Anda di halaman 1dari 7

Mata kuliah : IMUNOSEROLOGI

UJI NETRALISASI TOKSIN


Nama Dosen: Heri Setiyo Bekti, S.ST.,M.Biomed.

Oleh
Kelas 3C
Kelompok 4 :

1. A.A.Dita Pradnya Swari P07234019110


2. I Gusti Ayu Nari Indeswari P07134019116
3. Dewa Ayu Kristina Hadicintya P07134019117
4. Rany Fuji Lestari P07134019118
5. Ni Kadek Sintya Mayumi P07134019152
6. Gede Wijaya Sujatnila P07134019153

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR
PRODI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AJARAN 2021/ 2022

A. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang

Enzyme immunoassay (EIA) dan Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)


digunakan secara luas sebagai alat diagnostik dan alat analitik dalam penelitian
biomedik untuk mendeteksiantigen atau antibodi spesifik pada suatu sampelsecara
kuantitatif. Kedua prosedur ini mempunyai prinsip dasar yang serupa yang
bermuladari radioimmunoassay(RIA). RIA dikembangkan menjadi teknik baru untuk
mendeteksi dan melakukan pengukuran molekul biologis yang terdapat dalam jumlah
yang sedikit, pada Enzyme Immunoassay (EIA), molekul enzim berkonjugasi dengan
antibodi detektor sekunder, yang akan berikatan dengan kompleks antigen-antibodi
primer. Ketika substrat ditambahkan maka enzim akan mengkatalisasi produksi end-
productyang berwarna, yang dapat diamati dan diukur. Pemisahan dapat dicapai
dengan ikatan antigen atau capture antibody pada permukaan solid/padat seperti
polistiren mikrotiter plate, latex bead, atau magnetik bead. Matriks padat juga
memungkinkan pemisahan dengan melakukan pencucian ulang untuk meminimalisir
ikatan nonspesifik.

b. Dasar Teori

Pada netralisasi toksin, antibodi yang mengandung reseptor sitokin dan


antagonisnya, berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam sirkulasi dan
mencegah sitokin berikatan pada sel target. Mekanisme netralisasi antibodi terhadap
bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama, melalui kombinasi antibodi di dekat lokasi
biologi aktif infeksi yaitu secara langsung menghambat reaksi toksin dengan sel
target. Kedua, melalui kombinasi antibodi yang terletak jauh dari lokasi biologi aktif
infeksi yaitu dengan mengubah konformasi alosterik toksin agar tidak dapat bereaksi
dengan sel target.
Pengujian atau pemeriksaan ini adalah salah satu jenis pemeriksaan imunoserologi
yang bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara
pemurnian kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara
suspensi latex dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah
aglutinasi yang terjadi dalam waktu 2 menit.
B. UJI NETRALISAI TOKSIN

Infeksi bakteri Gram negatif dapat menyebabkan pengeluaran endotoksin yang akan
menstimulasi makrofag. Stimulasi yang berlebihan terhadap makrofag akan menghasilkan
sejumlah sitokin seperti IL-1, IL-6 dan TNF. Proses ini akan memacu terjadinya reaksi
peradangan yang menyebabkan kerusakan sel, hipotensi, aktivasi sistem koagulasi, gagal
organ multipel dan berakhir dengan kematian. Antibodi yang mengandung reseptor
sitokin dan antagonisnya, berperan dalam menghilangkan sejumlah sitokin dalam
sirkulasi dan mencegah sitokin berikatan pada sel target. Antibodi yang beredar dalam
sirkulasi akan menetralisasi molekul antifagositik dan eksotoksin lainnya yang diproduksi
bakteri.
Mekanisme netralisasi antibodi terhadap bakteri terjadi melalui dua cara. Pertama,
melalui kombinasi antibodi di dekat lokasi biologi aktif infeksi yaitu secara langsung
menghambat reaksi toksin dengan sel target. Kedua, melalui kombinasi antibodi yang
terletak jauh dari lokasi biologi aktif infeksi yaitu dengan mengubah konformasi alosterik
toksin agar tidak dapat bereaksi dengan sel target. Dengan ikatan kompleks bersama
antibodi, toksin tidak dapat berdifusi sehingga rawan terhadap fagositosis, terutama bila
ukuran kompleks membesar karena deposisi komplemen pada permukaan bakteri akan
semakin bertambah.

a. Contoh Uji Netralisasi Toksin


Uji ASTO/ASO
Pengujian atau pemeriksaan ini adalah salah satu jenis pemeriksaan
imunoserologi yang bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum
dengan cara pemurnian kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah
pencampuran antara suspensi latex dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu
kemudian terjadilah aglutinasi yang terjadi dalam waktu 2 menit.
Untuk reagen, pada jenis pemeriksaan ini menggunakan kontrol (+) di mana di
dalamnya terkandung antibodi ASO, lalu juga kontrol (-) di mana di dalamnya tak
terdapat antibodi ASO. Tak hanya itu, diketahui ada pula reagen latex atau yang
juga diketahui dengan suspensi partikel lateks polysiterin di mana Streptolysin O
sudah melapisinya.
Cara Kerja:
1) Serum serta reagen perlu untuk melalui proses inkubasi dengan suhu kamar
2) Kemudian diteteskan dengan 50 mikro L serum pasien langsung ke dalam
lubang slide.
3) Reagen latex kemudian bisa dikocok terlebih dulu dan dilanjutkan dengan
meneteskannya ke lubang menggunakan alat khusus penetes yang mudah
digunakan dan sudah tersedia.
4) Tetesan kemudian perlu dicampur dengan penggunaan alat disposable atau
sekali pakai dan langsung buang.
5) Dengan demikian, dapat dipastikan seluruh lubang tes bisa tercampur dnegan
baik, test slide lalu bisa diputer dan tunggulah sampai terjadi aglutinasi di
mana ini biasanya bakal terlihat ketika menunggu selama 2 menit.

b. Contoh Penelitian
Uji Potensi Netralisasi dari IgY
Potensi netralisasi dari IgY asal kuning telur ditentukan dengan mengukur
daya proteksinya pada mencit untuk mencegah gejala tetanus. Daya proteksi dari IgY
anti tetanus dibandingkan dengan ATS standar dari efek dosis paralitik (LpllO) toksin
tetanus. Mencit dengan berat badan 17 g sampai 22 g digunakan dalam penelitian ini.
Toksin tetanus yang dipakai adalah toksin tetanus standar dari WHO. Sediaan
antitoksin tetanus standar diencerkan dengan larutan NaCl fisiologis sehingga
kandungan antitoksin tetanus standar dalam larutan adalah 1 IUlml. Sediaan sampel
uji (IgY antitetanus) diencerkan dengan NaCl fisiologis sampai konsentrasinya
mencapai sekitar 1 IUIml. Toksin tetanus standar diencerkan dengan pengenceran
toksin PBS sampai konsentrasinya mencapai 0.4 IU/ml.

Hasil Penelitian :
Potensi IgY dalam menetralisasi toksin tetanus ditentukan dengan metode Spearman-
Karber. Dalam metode ini, kemampuan IgY untuk melindungi mencit dari toksin
tetanus dilihat dari kemampuan mencit untuk tetap hidup dan tidak menunjukkan
gejala sakit khas tetanus, seperti kaki pincang, dan punggung bengkok sampai hari
kelima setelah penyuntikan bahan uji.
Berdasarkan perhitungan Spearman-Karber diperoleh nilai potensi IgY anti tetanus
sebesar 35 IU/ml. Potensi ini 50% lebih rendah dari titer yang didapat pada
penghitungan hasil ekstraksi. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor fisik selama
proses ekstraksi sampai ke proses purifikasi.
C. PENUTUP
a. Kesipulan
Immunoassay adalah tes atau uji yang digunakan untuk mengukur adanya
antigenatau antibodi pada sampel (spesimen bilogikal). Immunoassay dapat
digunakan mendeteksianalyte yang ingin diukur. Analyte merupakan sesuatu yg
diukur dengan tes laboratoriumdapat berupa Ag atau Ab dalam serum. Tujuan
immunoassay adalah untuk mendiagnosasuatu penyakit, mengukur aktivitas
komponen imun dalam tubuh (komplemen, fagositosis, dst). Prinsip immunoassay
adalah reaksi ikatan spesifik Ab-Ag yang membentuk kompleksAg-Ab. Untuk
deteksi Antigen digunakan Antibodi (monoklonal ataupun polikonal ) sehingga
membentuk kompleks Imun (Ag-Ab). Kompleks imun dapat diukur secara
kualitatifatau kuantitatif.
Salah satu contoh uji netralisasi toksin adalah Uji ASTO/ ASO dimana pengujian
atau pemeriksaan ini merupakan salah satu jenis pemeriksaan imunoserologi yang
bertujuan untuk mendeteksi arah Stertolysin O pada serum dengan cara pemurnian
kualitatif. Prinsip dari pemeriksaan ini adalah pencampuran antara suspensi latex
dengan serum yang kadarnya ditingkatkan, lalu kemudian terjadilah aglutinasi yang
terjadi dalam waktu 2 menit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Abdalla, B. E and Abdealla, A. M. 2015. Hormonal Immunoassays; comparison


2. Azhari, A.Thinh, N.D. and Vandenberg, 5.1999. Optimization and Interlabo- ratory
Comparison of Two Double Antigen Immunoassays for The Deter- mination of
Diphtheria Anti-toxin in Animal Sera. RZVM
3. Baratawijaya, 2009, Imunologi dasar, edisi 9, UI Press.
4. Gan SD,& Patel KR. Enzyme Immunoassay and Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay. Journal of Investigative Dermatology.2013;133(12):1-3.
5. Handojo, I., 2003, Pengantar Imunoasai Dasar, Airlangga University Press, Surabaya
6. Hardegree MC, Tu AT (eds): Handbook of Natural Toxins. Vol.4: Bacterial Toxins.
Marcel Dekker, New York, 1988
7. Koivunen ME, &KrogrudRI. Principles of Immunochemical Techniquws Used in
Clinical Laboratories. LABMEDICINE. 2006;37(8):490-7.
8. Liddell E, Weeks I. 1995. Antibody Technology. JM. Graham dan D. Billington (Ed.).
Oxford, UK: BIOS Scientific Publisher Ltd
9. Luderitz O, Galanos C: Endotoxins of gram-negative bacteria. P.307. In Dorner F,
Drews J (eds): Pharmacology of Bacterial Toxins. International Encyclopedia of
Pharmacology and Therapeutics, Section 119. Pergamon, Elmsford, NY, 1986
10. Suartha,Nyoman.,Wayan Teguh.,Retno.,&Bibiana. (2007). Potensi Netralisasi dari
Imunoglobulin Y Antitetanus yang Diisolasi dari Telur Ayam.Jurnal Veteriner, Vol.
8. No. 2: 63-7,9
using ECL & ELFA. The Professional Medical Journal 22(5): 648-655.

Anda mungkin juga menyukai