Anda di halaman 1dari 40

MODUL PRAKTIKUM HEMATOLOGI II

Disusun oleh : Cep Wahyu, S.S.T


Editor : Aziz Ansori Wahid, M.T.

PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN


STIKES RAJAWALI BANDUNG
2014

ii
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur ke hadirat Allah Subhanahu wata’ala,


Modul Praktikum Hematologi II ini telah selesai disusun, dan dapat dipergunakan
oleh Mahasiswa DIII Analis Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali
Bandung.

Modul Praktikum Hematologi II ini disusun berdasarkan pokok bahasan yang


terdapat dalam Silabus Hematologi II pada kurikulum Program Pendidikan DIII
Analis Kesehatan Tahun 2014, dengan harapan dapat membelajarkan mahasiswa,
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan sebaik-baiknya, serta pada
akhir perkuliahan mahasiswa memperoleh pengetahuan sesuai dengan tujuan mata
kulia ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan modul praktikum ini masih jauh dari
sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
penyempurnaan modul praktikum ini di waktu mendatang. Semoga modul
praktikum ini dapat bermanfaat, khususnya bagi mahasiswa DIII Analis
Kesehatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rajawali Bandung.

Bandung, Oktober 2014

Penyusun.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

Rumple Leed ........................................................................................................ 4

Waktu Perdarahan (Bleeding Time) ..................................................................... 7

Waktu Pembekuan (Clothing Time) ...................................................................... 12

Retraksi Bekuan ................................................................................................... 16

Protrombine Time (PT) ........................................................................................ 20

Activated Partial Thromboplastin Time (aPTT) .................................................. 25

Trombosit ............................................................................................................. 29

Fibrinogen ............................................................................................................ 34

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 39

ii
PENDAHULUAN

Hemostasis merupakan keadaan seimbang antara faktor pembekuan darah dan


faktor fibrinolitik hingga darah tetap mengalir. Gangguan faktor pembekuan dapat
terjadi perdarahan dan gangguan faktor fibrinolitik dapat terjadi thrombosis.

Tiga determinan homostasis utama yaitu trombosit, kardiovaskuler dan koagulasi,


disamping fosfolipid dan CaCl2.

Tes hemostasis diutamakan untuk mengetahui adanya :

- Trombopati:
Gangguan jumlah trombosit dan fungsi trombosit.
- Vaskulopati atau angiopati:
Gangguan vaskuler atau elastisitas pembuluh darah.
- Koagulopati:
Gangguan pembekuan darah.

Tes hemostasis sangat diperlukan untuk menghindari perdarahan yang berlebihan


misalnya pada tindakan bedah dan mencegah trombosis pada penyakit
kardiovaskuler atau cerebrovaskuler.

TUJUAN

Pemeriksaan hemostasis bertujuan untuk mengetahui:


1. Fungsi hemostasis secara umum yaitu respon trombosit terhadap luka dan
gangguan trombosit kogenital maupun aquisital.
2. Fungsi elastisitas pembuluh darah dan kapasitas untuk vasokonstriksi,
membantu menghentikan perdarahan. Tes untuk fungsi ini yaitu fragilitas
kapiler.
3. Jumlah trombosit pada persiapan operasi. Biasanya tidak
direkomendasikan operasi bila jumlah trombosit kurang dari 75.000/mm3
tanpa persiapan lainnya, seperti penyediaan trombosit konsentrat.
4. Gangguan faktor pembekuan

ii
Hal – hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan hemostasis

1. Antikoagulan
Untuk pemeriksaan koagulasi antikoagulan yang dipakai adalah Natrium
sitrat 0,109 M dengan perbandingan 9 bagian darah dan 1 bagian Natrium
sitrat.Untuk hitung trombosit antikoagulan yang dipakai adalah Na2EDTA.
Jika dipakai darah kapiler, maka tetes darah pertama harus dibuang.
2. Penampung
Untuk mencegah terjadinya aktivasi faktor pembekuan, dianjurkan
memakai penampung dari plastik atau gelas yang telah dilapisi silikon
3. Semprit dan jarum
Dianjurkan memakai semprit palstik dan jarum yang cukup besar, paling
kecil nomor 20
4. Cara pengambilan darah
Pada waktu pengambilan darah, harus dihindarkan masuknya
tromboplastin jaringan.Yang dianjurkan adalah pengambilan darah dengan
memakai 2 semprit. Setelah darah dihisap dengan semprit pertama, tanpa
mencabut jarum, semprit pertama dilepas lalu dipasang semprit kedua.
Darah semprit pertama tidak dipakai untuk pemeriksaan koagulasi, sebab
dikhawatirkan sudah tercemar oleh tromboplastin jaringan.
5. Kontrol
Setiap kali mengerjakan pemeriksaan koagulasi, sebaiknya diperiksa juga
1 kontrol normal dan 1 kontrol abnormal. Selain tersedia secara komersial,
kontrol normal juga dapat dibuat sendiri dengan dengan mencampurkan
plasma yang berasal dari 10 sampai 20 orang, yang terdiri atas pria dan
wanita yang tidak memakai kontrasepsi hormonal. Plasma yang dipakai
sebagai control tidak boleh ikterik, lipemik maupun hemolysis.
6. Penyimpanan dan pengiriman bahan
Pemeriksaan koagulasi sebaiknya segera dikerjakan, karena beberapa
faktor pembekuan bersifat labil. Bila tidak dapat diselesaikan dalam 4 jam
setelah pengambilan darah, plasma disimpan dalam tempat plastik tertutup

ii
dan dalam keadaan beku. Untuk pemeriksaan APTT dan assay faktor VIII
atau IX, bahan yang dikirim adalah plasma sitrat dalam tempat plastik
bertutup dan diberi pendingin, tetapi untuk PT dan agregasi trombosit
jangan diberi pendingin karena suhu dingin dapat mengaktifkan FVII
tetapi menghambat agregasi trombosit.

ii
RUMPLE LEED

A. Tujuan
Untuk menguji ketahanan kapiler darah dengan cara pembendungan.

B. Dasar Teori
Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan dinding kapiler pembuluh
darah dengan caramelakukan pembendungan pada vena, sehingga tekanan
darah di dalam kapiler meningkat. Pada dinding kapiler yang kurang kuat,
pembendungan akan menyebabkan darah keluar dan merembes ke dalam
jaringan sekitarnya sehingga nampak titik-titik merah kecil pada
permukaan kulit, yang disebut dengan petekia.

Untuk melakukan percobaan ini mula-mula dilakukan pembendungan pada


lengan atas dengan memasang tensimeter dengan tekanan antara tekanan
sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan itu dipertahankan selama 10 menit.
Jika percobaan ini dilakukan sebagai lanjutan masa perdarahan, cukup
dipertahankan selama 5 menit. Setelah waktunya tercapai, bendungan
dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda stasis darah lenyap,kemudian
diperiksa adanya petekia di kulit lengan bawah bagian volar, kira-kira 4
cm dari lipat siku pada daerah dengan diameter 5 cm.

Pada orang normal tidak didapatkan petekia atau kurang dari 10 buah.
Hasil dilaporkan positif bila terdapat lebih dari 10 petekia pada area
dengan diameter 5 cm. Seandainya di daerah tersebut tidak ada petekia
tetapi jauh di distal ada, hasil percobaan juga dilaporkan positif.

Jika pada waktu dilakukan pemeriksaan masa perdarahan sudah terjadi


petekia, berarti percobaan pembendungan hasilnya sudah positif dan tidak
perlu dilakukan lagi.pada penderita yang telah terjadi purpura secara
spontan, percobaan ini juga tidak perlu dilakukan.Walaupun percobaan
pembendungan ini dimaksudkan untuk mengukur ketahanan kapiler, hasil
tes ini ikut dipengaruhi juga oleh jumlah dan fungsi trombosit.

ii
Trombositopenia sendiri dapat menyebabkan percobaan ini memberikan
hasil positif.

C. Prinsip
Bila dinding pembuluh kapiler mengalami gangguan, maka dengan
pembendungan akan mengalami kerusakan, ditandai bercak merah kecil
pada permukaan kulit yang disebut petechiae.

D. Metode

Rumple Leed

E. Nilai Normal
Kurang dari 10 petechiae pada area dengan diameter 5 cm.

F. Alat dan Bahan


- Sphigmomanometer
- Stopwatch

G. Prosedur Kerja
1. Kenakan ikatan sphigmomanometer pada lengan atas dan dipompa
sampai tekanan 100 mmHg (bila tekanan sistolik kurang dari 100
mmHg, ukurannya sampai tengah-tengah nilai sistolik dan nilai
diastolik).
2. Tekanan dipertahankan 10 menit (jika percobaan ini dilakukan sebagai
lanjutan Ivy cukup 5 menit).
3. Ikatan dilepaskan dan ditunggu sampai tanda-tanda statis menghilang.
4. Hitung banyaknya petechiae yang timbul dalam lingkaran yang
bergaris tengah 5 cm, kurang lebih 4 cm distal fossa cubiti.

ii
Data Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
WAKTU PERDARAHAN (BLEEDING TIME)

A. Tujuan
Untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan pada pendarahan buatan sampai
tidak terjadi lagi pendarahan.Percobaan ini untuk mengukur faktor
vaskuler dan faktor trombosit dalam hemostasis.

B. Dasar Teori :
Masa pendarahan (bleeding time, BT) adalah uji laboratorium untuk
menentukan lamanya tubuh menghentikan pendarahan akibat trauma yang
dibuat secara laboratoris. Waktu pendarahan tergantung atas
ketepatgunaan cairan jaringan dalam memacu koagulasi, fungsi pembuluh
darah kapiler dan trombosit.

Pada pemeriksaan ini, kapiler diinsisi kecil menggunakan lancet dan


dilakukan secara aseptik sampai luka tersumbat oleh agregasi trombosit.
Seiring dengan penumpukan trombosit, pendarahan melambat, dan jumlah
darah yang merembes berkurang. Titik akhir tercapai apabila tidak ada lagi
darah tersisa untuk menghasilkan titik pada kertas saring. Apabila terjadi
penumpukan darah di tempat insisi, akan terjadi koagulasi, dan fibrin di
atasnya akan menghambat perdarahan selanjutnya. Oleh karena itu darah
harus dibersihkan, tetapi harus secara hati-hati agar tidak mengganggu
sumbat trombosit yang rapuh. Darah yang merembes dibersihkan setiap 30
detik dengan menyentuhkan kertas saring ke tetes darah tanpa menyentuh
luka yang dibuat. Selama pengujian dilakukan pemberian tekanan konstan
sebesar 40mmHg.

Insisi harus dibuat pada permukaan kulit yang relatif mudah diakses,
relatif tidak sensitif terhadap nyeri, bebas dari penyakit kulit, dan jauh dari
vena. Masa perdarahan diukur sejak darah merembes dari luka kecil pada
permukaan kulit hingga tidak ada lagi darah tersisa untuk menghasilkan
titik di kertas saring.

ii
Pemeriksaan ini terutama dipengaruhi oleh trombosit, yaitu jumlah dan
kemampuan untuk adhesi pada jaringan subendotel dan membentuk
agregasi. Bila jumlah trombosit kurang dari 100.000/mm3, maka masa
perdarahan akan memanjang. Masa perdarahan yang memanjang lebih dari
15 menit tanpa ada penurunan hitung trombosit mengisyaratkan gangguan
kualitas trombosit dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (misalnya, uji
agregasi trombosit atau pemeriksaan faktor von Willebrand). Defisiensi
kongenital trombosit dan efek koagulasi herediter tidak memperlama
waktu pendarahan. Pada sebagian pasien trombositopeni, mungkin waktu
perdarahan tidak terlalu memanjang dibandingkan dengan perkiraan
apabila semua trombosit di dalam darah mereka adalah trombosit muda
karena trombosit muda memiliki kemampuan hemostatik yang lebih baik.
Keadaan-keadaan semacam ini dapat terjadi pada gangguan sekuestrasi
yang berkaitan dengan peningkatan destruksi, misalanya pada purpura
trombositopenik imun.

Pemeriksaan masa perdarahan ini tidak boleh dilakukan jika penderita


sedang mengkonsumsi obat antikoagulan atau anti nyeri aspirin karena
dapat menyebabkan masa perdarahan memanjang, sehingga kalau akan
melakukan pemeriksaan Bleeding Time, pengobatan harus ditangguhkan
dulu selama 3-7 hari. Jika memungkinkan, pasien harus diberitahu agar
tidak mengkonsumsi aspirin atau obat penghilang nyeri tanpa resep selama
5 hari sebelum pemeriksaan dijadwalkan.

Hasil pemeriksaan masa perdarahan dijumpai memanjang pada idiopatic


thrombocytopenic purpura (ITP), abnormalitas fungsi trombosit,
abnormalitas vaskular, leukemia, penyakit hati serius, disseminated
intravascular coagulation (DIC), anemia aplastik, defisiensi faktor
koagulasi (V, VII, XI), penyakit Christmas. Obat-obatan yang juga dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan masa perdarahan antara lain: salisilat
(aspirin), dekstran, mitramisisn, warfarin (Coumadin), streptokinase
(streptodornasi, agens fibrinolitik).

ii
C. Prinsip
Pendarahan buatan dibuat pada pembuluh darah, lalu tetesan darah diserap
dengan kertas saring setiap 30 detik. Catat waktu yang diperlukan hingga
pendarahan berhenti.

D. Metode :
1. Duke
2. Ivy

E. Nilai Normal :
1. Duke = 1 - 3 menit
2. Ivy = 1 - 7 menit

F. Alat dan Bahan


 Blood lancet
 Autoklik
 Kapas
 Kertas saring / tissue
 Sphigmomanometer
 Stopwatch

G. Prosedur Kerja
1. Metode Duke
a. Bersihkan ujung daun telinga dengan kapas alkohol 70% dan tunggu
sampai kering.
b. Tusuklah pinggir daun telinga dengan lancet sedalam 2 mm.
c. Jika darah mulai keluar stopwatch dijalankan.
d. Isaplah tetes darah yang keluar setiap 30 detik dengan kertas saring,
jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
e. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
f. Catat waktunya

ii
2. Metode Ivy
a. Bersihkan bagian volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70% dan
tunggu sampai kering.
b. Kenakan ikatan sphygmomanometer pada lengan atas dan pompalah
sampai tekanan 40 mmHg. Selama percobaan tekanan harus tetap.
c. Tusuklah dengan lancet bagian volar lengan bawah pada tempat kira-
kira 3 cm dari lipatan siku (hindari menusuk pembuluh darah vena)
d. Jika darah mulai keluar stopwatch dijalankan.
e. Isaplah tetes darah yang keluar setiap 30 detik dengan kertas saring,
jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
f. Hentikan stopwatch pada waktu darah tidak dapat dihisap lagi.
g. Catat waktunya

Data Pengamatan

Pembahasan

ii
Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
WAKTU PEMBEKUAN (CLOTTING TIME)

A. Tujuan
Untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan oleh darah untuk
membeku, setelah dikeluarkan dari tubuh dalam kondisi standar (37˚C).
B. Dasar Teori
Tes ini ditentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku;
hasilnya menjadi ukuran aktivitas factor-faktor koagulasi darah, terutama
faktor-faktor yang membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari
trombosit. Selain itu kadar fibrinogen berpengaruh juga. Kalau didapat
kelainan, maka pendapat ini menjadi indikasi untuk lebih jauh menyelidiki
faktor pembekuan mana yang aktivitasnya berkurang, serta memeriksa
jumlah dan fungsi trombosit.

Penetapan masa pembekuan dengan menggunakan darah lengkap


sebenarnya satu test yang kasar saja; tetapi di antara test-test yang
menggunakan darah lengkap cara ini dianggap yang terbaik. Test ini
menjadi lebih sempurna jika tabung-tabung yang dipakai diberi lapisan
silikon. Masa pembekuan darah lengkap dengan memakai tabung
berlapisan silicon jauh lebih panjang daripada yang biasa; nilai normal itu
hendaknya ditentukan sendiri oleh masing-masing laboratorium. Hal-hal
yang sama berlaku jika memakai semprit dan tabung-tabung palstik.

Bermacam-macam kesalahan teknik cenderung memperpendek masa itu;


percampuran darah dengan tromboplastin jaringan, pungsi vena yang tidak
segera berhasil baik, terjadinya busa dalam semprit atau dalam tabung,
menggoyang- goyangkan tabung yang tidak sedang diperiksa, semprit dan
tabung kotor, dan sebagainya. Karena itu, masa pembekuan yang lebih
pendek dari 9 menit tidak mempunyai arti apa-apa.

ii
Diameter tabung yang dipakai berpengaruh pula terhdap hasil : semakin
lebar tabung semakin lama masa pembekuan

Cara Duke yang menggunakan darah kapiler kurang dapat diandalkan


karena banyak cairan jaringan berisikan tromboplastin jaringan bercampur
dengan darah yang keluar.

C. Prinsip
Bila darah dikeluarkan dari pembuluh darah dan ditempatkan dalam
tabung reaksi, maka akan timbul pembekuan karena adanya kontak
terhadap dinding gelas, yang diikuti dengan reaksi pembekuan biasa.

D. Metoda
1. Lee & White
2. Tabung Kapiler (Capillary tube methode)

E. Nilai Normal
1. Lee & White = 5 – 11 menit
2. Tabung Kapiler = 3 – 5 menit

F. Alat dan Bahan :


 Darah vena (Lee & White)
 Darah kapiler (Tabung Kapiler)
 Alkohol 70%
 Disposible syringe
 Tabung kapiler
 Torniquet
 Blood Lancet
 Waterbath
 Kapas
 Stopwatch

ii
G. Prosedur Kerja :
1. Metode Lee & White
a. Isap darah vena sebanyak 3 mL, pada saat darah masuk ke dalam
semprit stopwatch dijalankan.
b. Angkatlah jarum dari semprit dan alirkan darah tersebut perlahan-
lahan sebanyak 1 mL ke dalam tiap-tiap tabung yang dimiringkan
pada saat diisi darah.
c. Simpan tabung tersebut di dalam waterbath 37˚C.
d. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan
untuk melihat apakah telah terjadi pembekuan.
e. Setelah darah dalam tabung pertama itu beku, periksalah tabung
kedua setiap 30 detik, terhadap adanya pembekuan. Catat waktu
terjadinya pembekuan.
f. Tindakan yang sama dilakukan pada tabung ketiga.
g. Waktu pembekuan adalah pembekuan yang terjadi pada tabung III.

2. Metode Tabung Kapiler (Capillary tube methode)


a. Darah diambil dengan blood lancet dari ujung jari.
b. Isap darah tersebut dengan tabung kapiler tanpa anti koagulan
sampai kurang lebih ¾ bagian.
c. Pada saat darah masuk ke dalam tabung kapiler, stopwatch
dijalankan.
d. Tabung kapiler di bolak-balik tiap 30 detik sampai tidak terjadi lagi
gerakan.

Data Pengamatan

ii
Pembahasan

Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
RETRAKSI BEKUAN

A. Tujuan
Untuk menguji fungsi trombosit, konsentrasi fibrinogen, dan volume
packed cell.

B. Dasar Teori :
Pemeriksaan retraksi bekuan (clot retraction) atau bekuan yang menyusut
bertujuan untuk menguji fungsi trombosit. Dalam pemeriksaan ini, laju dan
derajat kontraksi bekuan darah diukur, bekuan darah dalam tabung uji akan
menyusut karena cairan (serum) terperas keluar dan terpisah dari sel darah.
Proses ini dipengaruhi oleh jumlah dan fungsi trombosit. Fenomena yang
sering ditemukan jika jumlah trombosit rendah dan atau fungsinya menurun
adalah retraksi bekuan akan berlangsung lebih lambat dan pembentukan
bekuan akan menjadi lebih lembek. Selain trombosit, faktor lain yang
mempengaruhi retraksi adalah fibrinogen, dan jenis permukaan yang
tersentuh darah beku.

Kecepatan dan lamanya proses retraksi bekuan secara kasar menunjukan


apakah fungsi trombosit baik atau tidak. Retraksi mulai terjadi 1 jam setelah
darah membeku. Retraksi hampir selesai dalam 4 jam dan proses selesai
seluruhnya dalam 24 jam. Hasilnya adalah bekuan fibrin yang kenyal dan
berbentuk silinder yang mengandung eritrosit yang terpisah dengan jelas dari
serum yang tampak jernih.Sampel yang berasal dari penderita dengan
trombositopenia atau penderita dengan fungsi trombosit yang abnormal
menunjukan bekuan yang lembek, rapuh, dan tidak mempunyai batas yang
jelas dengan serum sehingga serum tampak keruh.

Volume cairan (serum) yang dikeluarkan secara spontan dari bekuan


menjasi ukuran bagi retraksi bekuan yang terjadi. Dalam keadaan normal,
volume cairan (serum) adalah 40 – 60 % dari volume darah.Dalam
penghitungan volume cairan ini perlu memperhatikan nilai hematokrit yang
dapat mempengaruhi hasil.Jika darah yang diperiksa mempunyai hematokrit
yang rendah, tentu jumlah cairan (serum) yang diperas keluar menjadi lebih
banyak dari biasa, demikian sebaliknya.

ii
C. Prinsip
Setelah darah membeku, bekuan darah mengerut dan pada proses
pengerutan itu sejumlah serum diperas keluar dari bekuan, sehingga
bekuan menjadi kenyal.

D. Metoda
Tabung

E. Nilai Normal
Serum 40 – 60 % dari jumlah darah

F. Alat dan Bahan :


 Darah vena
 Alkohol 70 %
 Disposible syringe 5 mL
 Tabung sentrifuge berskala dan rak tabung
 Torniquet
 Kapas
 Lidi

G. Prosedur Kerja :
a. Ambil darah vena sebanyak 5 mL.
b. Masukkan ke dalam tabung sentrifuge yang bervolume 5 mL.
c. Masukan sebatang lidi ke dalam tabung tersebut.
d. Biarkan pada suhu kamar selama 2 – 3 jam (atau semalam dalam
lemari es).
e. Lepaskan bekuan darah dengan hati-hati dari dinding tabung,
angkat bekuan darah dari tabung dengan mengangkat lidi.
f. Catat volume serum yang ada dalam tabung dan volume serum
diukur dengan satuan % dari volume darah semula.

ii
Data Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
PROTOMBINE TIME (PT)

A. Tujuan
Menentukan aktivitas faktor-faktor pembekuan jalur ekstrinsik dan jalur
bersama (V, VII, X, Prothrombin) dan juga relatif sensitif dengan adanya
heparin dalam darah serta keadaan hipofibrinogenemia.

B. Dasar Teori
Protrombin disentesis oleh hati dan merupakan prekursor tidak aktif dalam
proses pembekuan. Protrombin dikonversi menjadi trombin oleh
tromboplastin yang diperlukan untuk membentuk bekuan darah.

Masa protrombin adalah uji koagulasi yang sering dilakukan. Masa


protrombin plasma (plasma prothrombin time, PPT) menilai kemampuan
faktor koagulasi ekstrinsik, yaitu faktor I (fibrinogen), faktor II
(prothrombin), faktor V (proakselerin), faktor VII (prokonvertin), dan
faktor X (faktor Stuart). Reagen yang digunakan adalah tromboplastin
jaringan dan kalsium terionisasi. Apabila ditambahkan ke plasma sitrat,
reagen-reagen ini akan menggantikan tromboplastin jaringan untuk
mengaktifkan faktor X dengan keberadaan faktor VII tanpa melibatkan
trombosit atau prokoagulan jalur intrinsik.

Untuk mendapatkan hasil PPT normal, plasma harus mengandung paling


sedikit 100 mg / dl fibrinogen dan kadar faktor VII, X, V, dan protrombin
yang memadai. Perubahan faktor V dan VII akan memperpanjangPPT
selama 2 detik atau 10% dari nilai normal. PPT memanjang karena
defisiensi faktor koagulasi jalur ekstrinsik dan bersama jika kadarnya
<30%.Pada penyakit hati, PPT memanjang karena sel hati tidak dapat
mensintesis protrombin.

Pemanjangan PPT bersama dengan waktu tromboplastin parsial (aPTT)


merupakan suatu temuan tersendiri. Pemanjangan PPT dan aPTT dapat
terjadikarena berbagai sebab, termasuk defisiensi faktor koagulasi

ii
multipel, terapi antikoagulan oral, penyakit hati, defisiensi vitamin K, dan
defisiensi faktor-faktor di jalur bersama.

Manfaat utama PPT adalah memantau terapi antikoagulan oral, misalnya


pemakaian bishidroksikoumarin (dikuamatrol) dan warfarin natrium
(Coumadin).

Telah direkomendasikan bahwa PPT dinyatakan sebagai Internasional


Normalized Ratio (INR). INR merupakan rancangan untuk memperbaiki
proses pemantauan terhadap terapi antikoagulan warfarin. Respon
penderita bervariasi terhadap terapi antikoagulan warfarin. Respon
penderita bervariasi terhadap dosis yang sama dari warfarin sehingga INR
digunakan sebagai uji yang terstadardisasi international untuk PPT. INR
dirancang untuk pemberian terapi warfarin jangka panjang dan boleh
digunakan setelah respon penderita stabil terhadap warfarin. Stabilisasi
memerlukan waktu sedikitnya satu minggu. Standar INR tidak boleh
digunakan jika penderita baru memulai terapi warfarin untuk untuk
menghindari hasil yang salah pada pengujian. Kisaran target INR untuk
penderita yang menjalani penggantian katup jantung adalah 2,3-3,5.

C. Prinsip
Ion kalsium dalam darah diikat dengan antikoagulan untuk pembekuan.
Plasma sitrat yang mengandung semua faktor koagulasi ekstrinsik kecuali
kalsium diinkubasikan dengan tromboplastin jaringan maka akan terjadi
bekuan fibrin. Waktu yang dperlukan untuk terjadinya bekuan dicatat
sebagai masa protrombin plasma.

D. Metoda
Quick One Stage

E. Nilai Normal
11 – 14 detik

ii
F. Alat dan Bahan

 Plasma Sitrat
 Kalsium-tromplastin (tromboplastin jaringan dalam CaCl2)
 Plasma kontrol normal ( Normal Coagulation Control Plasma, NCCP)
 Tabung reaksi
 Waterbath 37˚C
 Mikropipet 100 µL, tip kuning
 Mikropipet 200 µL, tip biru
 Ose / wire chrome
 Stopwatch
 Tissue

G. Prosedur Kerja :
1. Waterbath di stel pada 37˚C.
2. Plasma pasien diinkubasi dalam waterbath 370C selama 2-3 menit
sampai suhunya sama dengan waterbath.
3. Kedalam tabung reaksi dimasukkan 0,2 ml (200 µl) reagent
kalsium-tromboplastin kemudian dimasukkan ke dalam waterbath
370C minimal 1 menit sampai suhunya sama dengan waterbath.
4. Diambil plasma pasien sebanyak 0,1 ml (100 µl) dengan pipet lalu
ditambahkan ke dalam tabung yang berisi 0,2 ml (200 µl) reagent
kalsium-tromboplastin tersebut diatas dan pada saat yang sama
dihidupkan stopwatch.
5. Dicek adanya bekuan fibrin dengan menggunakan ose
tumpul/bulat. Tepat pada saat terlihat benang fibrin stopwatch
dimatikan dan dicatat waktu pembekuannya.
6. Dengan cara yang sama, dikerjakan pula kontrol plasma normal.

ii
Data Pengamatan

Pembahasan

ii
Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
activated PARTIAL TROMBOPLASTIN TIME (aPTT)

A. Tujuan
Untuk menentukan aktivitas faktor-faktor pembekuan jalur intrinsik dan
jalur bersama (prekalikrein HMWK, F XII, F XI, F X, F IX, F VIII, F V, F
II, dan fibrinogen) atau adanya inhibitor terhadap faktor- faktor
pembekuan tersebut.

B. Dasar Teori
Uji ini dilakukan pada spesimen darah yang telah diberi sitrat. Plasma
dikeluarkan dan diletakkan di tabung sampel, tempat zat ini direkalsifikasi,
dan ditambahkan reagen yang mengandung suatu faktor aktif-permukaan
seperti kaolin dan fosfolipid.Uji ini dapat dilakukan secara manual, atau
dapat dievaluasi dengan menggunakan instrument otomatis yang
mengeluarkan reagen yang bersangkutan. Masa tromboplastin parsial
(partial thromboplastin time,PTT) menilai jalur koagulasi intrinsik dan
jalur koagulasi bersama. Uji ini mengukur adanya faktor-faktor VIII, IX,
XI, dan XII, yang semuanya harus ada dalam kadar yang memadai agar
hasil uji normal. Faktor X dan V, protrombin, dan fibrinogen harus
ada.PTT lebih sensitif mendeteksi defisiensi minor jalur bersama daripada
waktu prothrombin. Sebagai patokan, kadar faktor di bawah 30 akan
memperpanjang PTT.

Pemeriksaan masa tromboplastin parsial atau aPTT memanjang pada


defisiensi yang didapat dan kondisi abnormal, seperti penyakit hati (mis.
Sirosis hati), koagulopati konsumtif (missal : DIC),circulating
anticoagulant (antiprothrombinase atau circulating anticoagulant
sterhadap suatu faktor koagulasi), terapi antikoagulan oral, treatment
dengan thrombin inhibitor, penyakit von Willebrand (hemofilia vaskular),
leukemia (mielositik, monositik), malaria dan pengaruh obat heparin,
salisilat.

ii
C. Prinsip
Ion kalsium dalam darah diikat dengan antikoagulan untuk mencegah
pembekuan. Plasma sitrat yang mengandung semua faktor koagulasi
intrinsik kecuali kalsium dan trombosit diinkubasikan dengan
tromboplastin parsial dengan bahan pengaktif. Setelah ditambah kalsium
maka akan terjadi benang fibrin. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya
benang fibrin dicatat sebagai masa tromboplastin parsial teraktivasi
(aPTT)

D. Metoda
Kit reagen dari Ortho Diagnostics Inc
E. Nilai Normal
25 – 40 detik
F. Alat dan Bahan

 Tabung reaksi
 Waterbath 37˚C
 Mikropipet 100 µL, tip kuning
 Ose
 Stopwatch
 Tissue
 Tromboplastin parsial (fosfolipid), CaCl2 0,025 M
 Plasma kontrol normal ( Normal Coagulation Control Plasma,
NCCP )

G. Prosedur Kerja :
1. CaCl2 0,025 M secukupnya diinkubasikan dalam waterbath 370C
2. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 0,1 ml ( 100 µl) plasma
pasien, kemudian tabung dimasukkan ke dalam waterbath dan
dibiarkan selama 1 menit.

ii
3. Ditambahkan 0,1 ml (100 µl) tromboplastin parsial (fosfolipid),
dicampur sebentar dan dibiarkan dalam waterbath selama 2-3
menit.
4. Ditambahkan 0,1 ml (100 µl) CaCl2 0,025 M yang telah
diinkubasikan dan pada saat yang sama stopwatch dinyalakan.
5. Dicek adanya benang fibrin dengan menggunakan ose
tumpul/bulat. Tepat pada saat terlihat benang fibrin stopwatch
dimatikan dan dicatat waktu pembekuannya.
6. Dengan cara yang sama, dikerjakan pula kontrol plasma normal.

Data Pengamatan

Pembahasan

ii
Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
HITUNG JUMLAH TROMBOSIT

A. Tujuan
Untuk menentukan jumlah sel trombosit dalam darah.

B. Dasar Teori
Trombosit adalah fragmen atau kepingan-kepingan tidak berinti dari
sitoplasma megakariosit yang berukuran 1-4 mikron dan beredar dalam
sirkulasi darah selam 10 hari.Gambaran mikroskopik dengan pewarnaan
Wright-Giemsa, trombosit tampak sebagai sel kecil, tak berinti, bulat
dengan sitoplasma berwarna biru keabu-abuan pucat yang berisi granula
merah-ungu yang tersebar merata.

Trombosit memiliki peran dalam sistem hemostasis, suatu mekanisme


faali tubuh untuk melindungi diri terhadap kemungkinan perdarahan atau
kehilangan darah.Fungsi utama trombosit adalah melindungi pembuluh
darah terhadap kerusakan endotel akibat trauma-trauma kecil yang terjadi
sehari-hari dan mengawali penyembuhan luka pada dinding pembuluh
darah.Mereka membentuk sumbatan dengan jalan adhesi (perlekatan
trombosit pada jaringan sub endotel pada pembuluh darah yang luka) dan
agregasi (perlekatan antar sel trombosit).

Orang-orang dengan kelainan trombosit, baik kualitatif maupun


kuantitatif, sering mengalami perdarahan disebut petechiae, dan tidak
dapat menghentikan perdarahan akibat luka yang disengaja maupun yang
tidak sengaja.

Agar dapat berfungsi dengan baik, trombosit memadai dalam kuantitas


(jumlah) dan kualitasnya. Pembentukan sumbat hemostatik akan
berlangsung dengan normal jika jumlah trombosit memadai dan
kemampuan trombosit untuk beradhesi dan beragregasi juga bagus.

ii
Beberapa uji laboratorium yang digunakan untuk menilai kualitas
trombosit adalah agregasi trombosit, retensi trombosit, retraksi bekuan,
dan antibodi anti trombosit.Sedangkan uji laboratorium untuk menilai
kuantitas trombosit adalah waktu pendarahan (bleeding time, BT) dan
hitung trombosit.

Jumlah trombosit normal adalah 150.000-450.000 per mikroliter


darah.Dikatakan trombositopenia ringan apabila jumlah trombosit antara
100.000-150.000 per mikroliter darah. Apabila jumlah trombosit kurang
dari 60.000 per mikroliter darah makan akan cenderung terjadi perdarahan.
Jika jumlah trombosit diatas 40.000 per mikroliter darah biasanya tidak
terjdi perdarahan spontan, tetapi dapat terjadi perdarahan setelah
trauma.Jika terjadi perdarahan spontan kemungkinan fungsi trombosit
terganggu atau ada gangguan pembekuan darah. Bila jumlah trombosit
kurang dari 40.000 per mikroliter darah, biasanya terjadi perdarah spontan
dan bila jumlahnya kurang dari 10.000 per mikroliter darah perdarahan
akan lebih berat. Dilihat dari segi klinik, penurunan jumlah trombosit lebih
memerlukan perhatian daripada kenaikannya (trombositosis) karena
adanya resiko perdarahan.

C. Prinsip
Darah diencerkan dengan Amonium oksalat 1%, maka sel-sel selain
trombosit dilisiskan dan darah menjadi lebih encer sehingga sel trombosit
lebih mudah di hitung. Jumlah sel trombosit dihitung dengan bilik hitung
di bawah mikroskop.

D. Metoda
 Haemocytometer (Amonium Oksalat 1%)
 Tabung

ii
E. Nilai Normal
150.000 – 400.000 sel / mm3

F. Alat dan Bahan :


 Haemocytometer
 Vaccinostyle
 Mikroskop
 Cawan petri + kapas basah
 Tissue
 Darah
 Alkohol 70%
 Larutan Amonium Oksalat 1%

G. Prosedur Kerja :
Metode Haemocytometer
1. Siapkan bilik hitung dengan deck glass, gosok deck glass pada
bilik hitung hingga membentuk cincin newton.
2. Siapkan cawan petri yang berisi kapas basah.
3. Tusuk jari pasien dengan Vaccinostyle.
4. Darah yang keluar dihisap dengan pipet thoma eritrosit sampai
angka 1.
5. Hisap larutan Amonium Oksalat sampai angka 101 (pengenceran
100 kali).
6. Kocok perlahan selama 3 menit.
7. Buang tiga tetes pertama lalu masukan ke dalam bilik hitung.
8. Simpan dalam cawan petri lembab selama 15 – 30 menit.
9. Hitung dalam seluruh kotak kecil ( 1/20 x 1/20 mm2).

ii
Metode Tabung

1. Pipet 2 ml larutan Amonium oksalat 1% dan masukkan ke dalam


tabung reaksi, kemudian tambahkan 0,01 ml sampel darah, campur
hingga homogen.
2. Siapkan bilik hitung. Letakkan kaca penutup pada bilik hitung.
Agar kaca penutup mudah melekat, kedua tanggul bilik hitung
dapat sedikit dibasahi dengan kapas basah.
3. Siapkan cawan petri yang berisi kapas basah
4. Kocok tabung beberapa kali supaya homogen. Kemudian pipet
larutan sampel dan alirkan perlahan-lahan ke dalam bilik hitung.
Cairan tidak boleh mengalir keluar bilik hitung.
5. Letakkan bilik hitung dalam cawan petri yang sudah diberi kapas
basah selama 15 – 30 menit.
6. Hitung sel-sel trombosit pada mikroskop dengan perbesaran
sedang (40x) dalam seluruh kotak kecil (1/20 x 1/20 mm2)

Data Pengamatan

ii
Pembahasan

Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
KADAR FIBRINOGEN METODE CLAUSS

A. Tujuan
Untuk menentukan kadar fibrinogen dalam darah.
B. Dasar Teori
Fibrinogen adalah glikoprotein dengan berat molekul mencapai 340.000
dalton. Fibrinogen disentesis di hati (1,7-5 g/hari) dan oleh megakariosit.
Di dalam plasma kadarnya sekitar 150-450 mg/dl.Waktu paruh fibrinogen
sekitar 3-5 hari. Fibrinogen tersusun atas 6 rantai, yaitu : 2 rantai Aα, 2
rantai Bβ dan 2 rantai ɣ. Trombin (FIIa) memecah molekul fibrinogen
menjadi 2 fibrinopeptide A (FPA) dari rantai Aα dan 2 fibrinopeptide B
(FPB) dari rantai Bβ. Fibrin monomer yang dihasilkan dari reaksi ini
kemudian berlekatan membentuk fibrin, yang selanjutnya distabilkan oleh
faktor XIIIa. Tahap pertama stabilisasi terdiri atas ikatan dua rantai ɣ dari
dua fibrin monomer.Ikatan ini adalah asal dari D-Dimer, produk degradasi
fibrin spesifik.Fibrinogen dapat didegradasi oleh plasmin.

Defisiensi fibrinogen dapat menyebabkan perdarahan.Deplesi fibrinogen


dapat terjadi pada situasi-situasi yang disertai dengan penurunan sintesis,
seperti yang mungkin dijumpai pada penyakit hati; namun hal ini jarang
terjadi. Penyebab lain deplesi fibrinogen adalah konsumsi fibrinogen, yang
dapat terjadi pada koagulasi intravascular (disseminated intravascular
coagulation,DIC) atau pada pengaktifan fibrinolisis. Kadar fibrinogen
yang rendah akibat DIC biasanya disebabkan oleh trauma atau
komplikasiobsetrik yang berat.Pada dasarnya PTTdan aPTT yang
memanjang, serta hitung trombosit yang rendah menandakan terjadinya
defisiensi fibrinogen dan juga merupakan tanda DIC. Produk degradasi
fibrin (.fibrin degradation product, FDP) biasanya diukur untuk
memastikan terjadinya DIC

ii
Pemeriksaan fibrinogen bertujuan untuk mengukur jumlah fibrinogen
daam darah pasien. Pemeriksaan ini dilakukan terhadap penderita dengan
kelainan atau penyakit yang dapat menyebabkan kekurangan fibrinogen
dan dalam keadaan tertentu pada penderita dengan kemungkinan
peningkatan kadar fibrinogen. Pemeriksaan dilakukan dengan cara menilai
terbentuknya bekuan bila kie dalam plasma yang diencerkan ditambahkan
trombin. Waktu pembekuan dari plasma terdilusi berbanding terbalik
dengan kadar fibrinogen.

C. Prinsip
Ion kalsium dalam darah diikat dengan antikoagulan untuk mencegah
pembekuan. Plasma ditambah thrombin pada suhu tertentu akan terbentuk
benang fibrin. Waktu yang diperlukan untuk terbentuknya benang fibrin
berbanding terbalik dengan kadar fibrinogen.

D. Metoda
Clauss
E. Nilai Normal
123 – 370 mg / dl

F. Alat dan Bahan


:
 Tabung reaksi, rak tabung reaksi
 Disposyble syringe, sentrifuge
 Waterbath 37˚C
 Mikropipet 200 µL , tip biru
 Mikropipet 100 µL, tip kuning
 Ose
 Darah Vena
 Antikoagulan Na-sitrat 3,2 %

ii
 Kit Fibrinogen :
- 3 vial Refferens plasma
- 5 vial Thrombin
- 3 vial QFA buffer
- Aquadest

G. Prosedur Kerja :
 Pembuatan Grafik
1. Tiap vial / tabung Refferens plasma larutkan dalam 1 mL aquadest.
2. Masing-masing diencerkan 1 : 5 dengan buffer (0,1 + 0,4 mL
buffer).
3. Ambil 200 µL sampel masukkan pada tabung yang sudah
dikondisikan 37˚C pada waterbath. Biarkan 5 menit.
4. Tambahkan 100 µL thrombin yang sudah dilarutkan dengan1 mL
aquadest.
5. Pada saat penambahan thrombin, tekan stopwatch.
6. Periksa dengan ose sampai terbentuk benang-benang fibrin.
7. Catat waktunya. Buat grafik yang tersedia.
 Pemeriksaan Sampel
1. Darah diambil 0,9 cc ditambah dengan 0,1 cc Na Sitrat 3,2% -
3,8%, kenudian diputar dengan kecepatan 2000 rpm selama 10
menit.
2. Plasma dipisahkan dan encerkan 1:10 dengan buffer (0,1 mL
plasma + 0,9 mL buffer).
3. Ambil 200µL plasma masukkan dalam tabung reaksi di dalam rak
yang sudah dikondisikan pada suhu 37˚C. Biarkan 5 menit.
4. Tambahkan 100 µL thrombin.
5. Pada saat penambahan thrombin, tekan stopwatch.
6. Periksa dengan ose sampai terbentuk benang-benang fibrin.
7. Catat waktunya.
8. Baca hasilnya dengan memeriksa grafik yang sudah dibuat.

ii
Data Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

Praktikan Pembimbing

(............................................) (............................................)

ii
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata.Penuntun Laboratorium Klinik.2007. Jakarta : Dian Rakyat


2. Hardjoeno H, dkk.Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik.
2003.Makasar : Lembaga penerbitan Universitas Hasanuddin.
3. Riswanto.Pemeriksaan Laboratorium Hematologi.2013.Yogyakarta : Alfamedia
& Kanal Medika
4..Setiabudy RD.Hemostasis dan Trombosis.2009. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Edisi Kelima

ii

Anda mungkin juga menyukai