Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

SITOHISTO TEKNOLOGI
“ PEWARNAAN JARINGAN DENGAN HEMATOXYLIN EOSIN “

Dosen Pembimbing :

Dra. Hayati, M.Farm

Disusun oleh :

Riski Nabillah Putri

1804034084

VI A

D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata, histos dan logos. Histos berarti
jaringan dan logos adalah ilmu. Jadi Histologi adalah salah satu cabang dari ilmu Biologi yang
membahas tentang jaringan (Bevelander dan Ramaley 1988). Jaringan itu sendiri adalah
sekumpulan sel yang sama bentuk dan fungsinya. Untuk memahami histologi, sebelumnya
seorang mahasiswa harus memahami terlebih dahulu ilmu anatomi tubuh manusia khususnya,
kemudian sistem organ yang mendukung suatu organisme itu serta organ apa saja yang terlibat
di dalam suatu sistem organ tersebut. Histologi juga membantu menegakkan diagnosa untuk
suatu penyakit dengan melihat parameter histologinya, dengan cara biopsi jaringan dan
kemudian membuat preparasi jaringannya.
Mikroteknik merupakan ilmu atau seni mempersiapkan organ, jaringan atau bagian
jaringan untuk dapat diamati dan ditelaah. Penelaahan umumnya dilakukan dengan bantuan
mikroskop, karena struktur jaringan secara terperinci pada galibnya terlalu kecil untuk dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Pembuatan sediaan merupakan suatu hal yang dapat dikatakan mudah, hingga sangat
sulit tergantung dari pembagian tubuh yang akan diamati secara mikroskopis. Dehidrasi
bertujuan untuk penarikan molekul air dalam jaringan. Proses ini sangat penting terutama untuk
jaringan – jaringan yang akan dibuat preparat irisan. Biasanya proses dehidrasi dilakukan setelah
proses fiksasi selesai. Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan sehingga unsur
jaringan menjadi kontras dan dapat diamati dengan mudah menggunakan mikroskop. Proses
timbulnya warna pada jaringan yang diwarnai terkait dengan terjadinya ikatan molekul antara
zat warna dengan jaringan tertentu.

I.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukan nya praktikum kali ini yaitu :

1. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan pewarnaan hematoxylin eosin jaringan.


2. Mahasiswa dapat memahami prosesing pewarnaan hematoxylin eosin jaringan agar
menjadi preparat yang siap untuk diamati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Definisi Pewarnaan Dalam Pembuatan Preparat Histologi


Pewarnaan adalah proses pemberian warna pada jaringan sehingga unsur jaringan
menjadi kontras dan dapat diamati dengan mudah menggunakan mikroskop. Proses timbulnya
warna pada jaringan yang diwarnai terkait dengan terjadinya ikatan molekul antara zat warna
dengan jaringan tertentu. Zat warna yang terikat pada jaringan akan menyerap sinar dengan
panjang gelombang tertentu sehingga jaringan akan tampak berwarna. Setiap bagian dari sel
mempunyai sifat-sifat yang khusus, sehingga afinitas bagian-bagian tersebut terhadap zat
warna juga berbeda-beda. Zat warna juga mempunyai kemampuan khusus dalam mewarnai
jaringan, sesuai dengan sifat- sifatnya. Proses pewarnaan jaringan sangat penting dilakukan
untuk mewarnai komponen- komponen jaringan yang transparan setelah melalui proses
pematangan jaringan. Tujuan pewarnaan jaringan dengan Hematoksilin-Eosin yaitu untuk
mengetahui ada tidaknya morfologi sel abnormal dalam jaringan yang diperiksa. Pewarnaan
dapat memperlihatkan struktur dan morfologi jaringan, keberadaan dan prevalensi sel-sel
jaringan tertentu. Pewarnaan rutin yang biasanya digunakan untuk histopatologi adalah
pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Namun, sebelum melakukan pewarnaan, jaringan yang
telah melewati proses pematangan jaringan masih mengandung parafin, sedangkan proses
pewarnaan adalah proses yang banyak melibatkan air, sehingga sebelum proses pewarnaan,
parafin harus dilunturkan terlebih dahulu. Proses pelunturanparafin dari jaringan dinamakan
deparafinisasi. Selanjutnya adalah proses penarikan air yang disebut sebagai rehidrasi.
Pewarnaan HE didasarkan pada prinsip sederhana, yaitu sifat asam basa dari larutan yang
kemudian akan berikatan dengan komponen jaringan yang mempunyai kecenderungan
terhadap sifat asam ataupun basa tersebut sehingga terjadilah ikatan antara molekulzat warna
dengan komponen jaringan. H&E diminati karena pewarnaan ini sederhana dan
kemampuannya untuk membedakan komponen-komponen yang ada di dalam jaringan. H&E
dapat diterapkan pada banyak pemeriksaan dalam histologpatologi.

A. HEMATOXYLIN
Prinsip dasar Hematoxylin Hematoxylin diekstrak dari kayu bulat Amerika yaitu
Haematoxylon campechianum. Hematoxylin berasal dari bahasa Yunani, yaitu haimatodec
(darah) dan xylon (kayu). Hematoxylin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila
ditambahkan senyawaan lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawa
hematoxylin yang dipakai adalah bentuk oksidasinya yaitu hematin. Proses oksidasi senyawa
hematoxylin ini dikenal sebagai Ripening dan dapat dipercepat prosesnya dengan
menambahkan senyawaan yang bertindak sebagai oksidator seperti merkuri oksida, hidrogen
peroksida, potassium permanganat dan sodium iodat. Hematin akan mengikat molekul yang
bermuatan negatif. Material kromatis dalam inti sel bermuatan negatif, sehingga hematin akan
berikatan dengan material kromatis di dalam inti sel. Secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa
kromatin pada inti sel mempunyai sifat asam dan akan menarik zat warna yang bersifat basa.
Hematoxylin Alum adalah kelompok yang paling sering digunakan di dalam
pewarnaan histopatologi dan menghasilkan pewarnaan nukleus yang baik. Mordannnya adalah
aluminium, biasanya dalam bentuk 'tawas potas' (aluminium potassium sulfate) atau
'ammonium tawas’ (Aluminium amonium sulfat). Untuk pewarnaan Hematoxylin jaringan
secara rutin, yang paling banyak digunakan adalah Ehrlich, Mayer, Harris, Gill, Cole, dan
Delafield. Hematoxylin Carazzi kadang-kadang digunakan, terutama untuk potong beku.
B. EOSIN
Eosin adalah pewarna sintetis yang termasuk golongan xanthene. Eosin bersifat asam
dan akan mengikat molekul protein yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat.
Eosin adalah counterstain yang dapat mewarnai sitoplasma dan jaringan ikat menjadi
bernuansa merah dan oranye. Eosin juga mewarnai inti sel yang telah terwarnai hematoxylin
dari biru menjadi berwarna ungu. Eosin yang tersedia dalam bentuk komersial diantaranya
adalah Eosin Y (Eosin berwarna kekuningan dan larut di dalam air) C.I. No. 45380, Etil Eosin
(Eosin S, larut dalam alkohol) C.I. No. 45386 dan Eosin B (Eosin kebiruan, eritrosin B) C.I.
No. 45400. Namun yang paling banyak digunakan dan digabungkan dengan Hematoxylin
adalah Eosin Y.
Sebagai pewarna sitoplasma, Eosin biasanya digunakan dalam konsentrasi 0,5-1% di
dalam aquadest. Kristal thymol ditambahkan untuk mencegah pertumbuhan jamur. Kemudian
ditambahkan sedikit asam asetat (0,5 ml dalam 1000 ml zat warna) untuk mempertajam
pewarnaan. diferensiasi terjadi ketika pencucian dengan air keran, dan ketika dilakukan
dehidrasi dengan alkohol. Intensitas perpaduan warna H&E ditentukan oleh kita sebagai
pengamat, keseimbangan warna harus bisa dilihat ketika preparat tersebut diperiksa di bawah
mikroskop.

II.2 Tujuan Pewarnaan


Pewarnaan bertujuan mempertajam atau memperjelas berbagai elemen jaringan sehingga
mempermudah dan mempercepat identifikasi sel serta komponen-komponen seluler.

II. 3 Tujuan Pewarnaan Dengan Hematoxylin Eosin


Pewarnaan dengan Hematoxylin Eosin bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya morfologi sel
abnormal dalam jaringan yang diperiksa.
BAB III
METODE KERJA

III. 1 Prinsip Pengecatan Histologi Hematoksilin-Eosin


Kromatin dalam inti akan mengikat cat yang bersifat basa (hematoksilin) dan
protein sitoplasma akan mengikat cat yang bersifat asam (eosin) sehingga sel akan
berwarna merah muda dengan inti berwarna biru keunguan.

III. 2 Alat dan Bahan


1. Chamber pengecatan
2. Xylol
3. Alkohol
4. Kertas saring
5. Kapas
6. Objek glass
7. Deck glass
8. Cat hematoksilin
9. Cat eosin
10. Canada balsam (minyak terpentin / minyak tusam)
11. Label

III. 3 Prosedur Kerja


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

2. Dideparafinisasi preparat yang telah kering didalam xylol sebanyak 3 kali


(masing- masing selama 10-15 menit).

3. Diasukkan ke dalam alkohol 96% sebanyak 2 kali (masing-masing selama 5


menit).

4. Dicuci dengan air mengalir sampai alkohol hilang.

5. Dimasukkan ke dalam cat hematoksilin selama 7-10 menit.

6. Dicuci dengan air mengalir sampai tidak luntur.

7. Dicelupkan ke dalam HCl sebanyak 2 kali celup untuk dekolorisasi.

8. Dicuci kembali dengan air mengalir.

9. Direndam di dalam air sebentar sampai warna menjadi biru.

10. Dimasukkan ke dalam cat eosin selam 3-5 menit.


11. Dicuci dengan air mengalir.

12. Dimasukkan ke dalam larutan alkohol 1.

13. Dimasukkan ke dalam larutan alkohol 2.

14. Dicuci dengan air mengalir.

15. Ditekan preparat dengan kertas, lap dengan kapas.

16. Dimasukkan ke dalam xylol.

17. Ditekan kembali preparat dengan kertas, lap dengan kapas.

18. Dilakukan Mounting, dan diberi nomor laboratorium.

19. Dibersihkan dan dirapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.
BAB IV
PENUTUP

III. I KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan mahasiswa dianngap mampu


melaksanan praktikum proses pewarnaan jaringan dengan baik dan benar. Pewarnaan
jaringan sangat diperlukan untuk mewarnai komponen- komponen jaringan yang
transparan setelah melalui proses pematangan jaringan. Pewarnaan rutin yang biasanya
digunakan untuk histopatologi adalah pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE).

Hematoxylin akan mengikat inti sel secara lemah, kecuali bila ditambahkan
senyawaan lainnya seperti alumunium, besi, krom dan tembaga. Senyawa hematoxylin
yang dipakai adalah bentuk oksidasinya yaitu hematin.yang akan mengikat molekul yang
bermuatan negatif. Material kromatis dalam inti sel bermuatan negatif, sehingga hematin
akan berikatan dengan material kromatis di dalam inti sel. Eosin adalah pewarna sintetis
yang termasuk golongan xanthene. Eosin bersifat asam dan akan mengikat molekul protein
yang bermuatan positif di sitoplasma dan jaringan ikat. Eosin Y yang paling banyak
digunakan sebagai counterstain dari Hematoxylin.
DAFTAR PUSTAKA

1. Gandasoebrata, R. 1985. Penuntut Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

2. Hayati. 2017. Penuntut Praktikum Sitohistoteknologi. Jakarta : UHAMKA

Junqueira, L,C. Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. Edisi 10. EGC. Jakarta.

3. Khristian E & Inderiati D., 2017. Sitohistoteknologi. Pusat pendidikan sumber dayamanusia

kesehatan : Jakarta.

4. Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta : Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai