Anda di halaman 1dari 67

KARYA TULIS ILMIAH

Identifikasi Larva Nyamuk Aedes Sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah
Warga Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar

Diajukan sebagai syarat dalam meraih Ahli Madya Kesehatan (A. Md. Kes)
Pada program studi Diploma Tiga (DIII) Teknologi Laboratorium Medis,
Fakultas Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky Makassar

MUHAMMAD ARFAH
17 3145 453 048

1
KARYA TULIS ILMIAH

Identifikasi Larva Nyamuk Aedes Sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah
Warga Di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar

IDENTIFICATION OF MOSQUITO LARVES Aedes Sp. AT A


RESIDENTIAL HOUSE WATER RESERVATION IN PAROPO Village,
PANAKUKKANG District, MAKASSAR City

M. Arfah
17 3145453048

Dibimbing Oleh

Awaluddin, S.Si., M.Kes


Pembimbing I

Sulfiani, S.Si., M.Pd


Pembimbing II

Penguji
Handayani, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKYMAKASSAR
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Pada hari Sabtu tanggal 12 bulan September tahun 2020 secara Virtual. Fakultas
Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky, telah dilaksanakan Ujian seminar
Karya Tulis Ilmiah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program Diploma Teknologi Laboratorium Medis terhadap mahasiswa atas nama:
Nama : M. Arfah
NIM : 17 3145 453 048
Program Studi : Teknologi Laboratorium Medis
Jenjang : Diploma 3 (DIII)
Judul KTI : Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Di Tempat
Penampungan Air Rumah Warga di Kelurahan Paropo
Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.
Yang telah disetujui oleh Tim Penguji Ujian Karya Tulis Ilmiah, sebagai berikut:
Tim Penguji Tanda Tangan

1. Awaluddin S.Si.,M.Kes ( …………………………… )

2. Sulfiani S.Si., M.Pd ( …………………………… )

3. Handayani S.Si., M.Kes ( …………………………… )

Mengetahui,

Dekan Ketua Program Studi

Prof. Dr. Asnah Marzuki, M.Si., Apt Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si
NIP. 195612311987031022 NIDN. 09 020883 03

ii
PLAGIARISM SCAN REPORT

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah puji syukur atas rahmat Allah SWT atas berkat rahmat, kemudahan, dan

kesabaran yang diberikan kepada saya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:

Kepada orang yang sering bertanya kapan Wisuda


Ayah dan Ibu tercinta
Drs. H. M. Arifin dan Hj. Halimah
Mereka adalah sosok yang hebat yang telah mendidik, membesarkan, dan menyekolahkan ku
dengan penuh pengorbanan tanpa memikirkan rasa lelah yang mereka rasakan
Terima kasih atas kasih sayang, pengorbanan, nasihat dan juga doa yang tiada
henti-henti diberikan kepada saya selama ini

Kepada ibu dosen pembimbing dan penguji yang selalu membimbing,


memberikan motivasi dan ilmu yang sangat berharga sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT Membalas Kebaikan Semuanya


Keluarga besar 17b dan b9 mengajarkan ku arti sebuah keluarga, persahabatan

dan arti kebersamaan di tanah rantau

MOTTO

iv
Sesungguhnya Kematian Menghampirimu

Dibalik keberhasilan seorang anak terdapat doa orang tua yang selalu mendoakannya

JANGAN PERGI MENGIKUTI KEMANA JALAN AKAN BERUJUNG. BUAT

JALANMU SENDIRI DAN TINGGALKAN JEJAK.

Tetaplah bernafas walau dalam kesulitan

v
CURRICULUM VITAE

M. Arfah

173145453048

Program Studi : DIII Teknologi Laboratorium Medis

Alamat : Jl. Pejuang Raya

Orang tua

Ayah : Drs. H. M. Arifin

Ibu : Hj. Halimah

Alamat : Jl. Pejuang Raya

Riwayat Pendidikan

SD : SD Inpres Batua I

SMP : SMP Muhammadiyah 1 Makassar

SMA : SMK Negeri 5 Makassar

Prinsip hidup : Lakukan yang Terbaik walau tetap di HUJAT

Kesan saat kuliah : Saya merasa sangat senang ketika jadi Ketua Lab
karena banyak mendapat pengalaman.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga penulis bisa

menyelesaikan proposal penelitian dengan judul Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp.

Pada Tempat Penampungan Air Rumah Warga Di Kelurahan ParopoKecamatan

Panakukkang Kota Makassaryang merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai

gelar Ahli Madya pada Program Studi DIII Teknologi Laboratorium Medis Fakultas

Teknologi Kesehatan, Universitas Megarezky Makassar.

Proposal ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan Program Diploma III di Program Studi Teknologi

Labolatorium Medis Universitas Megarezky Makassar.

Dalam penulisan proposal ini, penulis banyak mengalami hambatan dan

kesulitan, namun berkat dukungan, bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari

berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis akan mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan

kakak yang selalu memberikan doa, semangat dan dukungan. Dan tentu saja penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Hj. Suryani, SH., MH., selaku Ketua YPI Makassar.

2. Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp.PD. Sp.JP(K)., selaku Rektor Universitas

Megarezky Makassar.

vii
3. Ibu Prof. Dr. Dra. Hj. Asnah Marzuki., M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas

Teknologi Kesehatan.

4. Ibu Resi Agestia Waji, S.Si., M.Si., sebagai Ketua Program Studi DIII Teknologi

Laboratorium Medis.

5. Bapak Awaluddin S.Si., M.kes selaku pembimbing I dan ibu Sulfiani S.Si., M.Pd

selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya

untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis.

6. Ibu Handayani S.Si., M.Si selaku penguji utama.

7. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Universitas Megarezky yang telah berperan dalam

mengajar ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga memberikan kemudahan bagi

penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman angkatan 2017 Teknologi Labolatorium Medis.

9. Semua pihak yang langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah membantu menyelesaikan proposal ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada proposal penelitian ini, yang

masih jauh dari kesempurnaan, baik itu dari segi penyusunan maupun segi

pengetahuan, karena keterbatasan yang dimiliki penulis sehingga penulis sangat

mengharapkan adanya kritik maupun saran demi kesempurnaan proposal penelitian

ini.

Makassar, Juli 2020

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................... ii

PLAGIARISM SCAN REPORT............................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................. iv

MOTTO................................................................................................................... v

CURRICULUM VITAE.......................................................................................... vi

KATA PENGANTAR............................................................................................. vii

DAFTAR ISI............................................................................................................ ix

ABSTRAK............................................................................................................... xii

ABSTRACT............................................................................................................. xiii

DAFTAR TABEL.................................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR............................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xvi

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1

A. Latar Belakang............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah........................................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 3

1. Manfaat Praktisi..................................................................................... 3

2. Manfaat Teoritis..................................................................................... 3

ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................... 4

A. Tinjauan Umum Nyamuk............................................................................ 4

B. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes sp............................................................. 4

1. Aedes aegypti......................................................................................... 5

2. Aedes albopictus.................................................................................... 10

C. Jenis – Jenis Nyamuk................................................................................... 16

3. Culex sp.................................................................................................. 16

4. Anopheles............................................................................................... 19

5. Mansonia............................................................................................... 21

D. Penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD)................................................. 23

E. Tempat Berkembang Biak........................................................................... 25

F. Alur Penelitian............................................................................................. 26

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................... 27

A. Jenis penelitian............................................................................................. 27

B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 27

C. Fokus Penelitian........................................................................................... 27

D. Populasi dan Sampel.................................................................................... 27

1. Populasi.................................................................................................. 27

2. Sampel................................................................................................... 28

a. Kriteria Inklusi................................................................................. 28

b. Kriteria Ekslusi................................................................................ 28

E. Instrument/ alur kerja penelitian.................................................................. 28

x
1. Instrument.............................................................................................. 28

2. Alur kerja penelitian.............................................................................. 28

a. Teknik Pengambilan sampel............................................................ 28

b. Pengambilan Larva di Lapangan..................................................... 29

c. Identifikasi Larva di Laboratorium.................................................. 29

F. Analisis Data................................................................................................ 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 31

A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian........................................................... 31

B. Hasil Penelitian............................................................................................ 31

C. Pembahasan................................................................................................. 33

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 37

A. Kesimpulan.................................................................................................. 37

B. Saran............................................................................................................ 37

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 38

LAMPIRAN LAMPIRAN....................................................................................... 40

xi
ABSTRAK

Nama : M. ARFAH
NIM : 173145453048
Judul : Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Di tempat penampungan Air
Rumah Warga di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota
Makassar
Pembimbing : 1. Awaluddin
2. Sulfiani
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue dengan vektor
utama nyamuk Aedes aegypti dan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi larva Aedes Sp pada tempat
penampungan air masyarakat baik didalam rumah maupun diluar rumah di RW 4
Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.
Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif observasional. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua rumah warga di RW4 Kelurahan Paropo. Sampel dalam
penelitian ini adalah larva yang diperoleh dari penampungan air warga di RW4 yang
terdapat didalam dan diluar rumah yang diperoleh dari 117 TPA dari 46 rumah.
Dari hasil penelitian ditemukan larva Aedes aeygpti didalam rumah 6 larva, dan
di luar rumah sebanyak 8 larva. Serta Angka Bebas Jentik (ABJ) 91,30%, House
Indeks (HI) 8,69%, dan Countener Indeks (CI) 3,41%. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa larva Aedes aeygpti dapat ditemukan didalam dan diluar rumah. Oleh karena
itu disarankan kepada masyarakat untuk mencegah dan memberantas nyamuk Aedes
Sp.

Kata Kunci: Aedes sp, Countainer Air, Larva, Kelurahan Paropo

xii
ABSTRACT

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Larva Aedes aegypti di tiap RT..................................................... 32


Tabel 4.2 Jumlah Rumah, Tempat Penampungan Air (TPA) dan Indeks ABJ, HI,
CI di Kelurahan Paropo RW 4
....................................................................................................................................
32
Tabel 4.3 Jumlah TPA yang ditemukan Larva Aedes
....................................................................................................................................
32

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti dewasa.............................................................. 7

Gambar 2.2 Telur Aedes sp........................................................................................ 8

Gambar 2.3 Larva nyamuk Aedes aegypti................................................................. 8

Gambar 2.4 Telur Aedes Albopictus.......................................................................... 13

Gambar 2.5 Larva Aedes Albopictus.......................................................................... 14

Gambar 2.6 Pupa Aedes Albopictus........................................................................... 15

Gambar 2.7 Nyamuk Aedes Albopictus dewasa........................................................ 16

Gambar 2.8 Nyamuk Culex dewasa........................................................................... 18

Gambar 2.9 Larva Culex............................................................................................ 19

Gambar 2.10 Nyamuk Anopheles sp.......................................................................... 21

Gambar 2.11 Telur Anopheles sp............................................................................... 22

Gambar 2.12 Larva Anopheles sp.............................................................................. 22

Gambar 2.13 Pupa Anopheles sp............................................................................... 23

Gambar 2.14 Larva Mansonia................................................................................... 24

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengambilan Larva dilapangan.............................................................40


Lampiran 2. Pemeliharaan Larva...............................................................................40
Lampiran 3. Hasil Pengamatan..................................................................................41
Lampiran 4. Surat rekomendasi penelitian................................................................42
Lampiran 5. Surat izin penelitian...............................................................................43
Lampiran 6. Surat izin pengambilan sampel..............................................................44
Lampiran 7. Surat izin selesai meneliti......................................................................46

xvi
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nyamuk merupakan salah satu serangga berukuran kecil yang memiliki peran

sebagai vektor dari agen penyakit. Nyamuk biasanya mengganggu manusia dan

binatang melalui gigitannya. Nyamuk berperan sebagai vector penyakit seperti DBD

(Demam Berdarah Dangue), penyakit kuning, dan cikungunya (Nadifah, Farida

Muhajir, Arisandi, & D. Owa Lobo, 2017).Nyamuk tergolong kedalam Ordo diptera,

family Culicidae dan terdiri dari beberapa genus, salah satu diantanya adalah genus

Aedes. Nyamuk Aedes aegypti tersebar di seluruh wilayah di Indonesia (Majidah et

al., 2010)

Beberapa jenis nyamuk Aedes antara lain A.aegypti, dan A.albopictus, Kedua

spesies Aedes tersebut mempunyai habitat pada tempat-tempat penampungan air

bersih yang airnya digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya

(Islamiyah, Leksono, & Gama, 2013). Larva nyamuk Aedes sp. memiliki habitat di

dua lokasi yaitu dalam rumah dan luar rumah. Larva nyamuk ditemukan di beberapa

tempat perindukan yaitu kolam bekas kurungan ikan, lagoon, rawa-rawa, kubangan

kerbau, tambak sawah dan sungai dan di bak mandi (Gesriantuti, Badrun, & Fadillah,

2017)

Beberapa daerah seperti didesa dan perkotaan biasanya ditemukan nyamuk

Aedes, oleh karena itu sangat mudah berkembang biak, terutama di sekitar

lingkungan tempat manusia beraktivitas. Pada Umumnya Habitat dari Aedes ini lebih

1
2

menyukai berbagai macam tempat penampungan air jernih yang banyak terdapat di

sekitar pemukiman penduduk, seperti tempayan, bak mandi dan barang-barang bekas

yang menampung sisa-sisa hujan (Gesriantuti et al., 2017).

Menurut Bidang Bina Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(P2PL), jumlah kasus DBD yang terjadi di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun

2013 dengan jumlah kasus yang sebanyak 5.030 kasus (Kementerian Kesehatan RI,

2017).

Menurut Dinkes Kota Makassar selama 3 tahun terakhir yakni pada tahun 2016 -

2018 menunjukkan jumlah kasus DBD per kecamatan di Kota Maksassar secara

berturut-turut yaitu diKecamatan Panakukang sebanyak 81 kasus, Kecamatan

Tamalate sebanyak 78 kasus, Kecamatan Manggala sebanyak 72 kasus, dan

Kecamatan Rappocini sebanyak 71 kasus, serta Kecamatan Biringkanaya sebanyak

69 Kasus (Erniwati Ibrahim, Syamsuar Manyullei, 2019).

Sementara di tahun 2019 sebanyak 268 kasus dan Berdasarakan data Dinas

Kesehatan Kota Makassar (2020) kasus DBD di Kota Makassar sebanyak 65 kasus

per Februari.Kota Makassar sebagai salah satu Kota di Provinsi Sulawesi Selatan

yang endemis DBD yang mengalami fluktuasi mengenai jumlah penderita DBD.

Kasus DBD sampai saat ini belum ditemukan pengobatannya, sehingga salah

satu cara untuk menanggulangi penyakit ini dengan melakukan pengendalian

terhadapat vector nyamuk Aedes sp. tempat perindukan nyamuk Aedes yang menjadi

penular penyakit DBD yang dekat di tempat tinggal dapat meningkatkan resiko

kontak dengan manusia.


3

Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan penelitian tentang Identifikasi

Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah Warga Di RW 4

Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

ini yaitu Apakah terdapat Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air

Rumah Warga Di RW 4 Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota

Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan

Air Rumah Warga Di RW 4 Kelurahan ParopoKecamatan Panakukkang Kota

Makassar.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktisi

Sebagai tambahan informasi kepada masyarakat khususnya tenaga kesehatan

tentang Identifikasi Larva Nyamuk Aedes sp. Pada Tempat Penampungan Air Rumah

Warga Di RW 4 Kelurahan ParopoKecamatan Panakukkang Kota Makassar.

2. Manfaat Teoritis

Penilitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi

perkembangan ilmu pengetahuan terutama pada bidang parasitologi dan juga


4

menambah wawasan bagi pembaca sehingga dijadikan sebagai referensi untuk

melukan penelitian selanjutnya.


5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Nyamuk

Nyamuk merupakan salah satu serangga berukuran kecil yang memiliki peran

sebagai vektor dari agen penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk masih

menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat, baik di kota maupun di desa. Kepadatan

penduduk merupakan salah satu agen untuk mempermudah penyebaran karena

mempercepat transmisi virus dengue dari vector. Berbagai jenis penyakit yang

disebakan oleh nyamuk yaitu Malaria, Filariasis (kaki gajah), Chikungunya,

Encephalitis dan demam berdarah dengue (DBD). Beberapa tahun terakhir ini

Kejadian Luar Biasa (KLB), cenderung mengalami peningkatan dan jumlah kasus

maupun kematiannya (Islamiyah et al., 2013).

Siklus hidup nyamuk secara umum termasuk siklus hidup yang sempurna

(holometabola). Dimana siklus hidup terdiri dari empat stadium, yaitu telur- larva-

pupa dewasa (Biologi, Matematika, Ilmu, Alam, & Semarang, 2014).

B. Tinjauan Umum Tentang Nyamuk Aedes Sp

Nyamuk Aedes Sp berperan sebagai agen vektor dari virus dengue, ada dua

spesies yaitu nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus yang tersebar di

seluruh dunia. Melalui gigitannya nyamuk ini dapat menyebabkan gangguan terhadap

manusia dan binatang, baik di daerah tropik dan daerah beriklim lebih dingin.

Di daerah tropis dan subtropis ditemukan genus nyamuk Aedes Sp. vektor

utama yang menjadi perhatian di seluruh dunia yaitu Spesies Aedes aegypti dan

4
6

Aedes albopictus, karena sifat infeksius dari Aedes aegypti dan Aedes albopictus

yang dapat membawa berbagai patogen yang dapat ditularkan ke manusia (Sumarni,

2016).

1. Jenis-Jenis Nyamuk Aedes sp.

a) Nyamuk Aedes aegypti

Virus dengue dapat menyebabkan penyakit demam berdarah, yang dibawah

oleh jenis nyamuk Aedes aegypti . Tidak hanya virus dengue, nyamuk jenis

Aedes aegypti juga dapat membawa virus demam kuning (yellow fever) dan

chikungunya. Penyebarannya juga sangat luas, hampir meliputi semua daerah

tropis di seluruh dunia. Sebagai pembawa virus dengue, jenis nyamuk Aedes

aegypti merupakan pembawa utama (primary vector) dan bersama Aedes

albopictus sehingga siklus penyebaran dengue di kota dan di desa (Sumarni,

2016)

1) Klasifikasi Aedes aegypti (Wati, 2010)

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insekta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes Aegypti

2) Morfologi Nyamuk Dewasa Aedes aegypti

Ukuran nyamuk rumah (Culex quinquefasciatus) lebih besar jika

dibandingkan dengan Morfologi nyamuk Aedes aegypti dewasa, mempunyai

warna dasar yang hitam dengan bintik-bintik putih pada bagian-bagian badannya
7

terutama pada kakinya dan morfologinya yang khas sebagai nyamuk yang

memiliki gambaran lira yang putih pada punggungnya, yaitu ada dua garis

melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan. Nyamuk betina lebih besar dari

nyamuk jantan dan terdapat rambut-rambut tebal pada antena nyamuk jantan.

(Hidayati, 2013).

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti dewasa


(Sumber : Supartha, 2008).

3) Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti

Perkembangan nyamuk Aedes aegypti dapat dibagi menjadi 4 tahap yaitu

telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa, sehingga termasuk metamorfosis

sempurna (Kholifah & Yudhastuti, 2016).

(a) Stadium Telur

Nyamuk Ae. Aegypti memiliki telur berbentuk lonjong dengan panjang ±

0,6mm dan beratnya 0,0113 mg. Pada saat diletakkan, telurnya berwarna putih,

lalu setelah 15 menit akan berubah menjadi abu-abu dan menjadi hitam setelah 40

menit. Telur-telur tersebut diletakkan 1-2 cm di atas batas permukaan air satu per

satu oleh nyamuk betina(Kumayah, 2011a).


8

Gambar 2.2 Telur Aedes sp.


(Sumber: Mc Cafferty & Patrick 2010).
(b) Stadium Larva

Larva Aedes spp. terdiri atas kepala, torak, abdomen, yang berjumlah 8

segmen. Pada abdomen terakhir terdapat segmen anal dan sifon. Semua Larva

nyamuk hidup di air yang terdiri atas beberapa satdium yaitu empat instar. larva

tersebut memerlukan waktu 4 hari hingga 2 minggu Keempat instar tersebut dapat

diselesaikan tergantung dari keadaan lingkungan, seperti suhu air persediaan

makanan. Pada air yang memiliki suhu dingin perkembangan larva akan lebih

lambat, demikian juga keterbatasan persediaan makanan juga menghambat

perkembangan larva. Setelah melewati semua stadium instar maka larva akan

berubah menjadi pupa (Hidayati, 2013).


9

Gambar 2.3 larva nyamuk Aedes aegypti (Sumber : Nadifah, 2016).

(c) Stadium Pupa

Sebagaimana larva, pupa juga membutuhkan lingkungan akuatik (air). Pupa

merupakan fase inaktif yang tidak memerlukan makan dalam prosenya, namun

membutuhkan oksigen untuk bernafas. Untuk pernafasannya pupa akan berada di

dekat permukaan air. pupa dapat berkembang biak dengan baik akan bergantung

pada suhu air dan lamanya dapat berkisar 1 hari sampai beberapa minggu. Setelah

membutuhkan waktu dalam proses itu maka pupa membuka dan melepaskan

kulitnya kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat siap

terbang (Hidayati, 2013).

(d) Nyamuk Dewasa

Nyamuk dewasa akan beristirahat di atas permukaan air agar badan dan

sayap-sayapnya kering dan menguat sebelum akhirnya dapat terbang. Nyamuk

dan betina jantan muncul dengan perbandingan jumlahnya 1:1. Nyamuk betina 1

hari lebih lambat muncul jika dibandingkan nyamuk jantan, menetap dekat tempat

perkembang biakan, makan dari sari buah tumbuhan dan kawin dengan nyamuk

betina yang muncul kemudian. Nyamuk betina memerlukan makanan dari sari

buah tumbuhan untuk mengisi tenaga setelah baru muncul, lalu kawin menghisap

darah manusia. Umur nyamuk betinanya dapat mencapai 2-3 bulan (Desniawati F,

2014:15) (Sumarni, 2016).

Nyamuk Aedes aegypti memiliki ciri yang khas, yaitu dengan adanya garis-

garis dan bercak-bercak putih keperakan di atas dasar warna hitam dan dikenal

dengan sebutan black white mosquito atau tiger mosquito. Sedangkan ciri khas
10

utamanya yaitu ada dua buah garis lengkung sejajar di garis median dari

punggungnya yang berwarna dasar hitam dan dua garis lengkung yang berwarna

putih keperakan di kedua sisi lateral (Irianto K, 2013:150) (Sumarni, 2016).

4) Perilaku Nyamuk Aedes aegypti

(a) Perilaku menggigit/ mencari darah.

Setelah kawin, nyamuk betina membutuhkan darah untuk bertelur.

Nyamuk betina biasanya menghisap darah manusia 2-3 hari sekali. Nyamuk

Ae. aegypti mempunyai kebiasaan menggigit pada pukul 08.00-12.00 dan

15.00-17.00. Nyamuk ini lebih sering menggigit di dalam rumah jika

dibandingkan dengan di luar rumah. Untuk mencukupi suplay darah, nyamuk

betina akan menggigit beberapa orang. Jarak terbang dari nyamuk ini berkisar

100 meter dan umur dari nyamuk betina dapat mencapai usia satu bulan

(Kumayah, 2011).

(b) Perilaku Istirahat

Nyamuk Aedes aegypti lebih menyukai tinggal di dalam rumah dari pada

di luar rumah. Nyamuk ini sangat menyuaki Tempat beristirahat yang lembab

dan kurang terang seperti dapur, kamar mandi, dan WC. Jika di dalam rumah

nyamuk ini biasanya akan beristirahat di baju-baju yang digantung, tirai, dan

kelambu. Sedangkan di luar rumah nyamuk ini beristirahat pada tanaman-

tanaman yang ada di luar rumah (Sumarni, 2016).

(c) Perilaku berkembang biak

Nyamuk Ae. aegypti berkembang biak dan bertelur di tempat

penampungan air bersih seperti menara air, bak mandi, tempayan, sumur gali,
11

dan drum air atau wadah yang berisi air bersih atau air hujan, seperti

potongan bambu, wadah minuman burung, genangan air, vas bunga, ban

bekas, dan lain sebagainya.

Nyamuk yang umurnya 10 hari akan bisa menularkan virus, karena masa

inkubasi ekstrinsik virus di dalam tubuh nyamuk adalah 8-10 hari. Nyamuk

memerlukan tempat istirahat yang cocok dan berkelembapan tinggi agar bisa

mencapai umur 10 hari. Nyamuk akan mati kekeringan apabila kelembaban

rendah. Tempat hinggap tersedia karena adanya lingkungan fisik dan

kelembaban yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik (curah hujan) atau

lingkungan biologi tanaman hias atau tanaman pekarangan)(Kumayah, 2011).

(d) Kemampuan Terbang

Kemampuan terbang nyamuk ini dapat mencapai radius 100-200 meter,

oleh karena itu bila di suatu daerah terdapat pasien DBD, maka masyarakat

yang berada pada radius 100-200 meter dari lokasi pasien harus lebih berhati-

hati terhadap nyamuk tersebut, karena nyamuk dapat menyebarkan virus DBD

dalam jangkauan tersebut (Sumarni, 2016).

b) Nyamuk Aedes albopictus

Aedes albopictus merupakan nyamuk yang dalam beberapa hal secara garis

besar sangat mirip dengan Aedes aegypti. Aedes albopictus adalah nyamuk asli

yang berasal dari daerah timur (Asia dan sekitarnya) yang menyebar hingga ke

daerah barat seperti Madagaskar dan pulau-pulau di Afrika Timur kecuali daratan

benua Afrika. Dalam penyebarannya Aedes albopictus di Asia Tenggara meliputi

Pulau Kalimantan Burma, Kamboja, Laos, Malaysia, Philipina, Singapura,


12

Thailand, Vietnam, dan pulau-pulau di seluruh Indonesia. Penyebaran nyamuk ini

apabila berada di luar Asia Tenggara meliputi daerah oriental seperti (India),

Australia, daerah Somalia Perancis, pulau-pulau Bonin, Chagas dan Hawai,

Jepang, Korea, Madagaskar, Pulau Mariana, Mauritus, Nepal, New Guinea dan

Pulau Ryukyu (Sumarni, 2016).

1) Klasifikasi Nyamuk Aedes albopictus

Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Diptera
Familly : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes albopictus (Zulkoni A, 2011:257).

2) Morfologi Nyamuk Dewasa Aedes albopictus

Morfologi dari nyamuk Aedes albopictus secara umum baik dari ukuran

ataupun bentuknya mirip dengan Aedes aegypti, akan tetapi dengan sedikit

perbedaan yang dapat dipakai untuk identifikasi. Nyamuk Dewasa Aedes

albopictus memiliki tubuh yang berwarna hitam serta garis-garis putih pada

notum dan abdomen, antena berbulu, pada betina palpus hanya 1/4 panjang

proboscis sedangkan jantan palpus sama panjang, femur kaki depan sama panjang

dengan proboscis, femur kaki belakang putih memanjang dibagian posterior, tibia

gelap dan sisik putih pada pleura tidak teratur serta mesonotum dengan garis putih

horizontal (Kuraga, R, D., 2011:12) (Sumarni, 2016).

3) Siklus Hidup Nyamuk Aedes albopictus


13

Perkembangan nyamuk Aedes albopictus dapat dibagi menjadi 4 stadium

yaitu stadium telur, larva, pupa, dan nyamuk dewasa (Aliardani, N, A,.

2015:35)

(a) Stadium Telur

Telur nyamuk Aedes Albopictus berwarna hitam, yang akan menjadi lebih

hitam warnanya ketika menjelang menetas, bentuk lonjong dengan satu

ujungnya lebih tumpul dan ukurannya lebih kurang 0,5 mm (Aliardani, N,A,.

2015:35).

Gambar 2.4 Telur Aedes albopictus (Boesri, 2011)

(b) Stadium Larva (jentik)

Larva dari nyamuk Aedes albopictus memiliki bentuk kepala yang bulat

silindris, pada ruas abdomen VIII terdapat gigi sisir yang hanya lurus saja

(yang membedakannya dengan Aedes aegypti), dan berukuran 6-5 mm

antenna pendek dan halus dengan rambut-rambut berbentuk sikat di bagian

depan kepala (Azzahra, D., 2011:15.)


14

Gambar 2.5 Larva Nyamuk Aedes albopictus(Boesri, 2011)

(c) Stadium Pupa

Pupa dari nyamuk Aedes albopictus seperti koma dengan cephalothorax

yang tebal, yang warnanya mulai berbentuk agak pucat dan akan berubah

menjadi kecoklatan kemudian menjadi hitam ketika menjelang menjadi

dewasa,abdomennya dapat bergerak setengah lingkaran, pada kepala pupa ini

mempunyai corong untuk bernapas yang berbentuk seperti terompet panjang

dan ramping (Desianti R,2011:12).

Pupa dari nyamuk Aedes albopictus biasanya mempunyai waktu hidup

untuk menjadi dewasa membutuhkan waktu antara 1 - 2 hari atau pada suhu

tertentu seperti pada suhu kamar berkisar antara 1 sampai 3 hari. Pupa betina

dan jantan sangat berbebeda, perbedaan tersebut dapat dilihat dari ukurannya

yaitu pupa betina lebih besar dari yang jantan (Kuraga, R, D., 2011:12-13).
15

Gambar 2.6 Pupa Aedes albopictus (Boesri, 2011)

(d) Nyamuk Dewasa

Morfologi dari Nyamuk dewasa Aedes albopictus, memiliki tubuh yang

berwarna hitam dengan garis-garis putih pada notum dan abdomen, antena

berbulu, pada yang jantan palpus sama panjang dengan proboscisnya sehingga

sangat berbeda dengan yang betina yang mana betina hanya 1/4 panjang

proboscis, femur kaki depan sama panjang dengan proboscis, femur kaki

belakang putih memanjang di bagian posterior, tibia gelap, mesonotum

dengan garis putih horizontal, dan sisik putih pada pleura tidak teratur (Irianto

K, 2013:154).

Nyamuk Aedes albopictus dewasa yang betina mempunyai umuryang

lebih lama apabila dibandingkan dengan yang jantan, pada betina mempunyai

umur antara 12-40 hari dan yang jantan antara 10-22 hari. Pada suhu 20ºC

nyamuk betina Aedes albopictus dapat bertahan hidup lebih lama apabila

dibandingkan dengan yang jantan, pada nyamuk betina dapat hidup selama

101 hari dan yang jantan selama 35 hari. Nyamuk Aedes Albopictus sangat
16

menyukai darah manusia apabila diwaktu pagi dan senja. Sifat mengigit dari

nyamuk Aedes albopictus yaitu secara multiple atau mengigit hingga beberapa

kali pada beberapa manusia. Nyamuk betina sesudah kenyang tidak akan

menghisap darah lagi sampai kepada sesudah perletakkan telurnya (Kuraga,

R, D., 2011:13).

Gambar 2.7 Nyamuk Dewasa Aedes albopictus (Boesri, 2011)

4) Perilaku Nyamuk Aedes albopictus

Nyamuk betina Aedes albopictus membutuhkan darah untuk hidupnya

baik sebelum kawin maupun sesudah kawin. Nyamuk Aedes albopictus

menggigit pada waktu pagi hari , sore hari dan malam hari dan puncaknya

pada sore hari. Nyamuk Aedes albopictus biasanya memilih makanan pada

manusia atau binatang peliharaan seperti burung bila inang utama tdk ada

(Achmadi, U, F., 2011:79).

Nyamuk Aedes albopictus lebih sering beristirahat di luar rumah karena

nyamuk ini menyukai tempat-tempat seperti di pepohonan tempat yang teduh,

ban bekas, semak-semak, kotak baterai atau aki, kontainer limbah, dan
17

gerabah yang ada di sekitar rumah. Di tempat-tempat tersebut nyamuk

menunggu proses pematangan telurnya. Setelah proses pematangan telur

selesai, nyamuk betina akan meletakan telurnya di dinding tempat

berkembang biaknya, dan sedikit di atas permukaan air. setelah telur terendam

di air biasanya akan menetas menjadi larva dalam waktu ± 2 hari (Achmadi,

U, F., 2011:79-80) (Sumarni, 2016).

C. Jenis-jenis Nyamuk

1. Culex

Nyamuk Culex sp. merupakan vektor utama filariasis dan memiliki peranbesar

dalam penyebaran penyakit filariasis di Indonesia. Filariasis dapat mengganggu

produktivitas kerja karena menyebabkan kecacatan (Ekananta, 2018).

a. Klasifikasi Nyamuk Culex sp.

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Infrakingdom : Protostomia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Class : Insecta
Subclass : Pterygota
Infraclass : Neoptera
Superorder : Holometabola
Order : Diptera
Suborder : Nematocera
Infraorder : Culicomorpha
Family : Culicidae
Subfamily : Culicinae
Tribe : Culicini
Genus : Culex
Spesies : Culex sp.(Ekananta, 2018)

b. Morfologi nyamuk Culex sp.


18

Nyamuk dewasa Culex sp. Memiliki ukuran bervariasi 4-10 mm

(Manimegalai dan Sukanya, 2014). Tubuh dari nyamuk culex dewasa terdiri dari

tiga bagian, yaitu kepala, thorax, dan abdomen. Antena yang berada di kepala

berguna sebagai sensor informasi bagi seekor nyamuk. Bagian kepala juga

terdapat mulut yang berkembang sempurna pada nyamuk dewasa betina (WHO,

2013). Mulut atau yang dinamakan probosis berfungsi untuk menghisap darah.

Probosis dan antena pada nyamuk Culex sp. memiliki panjang yang tidak sama

atau panjang antena lebih pendek daripada probosis. Pada bagian abdomen

bertanggung jawab terhadap pencernaan dan perkembangan telur nyamuk

(Stephani et al., 2013) (Ekananta, 2018).

Gambar 2.8 Nyamuk Culex dewasa


(Sumber : Islamiah,2013).

c. Telur

Telur Culex sp. saat pertama kali diletakkan warnanya putih, dan akanberubah

coklat atau hitam kurang lebih 12-14 jam setelah telur diletakkan (WHO, 2013).

Panjang telur sekitar 1/4 inch dan lebar 1/8 inch (Manimegalai dan Sukanya,

2014). Ciri khas dari nyamuk Culex sp. adalah peletakan telur yang bergerombol
19

membentuk menyerupai rakit. Satu gerombolon terdapat 100 telur atau lebih

danmenetas 24-30 jam setelah diletakkan di dalam air (New Zaeland Biosecure

Entomology Laboratory, 2008) (Ekananta, 2018).

d. Larva

Larva nyamuk Culex sp. memiliki 3 segmen yaitu kepala, thoraks,

danabdomen. Pada bagian abdomen terdapat delapan segmen. Selain itu terdapat

ciri khas siphon yang panjangnya 4 kali lebih panjang daripada larva nyamuk jenis

lain. Tubuh dari larva ditutupi oleh buluh halus (Stephani et al., 2013). Sesuai

dengan perkembangannya, larva nyamuk dibagi menjadi 4 tahap yaitu instar I, II,

III, dan IV.

Perkembangan dan pertumbuhan larva berbeda-beda tergantung dari suplai

nutrisi dan temperatur tempat larva akan hidup. Larva instar I yaitu pada hari ke 1-

2 setelah telur menetas dengan ukuran 1-2 mm. Lrva instar II yaitu pada hari ke 2-

3 setelah telur menetas dengan ukuran 2,5 – 3,5 mm. Larva instar III yaitu pada

hari ke 3-4 setelah telur menetas dengan ukuran 4-5 mm. Larva instar IV yaitu

pada hari ke 4-6 setelah telur menetas dengan ukuran 5-6 mm(Ekananta, 2018).

Pupa nyamuk Culex sp. Memiliki bentuk seperti koma dan bergerak

secaraaktif. Anotomi, pupa memiliki dua segmen yaitu peleburan antara kepala

dan thoraks (cephalothoraks) dan abdomen. Pada bagian cephalothoraks

mempunyai warna yang bervariasi tergantung pada variasi habitatnya dan akan

menghitam pada bagian posteriornya. Pada bagian cephalothoraks juga terdapat


20

sebuah trumpet yaitu bagian berbentuk seperti pipa yang membesar dan warnanya

semakin memudar saat bagian trumpet menjauhi tubuh. Trumpet berfungsi sebagai

alat pernafasan pada pupa. Pada bagain abdomen terdiri dari 8 segmen dimana 4

segmen anterior lebih gelap dibandingkan dengan 4 segmen posterior. pada bagian

apeks abdomen terdapat paddle yang berwarna translusen dan kuat dengan 2 setae

(rambut kaku) pada bagian akhir posteriornya (Ekananta, 2018).

2. Anopheles

Nyamuk Anopheles berperan sebagai vector malaria. Beberapa spesies berperan

sebagai vector filariasis bancrofti, malayi, dan timori.

a. Klasifikasi Nyamuk Anopheles sp.

Kingdom : Animal
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diphtera
Family : Culicidae
Sub Family : Anophelini
Genus : Anopheles
Spesies : Anopheles sp.(LASE, 2016)

b. Morfologi Nyamuk Anopheles sp.

Gambar 2.10 Nyamuk Anopheles sp.(LASE, 2016)


21

Nyamuk dewasa Morfologi nyamuk dewasa Anopheles sp. jantan, yaitu

memiliki probosis / alat penghisap yang berada di posisi tengah atau seluruh

palpus maksilaris, pada ujung probosis terdapat labella, bentuknya seperti ujung

tombak. Bentuk khas nyamuk Anopheles sp. jantan, yaitu antena berbulu lebat

disebut plumose, pada ujung palpus maksilaris terjadi perlebaran (Sugiarti, 2018)

Nyamuk dewasa Anopheles sp. betina, yaitu terdapat probosis / alat penghisap

yang berada di posisi tengah kepala, di ujung probosis terdapat labella, bentuknya

seperti ujung tombak. Bentuk khas nyamuk Anopheles betina, yaitu antena

berbulu jarang disebut pilose, pada ujung palpus, maksilaris tidak terjadi

perlebaran. (Sugiarti, 2018).

c. Telur

Gambar 2.11 Telur Anopheles sp.(Sugiarti, 2018)

Dalam air telur akan disimpan satu persatu diatas permukaan air waktu

telur dapat menetas dalam waktu 1-3 hari. Telur Anopheles sp.mempunyai

bentuk yang oval ,salah satu atau kedua ujung meruncing,pada disisi kanan

dan kiri ada berbentuk spiral transparan yang menyerupai pelampung

(Sugiarti, 2018).
22

d. Larva

Gambar 2.12 Larva Anopheles sp. (Sugiarti, 2018).

Larva Anopheles sp. memiliki bagian ekor yang tidak mempunyai cabang.

Pada bagian abdomen setiap segmen terdapat rambur palma disisi kanan dan

kiri berwarna lebih gelap,dan memiliki tegral plate dibagian dorsal

abdomen,pada segmen terakhir terdapat spirakel dan gigi sisir (Sugiarti,

2018).

e. Pupa

Gambar 2.13 Pupa Anopheles sp. (Sugiarti, 2018).

Bentuk dari pupa Anopheles yaitu koma apabila dilihat dari samping.

cephalothorax gabungan dari kepala dan dada dengan perut melengkung di

sekitar bawahnya. Seperti larva, kepompong membutuhkan oksigen untuk hidup

dan pupa akan menuju kepermukaan untuk bernapas, yang mereka lakukan

melalui sepasang trumpets pernapasan pada cephalothorax. Setelah beberapa hari


23

menjadi pupa, permukaan dorsal cephalothorax akan terpecah sehingga nyamuk

dewasa muncul (Aradilla, 2009).

Waktu yang diperlukan dari telur hingga dewasa sangat bervariasi antar

spesies dan sangat dipengaruhi oleh suhu.Nyamuk dapat berkembang dari terlur

hingga dewasa hanya dalam 5 hari tetapi biasanya 10-14 hari dalam kondisi

tropis (Aradilla, 2009).

3. Mansonia

Nyamuk Mansonia biasanya ditemui di sungai besar, di tepihutan atau dalam

hutan dan rawa – rawa. sifon dari pupa dan larva biasanya melekat pada akar –akar

atau ranting tanaman air.

a. Klasifikasi

Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Mansonia
Spesies : Mansonia spp.

b. Morfologi

Nyamuk dewasa Mansonia mempunyai bentuk tubuh yang lebih panjang

dan besar, bentuk sayapnya asimetris dan mempunyai warna tubuh kecoklatan

(Pasiga, 2013). Nyamuk dewasa mansonia jantan palpi lebih panjang dari

promboscsi. Sisik dayap lebar asimetris, berselang – selang terang dan gelap

sedangkan pada betina memiliki palpi lebih pendek dari promboscis

(Gandahusada, Illahude, Wira Pribadi, 1998).


24

c. Telur

Pada permukaan bawah daun tumbuhan inang biasanya telur Mansonia

diletakkan saling berdekatan membentuk rakit, bentuk kelompok yang terdiri

dari- 6 butir. Telurnya mempunyai bentuk yang lonjong dengan salah satu

ujungnya meruncing.

d. Larva

Gambar 2.14 Larva nyamuk Mansonia (Stephen L. Doggett, 2002).

Larva Mansonia mempunyai siphon berujung lancip, bergigi danberpigmen

gelap. Ujung siphon biasnya ditusukkan ke akar tumbuhan air.

e. Pupa

Pada stadium pupa nyamuk Mansonia memiliki corong pernafasan seperti

duri. Untuk menjadi nyamuk dewasa pupamembutuhkan waktu 1 – 3 hari.

D. Penyaki Demam Berdarah Dangue (DBD)

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dengan vektor utama nyamuk

Aedes aegypti dan vektor potensialnya adalah Aedes albopictus yang banyak

ditemukan di dalam maupun diluar rumah pada berbagai tempat penampungan air.
25

Demam berdarah terjadi ditandai dengan demam mendadak 2 – 7 hari tanpa

penyebab yang jelas, gejalanya seperti lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai

dengan tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, kesadaran menurun atau

syok dan kadang-kadang mimisan (Safar, 2009).

Virus Dengue dapat menyebabkan penyakit DBD, dimana virus Dengu yang

termasuk dalam genus Flavivirus,keluarga Flaviviridae. Flavivirus terdiri dari asam

ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106 dan merupakan virus dengan

diameter 30 nm. Penyebab DBD ada 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3

dan DEN-4. Di Indonesia DEN-3 merupakan serotipe terbanyak. Penelitian pada

artropoda menunjukkan virus dengue dapat bereplikasi pada nyamuk genus Aedes

(Stegomya) dan Toxorhynchites (Hidayati, 2013).

Penyakit DBD terjadi karena nyamuk Aedes sp, setiap kali nyamuk menghisap

darah, sebelumnya akan mengeluarkan air liur melalui saluran probosisnya, agar

darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan

dari nyamuk ke orang lain aktivitas menghisap darah nyamuk ini dapat berubah oleh

pengaruh angin, suhu dan kelembaban udara.Kondisi lingkungan yang berubah-ubah

dapat menyebabkan aktivitas menghisap darah dari nyamuk Ae. aegypti dan Ae.

albopictus berubah (Syahribulan & Al, 2012)

Untuk saat ini pengendalian vektor penyebab DBD masih diandalkan karena

sampai hari ini belum ditemukan obatnya. Habitat nyamuk Aedes spp. Yang dekat

dengan tempat tinggal meningkatkan kemungkinan kontak dengan manusia

(Gesriantuti et al., 2017)


26

Menurut data dari kementrian kesehatan republik Indonesia mengatakan bahwa

pada awal tahun 2019 hingga 29 Januari 2019, jumlah penderita DBD yang

dilaporkan mencapai 13.683 orang diseluruh Indonesia. Kementrian kesehatan telah

mencatat, jumlah kasus penderita DBD dari tahun lalu hingga tahun ini meningkat

signifikan. Di awal januari tahun 2018, hanya menerima laporan kasus 6.800 kasus

dengan angka kematian mencapai 43 orang (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2019).

E. Tempat Berkembang Biak

Nyamuk Aedes aegypti mempunyai tempat potensial dalam perkembang biakannya

yaitu:

1. Tempat Penampungan Air (TPA) yang sering digunakan manusia untuk keperluan

sehari-hari : bak mandi, bak WC, gentong, ember, drum, dan lain-lain.

2. Non-TPA (bukan untuk keperluan sehari-hari) : botol bekas, ban bekas, kaleng

bekas, tempat minum burung, vas bunga, tempat sampah, dan lain- lain.

3. Tempat Penampungan Air (TPA) alamiahyaitu lubang pohon, daun pisang, pelepah

daun, lubang batu, tempurung kelapa, dan lain-lain.

Nyamuk vektor demam berdarah dengue menyukai tempat yang mengandung air

jernih, tidak terkena sinar matahari langsung, dan tidak dapat hidup di air yang

berhubungan langsung dengan tanah. Dari berbagai macam TPA, bak mandi

meurpakan tempat yang paling digemari oleh nyamuk Aedes aegypti. Pada bak mandi

biasanya dijumpai jenis nyamuk ini karena volumenya yang relatif lebih besar dan

paling banyak berada di dalam rumah. Larva Ae.aegypti yang ditemukan di bak

mandi mencapai 75% di daerah Kapuk.(Kumayah, 2011b)


27
28

F. Alur Penelitian

Rumah Warga

Penampungan
Air

Dalam Luar

Larva

Identifikasi

Analisis Data
29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional di lapangan yang dilakukan

dengan metode kuantitatif. Penelitian ini meliputi pengumpulan larva Aedes, dan

identifikasi larva Aedes berdasarkan tempat perindukan.

B. Waktu dan Lokasi

Penelitian ini akan di rencanakan pada bulan Agusutus 2020 dan pengambilan

sampel dilakukan di RW 4 Keluarahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota

Makassar.

C. Fokus Penelitian

Peneltian ini difokuskan pada larva nyamuk Aedes sp. di RW 4 Keluarahan

Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi pada penilitian ini adalah semua jenis larya nyamuk di RW 4 Keluarahan

Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Populasi dalam penelitian ini yakni

lebih dari 100 Rumah sehingga sampel bisa diambil 15% atau 30% dari populasi

(sugiyono, 2011:90).

27
30

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah larya nyamuk Aedes sp. di RW 4 Keluarahan

Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar yang telah memenuhi kriteria

inklusi dan ekslusi sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Larva yang terdapat pada penampungan air di dalam rumah.

2) Larva yang terdapat pada penampungan air di luar rumah.

3) Larva yang berada di rumah warga di RW 4 Kelurahan Paropo Kecamatan

Panakukkang Kota Makassar.

b. Kriteria Eksklusi

1) Larva nyamuk yang berada pada air yang mengalir disekitar rumahwarga.

2) Warga tidak bersedia sebagai responden.

E. Instrumen dan Alur Kerja Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan pada penilitan ini adalah Mikroskop stereo, pipet tetes,

opti lab, dan cidukan.Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah botol

pelastik, kaca preparat, dan alkohol 70%.

2. Alur Kerja Penelitian

a. Teknik Pengambilan sampel

Dalam hal ini peneliti mengambil sampel sebanyak 30% dari populasi Teknik

pengambilan sampel yaitu menggunakan Stratified Random Sampling artinya

sampel diambil secara acak berdasarkan strata RT sehingga sampel adalah :


31

30
a) RT1 x 40 = 12 = 12 Rumah
100

30
b) RT2 x 30 = 9 = 9 = Rumah
100

30
c) RT3 x 46 = 13,8 = 14 = Rumah
100

30
d) RT4 x 35 = 10,5 = 11 = Rumah
100

Jadi jumlah rumah yang diambil yaitu 46 rumah

b. Pengambilan Larva di lapangan

Diambil larva nyamuk yang ditemukan dalam dan luar perindukan rumah,

kemudian larva yang diambil dimasukan kedalam gelas plastik, lalu diberi

keterangan masing-masing gelas plastik yang digunakan, kemudian dibawa ke

laboratorium untuk di identifikasi.

c. Identifikasi Larva di Laboratorium

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan yang

akan digunakan, kemudian dikeluarkan larva dari gelas pelastik dengan

mengunakan pipet tetes lalu larva dimasukkan kedalam wadah berisi alkohol

70%, setelah itu diletakkan larva di objek glass dan diamati menggunakan

mikroskop stereo perbesaran 100x. larva yang ditemukan dipelihara hingga

dewasa kemudian diidentifikasi di bawah mikroskop stereo dengan menggunakan

buku kunci identifikasi Aedes (o’connor and supanto, 1999).

F. Analisis data
32

Data yang telah terkumpul diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang

dikelompokkan dalam kategori penampungan air yang mengandung larva Aedes

aegypti dan Aedes albopictus didalam dan diluar rumah.

Ukuran kepadatan populasi larva dapat ditentukan dengan mengukur :

1. Angka Bebas Jentik (ABJ)

∑ rumahtidak ditemukan larva Aedes


x 100 %
∑rumah diperiksa

Semakin tinggi angka bebas jentik (ABJ) maka semakin tinggi pula resiko

terjadinya DBD (Aliardani, 2015:41). 2)

2. House Indeks (HI)

∑ rumahdengan larva Aedes


x 100 %
∑ rumah diperiksa

Jika nilai HI ≥ 5% maka resiko terjadinya DBD tinggi (Aliardani, 2015:41).

3. Countainer Indeks (CI)

∑ tempat perindukandengan larva Aedes


x 100 %
∑ tempat perindukan diperiksa
33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Selayang pandang lokasi penelitian

Kelurahan Paropo merupakan salah satu dari 11 kelurahan di kecamatan

Panakukkang bebatasan dengan Kelurahan Panaikang dan Kelurahan Pampang di

sebelah utara, Kelurahan Tallo Baru di sebelah timur, Kelurahan Karampuang dan

Kelurahan Tamamaung berada di sebelah barat laur, serta Kelurahan Pandang dan

Kelurahan Masale berada di sebelah barat. Kelurahan Paropo merupakan daerah

bukan pantai dan topografi ketinggian antara permukaan laut. Letak masing-masing

kelurahan dan kecamatan berjarak 1 km sampai dengan 5-10 km.

Berdasarkan data dari BPS Kecamtan Panakukkang ditahun 2012, Kelurahan

Paropo memiliki 10 RW dan 52 RT dengan total luas wilayah secara keseluruhan,

yaitu 1,94 km2. Adapun Jumlah KK dikelurahan Paropo sebanuyak 3.080 rumah

tangga, dan RW 4 memiliki sekitar 151 rumah.

a. RW 4 terdiri dari 4 RT yaitu :

1. RT 1 = 40 rumah

2. RT 2 = 30 rumah

3. RT 3 = 46 rumah

4. RT 4 = 35 rumah

B. Hasil Penelitian

Pada penelitian ini ditemukan spesies larva nyamuk yaitu : Aedes aegypti.

31
34

Tabel 4.1 Jumlah Larva Aedes aegypti di tiap RT

Jumlah Larva Total


Lokasi Larva
RT I RT II RT III RT IV
Dalam Aedes
1 0 5 0 6
rumah aegypti
JUMLAH 6
Luar Aedes
0 0 0 8 8
rumah aegypti
JUMLAH 8
Sumber : data primer Agustus 2020

Tabel 4.1 menunjukan jumlah Larva Aedes aeygpti pada masing-masing RT

baik yang ada didalam rumah maupun yang ada diluar rumah dan didapatkan 6

ekor didalam rumah dan diluar rumah sebanyak 8 ekor.

Tabel 4.2 Jumlah Rumah, Tempat Penampungan Air (TPA) dan Indeks ABJ, HI,
CI di Kelurahan Paropo RW 4
Jumlah Indeks Larva (%)
Positif Negatif
Objek
Diperiksa larva larva ABJ HI CI
Aedes Aedes
Rumah 46 4 42 91,30 8,69 3,41
Tempat
117 4 113 - - -
Penampungan Air
Sumber : data primer Agustus 2020

Tabel 4.2 menunjukan jumlah Larva Aedes aeygpti berdasarkan Rumah warga

dan Tempat Penampungan Air (TPA) baik yang ada didalam rumah maupun yang

ada diluar rumah dan didapatkan 4 countainer yang positif larva Aedes aeygpti

dan jumlah ABJ yaitu 91,30%, HI yaitu 8,69%, dan CI yaitu 3,41%.
35

Tabel 4.3 Jumlah TPA yang ditemukan Larva Aedes


Jumlah TPA
NO TPA Jumlah diperiksa Positif larva
Aedes
Tempat Penampungan Air (TPA)
1 Bak Mandi 46 0
2 Dispenser 35 2
3 Ember Bekas 36 2
Jumlah 117 4
Sumber : data primer Agustus 2020

Tabel 4.3 menunjukan jumlah Larva Aedes aeygpti berdasarkan Tempat

Penampungan Air (TPA) baik yang ada didalam rumah maupun yang ada diluar

rumah dan didapatkan 2 countainer (dispenser) yang positif larva Aedes aeygpti

didalam rumah dan 2 counteiner (ember bekas) diluar rumah.

C. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Animal Entomologi Universitas

Hasanuddin Makassar dan pengambilan sampel dilakukan di RW4 Kelurahan Paropo

Kecamatan Panakukkang Kota Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk

mengidentifikasi larva nyamuk Aedes sp. pada tempat penampungan air rumah warga

di RW 4 Kelurahan Paropo Kecamatan Panakukkang Kota Makassar.

Hal yang pertama dilakukan oleh peneliti yaitu survey lokasi, setelah survey

lokasi selanjutnya menyiapkan alat dan bahan, kemudian melakukan pengambilan

sampel di setiap rumah dengan menggunakan metode deskriptif observasional.

Diambil larva nyamuk yang ditemukan dalam dan luar perindukan rumah,

kemudian larva yang diambil dimasukan kedalam gelas plastik, lalu diberi keterangan
36

masing-masing gelas plastik yang digunakan, kemudian dibawa ke laboratorium

untuk di identifikasi.

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan disiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan, kemudian dikeluarkan larva dari gelas pelastik dengan mengunakan pipet

tetes lalu larva dimasukkan kedalam wadah berisi alkohol 70%, setelah itu diletakkan

larva di objek glass dan diamati menggunakan mikroskop stereo perbesaran 100x.

larva yang ditemukan dipelihara hingga dewasa kemudian diidentifikasi di bawah

mikroskop stereo dengan menggunakan buku kunci identifikasi Aedes (o’connor and

supanto, 1999).

Berdasarkan hasil penelitian dari 117 Tempat Penampungan Air (TPA) yang

diperiksa, 81 TPA terdapat didalam rumah dan 36 TPA terdapat diluar rumah.

Identifikasi dilakukan berdasarkan beberapa parameter, antara lokasi pengambilan

larva, jenis counteiner, dan perhitungan Angka Bebas Jentik (ABJ), House Indeks

(HI), Counteiner Indeks (CI) untuk mengetahui tingkat penularan Demam Berdarah

Dangue (DBD).

Berdasarkan lokasi pengambilan larva, 81 TPA yang terapat didalam rumah

terdiri atas dispenser dan bak mandi dan 36 TPA diluar rumah terdiri atas ember

bekas. Dari 81 TPA yang terdapat didalam rumah teridentifikasi 2 TPA yang terdapat

larva Aedes aeygpti dan dari 36 TPA yang terdapat diluar rumah teridentifikasi 2 TPA

yang terdapat larva Aedes aeygpti.

Hal ini terjadi karena beberapa warga kurang menyadari kebersihan dan menutup

TPA yang ada didalam rumah seperti dispenser yang tidak rutin dibersihkan menjadi

tempat nyamuk menyimpan atau meletakkan telurnya. Menurut Sallata et al.,(2014),


37

Larva A. aegypti yang ditemukan berhubungan erat dengan makanan larva yang

tersedia, karena ketersediaan makanan berkaitan dengan tempat-tempat penampungan

air (TPA) yang ada didalam rumah. Faktor lain mempengaruhi distribusi larva A.

aegypti adalah padatnya jumlah penduduk diwilayah tersebut.

Berdasarkan pembagian Rukun Tetangga (RT) yang dilakukan yang dilakukan di

RW 4 diketahui pada RT 01 terdapat 1 larva Aedes aeygpt larva tersebut ditemukan di

dispenser, di RT 02 tidak ditemukan larva Aedes aeygpt Hal ini dipengaruhi oleh

kondisi didalam rumah yang bersih dibandingkan RT lainnya serta kesadaran

masyarakat dalam menerapkan kebersihan. Kemudian kebiasaan masyarakat untuk

menggunakan anti nyamuk sehingga nyamuk menghindar dari tempat tersebut. Pada

RT 03 terdapat 5 larva Aedes aeygpti yang ditemukan di dispenser, hal ini dapat

terjadi karena pengetahuan warga tentang kebersihan dispenser masih kurang. dan di

RT 04 terdapat 8 larva Aedes aeygpti. Distribusi larva A. aegypti di RT 4 cukup tinggi

apabila dibandingkan dengan RT yang lain yaitu sebanyak 8 larva Aedes aeygpti, hali

ini dikarenakan beberapa tempat penampungan air (TPA) yang berpotensi sebagai

perindukan. Berdasarkan pengamatan, beberapa warga kurang sadar mengenai

membersihkan ember-ember bekas yang berada diluar rumah (halaman rumah).

Berdasakan Indeks Angka Bebas Jentik (ABJ), House Indeks (HI), dan

Counteiner Indeks (CI) di Kelurahan Paropo RW 4, dapat dilihat bahwa Angka Bebas

Jentik (ABJ) di Kelurahan Paropo RW 4 adalah sebesar 91,30%, yang mana Angka

Bebas Jentik (ABJ) tersebut berada dibawah nilai yang ditetapkan program yaitu

dibawah 95%, sehingga tidak memenuhi kriteria program (Widiarti dan Lasmiati,

2015).
38

Angka House Indeks (HI) di Kelurahan Paropo RW 4 sebesar 8,69% menunjukan

bahwa populasi rumah yang terdapat larva nyamuk penularan penyakit demam

berdarah dangue tidak sesuai dengan program pemerintah yaitu kurang dari 5%.

Semakin tinggi angka HI, berarti semakin tinggi kepadatan jentik dan nyamuk,

semakin tinggi pula risiko masyarakat di daerah tersebut untuk kontak dengan

nyamuk dan untuk terinfeksi virus (Sambuaga, 2011).

Angka Container Indeks (CI) di Kelurahan Paropo RW 4 sebesar 3,41%. Angka

tersebut tergolong rendah, hal tersebut dikarenakan kondisi pemukiman warga yang

lumayan bersih dan hanya beberapa tempat perindukan nyamuk yang berpotensial

seperti dispenser dan wadah bekas cat serta ember bekas. Berdasarkan data Depkes

pada tahun 2005, suatu daerah dikatakan memiliki resiko tinggi penularan DBD jika

ABJ ≤ 95%, HI ≥ 10%, dan CI ≥ 5%.

Daerah endemik Demam Berdarah Dengue pada umumnya merupakan sumber

penyebaran penyakit ke wilayah yang lain, Demam Berdarah Dengue umumnya

dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut.

Tempat yang paling potensial untuk terjadinya penularan Demam Berdarah

Dengue adalah :

1. Wilayah yang banyak kejadian DBD.

2. Tempat – tempat umum yang merupakan tempat berkumpulnya orang – orang

dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya penularan virus

dengue cukup besar. Tempat umum itu seperti rumah sakit, puskesmas

sekolah, dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.


39

3. Daerah baru yang berada di pinggiran kota, karena lokasi penduduknya berasal

dari berbagai wilayah, maka memungkinkan diantaranya terdapat penderita

DBD dari masing-masing lokasi asal.


40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ditemukan larva Aedes aeygpti didalam rumah 6 larva, dan di

luar rumah sebanyak 8 larva. Serta Angka Bebas Jentik (ABJ) 91,30%, House Indeks

(HI) 8,69%, dan Countener Indeks (CI) 3,41%.

B. SARAN

1. Kepada Peneliti Perlu diadakan penelitian selanjutnya untuk mengetahui faktor-

faktor penyebab adanya larva pada penampungan air masyarakat.

2. Kepada Tenaga Laboratorium Untuk bahan pertimbangan dalam melakukan

pemerikasaan laboratorium dengan penelitian yang sama tentang larva Aedes Sp

3. Kepada Masyarakat semoga program 3 M dilaksanakan (Menguras, Menutup, dan

Mengubur), sehingga peluang timbulnya demam berdarah akan lebih kecil.

37
41

DAFTAR PUSTAKA

Aradilla, S. . (2009). Uji Efektivitas Larvasida Ekstrak Ethanol Daun Mimba (


Azadirachta indica ) terhadap Larva Aedes aegypti. Skripsi, 1–64.

Biologi, J., Matematika, F., Ilmu, d. a. n., Alam, P., & Semarang, U. N. (2014).
Distribusi dan Kelimpahan Populasi Aedes spp. di Kelurahan Sukorejo Gunung
Pati Semarang Berdasarkan Peletakan Ovitrap. Life Science, 3(2).

Boesri, H. (2011). Biologi dan peranan Aedes albopictus (Skuse) 1894 sebagai
Penular Penyakit. 3(2).

Ekananta, D. P. (2018). Digital Digital Repository Repository Universitas Universitas


Jember. Monopoli Dan Persainganm Usaha Tidak Sehat Pada Perdagangan
Produk Air Minum Dalam Kemasan, 1(3), 1–56.

Erniwati Ibrahim, Syamsuar Manyullei, S. (2019). Studi Keberadaan Larva Aedes


Aegypti Sebelum dan Sesudah Intervensi PSN DBD di Kelurahan Pandang
Kecamatan Panakukang Kota Makassar. 2(2).

Gesriantuti, N., Badrun, Y., & Fadillah, N. (2017). Komposisi dan Distribusi Larva
Nyamuk Aedes Pada Daerah Endemis Demam Berdarah Dengue di Kota
Pekanbaru. Photon: Jurnal Sain Dan Kesehatan, 8(01), 105–114.
https://doi.org/10.37859/jp.v8i01.541

Hidayati, yuli. (2013). Hubungan Antara Tempat Perkembangan Nyamuk Aedes


aegypti Kasus Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan Rajabasa Bandar
Lampung. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Islamiyah, M., Leksono, A. S., & Gama, Z. P. (2013). Distribusi dan Komposisi
Nyamuk di Wilayah Mojokerto Microsoft Excel 2007 . INP ( Indeks Nilai Jurnal
Biotropika | Edisi 1 No . 2 | 2013. (2), 80–85.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018


Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health
Profile 2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-
kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-
2018.pdf[Ind. Retrieved from
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf

Kholifah, N., & Yudhastuti, R. (2016). Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue
42

(Dbd) Di Sekolah Dasar Di Kelurahan Putat Jaya, Surabaya. Jurnal Ilmiah


Kesehatan Media Husada, 5(2), 95–106.
https://doi.org/10.33475/jikmh.v5i2.170

Kumayah, U. M. I. (2011a). Universitas Indonesia Perbedaan Keberadaan Larva


Aedes Aegypti.

Kumayah, U. M. I. (2011b). Universitas indonesia perbedaan keberadaan larva


aedes aegypti di container dalam rumah di kelurahan rawasari dan cempaka
putih barat, jakarta.

Larva, I., Di, N., Kuri, D., Dan, L., Kuri, D., Desa, C., … Megarezky, U. (2019).
Disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya DIII Teknologi Laboratorium Medis.

LASE, L. Y. (2016). Identifikasi Jenis Nyamuk Di Desa Fodo Kecamatan Gunung


sitoli Selatan Kota Gunung sitoli. (2), 1–11. https://doi.org/10.1016/S0927-
7757(99)00108-9

Majidah, A., Dini, V., Fitriany, R. N., Wulandari, R. A., Lingkungan, D. K.,
Masyarakat, F. K., & Indonesia, U. (2010). Di Kabupaten Serang Pendahuluan.
Makara, Kesehatan, 14(1), 31–38.

Nadifah, F., Farida Muhajir, N., Arisandi, D., & D. Owa Lobo, M. (2017).
Identifikasi Larva Nyamuk Pada Tempat Penampungan Air Di Padukuhan Dero
Condong Catur Kabupaten Sleman. Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
10(2), 172. https://doi.org/10.24893/jkma.v10i2.203

Sugiarti, S. (2018). Karakteristik Tempat Perindukan Nyamuk Anopheles yang


Potensial Sebagai Vektor Malaria di Wilayah Kerja Puskesmas Hanura
Kabupaten Pesawaran.

Sumarni. (2016). Identifikasi Larva Aedes Sp Pada Tempat Penampungan Air


Masyarakat di RW1 Kelurahan Padaleu Kecamatan Kambu Kota Kendari
Sulawesi Tenggara.

Syahribulan, & Al, E. (2012). Waktu Aktivitas Menghisap Darah Nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus di Desa Pa’Lanassang Kelurahan Barombong
Makassar Sulawesi Selatan Period of Sucking Activity of Aedes Aegypti and
Aedes Albopictus Mosquito at Pa ’ lanassang Village Barombong Di. Jurnal
Ekologi Kesehatan, 11(4), 306–314.

WATI, F. A. (2010). Pengaruh Air Perasan Kulit Jeruk Manis ( Citrus aurantium
sub spesies sinensis ) Terhadap Tingkat Kematian Larva Aedes aegypti Instar
III In Vitro. Skripsi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
43

Kedokteran FATNA ANDIKA WATI FAKULTAS KEDOKTERAN.


44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Pengambilan Larva dilapangan

Lampiran 2. Pemeliharaan Larva


45

Lampiran 3. Hasil pengamtan

Larva Aedes aeygpti

Nyamuk dewasa Aedes aeygpti


46

Lampiran 4. Surat rekomendasi penelitian


47

Lampiran 5. Surat izin penelitian


48

Lampiran 6. Surat izin pengambilan sampel.


49
50

Lampiran 7. Surat izin selesai meneliti

Anda mungkin juga menyukai