Oleh :
Kelompok 5
1. Dwi Liana Abdi Pertiwi P07134018084
2. Shindy Sausan P07134018085
3. I Putu Virgatha Satya Adi Candra P07134018086
4. Luh Gede Meilia Ayu Suari Putri P07134018087
5. Putu Talia Jayanti P07134018088
6. Nadya Inderawati P07134018089
7. I Putu Ritzky Mahendra Yogi P07134018090
II. METODE
1. Pemeriksaan Makroskopis
Pengamatan langsung secara makroskopis pada sampel cairan otak.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah dan jenis sel pada
cairan otak adalah bilik hitung/ kamar hitung Improved Neubaure.
3. Pemeriksaan Kimia
Metode pemeriksaan None adalah none-apelt dan metode pemeriksaan
Pandy adalah pandy
III. PRINSIP
1. Pemeriksaan Makroskopis
Hasil pengamatan pada sampel cairan otak dibandingkan dengan cairan
otak yang normal, kemudian diinterpretasikan.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Liquor Cerebro Spinalis diencerkan dengan larutan turk pekat akan ada
sel leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar
hitung di bawah mikroskop.
3. Pemeriksaan Kimia
- Pemeriksaaan None-Apelt
Reagen None memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam
bentuk kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan
dengan kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang
terbentuk makin tebal.
- Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan
globulin) dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi
kekeruhan atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
a. Alat
- Pipet thoma leukosit
- Kamar hitung Improved Neubauer
- Glass beaker
- Mikroskop
b. Bahan
- Sampel cairan otak
- Larutan Turk
- Aquadest
- Tissue
3. Pemeriksaan Kimia
a. Alat
- Tabung kecil diameter 7 mm
- Pipet ukur 1 ml
- Ball pipet
- Pipet tetes
- Stopwatch
- Gelas arloji
b. Bahan
1. Reagen none : Larutan (NH4)2SO4 jenuh.
2. R 1 : 85 g netral (NH 4)2SO4 dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dipanaskan pada suhu 90ºC, dibiarkan beberapa hari.
3. Reagen Pandy
- Fenol Kristal : 10 g
- Aquadest : 100 ml
Dikocok, diinkubasi pada suhu 37ºC selama beberapa hari, reagen
harus sering dikocok.
Jenis Pemeriksaan:
Hitung Jumlah Sel
Hitung Jenis Sel
Bakterioskopi
Cara kerja:
1. Cairan otak yang diperiksa dikocok dahulu agar homogen
2. Larutan turk dihisap sampai angka 1
3. Larutan cairan otak dihisap sampai angka 11
4. Dikocok perlahan selama lebih kurang 3 menit dengan
menggerakkan pipet tegak lurus sumbu panjang pipet
5. Lalu dibuang 3 tetes cairan pertama
6. Diteteskan pada bilik hitung Improved Neubauer
7. Dibiarkan selama 5 menit agar sel mengedap
8. Dihitung sel dalam kamar hitung pada semua kotak leukosit di
mikroskop lensa objektif 10x/ 40x serta dihitung jenis selnya
(hitung dalam 3 kamar hitung, kemudian kalikan 3)
Dengan perhitungan : Jumlah sel/ mm3 = 10/9 X N sel/ mm3
3. Pemeriksaan Kimia
a. Pemeriksaan None-Apelt
- Tabung serologi diisi dengan 1 ml larutan ammonium sulfat
jenuh
- Dituang 0,5 ml LCS dengan cara pelan-pelan lewat dinding
tabung sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas
adalah LCS
- Diamkan selama 3 menit
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap
b. Pemeriksaan Pandy
- Gelas arloji diisi dengan 1 ml reagen Pandy
- Ditetesi dengan 1 tetes LCS
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan
- Ditetesi dengan 1 tetes LCS
- Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan
- Pemeriksaan Pandy
Negatif : bila tidak terjadi kekeruhan (berkabut/ opalescent)
+1 : opalescent (kadar protein 50-100 mg%)
+2 : keruh (kadar protein 100-300 mg%)
+3 : sangat keruh (kadar protein 300-500 mg%)
+4 : Keruh seperti susu (kadar protein > 500 mg%)
2. Pemeriksaan Mikroskopis
- Hitung Jumlah Sel
Hitung Jumlah Sel = 0/ mm3 (Normal)
- Hitung Jenis Sel
MN = –
PMN = –
3. Pemeriksaan Kimia
- Pemeriksaan Nonne – apelt
Sampel : LCS dari sampel rumah sakit
Hasil : +3, ditandai dengan cincin putih yang tampak jelas
apabila dikocok menjadi keruh
Sebelum dihomogenkan l, terdapat cincin putih yang tampak jelas
- Pemeriksaan Pandi
Sampel : LCS dari sampel rumah sakit
Hasil : +1 , Ditandai dengan opatescent atau kekruhan pada
bagian tengah, disekitarnya cairan masih jernih ( kadar protein 50-
100 mg% )
terdapat opatescent atau kekruhan pada bagian tengah, disekitarnya cairan masih
jernih
IX. PEMBAHASAN
Liquor cerebrospinalis (LCS) adalah cairan jernih yang menyelimuti
susunan saraf pusat yang menggenangi otak dan medula spinalis. Fungsi utama
LCS adalah sebagai alat pelindung bila terjadi hantaman keras pada tengkorak
yang dapat menyebabkan cidera berat. Liquor cerebro spinalis juga dapat
digunakan untuk menentukan penyebab penyakit yang menyerang susunan saraf
pusat. (Widyastiti2012)
Liquor cerebro spinalis berwarna jernih dan dinyatakan patologi sapa bila
berwarna kuning (xantochrome), cucian daging atau keruh (purulenta). Warna
kuning muncul dapat disebabkan oleh kadar protein lebih dari 1 g/L. Warna
merah muda pada LCS dapat disebabkan eritrosit yang melebihi 500 sel/cm 3.
Jumlah sel leukosit pada LCS dapat mencapai 4 - 5 sel/mm 3 dengan mungkin
hanya 1 sel PMN saja. Jumlah sel leukosit akan meningkat pada proses
inflamasi. Perhitungan jumlah sel harus dilakukan segera dan tidak boleh lebih
dari30 menit setelah pungsi lumbal. Penundaan pemeriksaan akan menyebabkan
sel mengalami lisis, pembekuan serta pembentukan fibrin,yang akan
mempengaruhi hasil perhitungan sel. Leukositosis ringan (5-20 sel/mm3) adalah
keadaan abnormal namun tidak spesifik.
Tekanan LCS dipengaruhi oleh kecepatan pembentukan cairan dan tahanan
terhadap absorpsi melalui vili araknoid. Peningkatn salah satu factor akan
menyebabkan peningkatan tekanan, demikian sebaliknya penurunan salah satu
faktor akan menyebabkan penurunan tekanan. Tekanan LCS juga dapat
dipengaruhi oleh posisi; dimana tekanan normal pada posisi berbaring
menghadap satu sisi adalah 8 - 15 mHg atau 1,1 - 2 kPa dan teknana pada posisi
duduk tegak adalah sebesar 16-24 mmHg atau 2,1 - 3,2 kPa. Tekanan LCS pada
anak berkisar 4,4 - 7,3 mmHg atau 0,78 - 0,98 kPa. (Agamanolis2011)
Metode pemeriksaan kadar protein LCS
1. Pemeriksaan Non ne-Apelt dan Pandy
Kedua pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan protein kualitatif yang
paling umum digunakan untuk melihat adanya protein dalam LCS.
a. Pemeriksaan Pandy
Pemeriksaan Pandy digunakan untuk mengetahui adanya protein jenis globulin
dan albumin secara kualitatif. Pemeriksaan ini menggunakan larutan fenol jenuh
yang dibuat dari 10 mL penolum liquefactum dalam 90 mL akuades dan
disimpan selama beberap hari dalam lemari gelap. Pemeriksaan dilakukan
dengan menambahkan 2 tetes spesimen LCS ke dalam 1 mL reagen Pandy. Hasil
dibaca segera dan dinyatakan positif apabila terbentuk kekeruhan berwarna putih
yang bervariasi dari kabut halus hingga menyerupai gumpalan. Intensitas
kekeruhan tersebut dipengaruhi oleh kadar protein LCS. (Gandasoebrata 2007)
b. Pemeriksaan Non ne-Apelt
Pemeriksaan Non ne-Apelt atau pemeriksaan Ross-Jones digunakan untuk
mengetahui adanya protein jenis globulin secara kualitatif. Pemeriksaan ini
menggunakan larutan amonium sulfat jenuh yang terdiri dari 80 gram amonium
sulfat dalam 100 mL akuades. Prosedur pemeriksaan dengan menambahkan 2
tetes spesimen LCS melalui dinding tabung pada 1 mL reagen Non ne-Apelt.
Hasil positif apabila terbentuk cincin putih. (Gandasoebrata 2007)
2. Metode automatic analyser
Pemeriksaan kadar protein LCS menggunakan metode auto matic
analyser merupakan metode yang paling umum digunakan dan telah banyak
tersedia di berbagai instalasi laboratorium. Metode ini merupakan modifikasi
dari metode pirogalol molibdat - merah (SIEMENS2015). Priogalol merah yang
dikombinasikan dengan natrium molibdat akan membentuk komplek merah
dengan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 470 nm. Protein pada
sampel akan bereaksi dengan komplek tersebut dalam suasana asam yang akan
membentuk komplek berwarna ungu kebiruan dengan absorbansi pada panjang
gelombang 600 nm. Hasil pembacaan pada panjang gelombang 600 nm tersebut
secara langsung menggambarkan kadar protein dalam spesimen.
Pemeriksaan kadar protein LCS menggunakan metode ini membutuhkan
sampel yang benar-benar bebas dari kontaminasi protein plasma. Spesimen LCS
yang mengandung darah akan menyebabkan kadar protein yang tidak valid.
Spesimen sebaiknya diperiksa langsung dan dapat bertahan hingga kurang dari
72 jam bila disimpan pada suhu 4°C atau 6 bulan apabila dibekukan. (Tietz2006)
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi kadar protein dari 6 hingga 250mg/dL.
Hasil lebih dari 250 mg/dL sebaiknya diulang dengan pengenceran. Sampel yang
mengandung amikasin, gentamisin, kanamisin dan tobramisin harus dihindari
karena dapat menyebabkan peningkatan kadar palsu. (SIEMENS2015)
3. Metode carik celup
Pemeriksaan kadar protein menggunakan metode carik celup merupakan
jenis pemeriksaan yang umum digunakan untuk spesimen urin. Pemeriksaan ini
memiliki keunggulan berupa efisiensi waktu dan biaya serta pelaksanaan yang
mudah dan tidak rumit. Pemeriksaan ini menggunakan prinsip “error of
indicators” yang melibatkan pH specimen dengan reagen tetrabromofenol biru
0,34 mg. pH spesimen akan dipertahankan oleh buffer kemudian protein yang
terdapat dalam specimen akan menyebabkan pelepasan ion H+ oleh zat warna
dan menyebabkan perubahan warna dari kuning (atau kuning kehijauan) hingga
hijau - biru.
Hasil pemeriksaan terbaca sebagai gradasi warna dimana warna kuning
(-) setara dengan kadar protein 0 mg/dL, warna hijau muda (+1) setara dengan
kadar protein hingga 30 mg/dL, warna hijau daun (+2) setara dengan kadar
protein hingga 100 mg/dL, warna hijau tua (+3) setara dengan kadar protein
hingga 300 mg/dL dan warna hijau kebiruan (+4) setara dengan kadar protein
hingga 1.000 mg/dL.Pemeriksaan ini memiliki kelemahan dalam hal
subjektifitas dalam penilaian gradasi warna maupun penilaian yang harus
dilakukan secara segera untuk menghindari perubahan intensitas warna yang
melebih kadar sesungguhnya.
4. Pemeriksaan mikroskopis cairan
Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan oleh praktikum meliputi
pemeriksaan jumlah sel leukosit dan pemeriksaan jenis sel leukosit. Pada
pemeriksaan hitung jumlah sel leukosit dalam cairan LCS dilakukan dengan
mengencerkan cairan LCS dengan pipet Thoma leukosit, kemudian dimasukkan
ke dalam kamar hitung. Larutan pengencer yang digunakan adalah larutan Turk.
Cairan LCS diisap hingga tanda 1 pada pipet Thoma leukosit, dan selanjutnya
dengan menahan cairan LCS pada tanda 1 diisap larutan turk hingga tanda 11.
Dihomogenkan sampel yang ada dalam pipet Thoma selama 15-30 detik. Sampel
cairan yang ada dibatang kapiler pipet dibuang 3 tetes, hal ini dilakukan untuk
membuang laruan pengencer agar cairan LCS yang diteteskan diatas kamar
hitung hasilnya representatif. Setelah sampel di buang 3 tetes, segara
disentuhkan ujung pipet Thoma pada sudut 30o pada permukaan kamar hitung
dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Sebelum dilakukan perhitungan
kamr hitung yang berisi sampel dimasukkan ke dalam cawan Petri yang berisi
tisu basah, ditutup cawan Petri selama 2-3 menit. Hal tersebut dilakukan agar
leukosit dalam cairan LCS mengendap, sehingga akan mudah diamati. Leukosit
dihitung pada semua 3 bidang besar yang ada pada sudut-sudut kamar hitung.
Sel yang menyinggung garis batas kiri dan garis batas kanan boleh dihitung
sedangkan sel yang menyinggung garis batas kanan dan garis bawah tidak boleh
dihitung. Prosedur yang dilakukan praktikan adalah untuk cairan otak jernih
yang jumlah selnya sedikit. Untuk cairan otak yang keruh maka pilihlah
pengenceran yang sesuai dengan kekeruhan tersebut, misalnya dengan
pengenceran yang digunakan untuk menghitung jumlah leukosit dalam darah.
Dalam keadaan normal jumlah leukosit 0 – 5 sel/µL cairan otak dan 0 – 20
sel/µL cairan otak (untuk balita). Ambang batas normal, jumlah leukosit 6 – 10
sel/µL cairan otak. Abnormal, jumlah leukosit 6 – 10 sel/ µL cairan otak.
Poliomyelitis, enchephalitis, meningitis tuberculosa, dan neurosyphilis disertai
pleiositosis ringan sampai 200sel/µL cairan otak (Bakti, 2015).
Berdasarkan praktikum yang telah kelompok kami lakukan yaitu
pemeriksaan LCS pada cairan otak dengan menggunakan pemeriksaan kimia
cairan otak (Pemeriksaan Non ne-Apelt dan Pandy) dan pemeriksaan
mikroskopis. Pada pemeriksaan LCS yang sampel berasal dari rumah sakit
didapatkan hasil makroskopis : warna cairan kekunigan, jernih, tidak terdapat
bekuan, viskositas sedikit kental, pH cairan 7 yang berarti pemeriksaan
makroskopis. Sedangkan pada pemeriksaan kimia metode Non ne-Apelt
didapatkan hasil +3 ditandai dengan cincin putih yang tampak jelas dan apabila
dikocok menjadi keruh dan Metode Pandy mendapatan hasil +1 ditandai dengan
opalescent yang berarti kadar protein pada cairan 50 – 100 mg%.
Pada pemeriksaan mikroskopis yang telah kelompok kami lakukan,
sampel yang berasal dari rumah sakit tidak didapatkan hasil leukosit pada cairan
otak tabung tutup kuning. Apabila dibandingkan dengan nilai interpretasi hasil,
nilai tersebut normal.
X. KESIMPULAN
Pada pemeriksaan makroskopis, mikroskopis dan kimia metode None-
Apelt dan Pandy pada cairan otak atau LCS yang merupakan sampel dari rumah
sakit didapatkan hasil makroskopis yaitu warna kekuningan seperti serum,
jernih, tidak terdapat bekuan, viskositas sedikit kental dan pH cairan 7 yang
berarti pemeriksaan makroskopis normal.
Pemeriksaan mikroskopis mendapatkan hasil tidak ditemukan sel
maupun bakteri yang berarti normal. Sedangkan pemeriksaan kimia metode
None-Apelt mendapatkan hasil +3 (+++) ditandai dengan adanya cincin putih
yang tampak jelas apabila dikocok menjadi keruh dan metode Pandy
mendapatkah hasil +1 (+) ditandai dengan opalascent kekeruhan pada bagian
tengah dan disekitarnya masih jernih dengan kadar protein 50-100 mg%.