Anda di halaman 1dari 11

Titrasi Pengendapan (Penentuan Klorida) - 2

Diposkan oleh Windi Hilman , di 15.11


Metoda ini didasarkan atas terbentuknya endapan berwarna, setelah
pengendapan sempurna ion yang sedang ditentukan. misalnya saja untuk
titrasi ion klorida, ke dalam larutan ditambahkan sedikit ion kromat, yang
mampu membentuk endapan merah coklat dengan ion perak (I) berlebih.
dengan mengamati hasil kali kelarutan perak (I) kromat dan ion perak (I)
klorida, dapat diketahui bahwa perak (I) kromat sedikit lebih besar
dibandingkan kelarutan perak (I) klorida. dengan demikian jika pada
larutan campuran ion klorida dan ion kromat, seperti di atas, ditambahkan
larutan perak (I) nitrat, perak (I) klorida akan mengendap terlebih dahulu.
titarsi ini akan berlangsung baik, jika pH larutan diatur antara 6,5 - 9,0.
dalam larutan asam dapat terjadi perubahan kromat menjadi dikromat,
sedangkan dalam larutan terlalu basa dapat terjadi pengendapan dari
perak (I) oksida.
METODA VOLHARD
metoda ini digunakan jika larutan perak (I) nitrat dititrasi menggunakan
larutan penetrasi tiosianat. endapan yang terbentuk. endapan yang
terbentuk adalah endapan perak (I) tiosianat yang berwarna putih.
kelebihan ion tiosianat dideteksi memakai indikator besi (III),
mengahsilkan komplek Fe(SCN)2+ yang berwarna merah. titrasi ini dapat
dilakukan dlam suasana asam kuat. metoda ini dapat dipakai untuk
menentukan kadar ion halida. pada larutan ion halida, ditambahkan mulamula jumlah tertentu perak (I) nitrat, selanjutnya kelebihan ion perak (I)
nitrat dititrasi kembali memakai larutan tiosianat dan indikator besi(III).
jika metoda ini diterapkan terhadap ion klorida, harus diketahui bahwa
kelarutan perak (I) klorida sedikit lebih besar dari kelarutan perak (I)
tiosianat. ini berarti bahwa endapan perak (I) klorida harus dipisahkan
atau dilindungi agar tidak bereaksi dengan ion tiosianat. biasanya
dilakukan cara yang kedua yaitu endapan perak (I) klorida dilapisi dengan
nitrobenzen sebelum dititrasi dengan larutan tiosianat.
Argentometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif yang
bertujuan untuk mengetahui konsentrasi analit dengan menggunakan
larutan baku sekunder yang mengandung unsur perak.
Larutan baku sekunder yang digunakan adalah AgNO3, karena
AgNO3 merupakan satu-satunya senyawa perak yang bisa terlarut dalam
air. Produk yang dihasilkan dari titrasi ini adalah endapan yang berwarna.
Dasar titrasi argentometri adalah yang pembentukkan endapan tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak
dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ionAg+ dari titran akan
bereaksi dengan ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah
larut AgCl.

Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq) -> AgCl(s) + NaNO3(aq)


Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion
perak akan bereaksi dengani ndicator. Indikator yang dipakai biasanya
adalah ion kromat dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk
endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik akhir titrasi dapat
diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianidat dan indikator
adsorbsi.Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat
menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik
ekuivalen.Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan
yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant.
I. METODE-METODE TITRASI ARGENTOMETRI
1. Metode Mohr
Metode ini dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida dan bromida
dalamsuasana netral dengan larutan baku perak nitrat dengan
penambahan larutan kalium kromat sebagai indikator.Titrasi ini harus
dilangsungkan dalam suasana netral atau sedikit alkali lemah, dengan pH
6,5-9,karena pada suasana asam akan terjadi reaksi pembentukan
senyawa dikromat .
2. Metode Volhard
Metode Volhard dapat digunakan untuk menetapkan kadar klorida,
bromida, dan iodida dalam suasana asam. Caranya dengan
menambahkan larutan baku perak nitrat berlebihan, kemudian kelebihan
larutan baku perak nitrat dititrasi kembali dengan larutan baku tiosianat.
Indikator yang digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi (III) ammonium
sulfat .
3. Metode Fajans
Pada metoda ini digunakan indikator adsorpsi, yang mana pada titik
ekivalen, indikator teradsorpsi oleh endapan. Indikator ini tidak
memberikan perubahan warna terhadap larutan, tetapi pada permukaan
endapan.ada titrasi argentometri dengan metode Fajans, Jika AgNO3
ditambahkan pada larutan NaCl yang mengandung flourescein maka titik
akhir titrasi akan diamati dengan perubahan warna dari kuning cerah ke
merah muda. Warna endapan yang terlihat akan tampak berwarna
sedangkan larutannya tampak tidak berwarna hal ini disebabkan adanya
indikator adsorbsi yang teradsorb pada permukaan endapan AgCl. Warna
dari endapan akan termodifikasi saat indikator teradsorbsi pada
permukaan endapan. Reaksi adsorbsi ini dapat dilihat dengan contoh
indikator yang bermuatan negatif seperti flouroscein.
II. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDAPAN
1. Temperatur

Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu, jadi dengan


meningkatnya suhu maka pembentukan endapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
2. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut
organik seperti alkohol atau asam asetat. Perbedaan kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran
antara dua zat. Setiap pelarut memiliki kapasitas yang berbeda dalam
melarutkan suatau zat, begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki
kelarutan yang berbeda pada pelarut tertentu.
3. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang
mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja. Sebagai contoh
kelarutan Fe(OH)3 akan menjadi kecil jika kita larutkan dalam larutan
NH4OH dibanding dengan kita melarutkannya dalam air, hal ini
disebabkan dalam larutan NH4OH sudah terdapat ion sejenis yaitu OHsehingga akan mengurangi konsentrasi Fe(OH)3 yang akan terlarut. Efek
ini biasanya dipakai untuk mencuci endapan dalam metode gravimetri.
4. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah
dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton
dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin larut
dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan Imembentuk HI.
5. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan dihasilkan
perubahan konsentrasi H+ dimana hal ini akan menyebabkan kation
garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan meningkatkan
kelarutan garam tersebut.
6. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat dengan
adanya pembentukan kompleks antara ligan dengan kation garam
tersebut. Sebagai contoh AgCl akan naik kelarutannya jika ditambahkan
larutan NH3, hal ini disebabkan karena terbentuknya kompleks
Ag(NH3)2Cl.

Argentometri

Argentometri merupakan titrasi pengendapan sample yang dianalisis


dengan menggunakan ion perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam
titrasi ini adalah ion halida (Cl-, Br-, I-).
(Khopkar,1990)
Ada beberapa metode dalam titrasi argentometri yang dibedakan
berdasarkan indikator yang digunakan pada penentuan titik akhir titrasi,
antara lain:
a. Metode Mohr
Metode Mohr biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti
NaCl, dengan AgNO3 sebagai titran dan K2CrO4 sebagai indikator. Titik
akhir titrasi ditandai dengan adanya perubahan warna suspensi dari
kuning menjadi kuning coklat. Perubahan warna tersebut terjadi karena
timbulnya Ag2CrO4, saat hamper mencapai titik ekivalen, semua ion
Cl- hamper berikatan menjadi AgCl. Larutan standar yang digunakan
dalam metode ini, yaitu AgNO3, memiliki normalitas 0,1 N atau 0,05 N.
(Alexeyev,V,1969)
Indikator menyebabkan terjadinya reaksi pada titik akhir dengan titran,
sehingga terbentuk endapan yang berwarna merah-bata, yang
menunjukkan titik akhir karena warnanya berbeda dari warna endapan
analat dengan Ag+.
Pada analisa Cl- mula-mula terjadi reaksi:
Ag+(aq) + Cl-(aq) AgCl(s)
Sedang pada titik akhir, titran juga bereaksi menurut reaksi:
2Ag+(aq) + CrO4(aq) Ag2CrO4(s)
Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi.
Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya
terurai menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai.
2Ag+(aq) + 2OH-(aq) 2AgOH(s) Ag2O(s) + H2O(l)
Bila pH terlalu rendah, ion CrO4- sebagian akan berubah menjadi
Cr2O72- karena reaksi
2H+(aq) + 2CrO42-(aq) Cr2O72- +H2O(l)
Yang mengurangi konsentrasi indikator dan menyebabkan tidak timbul
endapannya atau sangat terlambat.
Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka
secara lokal akan terjadi kelebihan titrant yang menyebabkan indikator
mengendap sebelum titik ekivalen tercapai, dan dioklusi oleh endapan
AgCl yang terbentuk kemudian; akibatnya ialah, bahwa titik akhir menjadi
tidak tajam.

b. Metode Volhard
Metode Volhard menggunakan NH4SCN atau KSCN sebagai titrant, dan
larutan Fe3+ sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi
reaksi antara titrant dan Ag, membentuk endapan putih.
Ag+(aq) + SCN-(aq) AgSCN(s) (putih)
Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk
ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah)
SCN-(aq) + Fe3+(aq) FeSCN2+(aq)
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
Karena titrantny SCN- dan reaksinya berlangsung dengan Ag+, maka
dengan cara Volhard, titrasi langsung hanya dapat digunakan untuk
penentuan Ag+ dan SCN- sedang untuk anion-anion lain harus ditempuh
cara titrasi kembali: pada larutan X- ditambahkan Ag+ berlebih yang
diketahui pasti jumlah seluruhnya, lalu dititrasi untuk menentukan
kelebihan Ag+. Maka titrant selain bereaksi dengan Ag+ tersebut,
mungkin bereaksi pula dengan endapan AgX:
Ag+(aq) (berlebih) + X- (aq) AgX(s)
Ag+(aq) (kelebihan) + SCN- (aq) (titrant) AgSCN(s)
SCN-(aq) + AgX (s) X-(aq) + AgSCN(aq)
Bila hal ini terjadi, tentu saja terdapat kelebihan titrant yang bereaksi dan
juga titik akhirnya melemah (warna berkurang).
Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang,
karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga
kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
Penerapan terpenting cara Volhard ialah untuk penentuan secara tidak
langsung ion-ion halogenida: perak nitrat standar berlebih yang diketahui
jumlahnya ditambahkan sebagai contoh, dan kelebihannya ditentukan
dengan titrasi kembali dengan tiosianat baku. Keadaan larutan yang harus
asam sebagai syarat titrasi Volhard merupakan keuntungan dibandingkan
dengan cara-cara lain penentuan ion halogenida karena ion-ion karbonat,
oksalat, dan arsenat tidak mengganggu sebab garamnya larut dalam
keadaan asam.
c. Metode Fajans
Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah
zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan
menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi
pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang
dipakai dan pH.

Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam
lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan
ion perak. Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida.
Dalam larutan, fluoresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFl
saja).
HFl(aq) H+(aq) +Fl-(aq)
Ion Fl- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan
berwarna merah muda. Karena penyerapan terjadi pada permukaan,
dalam titrasi ini diusahakan agar permukaan endapan itu seluas mungkin
supaya perubahan warna yang tampak sejelas mungkin, maka endapan
harus berukuran koloid. Penyerapan terjadi apabila endapan yang koloid
itu bermuatan positif, dengan perkataan lain setelah sedikit kelebihan
titrant (ion Ag+).
Pada tahap-tahap pertama dalam titrasi, endapan terdapat dalam
lingkungan dimana masih ada kelebihan ion X- dibanding dengan Ag+;
maka endapan menyerap ion-ion X- sehingga butiran-butiran koloid
menjadi bermuatan negatif. Karena muatan Fl- juga negatif, maka Fl- tidak
dapat ditarik atau diserap oleh butiran-butiran koloid tersebut. Makin
lanjut titrasi dilakukan, makin kurang kelebihan ion X-; menjelang titik
ekivalen, ion X- yang terserap endapan akan lepas kembali karena
bereaksi dengan titrant yang ditambah saat itu, sehingga muatan koloid
makin berkurang negatif. Pada titik ekivalen tidak ada kelebihan
X- maupun Ag+; jadi koloid menjadi netral. Setetes titrant kemudian
menyebabkan kelebihan Ag+. Ion-ion Ag+ ini diserap oleh koloid yang
menjadi positif dan selanjutnya dapat menarik ion Fl- dan menyebabkan
warna endapan berubah mendadak menjadi merah muda. Pada waktu
bersamaan sering juga terjadi penggumpalan koloid, maka larutan yang
tadinya berwarna keruh juga menjadi jernih atau lebih jernih. Fluoresein
sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam
titrasi ini diketahui berdasar ketiga macam perubahan diatas, yakni
(i)
Endapan yang semula putih menjadi merah muda dan endapan
kelihatan menggumpal
(ii)

Larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih

(iii) Larutan yang semula kuning hijau hampir-hampir tidak berwarna


lagi.
Suatu kesulitan dalam menggunakan indikator adsorpsi ialah, bahwa
banyak diantara zat warna tersebut membuat endapan perak menjadi
peka terhadap cahaya (fotosensifitasi) dan menyebabkan endapan terurai.
Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan
terpercaya. Sebaliknya penerapannya agak terbatas karena memerlukan
endapan berbentuk koloid yang juga harus dengan

Read more: http://mataratu22.blogspot.com/2013/05/titrasi-pengendapanpenentuan-klorida-2.html#ixzz3bLLaaan6

ANALISIS DATA
Pada standarisasi larutan baku yaitu menggunakan dengan perak nitrat
sebagai titran, dengan melarutkanya sampai 500 ml. Kemudian cuplikan
yang dipakai adalah Natrium klorida (NaCl). Kemudian dengan
menambahkan 2 ml 0,1 M kalium kromat dilanjutkan dengan titrasi oleh
AgNO3.
Pada percobaan, jika ion perak ditambahlan pada larutan yang
mengandung Cl- dalam konsentrasi besar dan ion kromat dalam
konsentrasi kecil, maka perak klorida akan terlebih dahulu mengendap
membentuk endapan berwarna putih. Perak kromat baru akan terbentuk
sesudah konsentrasi ion perak meningkat sampai melampaui Kkel perak
kromat. Mentitrasi cuplikan dengan AgNO3 sampai warnanya kemerahmerahan, sehingga dapat diketahui volume titrannya. Pada standarisasi
larutan baku AgNO3 ini dengan gram anait 0,20 gram dari 3 erlemenyer
yang berbeda didapatkan volume titran yang berbeda, yaitu sebagai
berikut:

Pada erlemenyer 1 volume AgNO3 29 ml

Pada erlemenyer 2 volume AgNO3 36,5 ml

Pada erlemenyer 3 volume AgNO3 39,5 ml

Sehingga didapat volume rata-rata titran (AgNO3) yaitu38,6 ml.


Sedangkan pada saat penentuan klorida dengan cuplikan KCl 0,75 gr
dalam 100 ml dan mengambil 25 alikot untuk mentitrasi dengan
AgNO3 dan menambahkan 3 tetes indicator kalium kromat. Titrasi sampai
warnanya kemerah-merahan. Volume titran yang dibutuhkan untuk titrasi
itu:

Pada erlemenyer 1 volume AgNO3 29 ml

Pada erlemenyer 2 volume AgNO3 27 ml

Pada erlemenyer 3 volume AgNO3 26 ml

Sehingga diperoleh volume rata-rata titran yang dipakai adalah27,34 ml.

11. KESIMPILAN

v Titrasi pengendapan adalah titrasi yang didasarkan pada reaksi


pembentukan endapan antara analit dengan titran.
v Pada percobaan standar primernya adalah AgNO3, standar sekundernya
adalah NaCl, analitnya adalah KCl.NaCl, dan indikatornya K2CrO4.
v Pada standarisasi larutan AgNO3, normalitas yang didapat adalah 0.09
grek/l. Sedangkan pada penentuan klorida % Cl yang didapat adalah
11,65%.

PEMBAHASAN
Dasar teori argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah
larut antara titran dan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah
titrasi penentuan NaCl dimana Ag+ dari titran akan bereaksi dengan
Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut.
Metode yang digunakan pada standarisasi AgNO3 dengan NaCl adalah
metode mohr dengan indikator K2CrO4. Penambahan indikator ini akan
menjadikan warna larutan menjadi kuning. Titrasi dilakukan hingga
mencapai titik ekuivalen. Titik ekuivalen ditandai dengan berubahnya
warna larutan menjadi merah bata dan munculnya endapan putih secara
permanen. Pada percobaan ini, larutan AgNO3 yang digunakan dibuat
dengan melarutkan 8,49 gram AgNO3 dengan aquadest hingga
volumenya 500 ml ke dalam labu ukur. Konsentrasi yang didapatkan
adalah 0,0980 N dengan rata-rata volume titrasi 10,2 ml.
Pada percobaan kali ini dilakukan penentuan kadar Cl dalam sampel
garam dapur dan air laut. Titrasi yang digunakan adalah argentometri
dengan metode mohr dan fajans. Hal pertama yang dilakukan adalah
membuat larutan sampel. Untuk sampel garam dapur ditimbang 0,6 gram
yang dilarutkan dengan aquadest ke dalam labu ukur 100 ml. sedangkan
untuk sampel air laut ditimbang 10 gram dan dilarutkan dengan aquadest
ke dalam labu ukur 100 ml.
Pada metode mohr, sampel garam dan air laut dititrasi dengan larutan
AgNO3 standar dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Dari larutan garam
dan air laut yang telah dibuat, masing-masing dipipet 25 ml untuk
dititrasi. Pada awal penambahan, ion Cl- dari NaCl yang terdapat dalam
larutan bereaksi dengan ion Ag+ yang ditambah sehingga membentuk
endapan putih AgCl. Sedangkan larutan pada awalnya berwarna kuning
karena penambahan indikator K2CrO4 5%. Saat terjadi titik ekuivalen
yaitu saat ion Cl- tepat habis bereaksi dengan ion Ag+, penambahan
AgNO3 yang sedikit berlebih menyebabkan ion Ag+ bereaksi dengan ion
CrO42- dari indikator membentuk endapan putih dengan warna larutan
merah bata. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan kadar Cl sebesar

1,82 % untuk air laut, sedangkan kadar Cl pada garam dapur sebesar
55,78 %.
Pada metode fajans, penentuan kadar Cl dalam garam dan air laut
menggunakan indikator adsorpsi yaitu indikator flouresein, dari larutan
garam dapur dan air laut, masing-masing dipipet 25 ml ke dalam
Erlenmeyer. Ditambahkan indikator flouresein akan membuat larutan
menjadi warna kuning kemudian dititrasi dengan larutan AgNO3 standar
dimana titik akhir titrasi dicapai saat larutan membentuk endapan merah
muda. Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan kadar Cl dalam
garam dapur sebesar 78,62 %, sedangkan kadar Cl dalam air laut sebesar
1,88 %.
Dari percobaan ini, dapat dibuktikan bahwa air laut dan garam dapur
mengandung ion Cl-. Hal ini terlihat dari terbentuknya endapan putih yang
menunjukkan jika ion Ag+ telah bereaksi terlebih dahulu dengan ion Clmembentuk AgCl.

BAB 5
PENUTUP

5.1

KESIMPULAN

1.
Standarisai larutan AgNO3 dilakukan dengan metode mohr; larutan
standar primer yang digunakan adalah NaCl 0,1 N dan larutan
K2CrO4sebagai indikator. Konsentrasi yang didapatkan adalah 0,0980 N.
2. Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode
mohr menggunakan larutan peniter AgNO3standar dan indikator K2CrO4.
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata. Kadar
Cl dalam air laut sebesar 1,82 % dan garam dapur 55,78 %.
3.
Penentuan kadar Cl dalam air laut dan garam dapur dengan metode
fajans menggunakan indikator adsorpsi yaitu indikator flouresein. Titik
akhir titrasi ditunjukkan dengan adanya endapan merah muda. Kadar Cl
dalam air laut sebesar 1,88 % dan garam dapur 78,62 %.

DAFTAR PUSTAKA

Bassett, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.


Buku Kedokteran : EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia. Jakarta.

Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia.


Jakarta.
Day, RA. Jr dan Al Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif edisi
kelima.Erlangga. Jakarta.

Pembahasan Titrasi merupakan metode analisa kimia secara kuantitatif yang biasa
digunakan dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. Dalam titrasi
terdiri atas titrat dan titran. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai fase padat
keluar dari larutan. Endapan dapat berupa kristal dan koloid. Endapan terbentuk jika
larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat bersangkutan kelarutan (S) didefenisikan
sebagai konsentrasi molar dari larutan jenuh. Titrasi pengendapan adalah golongan
titrasi dimana hasil titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip
dasarnya adalah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap
penambahan titran: tidak ada pengotor yang mengganggu dan diperlukan indikator untuk
melihat titik akhir titrasi. Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan
kadar zat dalam suatu sampel yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pembentukan
endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator campur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur
volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat
diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan.
12. Dalam praktikum ini dilakukan titrasi pengendapan atau argentometri dengan untuk
menentukan kadar NaCl dalam garam dapur dengan menggunakan metode Mohr.
Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan
larutan standart AgNO3 0.05 N. Endapan putih AgNO3 akan terbentuk selama proses
titrasi berlangsung dan digunakan indikator larutan K2CrO4 2 %. Setelah semua ion
klorida mengendap maka kelebihan ion Ag+ pada saat titik akhir titrasi dicapai akan
bereaksi dengan indikator membentuk endapan merah bata dari endapan Ag2CrO4.
Dengan reaksi sebagai berkut : Ag+(aq) + Cl-(aq)AgCl(s) ( terbentuk endapan putih) Ag+
(aq) + CrO42-(aq) Ag2CrO4(s) (terbentuk warna merah bata) Pada pengamatan titrasi
0.5 AgNO3 gram NaCl dengan larutan standar 0.05 N yang menggunakan indikator
K2CrO42% 1 ml, setelah mencapai titik equivalen yang ditandai dengan adanya larutan
berwarna merah bata dan endapan putih pada larutan, maka proses titrasi dihentikan.
Larutan standar AgNO3 0.05 N yang digunakan sebanyak 20 mL. Pada kenyataannya,
dalam pengamatan ini tidak dihasilkan larutan berwarna merah bata, namun
menghasilkan warna kuning dengan adanya sedikit endapan putih. Hal ini disebabkan
kurang telitinya praktikan, serta pada proses titrasi kelebihan indikator K2CrO4 sehingga
membentuk ion-ion kromat yang berlebihan, dan tidak terbentuknya ion Ag+. Ion
Ag+tidak
13. terbentuk karena kurangnya konsentrasi dari AgNO3, sehingga Ag+tidak beraksi
dengan ion CrO4- dari indikator K2CrO4 yang ditambahkan maka warna merah bata dari
endapan tidak terbentuk. Setelah melakukan perhitungan kadar NaCl dalam garam dapur
yang diperoleh yaitu 58.5 %
14. BAB V PENUTUP I. Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan bahwa: Penentuan NaCl dalam garam dapur dapat ditentukan dengan cara

titarsi pengendapan dengan metode menggunakan mohr, dimana digunakan larutan


standart AgNO3 sebagai titratnya, dan K2CrO4 sebagai indikatornya. Kadar NaCl dalam
garam dapur yang didapat dari hasil percobaan ini yaitu 58,5 %. II. Saran Saran yang
saya ajukan setelah mengikuti praktikum ini adalah sebaiknya alat kimia (filler) yang
sudah tak layak pakai sebaiknya diganti dan ditambah lagi, karena kelompok kami
mendapatkan filler yang sudah tak layak pakai dan harus meminjam kepada kelompok
lain.
15. DAFTAR PUSTAKA Antara, dkk.2008.Kajian Kapasitas dan Efektivitas Resin Penukar
Anion Untuk Mengikat Klor dan Aplikasinya Pada Air. Universitas Udhayana.Jurnal Kimia
2.Hal.88-89. Diakses tanggal 27 Oktober 2013. Gandjar, I.G dan Rohman, Abdul. 2007.
Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Belajar: Jakarta. Harjadi, W. 1986.Ilmu Kimia
AnalitikDasar. Gramedia: Jakarta. Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UIPress: Jakarta. Khopkar, S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI-Press: Jakarta.
Underwood, A.L dan Day, R.A.1998.Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai