Anda di halaman 1dari 15

Kimia Amami 1

Analisis Secara Kuantitatif


2. Argentometri
3. Kompleksometri

Dr. Ana Hidayati M, M.Si


2. Titrasi Pengendapan
• Titrasi Pengendapan didasarkan reaksi
pengendapan analit oleh larutan standar /
titran yang secara spesifik dapat
mengendapkan analit
• Metode ini banyak digunakan untuk
menetapkan kadar ion halogen dengan
pengendap Ag +
Ag+ + X-  AgX(s)
( X- = Cl -, Br -, l -, SCN -)
Metode Argentometri ada 3 macam :
Mohr, Volhard, dan Fayan`s
a. Metoda Mohr (reaksi pengendapan bertingkat)
Ion halogen, misalnya ion klorida, indikator yang dipakai K2CrO4 ,
dan suasana reaksi netral.
Cl- + Ag +  AgCl mengendap putih Ksp= 1,20 x 10-10
CrO42- + 2Ag+  Ag2CrO4 mengendap merah Ksp= 1,70 x 10 -12

Untuk menetralkan larutan yag terlalu asam  garam MgO

Reaksi Argentometri Mohr harus netral, karena :


- bila suasana asam  terjadi reaksi antara CrO4 2- dengan H +
 CrO4 2- akan berkurang
harga Ksp Ag2CrO4 tidak terlampaui  sulit terjadi endapan

- bila suasana basa  di dalam larutan akan terbentuk pula


AgOH dengan harga Ksp =2,30 x 10-8
Standarisasi larutan AgNO3
1. Tugas : Standarisasi larutan AgNO3
2. Prinsip : Pengendapan Cl- dengan larutan AgNO3 secara
bertingkat dengan metoda Argentometri Mohr
3. Reaksi : Cl- + AgNO3  AgCl  putih + NO3-
2 AgNO3 + K 2 CrO4  Ag 2CrO4  c m+ 2 KNO3
4. Reagen : - Larutan AgNO3 0,01N
- Larutan standar primer NaCl 0,0100 N
- Indikator K 2 CrO 4 5%
- Mg O
5.Prosedur : - Dipipet 10, 0 ml Larutan standar primer NaCl
0,0100 N masukkan dalam erlenmeyer. Tambahkan 1 ml K 2CrO 4
5%. Tambahkan serbuk MgO - Titrasi dengan larutan AgNO3 0,01
N sampai terbentuk endapan merah bata.
6. Perhitungan : N1. V1 = N2 . V2
N AgNO3 = N NaCl x V NaCl
V AgNO3
b. Metoda Volhard
• Ion halogen ( klorida, bromida, iodida ) ditambahkan
AgNO3 berlebihan
• Setelah terjadi pengendapan sempurna, kelebihan
AgNO3 dalam suasana asam akan dititrasi dengan
larutan standar KCNS
• Indikator yang dipakai asalah Fe Allum 40 %.
• Prinsip : Pembentukan senyawa yang larut
• Reaksi :
Cl- + Ag+  AgCl  putih Ksp = 1,20 x 10 -10
Ag + + CNS-  AgCNS  putih Ksp = 7,10 x 10 -13
Fe3+ + 6 CNS-  Fe(CNS)6 3- Larutan merah
• Perhitungan :
(VxN) AgNO3 = (VxN NaCl ) + ( V x N KCNS)
b. Metoda Volhard
• Ion halogen ( klorida, bromida, iodida ) ditambahkan
AgNO3 berlebihan
• Setelah terjadi pengendapan sempurna, kelebihan
AgNO3 dalam suasana asam akan dititrasi dengan
larutan standar KCNS
• Indikator yang dipakai asalah Fe Allum 40 %.
• Prinsip : Pembentukan senyawa yang larut
• Reaksi :
Cl- + Ag+  AgCl  putih Ksp = 1,20 x 10 -10
Ag + + CNS-  AgCNS  putih Ksp = 7,10 x 10 -13
Fe3+ + 6 CNS-  Fe(CNS)6 3- Larutan merah
• Perhitungan :
(VxN) AgNO3 = (VxN NaCl ) + ( V x N KCNS)
c. Metoda Fayan`s
• Prinsip : Reaksi adsorbsi
• Ion halogen ditambahkan larutan AgNO3 dan sebelum tercapai titik
ekivalen, endapan AgCl yang terbentuk akan mengadsorpsi ion
halogen dalam larutan  terdapat lapisan pertama, sedang
lapisan kedua akan teradsorpsi ion Na+ dan bila indikator yang
digunakan fluorescein fl -
maka pada ion fl- akan teradsorpsi oleh endapan yang terdapat
pada lapiosan kedua, sehingga permukaan endapan AgCl terbentuk
senyawa Argentum fluorescein (Agfl) yang berwarna merah.
• Reaksi :
K I + AgNO3  AgI  kuning + KNO3
• AgI mengadsorpsi ion I - sehingga ion I -  lapisan pertama
lapisan kedua  ion K +, sehingga fluorescein bebas dalam larutan,
dan akhirnya endapan AgI bereaksi dengan indikator fluorescein 
endapan merah muda.
• Perhitungan : (VxN) AgNO3 = (Vx N halogenida )
Reaksi presipitasi/ pengendapan
(Argentometri)
1 grek = banyaknya gram zat yang setara dengan
1 Mol Ag + atau 1 Mol ion halogenida
Reaksi pembentukan kompleks
(Kompleksometri)
1 grek = banyaknya gram zat yang setara dengan
1 Mol Ag + atau 1Mol ion sianida
3. Kompleksometri
• Kompleksometri didasarkan pada
pembentukan kompleks stabil hasil reaksi antara
analit dengan titran
• Standar sekunder adalah Na 2 EDTA (Natrium
Etilen diamina tetraasetat)  pengompleks
berbagai ion logam
• Standar Primer yang digunakan : ZnSO4 7H2O
• Reaksinya molekuler  satuan M, karena 1 mol
logam (bervalensi 2, 3, atau 4) bereaksi dengan
1 mol Na 2 EDTA
• Indikator untuk Titrasi Kornpleksometri
Indikator : EBT (Eriochrome Black T),
Mureksida, dan Xylenol orange (XO)
• Indikator EBTpH = 7 ‑10 (Hin) berwarna biru,
dengan ion logam akan berubah menjadi
merah
• Reaksi:
Mg2+ + HIn  MgIn + H+
biru merah
MgIn + H4Y (Na EDTA)  MgY (Mg- EDTA) +HIn
Merah biru
Pelaksanaan Titrasi
Kompleksometri

• Titrasi Langsung
Larutan ion logam dititrasi langsung dengan
larutan standar EDTA yang telah dibuffer pH
10
• Titrasi Kembali
Larutan ion logam ditambah larutan standar
EDTA berlebih dan kemudian dibuffer pH 10
Kelebihan larutan EDTA dititrasi kembali
dengan larutan standar ion logam lain
Penggunaan Titrasi
Kompleksimetri
• Penentuan Kesadahan air
Dilakukan pada pH ≥10, sampel dibuffer dan indikator
yang digunakan EBT
Jika ion Mg 2+ diperkirakan tidak ada, titrasi dilakukan
secara langsung. Tapi jika ada, ion Mg diendapkan dulu
dengan larutan NaOH. Kemudian sesudah Mg(OH) 2
mengendap, titrasi dilakukan dengan larutan baku EDTA
pada pH 13
• Penentuan ion Al, Zn, dan Pb
Orang yang keracunan Pb diselidiki dengan larutan
standar EDTA sebagai berikut :
• Pb (II) + Na 2EDTA  Pb-EDTA + Na (II)
( badan ) ( badan )
STANDARISASI LARUTAN Na 2 EDTA
1. Tugas : Standarisasi larutan Na 2 EDTA
2. Prinsip : Pembentukan senyawa kompleks.
3. Reaksi : Zn 2+ + Na2EDTA Na2ZnY + 2 H +
4. Reagen : - Larutan Na2EDTA 0,01M
- Larutan standar primer ZnSO4 0,0100 M
- Larutan buffer pH 10 & Indikator EBT
5.Cara Kerja : 1. Dipipet 10,0 ml Larutan standar primer
ZnSO47H2O 0,0100 M masukkan dalam
erlenmeyer
2. Ditambahkan 1 mL buffer pH 10 dan sedikit EBT
3. Dititrasi dengan larutan Na2EDTA 0,01M sampai
terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru
6. Perhitungan : M1. V1 = M2 . V2
M Na2EDTA = M ZnSO4 x V ZnSO4

V Na2EDTA

Anda mungkin juga menyukai