Anda di halaman 1dari 17

TITRASI

PENGENDAPAN
DOSEN: ANDI NURAINI, S. Si., M. Si
Mahasiswa mampu :
- menjelaskan penggolongan analisis berdasarkan titrasi pengendapan
- menentukan zat standar primer pada titrasi pengendapan berdasarkan
jenis metode yang digunakan
- membedakan metode Volhard, metode Mhor dan metode Fajan

Mahasiswa mampu :
1. Penentuan bobot ekuivalen pada titrasi pengendapan
2. Perhitungan kadar analit dengan cara titrasi pengendapan
Prinsip
• Titrasi pengendapan (Presipitimetri) adalah titrasi yang didasarkan pada
reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan yang sukar larut antara titran
dengan analit.
• Titrasi pengendapan adalah golongan titrasi dimana hasil reaksi dari hasil
titrasi merupakan endapan atau garam yang sukar larut.
• Prinsip dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran; tidak ada pengotor yang
mengganggu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi.
• Titrasi pengendapan didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan
standar titran yang mampu secara spesifik mengendapkan analit .
Zat Standar Primer
Larutan standar primer adalah larutan yang mengandung zat baku
utama dalam kadar tertentu; dan biasanya digunakan untuk membaku
titran. Larutan standar sekunder adalah larutan (titran) biasanya
ditempatkan pada buret yang kemudian ditambahkan ke dalam larutan
zat yang telah diketahui konsentrasinya secara standar primer).
Larutan standar sekunder didapat dari standarisasi terhadap larutan
standar primer. Pada percobaan pembuatan larutan standar
menggunakan metode titrasi, yaitu titrasi argentometri. Zat standar
primer pada titrasi pengendapan

Larutan baku Larutan baku Larutan baku Larutan baku


primer NaCl primer KBr primer KCl sekunder AgNO3
Penggolongan analisis berdasarkan
titrasi pengendapan
• Titrasi Argentometri merupakan Titrasi pengendapan yang
paling banyak dipakai adalah titrasi Argentometri, karena
hasil kali kelarutan garam perak halida sangat kecil.
Argentometri adalah salah jenis titrasi pengendapan yang
menggunakan ion Ag+ sebagai titrannya.
• Titrasi Merkurimetri berdasarkan endapan yang terjadi
antara merkuri dengan halida.Namun titrasi merkurimetri
telah jarang digunakan karena sifat merkuri yang toksik
sehingga kurang disukai
• Titrasi Kolthoff Penentuan kadar Zn2+ (sebagai titran)
diendapkan dengan larutan baku K-Ferosianida. TAT dapat
ditentukan dengan indikator uranil nitrat, ammonium
molibdat, FeCl3, atau difenilamin.
Ada beberapa metode dalam titrasi
argentometri

metodeMohr

metodeVolhard

metodeK.Fajans
Metode Mohr
• Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar halida
seperti klorida dan bromida dalam suasana netral dengan
larutan baku perak nitrat dengan penambahan larutan kalium
kromat sebagai indikator.
• Pada permulaan titrasi akan terjadi endapan perak klorida dan
setelah tercapai titik ekivalen, maka penambahan sedikit perak
nitrat akan bereaksi dengan kromat dengan membentuk
endapan perak kromat yang berwarna merah
• Titrasi Mohr digunakan untuk menentukan kadar halida di dalam
larutan. Kromat(CrO42-) sebagai indikator titik ahir karena
membentuk endapan Ag2CrO4 berwarna merah saat bereaksi
dengan ion perak
• Ksp Ag2CrO4 = 1,2 . 10-12 mol3.L-3
• Ksp AgCl = 1,82 . 10-10 mol2.L-2
Lanjutan Metode Mohr
• Kelarutan Ag2CrO4 > Kelarutan AgCl (8,4 x 10-5 M) (1,35 x 10-5 M).
Jika larutan Ag+ ditambahkan ke dalam larutan Cl- mengandung
CrO4Cl yang sedikit CrO42-, maka AgCl akan mengendap lebih dulu,
sementara itu Ag2CrO4 belum terbentuk, dan [Ag+] naik hingga
hasilkali kelarutan melampaui Ksp Ag2CrO4 (2,0 x 10-12) sehingga
terbentuk endapan merah
• Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral atau
dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak
kromat larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa
akan terbentuk endapan perak hidroksida. Reaksi yang terjadi
adalah (Khopkhar, SM.1990) :
• Asam : 2 CrO42- + 2H- ↔ Cr2O72- + H2O
Basa : 2 Ag+ + 2 OH- ↔ 2 AgOH
2AgOH ↔ Ag2O + H2O
Metode Volhard
• Metode Volhard didasari oleh pengendapan dari perak
tiosianat dalam larutan, dengan ion besi (III)
dipergunakan untuk mendeteksi kelebihan ion tiosianat:
• Ag+ + SCN  AgSCN (s)
• Fe3+ + SCN  FeSCN2+ (merah)
• Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak
dengan larutan standar tiosianat atau titrasi tidak langsung
dengan ion-ion klorida, bromide, dan iodide. Dalam titrasi
tidak langsung, kelebihan dari perak nitrat standar
ditambahkan dan kemudian dititrasi dengan tiosianat
standar.
Lanjutan Metode Volhard
Titrasi tak langsung
• Model Volhard dapat digunakan dalam penentuan ion Cl -,
Br-, dan I- dengan penambahan larutan standar AgNO3.
Indikator yang dipakai adalah Fe3+ dengan titran KSCN,
untuk menentralkan kadar garam perak dengan titrasi
kembali setelah ditambah larutan standar berlebih.
• Kelebihan AgNO3 dititrasi dengan larutan standar KSCN,
sedangkan indikator yang digunakan adalah ion Fe 3+
dimana kelebihan larutan KSCN akan diikat oleh ion Fe 3+
membentuk warna merah darah dari FeSCN
Metode Fajans
• Pada metode ini digunakan indicator adsorbsi, yang
mana pada titik ekivalen, indicator teradsorbsi oleh
endapan.
• Indikator ini tidak memberikan perubahan warna
kepada larutan, tetapi pada permukaan endapan
• Metode Fajans menggunakan titran larutan perak
dengan indikator suatu senyawa flourosensi.
• Mekanisme yang terjadi adalah apabila endapan perak
halida telah terbentuk sebagai koloid maka koloid
tersebut akan dilingkupi oleh suatu asam organik
lemah yang berwarna cukup kuat sehingga dapat
diamati secara visual
Lanjutan Metode Fajans
• Adsorbsi senyawa organik berwarna pada permukaan
endapan dapat menginduksi pergeseran elektronik
intramolekuler yang mengubah warna. Gejala tersebut
digunakan untuk mendeteksi titik akhir titrasi
pengendapan garam – garam perak

• Suatu endapan cenderung mengadsorbsi lebih muidah


ion – ion yang membentuk senyawa tidak larut dengan
satu dari ion – ion dalam kisi endapan. Jadi, Ag +
ataupun Cl- akan lebih mudah diadsorbsi oleh endapan
AgCl daripada oleh ion Na+ ataupun NO3-. Anion yang
ada dalam larutan akan tertarik membentuk lapisan
sekunder
Beberapa indikator sampel dan titran
Indikator Sampel yang Titran pH
dititrasi
Diklorofluoresin Cl Ag 4
Fluoresin Cl Ag 7-8
Eosin Br, I SCN Ag 2
Bromkresol hijau SCN Ag 4-5
Metil lembayung Ag Cl Asam
Rhodamin G Ag Br HNO3 0,3 M
Bromfenol biru Hg Cl
Alizarin merah F Th (IV)
Tetrahidroksi Sulfat Ba
kuonoin Zn K4Fe(CN)6
Difenil amin Ag KSCN
Fe Hg Ag
Kalium kromat
Penentuan bobot ekuivalen pada titrasi
pengendapan
BE = Berat ekuivalen
BM = Berat Molekul

Contoh:

NaCl : BE = BM (1 mol ek = 1 mol) Untuk garam valensi asam dan basa sama

Diketahui NaCl ditimbang sebanyak 0,0585 gram dan dibuat dalam volume 100 mL. Larutan NaCl sebanyak 10
mL ditambahkan larutan dikromat sekitar 5 tetes. Titik akhir titrasi AgNO 3 tercapai dengan volume titrasi
sebanyak 10,60 mL.

N NaCl = = 0,01 ek/L


Lanjutan
Penetapan Kadar NaCl dalam sampel
Metode Mohr
% NaCl =

V = Volume larutan AgNO3 yang digunakan (mL)

N = Normalitas larutan AgNO3 (Ek/L)


BE= Bobot ekuivalen NaCl (gram ekivalen)
FP = Faktor pengenceran

= 99.54 %
THANK
YOU
See you next time

Anda mungkin juga menyukai