Tantangan yang dihadapi triage IGD adalah distribusi dan manajemen lalu lintas pasien
overload (berlebih). Pasien overload dapat mengganggu pelayanan IGD. Overload ini dapat
menghabiskan sumber daya IGD sehingga pelayanan IGD tidak lagi efficient dan effective.
Guna mencegah dan mengantisipasi hal tersebut, disusun suatu sistem triage IGD. Sistem triage
IGD banyak versi dan modifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing rumah sakit.
Diantaranya adalah Emergency Severity Index (ESI) dan Singapore Patient Acuity Category
Scale (PACS). Dua sistem tersebut sering diadopsi oleh rumah sakit dan negara-negara di
dunia.
Sistem PACS berasal dari Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit-rumah
sakit bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital. PACS terdiri dari 4
skala prioritas :
Baik PACS dan ESI ditunjang penelitian multicenter dan diterima secara luas. Kedua
sistem hospital triage tersebut memiliki pijakan pemilihan pasien berdasarkan temuan
klinis pada first sight atau initial assessment . Paradigma pemilihan berdasarkan
diagnosis penyakit sudah mulai ditinggalkan karena rentan delay dan mistriage. ESI dan
PACS merupakan triage berbasis bukti (evidence based triage) dengan tingkat evidens
dan rekomendasi yang paling mumpuni saat ini. efisiensi dan efektivitas kedua sistem
tersebut teruji dengan banyaknya rumah sakit yang mengadopsi.
Perbedaan ESI dan PACS terletak pada dimensi parameter pemilahan. ESI membagi
kegawatan rumah sakit dalam dua parameter, yakni parameter gangguan ABCD dan
parameter sumber daya. Gangguan yang sedang berlangsung (impending) pada ABCD
mendapat prioritas pertamasedangkan gangguan ABCD tidak langsung ( potential )
memperoleh prioritas kedua. Parameter sumber daya diartikan makin banyak sumber daya
dibutuhkan dalam manajemen suatu penyakit maka makin serius penyakit tersebut. PACS
tidak mengikutsertakan parameter sumber daya. PACS fokus pada parameter klinis
pasien.
Sistem PACS dapat dijelaskan secara sederhana yaitu pasien emergency dan non
emergency. Paramater emergency terdiri atas ABCD, hemodinamik, distress,
mampu beraktivitas atau terbaring, dan resiko kolaps sedangkan non emergency tidak
ditemukan urgensi pengobatan dan dapat dirawat secara poliklinis. Kita tidak harus
mengikuti jejak rumah sakit lain mengadopsi salah satu sistem tersebut. Namun, kita dapat
memodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit masing-masing.