Anda di halaman 1dari 18

SITOHISTOTEKNOLOGI

PEWARNAAN HE DAN AgNO3

Dosen Pembimbing :

Dr. Dra. Syarifah Miftahul El Jannah T,M,Biomed.

Disusun oleh :

1. Ahmad Fauzi ( 1010191009 )


2. Pimpi Vivika Dewi ( 1010191091 )
3. Putri Wulandari ( 1010191096 )
4. Tarsih Nur Widaningsih ( 1010191119 )

UNIVERSITAS MH THAMRIN

2019-2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang memberi rahmat dan
karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Dimana
tugas makalah ini penulis sajikan dalam bentuk baku dan sederhana. Adapun judul tugas
makalah ini adalah

“Sitohistoteknologi Pewarnaan HE dan AgNO3”

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan kita tentang
histologi sistem peredaran darah manusia. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan
manfat bagi kita semua.
Terima Kasih.

Jakarta, 16 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang
....................................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
....................................................................................................................................
1
C. Tujuan Penulisan
....................................................................................................................................
1
D. Metode Penyelesaian
....................................................................................................................................
2
BAB II : PEMBAHASAN...................................................................................................3

1. Pewarnaan HE
....................................................................................................................................
3
2. Pewarnaan AgNO3
....................................................................................................................................
10
BAB III : PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan
....................................................................................................................................
13
B. Saran
....................................................................................................................................
13

ii
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Histoteknik adalah suatu metode dalam proses pembuatan preparat histologi dari
suatu spesimen tertentu dengan melalui serangkaian proses hingga menjadi preparat yang
dapat diamati atau dianalisa. Spesimen jaringan yang digunakan untuk membuat preparat
histologis bisa didapatkan dari manusia dan hewan. Jaringan tersebut dapat diperoleh dari
hewan yang difiksasi dalam keadaan hidup (fiksasi supra/ intravital) maupun dari hewan
yang sudah mati (fiksasi emersi/rendam).

Observasi mikroskopis suatu preparat histologi bisa berasal dari jaringan normal
maupun jaringan yang mengidap sesuatu penyakit tertentu (patologis) akan memiliki
hasil yang lebih baik jika dalam proses pembuatannya dilakukan dengan persiapan yang
baik, proses penyayatan dilakukan cukup tipis, pemberian pewarnaan yang sesuai,
sehingga hasilnya mencerminkan berbagai elemen jaringan yang diteliti agar lebih mudah
untuk diamati. Alhasil, tidak hanya penelitian secara mikroanatomi yang dapat dilakukan,
namun dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan berbagai perubahan yang
terjadi pada sel-sel jaringan yang diamati. Beberapa jenis jaringan terkadang memerlukan
perlakuakan yang khusus untuk dapat menelitinya, sebagai contoh jenis pewaranaan yang
digunakan harus sesuai dengan jenis jaringan tertentu.

B. Tujuan

Makalah ini dibuat penulis dengan tujuan agar mahasiswa/I, tenaga medis dapat
memahami berkaitan dengan pewarnaan jaringan.

C. Rumusan masalah
1. Bagaimana cara pelaksaan pewarnaan jaringan menggunakan pewarnaan HE ?
2. Bagaimana cara pelaksanaan pewarnaan jaringan menggunakan pewarnaan AgNO3 ?

1
D. Metode Penyelesaian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka pemecahan masalah kami menitik
beratkan kepada studi kepustakaan dengan mencari buku sumber yang relevan dengan
pembahasan masalah. Selain itu, kami juga mencari data yang menunjang dari media
komunikasi elektronik yakni internet. Kemudian kami mengolah data dengan cara
memilih data yang sesuai dan mendekati kebenaran.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Pengertian pewarnan jaringan

Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen


tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin
adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.

Seperti merupakan peraturan, hamatoxillin digunakan terlebih dahulu dan setelah


melalui proses diferensiasi, maka barulah eosin digunakan. Pertukaran tempat keduanya
tampaknya akan menimbulkan kesukaran, karena pewarna hematoxilin akan mewarnai
lebih cepat dari pada pewarna paduannya yang umumnya berperan sebagai counterstain
yang intensitas pewarnaanya dapat diatur tanpa mempengaruhi pewarnaan hematoxilin.

Kesulitan tahapan ini adalah memilih jenis pewarna, karena dengan ketepatan
pemilihan bahan pewarna dapat menyesuaikan bagian apa pada spesimen tersebut yang
akan dilihat. Jika terjadi kesalahan dapat terjadi kekeliruan dalam tujuan penglihatan
spesimen.

Pewarnaan perlu dilakukan karena objek dengan ketebalan 5 mikrometer akan terlihat
transparan meskipun di bawah mikroskop. Pewarna yang biasa digunakan adalah
hematoxylin dan eosin.

Hematoxylin akan memberi warna biru pada nukelus, sementara eosin memberi
warna merah muda pada sitoplasma. Masih terdapat berbagai zat warna lain yang biasa
digunakan dalam mikroteknik, tergantung pada jaringan yang ingin diamati. Ilmu yang
mempelajari pewarnaan jaringan disebut histokimia.

Untuk menganalisis struktur jaringan yang telah diiris, preparat harus


diwarnai.Pewarnaan rutin yang sering dikerjakan adalah haematoxylin-eosin (HE),
karena pewarnaan ini dapat menunjukkan sebagian besar struktur histologi.

3
B. Macam-macam pewarnaan

Pewarnaan menggunakan 3 macam zat warna yaitu:

- Hematoksilin -memulas inti sel dan memberikan warna biru (basofilik).


- Eosin yang merupakan counterstaining hematoksilin, memulas sitoplasma sel dan
jaringan penyambung dan memberikan warna merah muda dengan nuansa yang
berbeda. 
- Perak nitrat atau AgNO3

C. Interpretasi hasil
- Inti sel bewarna biru.
- Sitoplasma bewarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada
komponen tertentu.
- Afinitas hematein terhadap nuclei tidak baik, jika tidak menggunakan Mordant.
- Mordant adalah penghubung haematoxyllin dan DNA.
- Logam: Al, Fe, tungsten, molybdenum, lead.
- Tipe mordant mempengaruhi tipe jaringan yang terwarnai dan hasil akhir pewarnaan.

D. Jenis-jenis dan komposisinya

Ada delapan jenis larutan pewarnaan haematoxylin, yaitu Dellafied, Erlich, Heidenhains,
Harris, Mayer, Weigert, Carazzi, dan Cole. Masing-masing formula pewarnaan memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang paling sering digunakan adalah
haematoxylin Mayer dan haematoxylin Harris.

1. Komposisi Haematoxylin Mayer.


- Kristal haematoxylin…………………................... 1 gr.
- Akuades………..…………………………… 1000 ml.
- Sodium iodate….……………………………........ 0,2 gr.
- mmonium/potassium alum................................. 50 gr.
- Citric acid…………………………....…………...... 1 gr.
- Chloralhydrate………………………………........ 50 gr.

4
2. Cara Pembuatan Hematoxylin Mayer.
- Larutkan Ammonium/Potassium alum di dalam aquades.
- Tambahkan Haematoxylin dan campurkan secara baik.
- Tambahkan Sodium Iodate, Citric Acid, dan Chloralhydrate.
- Campur dan aduk hingga seluruhnya tercampur dengan baik.
- Biarkan semalam dan saring dengan kertas saring besoknya.

Eosin adalah zat warna Xanthene. Eosin paling cocok dikombinasikan dengan pewarna
haematoxylin. Eosin memiliki nilai kemampuan differensiasi sendiri untuk membedakan
antara sitoplasma dari tiap sel dan serabut jaringan ikat yang berbeda.

1. Jenis Eosin :
- Eosin Y (yellowish), water soluble.
- Eosin B (Bluish).
- Ethyl Eosin (eosin S, eosin alkohol absolut).

Eosin Y(yellowish) paling banyak digunakan, karena termasuk zat warna asam
sehingga dapat berikatan dengan protein (basa) dan dapat berpenetrasi pada struktur
padat dan bersifat metakromatik. Terdapat dalam 2 bentuk ,yaitu : monomer (merah)
dan dimer (orange merah).

Hasil pewarnaannya , yaitu : sitoplasma akan berwarna merah, eritrosit akan


berwarna orange merah, nukleus piknotik akan berwarna ungu, dan nukleolus akan
berwarna merah.

2. Komposisi Eosin.
a. Eosin-alkohol Stock 1%.
- Eosin y ws………………………………………………1 gr.
- aquades……………………………………………………… 20 ml.
- Larutkan dan tambahkan alkohol 95% ……………….. 80 ml.

5
b. Eosin working solution.
- Eosin-alkohol stock 1 bagian.
- Alkohol 80% 3 bagian.
- Dibuat sesaat sebelum digunakan dan tambahkan Asam Asetat glasial 0,5
ml untuk setiap 100 ml larutan dan aduk dengan baik.

E. Cara kerja.
1. Deparafinisasi preparat yang telah kering ke dalam xylol sebanyak 3x (@ 10 menit).
2. Masukkan ke dalam alkohol sebanyak 2x (@5 menit).
3. Cuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang.
4. Masukkan ke dalam larutan hematoxylin selama 7 menit.
5. Cuci dengan air mengalir sampai tidak luntur.
6. Celupkan dalam HCL 2x celup untuk decolorisasi.
7. Cuci dengan air.
8. Rendam dalam air sampai warna air menjadi biru.
9. Masukkan ke dalam larutan eosin.
10. Cuci dengan air mengalir.
11. Cuci dengan alkohol I.
12. Cuci dengan alkohol II.
13. Cuci dengan air.
14. Pres dengan kertas saring, lap dengan kapas.
15. Masukkan dalam larutan xylol.
16. Pres dengan kertas saring, dan lap dengan kapas.
17. Tutup (mounting) dengan entellan/balsam Kanada dan cover glass.
18. Beri label pada sajian tersebut dan biarkan hingga entelan mongering.

F. Hasil.
- Nukleus berwarna biru.
- Sitoplasma berwarna kemerahan dengan adanya beberapa variasi warna pada
komponen tertentu.

6
G. Contoh jaringan dengan pengecatan Hematoksilin Eosin
1. Nodus Lymphaticus.

Teknik pewarnaan : HE

Perhatikan :

a. Capsula :

Jaringan ikat ini mengandung:

- serabut-serabut kolagen.

- vasa lymphatica afferentia.

b. Hilum :

serabut kolagen tampak lebih tebal.

c. Cortex :
- Disini terdapat banyak noduli lymphatici yang berderet-deret.
- Noduli limphatici merupakan kumpulan padat limfosit.
- Di pusat noduli ada centrum germinale sel (tempat limfosit B berproliferasi
dan differensiasi menjadi sel plasma)
d. Trabeculae :

Berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus di antara noduli
limphatici dan medulla.

e. Paracortex antara cortex dan medulla, tempat limfosit T.


f. Medulla, lebih kedalam berwarna lebih pucat.
g. Sinus Lymphaticus (rongga tempat menampung cairan limfe dari vasa limfatik
afferens.). Ada berbagai jenis:
- sinus lymphaticus capsularis (marginalis) : dibawah capsula.
- sinus corticalis : di sepanjang trabeculla.
- sinus medullari : di medulla.

7
2. Lien atau Spleen.

Pewarnaan : HE.

Pengamatan pada sediaan limfa:

a. Selubung
- tunica serosa, epitel pipih selapis.
- tunica fibrosa mengandung serabut kolagen dan elastis. Berlanjut ke tengah
sebagai trabecula.
b. Isi.

Pulpa lienalis dibedakan 2 jenis:

- Pulpa alba tampak sebagai kelompok berpadatan, kebiru-biruan Arteria


centralis terdapat dekat pusat pulpa alba.
- Pulpa rubra tampak sebagai jaringan tidak teratur.

3. Thymus.

Pewarnaan : HE.

Perhatikan :

a. Capsula, berlanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi


lobus thyme.
b. Cortex penuh dengan limfositus thymicus atau thymocytus, berpadatan, kebiru-
biruan.Merupakan tempat produksi limfosit.
c. Medulla berwarna lebih pucat.limfositus lebih sedikit.
- Banyak limfoblastus dan retikulositus.
- Terdapat corpusculum thymicum kebulat-kebulatan mengandung:
· sel epitel teratur konsentris.
· cellula gigantica atau sel raksasa.

8
4. Tonsil.

Pewarnaan : HE.

Perhatikan:

a. Capsula : berupa jaringan ikat sebagai pembungkus, capsula membentuk septum


internodulare ke arah pusat.
b. Epithelium Squamosum Stratificatum: melapisi permukaan bebas.
· Banyak mengalami infiltrasi oleh limfosit.
· Berlekuk-lekuk dinamakan: crypta tonsillaris.
c. Noduli Lymphatici : bulat, berderet sepanjang crypta tonsillaris.

5. Sumsum Tulang.
Teknik pewarnaan : HE.
Perhatikan :
a. Textus connectivus reticularis sebagai jaringan dasar yang dengan pewarnaan HE
serabutnya tidak tampak.
b. Megakariosit merupakan sel raksasa dengan nucleus relatif besar, dan sitoplasma
berwama merah.
c. Normoblas memiliki sitoplasma berwarna kemerah-merahan, nucleus biru letak
di tengah.
d. Haemocytoblastus, adipocytus.

9
H. PEWARNAAN PERAK NITRAT
a. Prinsip

Teknik Gomorri melibatkan impregnasi perak untuk demonstrasi serat reticular.


Karena serat retikular memiliki afinitas yang rendah terhadap garam perak,
diperlukan perlakuan awal yang sesuai untuk meningkatkan selektivitas terhadap
impregnasi. Perawatan dengan larutan perak memiliki dua efek lipat:

1. Pembuatan situs kepekaan submikroskopis perak yang diperkenalkan pada serat


retikuler.
2. Penyerapan sejumlah besar perak oleh jaringan dalam bentuk berkurang.

Pada perawatan dengan agen pereduksi, perak yang diambil oleh jaringan diubah
menjadi perak logam yang disimpan dan tampak coklat gelap atau deposit hitam pada
situs yang peka. Untuk persiapan permanen, emas klorida digunakan.

b. Persyaratan
- 0,5% Potassium permanganate (KMnO4)
- Asam oksalat 0,5%
- 4% Ferric chloride (FeCl3)
- 0,2% Auric chloride
- 20% Formalin
- 5% Sodium tiosulfat
- Solusi perak (Ammonical silver nitrate)
- 10% perak nitrat = 10ml
- 40% Sodium hydroxide = 1-2 tetes

Solusinya akan menjadi keruh. Tambahkan amonia tetes demi tetes dengan
pengocokan konstan hingga kekeruhan menghilang. Buat volume akhir 40ml dengan
menambahkan air suling.

10
c. Prosedur
1. Deparaffinize dan bawa bagian ke air suling.
2. (Jaringan tetap Zenker biasanya digunakan. Bagian jaringan harus diambil melalui
urutan yodium-natrium tiosulfat)
3. Oksidasi dengan 0,5% KMnO4 selama 2 menit.
4. Cuci dengan air ledeng.
5. Pemutih dengan larutan asam oksalat 0,5% ke tahap tidak berwarna selama 1-2
menit.
6. Cuci dengan air ledeng.
7. Obati dengan 4% Ferric chloride selama 2 menit.
8. Cuci dalam air leding yang mengalir selama 3 menit.
9. Cuci bersih dengan air suling.
10. Tempatkan slide dalam tabung kopin yang mengandung larutan perak nitrat
amonika selama 1-5 menit.
11. Bilas dalam air suling selama 20 detik.
12. Obati dengan formalin 20% selama 1-3 menit.
13. Cuci air keran selama 3 menit.
14. Obati dengan 0,2% larutan Emas klorida selama 10 menit.
15. Bilas dengan air suling.
16. Obati dengan 0,5% natrium tiosulfat selama 1-5 menit.
17. Bilas dengan air suling.
18. Counterstain sesuai keinginan (Van Gienson atau Eosin cocok).
19. Dehidrasi melalui peningkatan konsentrasi alkohol.
20. Bersihkan di xylene dan pasang ke media pemasangan permanen.

11
d. hasil

Serat reticular: Hitam atau coklat tua

Nucleas: abu-abu

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis, salah satu dari
cabang-cabang biologi. Sitologi adalah ilmu yang mempelajari tentang cairan sel.
Pemeriksaan sitologis dapat dilakukan pada cairan tubuh (contoh adalah darah, urine, dan
cairan serebrospinal) atau bahan yang disedot (ditarik keluar melalui hisap ke jarum
suntik) dari tubuh.
Pewarnaan bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen
tisu, terutama sel-selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelah dengan mikroskop.
Motoda pewarnaan yang sering dilakukan dalam pembuata preparat metode parafin
adalah metoda pewarnaan Hematoxilin-eosin.

B. Saran
Disarankan untuk lebih menyempurnakan makalah ini agar kedepannnya memiliki
manfaat yang besar untuk akademik mahasiswa dan masyarakat yang membacanya.

13
DAFTAR PUSTAKA
http://analiskesehatand3.blogspot.com/2016/11/pewarnaan-jaringan.html?m=1
https://www.scribd.com/document/358475903/Makalah-Pewarnaan-Jaringan
http://regalia42.blogspot.com/2018/12/makalah-sitologi-pewarnaanjaringan.html
https://laboratoryinfo.com/gomorri-silver-impregnation-staining-technique-for-reticulin-fibers/

14

Anda mungkin juga menyukai