Anda di halaman 1dari 42

MIKROBIOLOGI

PEWARNAAN BAKTERI

Dosen Pengampu: Dra.


Harlis, M.Si.
Faizatul Awlia (RRA1C414025)
OLEH : Lisa Aprilia (RRA1C414028)
Meylinda Sriwahyuni (RRA1C414014)
KELOMPOK 3 Mila Nanda Paramitha (RRA1C414018)
Novi Mulandari (RRA1C412014)
PEWARNAAN
BAKTERI
Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk
mempermudah dalam pengamatan morfologi
bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri
umumnya tidak berwarna dan hampir tidak terlihat
karena kurang kontras dengan air dimana mereka
mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan
untuk melihat bakteri dengan sangat jelas baik
untuk pengamatan intraseluler maupun morfologi
keseluruhan.
Pewarnaan terhadap bakteri secara
garis besar, dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.Pewarnaan Bakteri Hidup
2.Pewarnaan Bakteri Mati
1. Pewarnaan bakteri hidup
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan
menggunakan bahan warna yang tidak toksis tetapi
jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar
menyerap warna. Pewarnaan bakteri hidup
dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta
pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan
tetes gantung (hanging drop).
2. Pewarnaan bakteri mati
Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan
disebut fixed state. Pewarnaan bakteri mati
bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan
struktur dalam bakteri, memperjelas ukuran bakteri
dan melihat reaksi bakteri terhadap pewarna yang
diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik
dan kimia dari bakteri tersebut.
Teknik Pewarnaan pada bakteri dibedakan
menjadi empat macam, yaitu :
1. Pewarnaan Sederhana
2. Pewarnaan Negatif
3. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan gram
Pewarnaan tahan asam
4. Pewarnaan Struktural
Pewarnaan kapsul
Pewarnaan spora
Pewarnaan flagel
Pewarnaan granula
1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang
menggunakan pewarna tunggal. Pewarna tunggal
yang biasanya digunakan dalam pewarnaan
sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan
Crystal Violet. Semua pewarna tersebut dapat
bekerja dengan baik pada bakteri karena bersifat
basa dan alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri
bersifat basofilik (suka terhadap basa) sehingga
terjadilah gaya tarik antara komponen kromofor pada
pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut
menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna
dengan baik.
Pewarnaan sederhana bertujuan untuk
memberikan kontras antara bakteri dan latar
Gambar dibawah ini adalah prosedur pewarnaan
sederhana :
Berikut adalah contoh hasil pengamatan morfologi bakteri
dengan pewarnaan sederhana, dilihat menggunakan mikroskop
elektron:
2. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang
menggunakan pewarna asam seperti Negrosin,
Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama.
Pewarnaan negatif dilakukan pada bakteri yang
sukar diwarnai oleh pewarna sederhana seperti
Spirochaeta.
Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna
gelap pada latar belakang dan tidak memberi
warna pada sel bakteri. Hal tersebut dapat terjadi
karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang
digunakan adalah pewarna asam dan memiliki
komponen kromoforik yang bermuatan negatif,
yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri.
Sehingga pewarna tidak dapat menembus atau
berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif
Berikut ini adalah prosedur pewarnaan
negatif :
Berikut ini adalah hasil pengamatan preparat pada
pewarnaan negatif :
3. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Diferensial adalah teknik pewarnaan yang
dilakukan untuk mengetahui perebedaan antara sel-sel dari tiap-
tiap mikroba. Pewarnaan diferensial menggunakan dua pewarna
atau lebih. Pewarnaan diferensial antara lain meliputi :
A. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif berdasarkan sifat fisik dan kimia
dinding sel bakteri.
Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan
Denmark Hans Christian Gram (18531938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan
antara Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae.
Pewarnaan ini dapat membagi bakteri menjadi gram positif dan
gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk menahan
pewarna primer (kristal ungu) atau kehilangan warna primer dan
menerima warna tandingan (safranin). Bakteri gram positif
Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif :
Hasil pengamatan preparat bakteri gram postif
dan gram negatif pada mikroskop :
b. Pewarnaan Tahan Asam
Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium,
Cryptosporidium dan Nocardia tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan sederhana. Namun,
mikroorganisme ini dapat diwarnai dengan
menggunakan Karbol Fuchsin yang dipanaskan. Panas
membuat pewarna dapat terserap oleh sel bakteri
karena panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada
dinding sel bakteri. Sekali bakteri tahan asam
menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat sulit untuk
dilunturkan dengan asam-alkohol, oleh karena itu
mereka disebut bakteri tahan asam.
Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam
mycolic) yang tinggi pada dinding sel mereka. Pada
pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-
Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam
akan berwarna merah karena menyerap pewarna
karbol fuchsin yang dipanaskan, karena pada saat
Prosedur pewarnaan bakteri tahan asam :
Hasil pengamatan preparat pewarnaan bakteri tahan
asam :
4. Pewarnaan Struktural
Pewarnaan struktural ditujukan untuk melihat bagian tertentu
bakteri. Yang termasuk dalam pewarnaan struktural ialah :
a. Pewarnaan Spora
Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa endospora
merupakan sel yang mengalami dehidrasi dengan dinding yang
mengalami penebalan serta memiliki beberapa lapisan
tambahan. Dengan adanya kemampuan untuk membentuk
spora ini, bakteri tersebut dapat bertahan pada kondisi yang
ekstrim.
Menurut Volk & Wheeler (1988), dalam pengamatan spora
bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat menembus
dinding tebal spora. Contoh dari pewarnaan yang dimaksudkan
tersebut adalah dengan penggunaan larutan Hijau Malakit 5%,
dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetatif juga
diwarnai dengan larutan Safranin 0,5% sehingga sel vegetatif
ini berwarna merah, sedangkan spora berwarna hijau. Dengan
demikian ada atau tidaknya spora dapat teramati, bahkan
posisi spora di dalam tubuh sel vegetatif juga dapat
diidentifikasi. Namun ada juga zat warna khusus untuk
mewarnai spora dan di dalam proses pewarnaannya melibatkan
Terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri,
diantaranya yaitu metode Schaeffer-Fulton dan metode
Dorner. Pada metode Schaeffer-fulton, pewarna yang
digunakan adalah hijau malaksit dan safranin,
sedangkan pada metode Dorner, pewarna yang
digunakan adalah carbol fuchsin yang dipanaskan
dan negrosin.
Berikut adalah prosedur pewarnaan spora menggunakan kedua
metode tersebut :
Keterangan :
a) Pewarnaan Spora menggunakan metode Schaeffer-
Fulton. Pada pewarnaan ini, spora berwarna hijau dan
vegetatif berwarna merah

b) Pewarnaan spora menggunakan metode Dornen. Pada


pewarnaan ini, spora berwarna merah sedangkan vegetatif
b. Pewarnaan Kapsul
Beberapa jenis bakteri mengeluarkan bahan-bahan
yang amat berlendir dan lengket pada permukaan
selnya, dan melengkungi dinding sel. Kapsul dan
lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat
berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan
terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang maupun
dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi.
Pewarnaan kapsul menggunakan pewarna Kristal
Violet dan sebagai pelunturnya adalah Copper Sulfate.
Kristal violet memberikan warna ungu gelap
terhadap sel bakteri dan kapsul. Namun kapsul
bersifat nonionic, sehingga pewarna utama tidak
dapat meresap dengan kuat pada kapsul bakteri.
Copper sulfate bertindak sebagai peluntur sekaligus
counterstain, sehingga mengubah warna yang
sebelumnya ungu gelap menjadi biru muda atau
Berikut ini adalah prosedur pewarnaan kapsul
bakteri:
Hasil pengamatan preparat pada pewarnaan
bakteri berkapsul :
c. Pewarnaan Granulla
Ada beberapa metode pewarnaan granula,
diantaranya adalah Loeffler, Albert dan Neisser.
Dari ketiga metode tersebut, metode yang sering
digunakan adalah metode Neisser, sedangkan
metode Albert dan Loeffler kurang popular karena
tidak diajarkan pada praktikum mikrobiologi.
Metode Neisser menggunakan pewarna neisser A,
neisser B, dan neisser C. Neisser A mengandung
biru metilen, alkohol 96%, asam pekat dan
aquades. Neisser B mengandung kristal violet,
alkohol 96%, dan aquades. Sedangkan neisser C
mengandung crysoidine dan aquades. Pada
metode neisser, granula bakteri berwarna biru
gelap atau biru hitam (warna dari neisser A
ditambah neisser B), sedangkan sitoplasma bakteri
berikut adalah hasil pengamatan preparat
pewarnaan bakteri bergranula:
d. Pewarnaan Flagella
Flagel merupakan salah satu alat gerak bakteri. Flagel
mengakibatkan bakteri dapat bergerak berputar.
Penyusun flagel adalah sub unit protein yang disebut
flagelin, yang mempunyai berat molekul rendah.
Berdasarkan jumlah dan letak flagelnya, bakteri
dibedakan menjadi monotrik, lopotrik, amfitrik, peritrik
dan atrik.
Prinsip pewarnaan flagella adalah membuat organel
tersebut dapat dilihat dengan cara melapisinya dengan
mordant dalam jumlah yang cukup. Dua metode
pewarnaan flagella, yaitu metode Gray dan metode
Leifson. Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil
yang lebih baik dan mengena walaupun dalam metode
ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus. Pada
pewarnaan flagella larutan kristal violet bertindak
Berikut ini adalah prosedur
dan hasil pengamatan
preparat pewarnaan
bakteri berflagel:
Hasil pengamatan flagel dibawah
mikroskop:
MIKROBIOLOGI
DAUR HIDUP BASIDIOMYCOTA

Dosen Pengampu: Dra. Harlis,


M.Si.
Mila Nanda Paramitha
OLEH : (RRA1C414018)
Faizatul Awlia (RRA1C414025)
KELOMPOK 3 Meylinda Sriwahyuni
(RRA1C414014)
Lisa Aprilia (RRA1C414028)
Novi Mulandari (RRA1C412014)
Fase aseksual Basidiomycota ditandai dengan
pembentukan konidium, sedangkan fase seksualnya
ditandai dengan membentuk basidiospora.
Spora pada konidium maupun basidiospora pada
kondisi yang sesuai tumbuh membentuk hifa
bersekat melintang yang berinti satu (monokariotik).
Selanjutnya , hifa akan tumbuh membentuk
miselium. Di antara hifa ada yang berjenis (+) dan
ada yang (-). Jika hifa (+) dan hifa (-) bertemu,
bersentuhan, maka dinding sel yang membatasi
keduanya akan melebur, sehingga terbentuk saluran
sel.
Hifanya kemudian menjadi berinti dua (dikariotik).
Sel hifa dikariotik terus tumbuh menjadi miselium.
Dari miselium ini muncul tubuh buah
(basidiocarp). Tubuh buah akan
membentuk basidium.
Di dalam basidium, inti yang mula-mula
dua buah (masing-masing haploid)
melebur menjadi satu inti diploid.
Inti diploid akan membelah secara meiosis
dan menghasilkan 4 basidiospora haploid.
Demikian seterusnya daur hidup berulang
l
Perbedaan Transformasi, transduksi
dan Konjugasi
TRANSFORMASI
Transformasi, ialah pemindahan sebagian materi
genetik atau DNA atau hanya satu gen bakteri ke
bakteri lain dengan proses fisiologi yang kompleks.
Proses transfrmasi terjadi secara langsung tanpa
perantara ataupun kontak langsung dengan sel bakteri
lainnya.
Proses ini pertama ditemukan Frederick Griffith tahun
1982. Contoh : Streptococcus pnemoniaeu,
Haemophillus, Bacillus. Diguga transformasi ini
merupakan cara bakteri menularkan sifatnya ke bakteri
lain. Misalnya bakteri patogen yang semula tidak kebal
antibiotik dapat berubah menjadi kebal antibiotik karena
transformasi.
TRANSDUKSI
Transduksi, pemindahan materi genetik dengan
perantara virus.
Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke
DNA bakteri dan membentuk profag.
Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering
terbawa sepenggal DNA bakteri yang diinfeksinya.
Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang
dikenal partikel transduksi (transducing particle). Cara
ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua
Lederberg.
KONJUGASI
Konjugasi, merupakan pemindahan sebagian
materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain
melalui suatu kontak langsung.
Artinya, terjadi transfer DNA dari sel bakteri donor
ke sel bakteri penerima dengan membentuk
jembatan sitoplasma yang terbentuk dari pilus.
Ujung pilus akan melekat pada sel peneima dan
DNA dipindahkan melalui pilus tersebut.
Kemampuan sel donor memindahkan DNA
dikontrol oleh faktor pemindahan ( transfer faktor
= faktor F )
Pertanyaan dari masing-masing
kelompok:
Reza 1: apakah setiap bakteri memiliki prosedur
yang sama dalam pengamatan nya? (jenis flagel
berbeda-beda).sudah dijawab
Taufik 2: tujuan pemanasan dalm pewarnaan
spora? Sudah dijawab.
Imelia 6: apakah setiap bakteri dapat diaamati
dengan setiap pewarnaan yg telah dijelaskn atau
tidak?
Cici 7: mengapa hanya metode dorner saja yang
dipakai?
Email: harlisbiologi@yahoo.co.id
THANKS FOR YOUR ATTENTION, WE
HOPE WILL BE REWARDING

Anda mungkin juga menyukai