DISUSUN OLEH :
1. DEWI PRATIWI (1010191146)
2. EVI RAHMAWATI (1010191130)
3. MAULIA MUSTIKA (1010191066)
Puji dan syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Sitohistoteknologi dengan materi
“PEWARNAAN HEMATOXYLIN EOSIN (HE)” dan sebagai partisipasi penulis dalam
mengembangkan ilmu-ilmu yang telah penulis terima dari dosen tugas Sitohistoteknologi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan
baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Kelompok 5
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................................2
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian..............................................................................................................................................3
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian pewarnaan ?
2. Metode pewarnaan histologi ?
3. Prinsip dasar dari pewarnaan Hematoxylin dan Eosin?
4. Macam-macam dari Hematoxylin ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pewarnaan
2. Untuk mengetahui metode pewarnaan histologi
3. Untuk mengetahui prinsip dasar dari pewarnaan Hematoxylin dan Eosin
4. Untuk mengetahui macam-macam dari Hematoxylin
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Pewarnaan histologi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memberikan
warna pada organel sel sehingga lebih mudah diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan
bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-
selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
Pewarnaan jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen- komponen
jaringan yang transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan dapat
memperlihatkan struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel
jaringan tertentu. Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah
pewarnaan Hematoxylin Eosin (H&E).
Namun, sebelum melakukan pewarnaan, jaringan yang telah melewati proses
pematangan jaringan masih mengandung parafin, sedangkan proses pewarnaan adalah
proses yang banyak melibatkan air, sehingga sebelum proses pewarnaan, parafin harus
dilunturkan terlebih dahulu. Proses pelunturan parafin dari jaringan dinamakan
deparafinisasi. Selanjutnya adalah proses penarikan air yang disebut sebagai rehidrasi
3
lien atau spleen, thymus, sumsum tulang dan jaringan lunak lainnya.
2. Pewarnaan Khusus
a. Mallory Azan (MA)
Digunakan untuk mewarnai jaringan ikat sel dan inti sel berwarna merah,
sedangkan bahan antar sel dan jaringan ikat berwarna biru.
b. Impregnasi Perak (Ag)
Untuk mewarnai sabut retikuler(berbentuk seperti jarring/jala halus) menjadi
hitam. c. Verhoff Van Gieson (VVG)
Pewarnaan khusus untuk sabut elastis (berbentuk seperti cacing), sebut elastis tercat
berwarna hitam.
4
sederhana, dapat dijelaskan bahwa kromatin pada inti sel mempunyai sifat asam dan akan
menarik zat warna yang bersifat basa.
Eosin
Eosin adalah pewarna sintetis yang termasuk golongan xanthene. Eosin bersifat asam
dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat.
Eosin adalah counterstain yang dapat mewarnai sitoplasma dan jaringan ikat menjadi
bernuansa merah dan oranye. Eosin juga mewarnai inti sel yang telah terwarnai
hematoxylin dari biru menjadi berwarna ungu. Eosin yang tersedia dalam bentuk komersial
diantaranya adalah Eosin Y (Eosin berwarna kekuningan dan larut di dalam air) C.I. No.
45380, Etil Eosin (Eosin S, larut dalam alkohol) C.I. No. 45386 dan Eosin B (Eosin
kebiruan, eritrosin B) C.I. No. 45400. Namun yang paling banyak digunakan dan
digabungkan dengan Hematoxyli adalah Eosin Y.
5
sebagai pengamat, keseimbangan warna harus bisa dilihat ketika preparat tersebut
diperiksa di bawah mikroskop.
Hematoxylin ini dibuat dengan cara pematangan yang alami yaitu pematangan selama 2
bulan. Waktu pematangan bisa lebih singkat dengan menempatkannya di tempat yang
hangat seperti di jendela-jendela. Setelah pematangan berjalan dengan sempurna, maka
Hematoxylin Erlich dapat digunakan dan dapat mempertahankan kemampuannya selama
beberapa bulan. Hematoxylin Erlich dapat mewarnai mukupolisakarida pada tulang rawan,
sehingga pewarnaan ini baik digunakan untuk tulang rawan. Adapun formulanya adalah
sebagai berikut:
Hematoxylin 2g
Alkohol absolut 100 ml
Gliserin 100 ml
Aquadest 100 ml
Hematoxylin Mayer
Hematoxylin ini matang dengan senyawa kimia yaitu sodium iodat. Hematoxylin mayer
paling banyak digunakan dan memberikan hasil pewarnaan yang jelas. Masa simpannya
lama. Counterstain dari hematoxylin mayer adalah Eosin 0,5-1%. Adapun formulanya
adalah sebagai berikut:
6
Hematoxylin 1g
Aquadest 1000 ml
Potassium atau ammonium alum 50 g
Sodium Iodat 0,2 g
Asam sitrat 1g
Chloral hydrate SLR 50 g
atau Chloral hidrat AR 30 g
Hematoxylin Harris
Hematoxylin ini matang secara kimiawi dengan oksidas merkuri. Namun oksida merkuri
ini sangat beracun, tidak ramah lingkungan dan memiliki efek panjang yang merugikan,
dan bersifat korosif. Hematoxylin Harris mewarnai inti dengan baik. Counterstainnya
adalah Eosin 0,5-1%. Adapun formulanya adalah sebagai berikut:
Hematoxylin 2,5 g
Alkohol Absolut 25 ml
Potassium alum 50 g
Aquadest 500 ml
Oksida merkuri 1,25 g
Sodium Iodat 0,5 g
Asam asetat glasial 20 ml
Hematoxylin Cole
Hematoxylin Cole adalah salah satu pewarnaan alum (tawas), pewarnaan ini matang dengan
larutan iodium beralkohol. Formulanya adalah sebagai berikut:
Hematoxylin 1,5 g
Potassium alum jenuh 700 ml 1% Iodium dalam 95% alkohol 50 ml
Aquadest 250 ml
Hematoxylin Carazzi
Carazzi adalah Hematoxylin alum (tawas) yang matang secara kimiawi dengan kalium
iodat. Adapun formulanya adalah sebagai berikut:
Hematoxylin 5g
Gliserol 100 ml
Potassium Alum 25 g
Aquadest 400 ml
Kalium Iodat 0,1 g
8
Cara pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Hematoxylin dicampurkan dengan gliserol
2. Alum dicampurkan dengan aquadest, biarkan semalam
3. Larutan alum ditambahkan secara perlahan ke dalam larutan hematoxylin, campurkan
dengan baik
4. Kalium iodat dicampurkan dengan sisa air yang telah dihangatkan
5. Tambahkan larutan tersebut ke dalam campuran hematoxylin-alum-gliserol tadi
6. Saring sebelum digunakan
Hematoxylin Gill
Hematoxylin 2g
Sodium Iodat 0,2 g
Alumunium Sulfat 17,6 g
Aquadest 750 ml
Ethylene Glycol (ethandiol) 250 ml
Asam asetat glacial 20 ml
Hematoxylin Delafield
Hematoxylin alum yang matang secara alami, memiliki masa simpan panjang seperti
Hematoxylin Ehrlich. Adapun formula larutan adalah sebagai berikut:
Hematoxylin 4g
9
Alkohol 95% 125ml
Ammonium alum jenuh 15 g/100ml 400ml
Gliserin 100ml
10
8. Lakukan pewarnaan HE.berikut ringkasan langkah pewarnaannya.
9. Setelah di beri entelan, tutup dengan cover glass dengan hati-hati agar
tidak terdapat gelembung.
10. Jaringan yang telah diwarnai, akan awet lebih dari 5 tahun.
Proses
1. Defarafinisasi
Berfungsi untuk menghilangkan paraffin yang melekat pada preparat. Preparat
masuk ke Xylol I, II dan III masing-masing 3 menit. Setelah itu dilap pinggir
jaringan dengan kain kasa.
11
2. Rehidrasi
Berfungsi untuk menghilangkan xylol yang terbawa oleh preparat dan memasukkan
air ke dalam jaringan. Preparat dimasukkan ke dalam alkohol 100%, 95%, 80% dan
70% masing-masing 2 menit. Preparat dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air
selama 3 menit. Sebelumnya celupkan ke dalam dua mangkok air sebanyak 3
celup.
12
3. Pewarnaan Inti
Berfungsi untuk memberi warna biru pada inti sel. Preparat dimasukkan ke dalam
Meyer Hematoxylin selama 7 menit
4. Pencucian
Berfungsi untuk melepaskan sisa cat atau cairan yang terbawa sebelumnya.
Preparat dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air selama 3 menit. Sebelumnya
celupkan ke dalam dua mangkok air sebanyak 3 celup.
5. Counter Stain
Berfungsi untuk member warna merah pada sitoplasma, jaringan ikat dan lain-lain.
Preparat di masukkan ke dalam Eosin sebanyak 7 celup.
6. Pencucian
Berfungsi untuk melepaskan sisa cat atau cairan yang terbawa sebelumnya.
Preparat masuk ke dalam wadah I,II dan III yang berisi air sebanyak 3 celup.
7. Dehidrasi
Berfungsi untuk melepaskan air yang terbawa preparat. Preparat masuk ke dalam
alkohol 70%, 80%, 95% dan 100% 3 celup masing-masing selama 1 menit. Setelah
itu dilap dengan kain kasa sekitar jaringan dan tunggu sampai kering.
8. Clearing
Berfungsi utuk melepaskan alkohol yang terbawa oleh preparat dan member warna
bening pada preparat. Preparat masuk ke Xylol I dan II masing-masing selama 2
menit.
9. Mounting
Berfungsi untuk memberi warna cerah dan sebagai pelindung dan pengawet
jaringan dari mikroba dan bakteri. Preparat diberi 1 tetes entelan dan ditutup object
glass.
13
2.6 Hasil pewarnaan jaringan dengan menggunakan Hematoxylin Eosin
Nukleus berwarna biru/hitam, sitoplasma berwarna nuansa pink, serat otot
berwarna pink lebih gelap, sel darah merah berwarna oranye/merah, fibrin berwarna pink
gelap. Struktur dan substansi selain nukleus mungkin akan terwarnai oleh Hematoxyilin,
seperti hifa jamur, dan endapan kalsium yang sering kali berwarna hitam/biru.
SEL HATI
VENA
14
Paru Paru Ginjal
BEONKEOLUS
GLOMER
OLUS
KELENJA
R
ALVEOLUS
15
Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna, maka
pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah penting (Ramli,
2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan, penting untuk menggunakan
perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan untuk mencegah luka jika terjadi
kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan
baik. Dimana fungsi dari keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi
dari praktek berbahaya (Indriyani, 2014).
Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:
Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian pelindung harus
nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi kecelakaan atau pengotoran oleh
bahan kimia.
Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan dan
dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas, bahan kimia, dan
bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk menangani bahan-bahan korosif
seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit digunakan untuk melindungi tangan dan jari
dari benda-benda tajam seperti pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes
diperlukan untuk menangani bahan-bahan Sarung tangan karet perlu disimpan
dengan baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari percikan
bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit sepasang. Ideal setiap
siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman dipakai dan cukup ringan.
Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja dengan asam, bromin, amonia atau bila
bekerja dibengkel seperti memotong logam natrium, menumbuk, menggergaji,
menggerinda dan pekerjaan sejenis yang memungkinkan terjadinya percikan ke mata.
Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap dan debu
yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan gas-gas beracun
walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine dan nitrogen dioksida maka
perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi yang baik untuk melindungi dari
keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena meninggalkan kran gas dalam keadaan
terbuka. Kran pengeluaran gas di dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak
digunakan.
Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya yang padat
harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan menggunakan sandal
untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan kimia dan
alat-alat hampa udara.
16
Hasil penelitian dari (Wijayanti, 2014) menunjukan bahwa ada pengaruh pengetahuan petugas
labratorium terhadap perilaku keselamatan dan kesehatan kerja (0,001 < 0,05). Ada pengaruh
sikap petugas laboratorium terhadap perilaku keselamatan dan keshatan kerja (0,017 < 0,05).
Ada pengaruh ketersediaan alat pelindung diri terhadap perilaku kesehatan dan keselamatan
kerja (0,000 < 0,05). Ada pengaruh pengetahuan, sikap dan ketersediaan alat pelindung diri
secara bersama-sama terhadap perlaku kesehatan dan keselamatan kerja dengan nilai koefisien
determinasi sebesar 58,4% sedangkan sebanyak 41,6% dipengaruhi oleh variabel lain diluar jenis
penelitian ini.
Menurut (Subiantoro, 2011) upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium melingkupi
pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing process) sampai
dengan penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini menjadi tanggung jawab guru,
koordinator laboratorium dan laboran secara bersama. Meski tidak sedikit atau sederhana dan
berpotensi menambah beban pekerjaan, namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi
atau lingkungan yang nyaman dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan adalah tujuan
utama. Dalam Laboratorium juga terdapat limbah yang harus ditanggualangi, ini merupakan
salah satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan kerja dapat dikurangi.
Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di laboratorium:
Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah digunakan,
setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh: (hal ini paling sesuai
untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik seperti etanol, aseton, kloroform dan
dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium secara terpisah dan dilakukan di
Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan yang
bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa bahan kimia. Selain
menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi limbah yang dihasilkan.
Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung ini dapat
diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-bahan kimia yang
dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak pembuangan limbah laboratorium.
Untuk bahan kimia sisa yang mengandung asam atau basa harus dilakukan penetralan,
selanjutnya baru bisa dibuang. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam
berat dan beracun seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan
terlebih dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan untuk bahan-
bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu berbahaya. Bahan-bahan
organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan jauh dari pemukiman penduduk.
Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan untuk bahan-
bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan menghasilkan senyawa-senyawa
yang bersifat toksik.
Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke badan air.
Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan beracun.
2.9 Monitoring
Konsentrasi dan pengenceran zat pewarna harus sesuai
Waktu deferensiasi harus tepat
Waktu pada saat pewarnaan harus tepat
Proses diferensiasi harus tuntas
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pewarnaan histologi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk memberikan
warna pada organel sel sehingga lebih mudah diamati di bawah mikroskop. Pewarnaan
bertujuan agar dapat mempertajam atau memperjelas berbagai elemen tisu, terutama sel-
selnya, sehingga dapat dibedakan dan ditelaah dengan mikroskop.
Metode dalam teknik pewarnaan histologi ini dibagi menjadi 2 yaitu pewarnaan
rutin (Hematoxylin Eosin) dan pewarnaan khusus (Mallory Azan (MA), Impregnasi Perak
(Ag), Verhoff Van Gieson/VVG). Namum pewarnaan yang lebih sering digunakan untuk
histopatologi adalah pewarnaan Hematoxylin Eosin.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/Sitohistoteknolo
gi-SC.pdf
https://docplayer.info/amp/73065344-Makalah-pewarnaan-jaringan.html
http://jasus2b-be-best.blogspot.com/2011/11/pewarnaan-histologi.html
http://himatekkim.ulm.ac.id/id/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-pengantar-kecelakaan-kerja-di-laboratorium/
19