Anda di halaman 1dari 13

BAB I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih sulit diberantas.
Hal ini disebabkan oleh parasit yang bisa hidup pada tubuh manusia dan nyamuk.
Malaria disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang baik dalam
sel darah. Di Indonesia, malaria disebabkan oleh lima jenis spesies. Plasmodium
yaitu, plasmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium
malariae dan plasmodium knowlesi.

Malaria adalah salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah
kesehatan di provinsi Bengkulu dalam upaya penurunan kasusnya masih terkait
dengan komitmen pemerintah. Angka kesakitan malaria diukur dengan menggunakan
malaria klinis dalam bentuk Angka Kesakitan (API), artinya indikator ini
menyebabkan kesakitan bukan berdasarkan gejala klinik bukan berdasarkan pada
sediaan.

Dalam pemeriksaan struktur sel-sel darah (malaria) dengan mikroskop cahaya


pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya
digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung
perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini
menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear)
yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film)
dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih
dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas
penutup (Handari, 2003).
Sediaan apus darah dapat diwarnai dengan berbagai macam metode termasuk
larutan-larutan yang sederhana antara lain: pewarnaan Giemsa, pewarnaan acid fast,
pewarnaan garam, pewarnaan wright, dan lain-lain.Pewarnaan Giemsa disebut juga
pewarnaan Romanowski. Metode pewarnaan ini banyak digunakan untuk mempelajari
morfologi sel-sel darah, sel-sel lien, sel-sel sumsum dan juga untuk mengidentifikasi
parasit-parasit darah misal Tripanosoma, Plasmodia dan lain-lain dari golongan
protozoa.
Namun disisi lain, buah naga menarik perhatian kami. Buah naga (Dragon
Fruit) merupakan buah pendatang yang banyak digemari oleh masyarakat karena

1
memiliki khasiat dan manfaat serta nilai gizi cukup tinggi. Bagian dari buah naga 30-
35% merupakan kulit buah namun seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Kulit
buah naga mengandung zat warna alami antosianin cukup tinggi. Antosianin
merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah berpotensi menjadi
pewarna alami untuk pangan dan dapat dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetis
yang lebih aman bagi kesehatan (Citramukti, 2008).
Antosianin adalah kelompok pigmen yang berwarna merah sampai biru yang
tersebar dalam tanaman (Abbas, 2003). Pada beberapa buah-buahan dan sayuran serta
bunga memperlihatkan warna-warna yang menarik yang mereka miliki termasuk
komponen warna yang bersifat larut dalam air dan terdapat dalam cairan sel tumbuhan
(Fennema, 1976).

B. Rumusan Masalah

Buah naga (Dragon Fruit) merupakan buah pendatang yang banyak digemari
oleh masyarakat karena memiliki khasiat dan manfaat serta nilai gizi cukup tinggi.
Bagian dari buah naga 30-35% merupakan kulit buah namun seringkali hanya dibuang
sebagai sampah. Kulit buah naga mengandung zat warna alami antosianin cukup
tinggi. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk menguji adakah pengaruh terhadap
pemberian zat warna dari kulit buah naga terhadap sediaan apusan darah tipis malaria.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengidentifikasi Pengaruh pemberian zat warna dari kulit buah naga
terhadap sediaan apusan darah tipis malaria
2. Tujuan Khusus
Zat warna dari kulit buah naga sebagai alternatif pengganti zat warna Giemsa,
terlebih untuk layanan kesehatan yang ada di pedesaan yang ada di Indonesia. Hal
ini juga untuk mengantisipasi biaya pembelian Giemsa yang cukup mahal.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan
pengetahuan yang bermanfaat bagi petugas kesehatan khususnya petugas
laboratorium terhadap manfaat kulit buah naga sebagi zat warna apusan darah tipis
malaria.

2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Malaria
1. Pengertian Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Plasmodium dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Penyakit malaria ini dapat
menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal di daerah di mana tempat tersebut
merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan nyamuk untuk berkembang biak.
Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria tersusun dari dua kata yaitu
mal = busuk dan aria = udara. Nama diambil dari kondisi yang terjadi yaitu suatu
penyakit yang banyak diderita masyarakat yang tinggal disekitar rawa-rawa yang
mengeluarkan bau busuk.
Di Indonesia ditemukan 4 spesies parasit malaria yang menginfeksi manusia yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmidium malariae, dan Plasmodium
ovale. Dimana P. falciparum menyebabkan 35 malaria tertiana maligna (malaria tropika),
P. vivax menyebabkan tertiana benigna, disebut juga malaria vivax atau ”tertiana ague”,
P. malariae menyebabkan malaria kuartana spesies ini paling jarang dijumpai, P. ovale
menyebabkan malaria tertiana benigna atau malaria ovale. Spesies yang paling banyak di
temukan ialah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax.

2. Vektor Malaria
Malaria ditularkan melalui nyamuk Anopheles betina genus Plasmodium, spesies
Anopheles (aconitus, sundaicus, balabacensis, vagus, dan lain-lain). Jumlah nyamuk di
dunia ditemukan tidak kurang dari 3.500 spesies nyamuk. Sedangkan untuk Anopheles
telah ditemukan 400 spesies, 80 spesies diantaranya terbukti sebagai vektor malaria, dan
24 diantaranya ditemukan di Indonesia.20 Semua vektor tersebut hidup sesuai dengan
kondisi ekologi setempat antara lain ada nyamuk yang hidup di air payau pada tingkat
salinitas tertentu (An. sundaicus, An.subpictus), ada yang hidup di sawah (An.aconitus),
air bersih dipegunungan (An. maculatus), genangan air yang terkena sinar matahari (An.
punctulatus, An. farauti).21 Semua nyamuk, khususnya Anopheles memiliki empat tahap
dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, kepompong dan nyamuk dewasa. Telur, larva
dan kepompong berada dalam air selama 5-14 hari. Nyamuk Anopheles dewasa 36

3
adalah vektor penyebab malaria. Nyamuk betina dapat bertahan hidup selama sebulan.
Siklus nyamuk Anopheles sebagai berikut :
1. Telur
Nyamuk betina meletakkan telurnya sebanyak 50-200 butir sekali bertelur.
Telur-telur itu diletakkan di dalam air dan mengapung di tepi air. Telur
tersebut tidak dapat bertahan di tempat yang kering dan dalam 2-3 hari akan
menetas menjadi larva.
2. Larva
Larva nyamuk memiliki kepala dan mulut yang digunakan untuk mencari
makan, sebuah torak dan sebuah perut. Mereka belum memiliki kaki. Dalam
perbedaan nyamuk lainnya, larva Anopheles tidak mempunyai saluran
pernafasan dan untuk posisi badan mereka sendiri sejajar dipermukaan air.22
Larva bernafas dengan lubang angin pada perut dan oleh karena itu harus
berada di permukaan. Kebanyakan Larva memerlukan makan pada alga,
bakteri, dan mikroorganisme lainnya di permukaan. Mereka hanya menyelam
di bawah permukaan ketika terganggu. Larva berenang tiap tersentak pada
seluruh badan atau bergerak terus dengan mulut. Larva berkembang melalui 4
tahap atau stadium, setelah larva mengalami metamorfisis menjadi
kepompong. Disetiap akhir stadium larva berganti kulit, larva mengeluarkan
exokeleton atau kulit ke pertumbuhan lebih lanjut. Habitat Larva ditemukan di
daerah yang luas tetapi kebanyakan spesies lebih suka di air bersih. Larva pada
nyamuk Anopheles ditemukan di air bersih atau air payau yang memiliki kadar
garam, rawa bakau, di sawah, selokan yang dirtumbuhi rumput, pinggir sungai
dan kali, dan genangan air hujan. Banyak spesies lebih suka hidup di habitat
dengan tumbuhan. Habitat lainnya lebih suka sendiri. Beberapa jenis lebih
suka di alam terbuka, genangan air yang terkena sinar matahari.
3. Kepompong
Kepompong terdapat dalam air dan tidak memerulukan makanan tetapi
memerlukan udara. Pada kepompong belum ada perbedaan antara jantan dan
betina. Kepompong menetas dalam dal 1-2 hari menjadi nyamuk, dan pada
umumnya nyamuk jantan lebih dulu menetas daripada nyamuk betina.
Lamanya dari telur berubah menjadi nyamuk dewasa bervariasi tergantung
spesiesnya dan dipengaruhi oleh panasnya suhu. Nyamuk bisa 38 berkembang
dari telur ke nyamuk dewasa paling sedikit membutuhkan waktu 10-14 hari.

4
4. Nyamuk dewasa
Semua nyamuk, khususnya Anopheles dewasa memiliki tubuh yang kecil
dengan 3 bagian : kepala, torak dan abdomen (perut). Kepala nyamuk berfungsi
untuk memperoleh informasi dan untuk makan. Pada kepala terdapat mata dan
sepasang antena. Antena nyamuk sangat penting untuk mendeteksi bau host
dari tempat perindukan dimana nyamuk betina meletakkan telurnya. Kepalanya
juga dapat diperpanjang, maju ke depan hidung yang berguna untuk makan dan
2 pancaindra. Thorak berfungsi sebagai penggerak. Tiga pasang kaki dan
sebuah kaki menyatu dengan sayap.
Perut berfungsi untuk pencernaan makanan dan mengembangkan telur. Bagian
badannya beperan mengembang agak besar saat nyamuk betina menghisap
darah. Darah tersebut lalu dicerna tiap waktu untuk membantu memberikan
sumber protein pada produksi telurnya, dimana mengisi perutnya perlahan-
lahan.
Nyamuk Anopheles dapat dibedakan dari nyamuk lainnya, dimana hidungnya
lebih panjang dan adanya sisik hitam dan putih pada sayapnya. Nyamuk
Anopheles dapat juga dibedakan dari posisi beristirahatnya yang khas : jantan
dan betina lebih suka beristirahat dengan posisi perut berada diudara daripada
sejajar dengan permukaan.
3.Gejala Klinis
Malaria Gejala umum penyakit malaria yaitu demam. Di duga terjadinya demam
berhubungan dengan proses skizogoni (pecahnya merozoit/skizon). Gambaran
karakteristik dari malaria adalah demam periodik, anemia dan splenomegali. Berat
ringannya manifestasi malaria tergantung jenis plasmodium yang menyebabkan infeksi.
Untuk P.falciparum demam tiap 24-48 jam, P.vivax demam tiap hari ke-3, P.malariae
demam tiap hari ke-4, dan P.ovale memberikan infeksi yang paling ringan dan sering
sembuh spontan tanpa pengobatan.
Sebelum timbulnya demam, biasanya penderita mengeluh sakit kepala, kehilangan
nafsu makan, merasa mual di hulu hati, atau muntah (semua gejala awal ini disebut
gejala prodromal).
Secara klinis ada 3 stadium yang khusus pada malaria, yaitu :
1.Stadium dingin (Cold Stage)
2. Stadium Panas (Hot Stage)
3. Stadium Berkeringat (Sweating Stage)

5
4. Epidemiologi Malaria
Malaria ditemukan di daerah-daerah yang terletak pada posisi 64o Lintang Utara
sampai 32˚ Lintang Selatan. Penyebaran malaria pada ketinggian 400 meter di bawah
permukaan laut dan 2600 meter diatas permukaan laut. Plasmodium vivax mempunyai
distribusi geografis yang paling luas yaitu mulai daerah beriklim dingin, subtropik,
sampai dengan daerah tropik, kadang-kadang juga dijumpai di Pasifik Barat.
Plasmodium falciparum jarang ditemukan di daerah beriklim dingin tetapi paling sering
ditemukan di daerah tropis.
Di Indonesia malaria ditemukan tersebar luas di semua pulau dengan derajat
endemisitas yang berbeda-beda. Penyakit tersebut dapat berjangkit di daerah yang
mempunyai ketinggian sampai dengan 1800 meter di atas permukaan laut. Spesies
terbanyak yang dijumpai adalah P.falciparum dan P.vivax, P.ovale pernah ditemukan di
Papua dan Nusa Tenggara Timur. Kondisi wilayah yang adanya genangan air dan udara
yang panas mempengaruhi tingkat endemisitas penyakit malaria di suatu daerah.
Penyebaran penyakit malaria pada dasarnya sangat tergantung dengan adanya
hubungan interaksi antara tiga faktor dasar epidemiologi yaitu agent (penyebab malaria),
host (manusia dan nyamuk), dan environment 47 (lingkungan). Parasit malaria atau
Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria. Untuk kelangsungan hidupnya
parasit malaria tersebut melalui 2 siklus yang terdiri dari siklus aseksual di dalam tubuh
manusia sebagai host intermediate dan siklus seksual dalam tubuh nyamuk Anopheles
sebagai host definitive. Untuk perkembangbiakan nyamuk Anopheles sebagai vektor
penular penyakit malaria diperlukan kondisi lingkungan/habitat yang sesuai dengan
kebutuhan hidup nyamuk. Lingkungan dapat berupa lingkungan fisik, lingkungan kimia,
lingkungan biologi, dan lingkungan sosial budaya.
5. Diagnosis Malaria
Perawatan malaria kebanyakan diberikan atas dasar klinis atau hasil diagnosis.
Bagaimanapun diagnosis klinis sangat tidak akurat, karena manifestasi klinis demam
malaria tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lainnya. Diagnosis malaria secara
pasti bisa ditegakkan jika ditemukan parasit malaria dalam darah penderita. Oleh karena
itu, cara diagnosis malaria yang paling penting dengan memeriksa darah penderita secara
mikroskopis dengan membuat pengecatan giemsa tipis/tebal yang merupakan gold
standard dalam diagnosis malaria. Mikroskop dapat mendeteksi 20-50 µl parasit per
darah, tetapi hasil diagnosis rutin jarang mencapai sensitivitas. Meskipun mikroskopis

6
murah dan sederhana, untuk mencapai sensitivitas tinggi diperlukan pelatihan dan
pengawasan mutu mikroskop, peralatan cukup dan pemeliharaan.
Beberapa metode alternatif laboratorium telah dikembangkan diantaranya adalah
sistem hematologi sentrifugal Quantitatif Buffy Coat, imunoflurens, tes ELISA untuk
mendeteksi antigen Plasmodium falciparum dan menggunakan PCR (Polymerase Chain
reaction) serta Dipstick test. Pemeriksaan mikroskop sediaan darah tipis dan tebal serta
RDT lebih sering digunakan daripda PCR dan Quantitative buffy coat. Kedua
pemeriksaan ini memberikan harapan besar untuk diagnosis yang akurat yang merupakan
komponen kunci dalam keberhasilan pengendalian malaria.RDT, PCR dan Quantitative
buffy coat tidak satupun digunakan secara rutin karena terlalu rumit dan mahal.
B. Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus costaricensis)
Kulit buah naga merupakan limbah hasil pertanian yang selama ini belum
dimanfaatkan, padahal kulit buah naga mengandung zat warna alami antosianin cukup
tinggi. Antosianin merupakan zat warna yang berperan memberikan warna merah dan
merupakan golongan betalain yang berpotensi menjadi pewarna alami dan dapat
dijadikan alternatif pengganti pewarna sintetik yang lebih aman bagi kesehatan.
Penelitian bertujuan untuk mengekstrak zat warna antosianin dari kulit buah naga
(Hylocereus polyrhizus) dan diaplikasikan sebagai pewarna alami slide malaria.
Kulit buah naga super merah (Hylocereus costaricensis) memenuhi kriteria sebagai
zat pewarna karena mempunyai warna merah terang tanpa harus diberi zat pewarna
tambahan lain sehingga menghilangkan keraguan akan berakibat buruk pada kesehatan
(Anonymous, 2007).
Kulit buah naga merah mudah didapat dan mudah diolah. Hal ini dikarenakan kulit
buah naga merah memiliki tekstur yang lunak sehingga tidak memerlukn proses
pengolahan dalam waktu yang lama. Dalam pemanfaatan limbah kulit buah naga merah
yang belum optimal dilakukan pengolahan lebih lanjut guna meningkatkan nilai
ekonomis.

C. Zat Warna Giemsa


Pada pembuatan preparat apus darah untuk pemeriksaan malaria menggunakan
beberapa larutan, diantaranya yaitu Alkohol 70% yang berfungsi untuk mensterilkan jari
tengah dan peralatan seperti jarum franked dan gelas benda, metil alcohol berfungsi
untuk fiksator dalam proses fiksasi dan larutan Giemsa 3% berfungsi untuk melakukan
pewarnaan seluruh permukaan film darah.

7
Giemsa adalah zat warna yang terdiri dari eosin dan metilen azur memberi warna
merah muda pada sitoplasma dan methylene blue memberiwarna biru pada inti sel.
Ketiga jenis zat warna ini dilarutkan dengan metilalkohol dan gliserin. Larutan ini
dikemas dalam botol coklat (100 – 500 –1000 cc) dan dikenal sebagai Giemsa stock yang
pH 7,2.

8
BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimen. Penelitian eksperimen atau percobaan
(Experimen Research) adalah kegiatan percobaan yang bertujuan untuk
mengidentifikasi
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan antara lain batang pengaduk, blender, biuret, corong,
erlenmeyer, gelas kimia, kaca arloji, klem, labu ukur, neraca digital (Ohaus),
neraca analitik 0,0001 g, pH strip, pipet tetes, pipet ukur, preparat malaria, dan
tabung reaksi.
2. Bahan
Bahan penelitian adalah kulit buah naga. Bahan-bahan kimia yang digunakan
antara lain: akuades, larutan pH, dan etanol (C2H5OH) 96%.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium jurusan analis kesehatan di Poltekkes
Kemenkes Bengkulu lantai tiga.
D. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap pembuatan ekstrak kulit buah naga,
tahap, pengujian warna ekstrak kulit buah naga pada larutan pH, dan pengujian
terhadap ekstrak kulit buah naga terhadap sediaan apusan darah malaria sebagai
alternatif pengganti giemsa.
1. Penelitian tahap 1
Penelitian tahap satu yaitu tahap pembuatan ekstrak kulit buah naga.
Menimbang kulit buah naga segar sebanyak 100 g dengan menggunakan
neraca analitik, kemudian tambahkan pelarut etanol 96% dengan perbandingan
(1:2), campurkan sampel dan pelarut kemudian dihancurkan dengan blender.
Sampel yang sudah diblender kemudian maserasi selama 16, 18, 20, 22, 24,
dan 26 jam untuk memperoleh ekstrak. Lalu, hasil ekstrak disaring dengan
kertas saring. Simpan ekstrak kulit buah naga ke dalam botol coklat.
2. Penelitian tahap 2
Penelitian tahap dua yaitu tahap pengujian warna ekstrak kulit buah naga
pada larutan pH. Menyiapkan 25 tabung yang disimpan didalam rak

9
tabung, kemudian siapkan larutan pH (1, 1,5, 2, 2,5, 3 sampai 13) secara
berurutan sebanyak 2 ml kedalam tabung. Amati trayek pH menggunakan
pH strip, setelah mengamati pH tambahkan ekstrak buah naga sebanyak 5-
8 tetes. Kemudian amati perubahan warna yang terjadi pada setiap tabung
yang diketahui pH nya.
3. Penelitian tahap 3
Penelitian tahap ketiga yaitu ekstrak kulit buah naga terhadap sediaan
apusan darah malaria sebagai alternatif pengganti giemsa.

E. Diagram Alur Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga

Kulit buah naga segar

Ditimbang sebanyak 100 g

Tambahkan pelarut etanol 96%


dengan perbandingan (1:2)

Campurkan kedua sampel

Dihancurkan dengan blender

Maserasi selama 16, 18, 20, 22, 24, dan 26 jam

Hasil Ekstrak

Disaring

10
Simpan

Diagram 1. Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Naga

11
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Anggaran Biaya

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PENELITIAN


Total 5,000,000
1. Belanja 1,650,000
bahan
Belanja
bahan
ATK 1 pkt x 1 kali x 250,000 = 250,000

Bahan 1 pkt x
Komputer
Fotocopy 1 pkt x 150,000 = 450,000
surat
menyurat
dan
literature
Penggadaan 5 pkt x 4 kali x 35,000 = 700,000
Proposal
Penggadaan 5 pkt x 1 Kali x 50,000 = 250,000
dan jilid
laporan
akhir

2. Reagen 2,935,000
dan
bahan
peneliti
an
Aqua bides 5 pkt x 50,000 = 250,000

Etanol 1 btl x 35,000 = 35,000


(C2H5OH)
96%.
pH strip 1 pkt x 50,000 = 50,000

Imersi oil 1 btl x 600,000 = 600,000

Alat (kapas, 500,000 = 500,000


alkohol,
yellow tip,

12
handscoon,)
Pembelian 1 pkt x 100,000 = 1,500,000
dan
5
pengirimian
slide
malaria
positif

3. Lain- = 415,000 415,000

lain

B. Jadwal Kegiatan

No Deskripsi Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4

1. Riset Pasar

2. Proses
pembuatan
ekstrak kulit
buah naga
3. Pewarnaan
Slide
4. Pengamatan
slide malaria
5. Evaluasi
kegiatan
penelitian

13

Anda mungkin juga menyukai