Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Titrasi pengendapan


Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.
Titrasi pengendapan merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam
yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa
latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan
pembentukan endapan dengan ion Ag+.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelarutan Dalam Titrasi Pengendapan


Factor-faktor yang mempengaruhi tirasi pengendapan adalah :
a. Temperatur, kelarutan bertambah dengan naiknya temperatur.
b. Sifat pelarut. Garam anorganik lebih larut dalam air, berkurangnya kelarutan di dalam
pelarut organik dapat digunakan sebagai dasar pemisahan dua zat.
c. Efek ion sejenis. Kelarutan endapan dalam air berkurang, jika larutan tersebut mengandung
satu dari ion-ion penyusun endapan.
d. Efek ion-ion lain. Endapan berrtambah kelarutannya bila dalam larutan terdapat garam-
garam yang berbeda dengan endapan.
e. Pengaruh pH. Larutan garam dari asam lemah tergantung pada pH larutan.
f. Pengaruh hidrolisis. Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air, akan menghasilkan
perubahan (H+), kation dari spesies garam mengalami hidrolisis sehingga menambah
kelarutannya.
g. Pengaruh kompleks. Kelarutan garam yang sedikit larut merupakan fungsi konsentrasi zat
lain yang membentuk kompleks dengan kation garam tersebut.
C. Macam-macam Metode Dalam Titrasi Pengendapan (Argentometri)
1. Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam larutan yang
lebih basa perak oksida akan mengendap.
Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida. Prinsip
penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi
dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi dengan ion perak
membentuk endapan perak kromat yang berwarna coklat merah sebagai titik akhir titrasi.
Larutan standarnya yaitu larutan perak nitrat menggunakan indikator larutan kalium kromat.
Reaksinya:

NaCl + AgNO --> AgCl (endapan) + NaNO

2AgNO + KCrO (endapan) + 2KNO

Titik akhir titrasi terjadi perubahan warna pada endapan menjadi merah coklat (AgCrO).
Titrasi harus dilakukan pada suasana netral atau sedikit alkalis karena:

1) Dalam suasana asam endapan AgCrO akan larut karena terbentuk perak dikromat
(AgCrO)

2) Dalam suasana basa perak nitrat akan bereaksi dengan ion hidroksida membentuk endapan
perak hidroksida

AgNO + NaOH --> AgOH (endapan) + NaNO

Gangguan pada titrasi ini antara lain disebabkan oleh:

1. Ion yang akan mengendap lebih dulu dari AgCl, misalnya: F, Br, CNS

2. Ion yang membentuk kompleks dengan Ag, misalnya: CN, NH diatas Ph 7

3. Ion yang membentuk kompleks dengan Cl, misalnya: Hg

4. Kation yang mengendapkan kromat, misalnya: Ba

Hal yang harus dihindari: cahaya matahari langsung atau sinar neon karena larutan perak
nitrat peka terhadap cahaya (reduksi fotokimia).
2. Metode Volhard

Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman
pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam
larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana
asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator
larutan Fe3+. Sampai titik ekivalen, terjadi reaksi antara titran dan Ag+ membentuk endapan
putih. Kelebihan titran menyebabkan reaksi dengan indikator membentuk senyawa kompleks
tiosianato ferrat (III) yang berwarna merah.
Reaksinya:
Ag + NHCNS--> AgCNS (endapan putih) + NH

Jika Ag sudah habis, maka kelebihan 1 tetes NHCNS + Fe --> Fe(CNS) + NH

Titrasi Ag dengan NH4CNS dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode Volhard, yaitu pembentukan zat berwarna di dalam larutan. Selama titrasi, Ag(CNS)
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH4CNS yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap (FeCNS)++. Jumlah thiosianat yang menghasilkan warna
harus sangat kecil. Jadi kesalahan pada titik akhir harus sangat kecil, dengan cara mengocok
larutan dengan kuat pada titik akhir tercapai, agar Ag yang teradsorpsi pada endapan dapat
didesorpsi. Pada metode Volhard untuk menentukan ion klorida, suasana haruslah asam
karena pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 yang ditambahkan berlebih ke
larutan klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag tersebut kemudian di titrasi balik dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator, tetapi cara ini menghasilkan suatu kesalahan karena
AgCNS kurang larut dibandingkan AgCl. Sehingga : AgCl + CNS- AgCNS + Cl-
Akibatnya lebih banyak NH4CNS diperlukan sehingga kandungan Cl- seakan-akan lebih
rendah. Kesalahan ini dapat dikurangi dengan mengeluarkan endapan AgCl sebelum titrasi
balik berlangsung atau menambahkan sedikit nitrobenzen, sehingga melindungi AgCl dari
reaksi dengan thiosianat tetapi nitrobenzen akan memperlambat reaksi. Hal ini dapat
dihindari jika Fe(NO3)3 dan sedikit NH4CNS yang diketahui ditambahkan dulu ke larutan
bersama-sama HNO3, kemudian campuran tersebut dititrasi dengan AgNO3 sampai warna
merah hilang
3. Metode Fajans
Titrasi argentometri dengan cara fajans adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya
terdapat perbedaan pada jenis indikator yang digunakan. Indikator yang digunakan dalam
cara ini adalah indikator absorbsi seperti cosine atau fluonescein menurut macam anion yang
diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah AgNO3 hingga suspensi violet menjadi merah. pH
tergantung pada macam anion dan indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang
dapat diserap oleh permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Pengendapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen antara lain dengan memilih macam indikator
yang dipakai dan pH. Sebelum titik ekuivalen tercapai, ion Cl- berada dalam lapisan primer
dan setelah tercapai ekuivalen maka kelebihan sedikit AgNO3 menyebabkan ion Cl- akan
digantikan oleh Ag+ sehingga ion Cl- akan berada pada lapisan sekunder.
4. Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan
a. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide.
Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit larutan
kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir, ion kromat
ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang sangat sedikit
sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral atau sangat sedikit
sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
b. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam
nitrat bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah
larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mula-mula
endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan menghasilkan
pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion kompleks.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe3+ + SCN- [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam
larutan asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi
balik dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN
c. Penggunaan indikator adsorpsi
Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen, indikator
itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan dalam
indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan indikator
adsorpsi.Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein
misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida. Ion
flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett, 1994)
Perbedaan metode pada argentometri
Metode Indikator Suasana Metode Yang di Titik
Reaksi dalam akhir
buret titrasi
Mohr K2CrO4 Netral Langsung AgNO3 Endapan
merah bata

Volhard Fe3+ / Fe Asam Tidak KCNS Larutan


Allum langsung merah bata

Fajans Adsorpsi Netral Langsung AgNO3 Larutan


(fluorescein) pink

Metode yang paling stabil dari ketiga metode di atas adalah metode volhard. Namun
metode ini menggunakan asam sianida (HCN) yang bersifat toxik.
Penyebab terdapatnya endapan logam pada saat praktikum adalah karena dipengaruhi
oleh sinar matahari langsung yang bersifat katalisator yang mengikat O2sehingga Ag
berbentuk Ag2O. Jadi penyebabnya adalah Ag mengalami oksidasi.
Pada metode mohr suasananya harus asam karena pada suasana
Asam : Ag2Cr2O4
Basa : AgOH
Dan titik akhir yang berwarna merah bata terbentuk oleh AgCr (Ag kromat).
Kesimpulan
Titrasi pengendapan atau Argentometri adalah penetapan kadar zat yang didasarkan atas
reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan titer perak nitrat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi titrasi pengendapan adalah : suhu, sifat pelarut, ion
sejenis, aktivitas ion, pH, hidrolisis, hidroksida logam, dan pembentukan senyawa kompleks.
Macam-macam metode dalam titrasi larutan pengendapan yaitu :
a. Metode Mohr
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan nilai pH antara 6 10. Dalam larutan yang
lebih basa perak oksida akan mengendap. Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan
sangat dikurangi, karena HCrO4 hanya terionisasi sedikit sekali.
Kegunaan metode Mohr yaitu untuk penetapan kadar Klorida atau Bromida. Prinsip
penetapannya larutan klorida atau bromida dalam suasana netral atau agak alkalis dititrasi
dengan larutan perak nitrat menggunakan indikator kromat.
b. Metode Volhard
Metode Volhard pertama kali diperkenalkan oleh Jacobus Volhard, ahli kimia dari Jerman
pada tahun 1874. Dengan metode ini, larutan standar AgNO3 berlebih ditambahkan ke dalam
larutan yang mengandung ion halogen (misalnya Cl-). Kelebihan ion Ag+ dalam suasana
asam dititrasi dengan standar garam tiosianat (KSCN atau NH4SCN) menggunakan indikator
larutan Fe3+.
c. Metode Fajans
Metode ini dipakai untuk penetapan kadar halida dengan menggunakan indikator adsobsi.
Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor, titik akhir
ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning menjadi merah jingga. Jika didiamkan,
tampak endapan berwarna, sedangkan larutan tidak berwarna disebabkan adanya adsobsi
indikator pada endapan AgCl. Warna zat yang terbentuk dapat berubah akibat adsorpsi pada
permukaan.

DAFTAR PUSTAKA

http://sartinichemistry.blogspot.com/2013/05/titrasi-pengendapan.html
http://siskaapriyoannita.wordpress.com/2012/06/12/titrasi-pengendapan/
http://murniatisri33.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo_10.html
http://retamentari.wordpress.com/2012/04/24/titrasi-pengendapan/
http://harisr3nzo.blogspot.com/2011/05/titrasi-argentometri.html
http://riskan.wordpress.com/2010/12/21/argentometri/

Anda mungkin juga menyukai