A
Look At Critical Value Reporting (online) URL :
http://www.ncbi.nih.gov/pmc.
11. Suo-Wei Wu, Tong Chen et al Using Plan-Do-Check-Act Circulation to
Improve The Management of Panic Value in The Hospital : Chinese
Medical Journal September 20th 2015 (online) URL :
http//www.ancbi.nlm.nih.gov/pmc/articles.
12. Ontario Association of Medical Laboratories “Guideline for Reporting
Laboratory Test Results” Revised September 2009 (online) URL :
http://www.oaml.com.
13. Komunikasi Efektif 4 November 2014 (online) URL :
http:/www.bkulpenprofil.blogspot.com.
14. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad “Pelaporan Kondisi Pasien
Menggunakan Metode SBAR” (online) URL : http://www.dokumen.tips.
15. Protap Penanganan Hasil Kritis RSUP Dr. Kariadi Semarang 2012.
22
23