Anda di halaman 1dari 3

IN HOSPITAL TRIAGE (ESI VS PACS)

Tantangan yang dihadapi triage IGD adalah distribusi dan manajemen lalu lintas pasien
overload (berlebih). Pasien overload dapat mengganggu pelayanan IGD. Overload ini dapat
menghabiskan sumber daya IGD sehingga pelayanan IGD tidak lagi efficient dan effective.
Guna mencegah dan mengantisipasi hal tersebut, disusun suatu sistem triage IGD. Sistem triage
IGD banyak versi dan modifikasi sesuai dengan kondisi masing-masing rumah sakit.
Diantaranya adalah Emergency Severity Index (ESI) dan Singapore Patient Acuity Category
Scale (PACS). Dua sistem tersebut sering diadopsi oleh rumah sakit dan negara-negara di
dunia.

Di Indonesia rumah sakit-rumah sakit pemerintah dan swasta mengadopsi dan


memodifikasi dua sistem tersebut. Meskipun demikian, tidak sedikit rumah sakit yang
menyusun sistem triage sendiri.

Sistem PACS berasal dari Singapura dan diadopsi oleh rumah sakit-rumah
sakit bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital. PACS terdiri dari 4
skala prioritas :

1) PAC 1 merupakan kategori pasien-pasien yang sedang mengalami kolaps


kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam nyawa. Pertolongan pada kategori
ini tidak boleh delay. Contoh PAC 1 antara lain major trauma, STEMI, cardiac arrest,
dan lain-lain.
2) PAC 2 merupakan kategori pasien-pasien sakit berat, tidur di brankar/bed, dan distress
berat tetapi keadaan hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal. Pasien ini mendapat
prioritas pertolongan kedua dan pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak
mendapat pertolongan. Contoh PAC 2 antara lain stroke, close fracture tulang panjang,
asthma attack, dan lain-lain.
3) PAC 3 merupakan kategori pasien-pasien sakit akut, moderate, mampu berjalan, dan
tidak beresiko kolaps. Pertolongan secara effective di IGD biasanya cukup
menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit pasien. Contoh PAC 3 antara lain
vulnus, demam, cedera ringan-sedang, dan lain-lain.
4) PAC 4 merupakan kategori pasien-pasien non emergency. Pasien ini dapat dirawat di
poli. Pasien tidak membutuhkan pengobatan segera dan tidak menderita penyakit yang
beresiko mengancam jiwa. Contoh PAC 4 antara lain acne, dyslipidemia, dan lain-lain.
Sistem ESI dkembangkan di Amerika Serikat dan Kanada oleh perhimpunan perawat
emergensi dan dokter spesialis emergensi. ESI diadopsi secara luas di Eropa, Australia, Asia,
dan rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. ESI memiliki 5 skala prioritas.

1) Prioritas 1 (label biru) merupakan pasien-pasien dengan kondisi impending life/limb


threatening problem sehingga membutuhkan immediate life-saving
intervention (cito tindakan). Parameter prioritas 1 adalah semua gangguan signifikan
pada ABCD. Contoh antara lain cardiac arrest, status epileptic, hypoglycemic coma,
dan lain-lain.
2) Prioritas 2 (label merah) merupakan pasien-pasien dengan kondisi potential life, limb,
or organ threatening problem sehingga pertolongan pada pasien-pasien mendesak
(urgent) dan tidak dapat ditunda ( should not wait ). Parameter prioritas 2 adalah
pasien-pasien hemodinamik atau ABCD stabil dengan kesadaran turun tapi tidak
koma (GCS 8 – 13), distress berat, dan high risk . Contoh prioritas 2 antara lain astma
attack, akut abdomen, electric injury.
3) Prioritas 3 (label kuning) merupakan pasien-pasien yang membutuhkan in-depth
evaluation, pemeriksaan klinis menyeluruh. Pasien label kuning memerlukan
“dua atau lebih” resources atau sumber daya/fasilitas perawatan IGD. Logikanya,
makin banyak sumber daya/resources dibutuhkan makin berat kegawatdaruratan
sehingga prioritas 3-5 berkaitan dengan kebutuhan resources. Contoh, sepsis
memerlukan pemeriksaan laboratorium, radiologis, dan ECG. Sepsis stabil
mempunyai prioritas lebih tinggi daripada typhoid fever tanpa komplikasi. Akan
tetapi, sepsis berat tergolong prioritas 2 (merah) dan shock septic prioritas 1 (biru).
4) Prioritas 4 (label kuning) merupakan pasien-pasien yang memerlukan satu macam
sumber daya perawatan IGD. Contoh pasien BPH memerlukan pemasanan kateter
urine, vulnus laceratum membutuhkan hecting sederhana, acute febrile illness
memerlukan pemeriksaan laboratorium, dan lain-lain.
5) Prioritas 5 (label putih) merupakan pasien-pasien yang tidak memerlukan sumber
daya. Pasien ini hanya membutuhkan pemeriksaan fisik dan anamnesis saja tanpa
pemeriksaan penunjang. Pengobatan pasien ini umumnya per oral atau rawat luka
sederhana. Contoh antara lain common cold, acne, excoriasi, dan lain-lain.

Baik PACS dan ESI ditunjang penelitian multicenter dan diterima secara luas. Kedua
sistem hospital triage tersebut memiliki pijakan pemilihan pasien berdasarkan temuan
klinis pada first sight atau initial assessment . Paradigma pemilihan berdasarkan
diagnosis penyakit sudah mulai ditinggalkan karena rentan delay dan mistriage. ESI dan
PACS merupakan triage berbasis bukti (evidence based triage) dengan tingkat evidens
dan rekomendasi yang paling mumpuni saat ini. efisiensi dan efektivitas kedua sistem
tersebut teruji dengan banyaknya rumah sakit yang mengadopsi.

Perbedaan ESI dan PACS terletak pada dimensi parameter pemilahan. ESI membagi
kegawatan rumah sakit dalam dua parameter, yakni parameter gangguan ABCD dan
parameter sumber daya. Gangguan yang sedang berlangsung (impending) pada ABCD
mendapat prioritas pertamasedangkan gangguan ABCD tidak langsung ( potential )
memperoleh prioritas kedua. Parameter sumber daya diartikan makin banyak sumber daya
dibutuhkan dalam manajemen suatu penyakit maka makin serius penyakit tersebut. PACS
tidak mengikutsertakan parameter sumber daya. PACS fokus pada parameter klinis
pasien.

Sistem PACS dapat dijelaskan secara sederhana yaitu pasien emergency dan non
emergency. Paramater emergency terdiri atas ABCD, hemodinamik, distress,
mampu beraktivitas atau terbaring, dan resiko kolaps sedangkan non emergency tidak
ditemukan urgensi pengobatan dan dapat dirawat secara poliklinis. Kita tidak harus
mengikuti jejak rumah sakit lain mengadopsi salah satu sistem tersebut. Namun, kita dapat
memodifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi rumah sakit masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai