Anda di halaman 1dari 26

ARGENTOMETRI

Ir. Pocut Nurul Alam, MT


Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknik
• Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang
melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit.

• Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini


adalah pencapaian keseimbangan pembentukan
yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada
analit, tidak adanya interferensi yang
mengganggu titrasi, dan titik akhir titrasi yang
mudah diamati.

• Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah


lama dikenal adalah melibatkan reaksi
pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-)
dengan ion perak Ag+.
• Argentometri merupakan metode umum untuk
menetapkan kadar halogenida dan senyawa-
senyawa lain yang membentuk endapan dengan
perak nitrat (AgNO3) pada suasana tertentu.

• Metode argentometri disebut juga dengan metode


pengendapan karena pada argentometri
memerlukan pembentukan senyawa yang relative
tidak larut atau endapan.

• Metode argentometri yang lebih luas lagi digunakan


adalah metode titrasi kembali. Perak nitrat (AgNO3)
berlebihan ditambahkan ke sampel yang
mengandung ion klorida atau bromide. Sisa AgNO3,
selanjutnya dititrasi kembali dengan ammonium
tiosianat menggunakan indikator besi (III)
ammonium sulfat.
Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri
yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida
(pada umumnya) dengan menggunakan larutan
standart perak nitrat AgNO3. Titrasi argentometri
tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion
halide akan tetapi juga dapat dipakai untuk
menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak,
dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat
PO43- dan ion arsenat AsO43-.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan
endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan
analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi
penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan
bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam
yang tidak mudah larut AgCl.

Ag(NO3)(aq)  +  NaCl(aq) -> AgCl(s)  + NaNO3(aq)


Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka
kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indikator.
Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat
CrO42- dimana dengan indikator ini ion perak akan
membentuk endapan berwarna coklat kemerahan
sehingga titik akhir titrasi dapat diamati. Indikator
lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan
indikator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan
teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri
dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode
Mohr, Volhard, atau Fajans.

Selain menggunakan jenis indicator diatas maka


kita juga dapat menggunakan metode potensiometri
untuk menentukan titik ekuivalen.
• Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan
endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit
dan titrant.
• Endapan dengan kelarutan yang kecil akan
menghasilkan kurva titrasi argentometri yang
memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik
ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan
dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak
sulit ditentukan.
• Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam
kuat dengan basa kuat dan antara asam lemah
dengan basa kuat.
Metode-metode dalam titrasi argentometri

1. Metode Mohr; metode ini dapat digunakan


untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalam suasana netral dengan larutan baku
perak nitrat dengan penambahan larutan
kalium kromat sebagai indikator. Pada
permulaan titrasi akan terjadi endapan perak
klorida dan setelah titik ekuivalen, maka
penambahan sedikit perak nitrat akan bereaksi
dengan kromat dengan membentuk endapan
perak kromat yang berwarna merah.
2. Metode Volhard; Perak dapat ditetapkan secara
teliti dalam suasana asam dengan larutan baku
kalium atau amonium tiosianat, kelebihan
tiosianat dapat ditetapkan secara jelas dengan
garam besi (III) nitrat atau besi (III) amonium
sulfat sebagai indikator yang membentuk warna
merah dari kompleks besi (III) tiosianat dalam
lingkungan asam nitrat 0,5 – 1,5 N. Titrasi ini
harus dilakukan dalam suasana asam, sebab ion
besi (III) akan diendapkan menjadi Fe(OH)3 jika
suasananya basa, sehingga titik akhir tidak dapat
ditunjukkan.
3. Metode K.Fajans; Pada metode ini digunakan
indikator adsorbsi, sebagai kenyataan bahwa
pada titik ekuivalen indikator teradsorbsi oleh
endapan. Indikator ini tidak memberikan
perubahan warna kepada larutan, tetapi pada
permukaan endapan. Endapan harus dijaga
sedapat mungkin dalam bentuk koloid.
4. Metode Liebig; Pada metode ini tiitk akhir
titrasinya tidak ditentukan dengan indikator, akan
tetapi ditunjukkan dengan terjadinya kekeruhan.
Ketika larutan perak nitrat ditambahkan kepada
larutan alkali sianida akan terbentuk endapan
putih, tetapi pada penggojokan larut kembali
karena terbentuk kompleks sianida yang stabil.
Jika reaksi telah sempurna, penambahan larutan
perak nitrat lebih lanjut akan menghasilkan
endapan perak sianida. Titik akhir ditunjukkan
oleh terjadinya kekeruhan yang tetap. Kesukaran
dalam memperoleh titik akhir yang jelas
disebabkan karena sangat lambatnya endapan
melarut pada saat mendekati titik akhir.
Metode Mohr
Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri.
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara
ion halida (Cl-, Br-, I-) atau anion lainnya (CN-, CNS-) dengan ion
Ag+ (Argentum) dari perak nitrat (AgNO3) dan membentuk
endapan perak halida (AgX).

Konstanta kesetimbangan reaksi pengendapan untuk reaksi


tersebut adalah ; Ksp AgX = [Ag+] [X-]
Gambar. Kurva titrasi Argentometri
Prinsip :
AgNO3 akan bereaksi dengan NaCl membentuk endapan
AgCl yang berwarna putih. Bila semua Cl- sudah habis
bereaksi dengan Ag+ dari AgNO3,, maka kelebihan
sedikit Ag+ akan bereaksi dengan CrO42- dari indikator
K2CrO4 yang ditambahkan, ini berarti titik akhir titrasi
telah dicapai, yaitu bila terbentuk warna merah bata
dari endapan Ag2CrO4.
Reaksinya:
Tingkat keasaman (pH) larutan yang mengandung NaCl
berpengaruh pada titrasi. Titrasi dengan metode Mohr
dilakukan pada pH 8. Jika pH terlalu asam (pH < 6),
sebagian indikator K2CrO4 akan berbentuk HCrO4-,
sehingga larutan AgNO3 lebih banyak yang dibutuhkan
untuk membentuk endapan Ag2CrO4. Pada pH basa (pH >
8), sebagian Ag+ akan diendapkan menjadi perak
karbonat atau perak hidroksida, sehingga larutan AgNO3
sebagai penitrasi lebih banyak yang dibutuhkan.
• STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDARD NaCl
(MENGGUNAKAN METODE MOHR).

Cara Kerja :
• Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara
melarutkan 5,80 gram NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110oC
selama 1 jam) dengan aquades di dalam labu ukur 1000 ml.
• Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara
melarutkan 9,00 gram AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL.
• Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml, tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
• Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali
terbentuk warna merah bata.
• Percobaan diulang 3 kali
• Hitung normalitas AgNO3 dengan persamaan :
•PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR
Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi
larutan garam dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode
Mohr (Garam dapur telah dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan
suhu 1100C)
Cara Kerja :
•Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250
mL.
•Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam
erlenmeyer 250 mL, tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
•Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata.
•Percobaan diulang 3 kali
•Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.

FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini 250/25


Metode Volhard
Prinsip:

Pada metode ini, sejumlah volume larutan


standar AgNO3 ditambahkan secara
berlebih ke dalam larutan yang
mengandung ion halida (X-). Sisa larutan
standar AgNO3 yang tidak bereaksi dengan
Cl- dititrasi dengan larutan standar tiosianat
( KSCN atau NH4SCN ) menggunakan
indikator besi (III) (Fe3+).
Reaksinya sebagai berikut ;
•STANDARDISASI LARUTAN AMONIUM TIOSIANAT (NH4SCN) DENGAN
LARUTAN STANDAR AgNO3
Tujuan :
Menstandardisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NH4SCN menggunakan
metode Volhard.
Cara kerja :
• Siapkan larutan AgNO3 dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 kedalam
1000 mL.
• Siapkan larutan NH4SCN 0,1 N dengan cara melarutkan 7,60 gram NH4SCN.
• Ambil 25,00 mL larutan standar AgNO3 disiapkan) sampai pertama kali
terbentuk warna merah kecoklatan. 0,1000 N dengan pipet volume, tuangkan
ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 5 mL larutan Fe(NH4)2SO4 1 N
sebagai indikator
• Titrasi dengan larutan NH4SCN (yang sudah
• Percobaan dilakukan 3 kali
• Hitung normalitas (N) NH4SCN dengan cara :
•PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR
Tujuan :
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam
dapur menggunakan Argentometri metode Volhard.
Cara Kerja :
• Larutkan 1,00 gram sampel garam dapur (telah dikeringkan dalam oven selama 1 jam,
suhu 110oC) dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
• Ambil 25,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume tuangkan ke dalam labu
erlenmeyer 250 ml.
• Tambahkan 1 mL asam nitrat 4M dan 5 mL larutan Fe(NH4)SO4 1N.
• Tambahkan larutan standar AgNO3 (dalam keadaan berlebih tetapi harus diketahui
volumenya dengan pasti) ke dalam larutan yang ada dalam erlenmeyer.
• Tambahkan 15 mL nitro benzena, kemudian labu erlenmeyer ditutup dan dikocok
secara merata sehingga semua endapan AgCl dilapisi oleh nitro benzena.
• Sisa AgNO3 yang bereaksi dengan ion klorida (Cl-) dititrasi dengan larutan standar
NH4SCN menggunakan indikator larutan Fe(NH4)SO4 1 N sebanyak 5 mL. Titik akhir
titrasi dicapai pada saat pertama kali terbentuk warna merah coklat.
• Percobaan dilakukan 3 kali
• Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur dengan persamaan :
Metode Fajans
Prinsip :
Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada
dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan
indikator absorpsi (fluorescein).
Selama titrasi berlansung (sebelum TE) ion halida (X-)
dalam keadaan berlebih dan diabsorbsi pada
permukaan endapan AgX sebagai permukaan primer.
Setelah titik ekivalen tercapai dan pada saat pertama ada
kelebihan AgNO3 yang ditambahkan Ag+ akan berada
pada permukaan primer yang bermuatan positif
menggantikan kedudukan ion halida (X-). Bila hal ini
terjadi maka ion indikator (Ind-) yang bermuatan negatif
akan diabsorpsi oleh Ag+ (atau oleh permukaan
absorpsi).

Jadi titik akhir titrasi tercapai bila warna merah telah


terbentuk.
• STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDAR NaCl.
Tujuan :
Menstandardisasi larutan AgNO3 dengan larutan standar NaCl secara
Argentometri metode Fajans.
Cara Kerja :
• Siapkan larutan standar NaCl 0,1N dengan cara melarutkan 5,8 gram NaCl
(yang telah dikeringkan dengan oven selama 1 jam dengan suhu 1100C) ke
dalam 1000 mlL aquades didalam labu ukur.
• Ambil 25,00 mL larutan NaCl tersebut dengan pipet volume, tuangkanke
dalam labu erlenmeyer 250 mL.
• Tambahkan 0,4 mL indikator diklorofluoroscein dan 0,1 gram dekstrin.
• Titrasi dengan larutan AgNO3 0,1N yang telah disiapkan, sampai pertama kali
terbentuk warna merah muda pada permukaan endapan AgCl yang terbentuk
• Percobaan diulang 3 kali
• Hitung normalitas larutan AgNO3.
•PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR
Tujuan :
Menentukan k adar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandarisasi larutan
garam dapur dengan larutan standar AgNO3 secara Argentometri metode Fajans.
Cara kerja :
• Dilarutkan 1,00 gram garam dapur (yang telah dikeringkan dalam oven selama
1 jam dengan suhu 1100C) ke dalam aquades di dalam labu ukur 250 mL.
• Diambil 25,00 mL larutan tersebut dengan pipet volume, dituangkan kedalam
labu erlenmeyer 250 mL, ditambahkan 0,4 mL larutan dikhlorofluorescein dan
0,1 gram dekstrin.
• Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna
merah muda pada permukaan endapan AgCl, berarti titik akhir titrasi tercapai.
• Percobaan diulang 3 kali
• Hitung kadar (%) NaCl dalam garam dapur.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai