Anda di halaman 1dari 10

TITRASI PENGENDAPAN

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK”

Dosen pengampu :

Ivan Ashif Ardhana, M.Pd.

Disusun oleh

1. Rohmaniyah Wahyuningtias (12212183003)


2. Khoirul Muna (12212183012)
3. Kamila Ikhda Nuzulir R. (12212183020)
4. Miftakhul Jannah (12212183029)
5. Umi Masruroh (12212183044)

JURUSAN TADRIS KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
OKTOBER 2019
TUJUAN PENULISAN MAKALAH

1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan titrasi pengendapan


2. Untuk mengetahui langkah-langakh titrasi pengendapan
3. Untuk mengetahui kurva titrasi pengendapan dan pembuktian perhitungan
4. Untuk mengentahui aplikasi atau penerapan titrasi pengendapan dalam
penelitian
PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Tujuan Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil
reaksi titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip
dasarnya ialah reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada
setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang mengganggu serta
diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi
pengendapan yang dapat digunakan pada titrasi.
Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah
melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl-, I-, Br-) dengan ion perak
Ag+. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu metode analisis
kuantitatif berdasarkan reaksi pengendapan senyawa halogenida dan senyawa-
senyawa lain ketika ditambahkan dengan AgNO3. Titrasi argentometri tidak
hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halida akan tetapi juga dapat
dipakai untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa
anion divalent seperti ion fosfat PO43- dan ion arsenat AsO43-. Reaksi
pengendapan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah pengendapan
diantaranya temperatur, sifat alami pelarut, pengaruh ion lain, pH, hidrolisis
dan pembentukan kompleks. Bertujuan untuk mengetahui konsentrasi analit
dengan menggunakan larutan baku sekunder yang mengandung unsur perak.
Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak
mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai
adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titrant akan bereaksi dengan
ion Cl- dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl.
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang
terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang
kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman
yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan
dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga
titik ekuivalen agak sulit ditentukan. 1
B. Langkah – Langkah Titrasi Pengendapan
Titrasi pengendapan didasarkan pada reaksi pengendapan. Dalam
melakukan titrasi pengendapan maka perlu diperhatikan :

1
Khopkar. SM, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, Jakarta : Universitas Indonesia Press, hal 265

1
1. Standarisasi larutan. Zat baku primer yang biasa digunakan sebagai penitran
adalah NaCl, NaBr, KBr, KCl dengan kemurnian yang tinggi. Sedangkan
zat baku sekundernya adalah AgNO3.
2. Penggunaan metode yang tepat atau indikator yang cocok. Adapun macam-
macam metode yang digunakan, sebagai berikut:
a. Metode Mohr (pembentukan dari sebuah endapan bewarna)
Sama seperti sistem asam-basa bisa dipergunakan sebagai
indikator sebuah titrasi asam-basa, pembentukan satu endapan lain
dapat dipergunakan untuk mengindikasikan selesainya sebuah titrasi
pengendapan. Contoh mohr klorida dengan ion perak, dimana ion
kromat digunakan sebagai indikator. Kemunculan awal endapan kromat
bewarna kemerah-merahan diambil sebagai titik akhir dari titrasi.
Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator terjadi pada titik
ekuivalen atau didekat titik ekuivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat
lebih mudah larut (sekitar 8,4 X 10-5 mol/liter) dari pada perak klorida
(sekitar 1 X 10-5 mol/liter). Jika ion-ion perak ditambahkan kedalam
suatu larutan yang mengandung ion klorida dengan konsentrasi besar
dan ion kromat dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengandap
terlebih dahulu, sedangkan perak kromat tidak terbentuk sebelum
konsentrasi ion perak meningkat sampai ke nilai yang cukup besar
melebihi Ksp dari perak kromat. Ion kromat mempunyai warna kuning,
dan biasanya konsentrasi yang digunakan sebesar 0,005 sampai 0,01 M.
Kesalahan yang diakibatkan oleh penggunaan konsentrasi sebesar ini
cukup kecil. Hal ini dapat dikoreksi dengan menjalankan sebuah blanko
indikator kosong atau dengan menstandarisasi perak nitrat dengan
sebuah garam klorida murni pada kondisi yang sama seperti yang
digunakan dalam analisis.
Titrasi mohr terbatas pada larutan-larutan dengan nilai pH sekitar
6 sampai 10. Dalam larutan-larutan yang lebih alkalin, perak oksida
mengendap. Dalam larutan-larutan asam, konsentrasi kromat secara
besar-besaran menurun. Karena HcrO4- hanya sedikit terionisasi. Lebih
lanjut lagi, hidrogen kromat ada dalam kesetimbangan dengan dikromat:
2H+ + 2CrO42- → 2HCrO4- → Cr2O72- + H2O
Penurunan konsentrasi ion kromat mengharuskan untuk
menambahkan sejumlah besar ion perak untuk menghasilkan pada
pengendapan dari perak kromat dan akhirnya mengarah pada galat yang
besar. Secara umum, dikromat cukup dapat larut.
Metode mohr dapat pula diaplikasikan dalam ion bromida dengan
perak, dan juga ion sianida dalam larutan-larutan yang sedikit alkalin.
Efek-efek adsorpsi membuat titrasi dari ion-ion iodida dan tiosianat
tidak memungkinkan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung
dengan klorida menggunakan indikator kromat. Perak kromat
mengendap terlihat secara sekilas, dan terurai kembali secara lambat
saat dekat dengan titik ekuivalen.
b. Metode Volhard (pembentukan kompleks bewarna)
Metode volhard didasari pada pengendapan dari perak tiosianat
dalam larutan asam nitrit dengan ion besi (III) dipergunakan untuk
mendeteksi kelebihan ion tiosianat :

2
Ag+ + SCN- → AgSCN (s)
Fe3+ + SCN- → FeSCN2+ (merah)
Metode ini dapat digunakan untuk titrasi langsung perak dengan
larutan standar tiosianat atau untuk titrasi tidak langsung dari ion-ion
klorida, bromida, dan iodida. Dalam titrasi tidak langsung, kelebihan
dari perak nitrat standar ditambahkan dan kemudian dititrasi dengan
tiosianat standar.
Metode volhard digunakan secara luas untuk perak dan klorida
mengingat titrasinya dapat dijalankan larutan asam. Kenyataanya, ada
keinginan untuk menggunakan sebuah media asam untuk mencegah
hidrolisis dari indikator ion besi (III). Metode umum lainnya untuk
perak dan klorida membutuhkan sebuah larutan yang mendekati netral
untuk kesuksesan titrasi. Banyak kation yang mengendap pada kondisi
ini dan karenanya mengganggu metode ini.
Dalam analisis klorida, sebuah kesalahan dapat terjadi jika
endapan AgCl dibolehkan bereaksi dengan ion tiosianat :
AgCl (s) + SCN- → AgSCN (s) + Cl-
Mengingat AcSCN kurang dapat larut dibandingkan dengan
AgCl, reaksi ini cenderung untuk bergeser dari kiri ke kanan dan akan
mengakibatkan hasil-hasil yang rendah dalam analisis klorida. Reaksi
ini dapat dicegah dengan menyaring penuh AgCl atau menambahkan
nitrobenzena sebelum titrasi dengan tiosianat. Nitrobenzena terlihat
membentuk sebuah lapisan berminyak diatas permukaan AgCl yang
mencegah reaksi dengan tiosianat.
Dalam menentukan bromida dan iodida dengan metode tak
langsung volhard, reaksi dengan tiosianat tidak menimbulkan masalah
mengingat AgBr mempunyai kelarutan yang hampir sama dengan
AgSCN, dan AgI dianggap jauh kurang dapat larut dibandingakan
AgSCN.
c. Metode Fajans (penggunaan indikator adsorbsi)
Adsorpsi dari sebuah komponen organik bewarna pada
permukaan sebuah endapan dapat menyebabkan pergeseran elektronik
dalam molekul yang mengubah warnanya. Fenomena ini dapat
digunakan untuk mendeteksi titik akhir dari titrasi pengendapan garam-
garam perak. Senyawa organik yang digunakan sebagai hal seperti ini
diacu sebagai indikator adsorpsi.
Mekanisme yang berlaku bagi indikator semacam ini dijelaskan
oleh fajans sebagai berikut : dalam titrasi Cl- dengan Ag+, sebelum titik
ekuivalen partikel-partikel koloid dari AgCl bermuatan negatif, akibat
adsorpsi ion Cl- dari larutan :
(AgCl) . Cl- M+
Lapisan primer ⁞ lapisan sekunder klorida
berlebihan
Ion-ion Cl- yang terasorpsi membentuk lapisan primer, yang
mengakibatkan partikel koloid bermuatan negatif. Partikel ini menarik
ion positif dari larutan untuk membentuk sebuah lapisan sekunder yang
lebih longgar keadaanya.

3
Diatas titik ekuivalen, kelebihan ion Ag+ menggantikan ion Cl-
dari lapisan primer dan partikelnya menjadi bermuatan positif. Anion-
anion dalam larutan tertarik untuk membentuk lapisan sekunder.
Fluoresein adalah sebuah asam organik lemah, yang dapat disebut
dengan HFI. Ketika fluoresein ditambahkan ke dalam botol titrasi,anion
FI- tidak diadsorbsi oleh koloid perak klorida selama ion ion klorida
berlebih. Bagaimanapun juga, ketika ion-ion perak berlebih,ion-ion FI-
dapat tertarik ke permukaan partikel-partikel bermuatan positif.
K Fajans dan O. Hassel, Z electrochem (1923), M kirchoff, Chem,
Rev (1935) dan K. Fajans bab 7 dari W. Bonger,ed metode terbaru dari
analisi volumetrik. D van Nostrand dan Co., New York 1938. Sebuah
endapan cenderang mengadsorpsi ion-ion yang telah siap tersebut
membentuk sebuah senyawa yang tidak dapat larut dalam ion salah satu
kisi. Maka ion ion perak atau klorida akan lebih siap diadsorpsi sebuah
endapan perak klorida dari pada dengan ion-ion natriun atau nitrat.
Agregat yang dihasilkan bewarna merah jambu, dan warna ini cukup
kuat bagi sebuah indikator visual.
Sejumlah faktor yang dipertimbangkan dalam memilih sebuah
indikator adsorpsi yang cocok untuk titrasi pengendapan adalah :
a. AgCl seharusnya tidak diperkenankan untuk mengental
menjadi partikel-partikel besar pada titik ekuivalen.
Mengingat hal ini akan menurunkan secara drastis
permukaan yang tersedia untuk adsorbsi dari indikator.
Sebuah koloid pelindung seperti dekstrin harus ditambahkan
untuk menjaga endapan tersebar luas. Dengan adanya
dekstrin perubahan warna dapat diulang. Dan jika titik akhir
terlampaui, maka dapat mentitrasi ulang dengan sebuah
larutan klorida standar.
b. Adsorpsi dari indikator seharusnya dimulai sesaat sebelum
titik ekuivalen, dan mengingat secara cepat titik ekuivalen.
Beberapa indikator yang tidak teradsorpsi secara kuat
indikator tersebut sebenarnya menggantikan ion utama yang
diadsorpsi jauh sebelum titik ekuivalen tersebut tercapai.
c. pH dari sebuah titrasi harus dikontrol untuk menjamin
sebuah konsentrasi ion dari indikator asam lemah atau basa
lemah tersedia cukup Fluoresein. Contoh : mempunyai Ka
sekitar 10-7 dan dalam larutan yang lebih asam dari pH 7,
konsentrasi ion-ion FI- sangat kecilsehingga tidak ada
perubahan warna yang diamati. Fluoresein hanya dapat
dipergunakan dalam skala pH sekitar 7 sampai 10.
Diklorofluoresein mempunyai Ka sekitar 10-4 dan dapat
dipergunakan dalam skala pH 4 sampai 10.
d. Sangat disarankan bahwa ion bermuatan berlawanan dengan
ion yang ditambahkan sebagai titran. Adsorpsi dari indikator
kemudian tidak akan terjadi sampai ada kelebihan titran.
Untuk titrasi perak dengan klorida, metil ungu, garam klorida
dari sebuah basa organik dapat dipergunakan. Kation tidak
diadsorpsi sampai kelebihan ion-ion klorida yang berlebih

4
hadir dan koloid bermuatan negatif. Untuk menggunakan
diklorofluoresein dalam kasus ini, namun indikator
seharusnya tidak ditambahkan sampai sesaat sebelum titik
ekuivalen.
Beberapa indikator adsorpsi sebagai berikut:

Spesies yang di tetapkan Ion yang dititrasi Titran Kondisi


diklorofluoresein Cl- Ag+ pH 4
Fluoresein Cl- Ag+ pH 7-8
Eosin Br- I- SCN- Ag+ pH 2
Torin SO42- Ba2+ pH 1,5 – 3,5
Bromkesol Hijau SCN- Ag+ pH 4-5
Metil Lembayung Ag+ Cl- Larutan asan
Rodamina 6 G Ag+ Br- Peningkatan HNO3
yang tajam sampai
0,3 M
Ortokrom T Pb2+ CrO42- Larutan netral 0,02
M
Bromfenol Biru Hg22+ Cl- Larutan 0,1 M

Penetapan dengan titrasi pengendapan:


Spesies yang
Titran Indikator Komentar
ditetapkan
Cl- Br- AgNO3 K2CrO4 Metode mohr
Cl- Br- I- SCN- AgNO3 Adsorpsi Metode fajans
Br- I- SCN- AsO43- AgNO3 + KSCN Fe(III) Metode volhard :
endapan harus
disaring
Cl- CN- CO32- S2- AgNO3 + KSCN Fe(III) Metode volhard :
C2O42- CrO42- endapan harus
disaring
F- Th(IV) Alizarin merah S Metode fajans
SO42- BaCl2 Tetrahidroksikuinon Metode fajans
PO43- Pb(OAc)2 Dibromofluresein Metode fajans
C2O42- Pb(OAc)2 Fluoresein Metode fajans
Ag+ KSCN Fe(III) Metode volhard
Zn2+ K4Fe(CN)6 Difenilamin Metode fajans

5
Hg22+ NaCl Bromfenol biru Metode fajans

3. Perhitungan titrasi pengendapan, yaitu:


a. pX mula-mula yang ditentukan dari konsentrasi analat
b. pX sebelum titik ekuivalen yang ditentukan dari setelah
penambahan titran tetapi belum mencapai ekuivalen dengan analat
c. pX titik ekuivalen yang ditentukan saat titik ekuivalen tercapai.
pX setelah titik ekuivalen yang ditentukan setelah kelebihan titran
dan setelah mencapai titik ekuivalen.2

C. Kurva Pengendapan
kurva titrasi antara volume AgNO3dan pCl untuk titrasi antara 50 ml
0,1 M larutan NaCl dengan larutan AgNO3 0,1 M
1. Pada awal titrasi
[Cl-] = 0,1 mmol/Ml
pCl = 1
Setelah penambahan 10 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 1 mmol 5 mmol
B 1 mmol 1 mmol
S - 4 mmol
- 4𝑚𝑚𝑜𝑙 -2
[Cl ] = 60𝑚𝑙 =6,67x10
pCl = - Log [Cl-]
= 2- Log 6,67
= 1.17
Setelah penambahan 30 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 3 mmol 5 mmol
B 3 mmol 3 mmol
S - 2 mmol
- 2𝑚𝑚𝑜𝑙
[Cl ] = 80𝑚𝑙 = 0,025
pCl = - Log [Cl-]
= - Log 0,025
= 1.6
Setelah penambahan 49 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 4,9 mmol 5 mmol
B 4,9 mmol 4,9 mmol
S - 0,1 mmol
- 0,1𝑚𝑚𝑜𝑙 -3
[Cl ] = 99𝑚𝑙 =1x10
pCl = - Log [Cl-]
= 3- Log 1
=3
Setelah penambahan 50 mL AgNO3 (Titik ekivalen)

2
Ibid.., hal 227-231

6
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 5 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S - -
[Ag+] = [Cl-]
[Cl-]2 = 1 x 10-10
[Cl-] = √1𝑥10-10
= 1 x 10-5
pCl = 5,00
Setelah penambahan 55 mL AgNO3 (setelah titik ekivalen)
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 5,5 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S 0,5 mmol -
+ 0,5𝑚𝑚𝑜𝑙 -3
[Ag ] = 105𝑚𝑙 = 4,76x10
pAg = - Log [Ag+]
= 3 - Log 4.76
= 2.32
pCl = 10 – 2.32 = 7.68
Setelah penambahan 60 mL AgNO3
AgNO3 + NaCl ↔ AgCl + NaNO3
M 6,0 mmol 5 mmol
B 5 mmol 5 mmol
S 1 mmol
1𝑚𝑚𝑜𝑙
[Ag+] = 110𝑚𝑙 = 9,09x10-3
pAg = - Log [Ag+]
= 3 - Log 9,09
= 2,0
pCl = 10 – 2,04 = 7,96.3

kurva titrasi

9 7,68 7,96
8
7
6 5
5 PCl
pCl

4 3
3 1,6
2 1 1,17
1
0
0 10 30 49 50 55 60
volume AgNO3

3
Nur, Qomariyah. Titrasi Pengendapan,( Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA Unesa), 2018, hal 09-13.

7
D. Aplikasi Atau Penerapan Titrasi Pengendapan Dalam Penelitian.
1. Identifikasi konsentrasi natrium klorida (NaCl) pada jahe dan lengkuas
giling dibeberapa pasar tradisional.
Natrium Klorida (NaCl) atau yang biasa dikenal dengan sebutan
garam dapur sudah sejak lama dikenal masyarakat sebagai pemberi rasa asin
dan dapat mencegah kebusukan. Garam termasuk bahan pengawet GRAS
(Generally Recognize as Safe) sehingga aman dan tidak berefek toksik.
Penambahan garam yang dilakukan oleh pedagang bertujuan untuk
memperlambat kerusakan bumbu giling yang dijual tetapi juga diusahakan
tidak menimbulkan rasa yang terlalu asin. Larutan AgNO3 dan larutan NaCl
pada awalnya masing-masing merupakan larutan yang jernih dan tidak
berwarna. Ketika NaCl ditambahkan dengan aquades larutan tetap jernih
dan tidak berwarna dan aquades tersebut larut dalam larutan. Penambahan
aquades ini dimaksudkan agar pH larutan tidak terlalu asam ataupun terlalu
basa. Setelah ditambahkan indikator K2CrO4, larutan kemudian berubah
warna menjadi kuning mengikuti warna K2CrO4 yang ditambahkan. Setelah
dititrasi dengan AgNO3, awalnya terbentuk endapan berwarna putih yang
merupakan AgCl. Ketika NaCl sudah habis bereaksi dengan AgNO3,
sementara jumlah AgNO3 masih ada, maka AgNO3 kemudian bereaksi
dengan indikator K2CrO4 membentuk endapan Ag2CrO4 yang berwarna
merah keruh. Endapan tersebut adalah endapan AgCl. Setelah semua ion Cl-
mengendap dengan sempurna, kelebihan 1-2 tetes larutan AgNO3 akan
bereaksi dengan ion kromat membentuk endapan perak kromat yang
berwarna merah. 4
2. Mengetahui pengaruh ion tiosulfat terhadap pengukuran kadar klorida.
Salah satu ion pengganggu pada titrasi Argentometri adalah ion
tiosulfat. Ion tiosulfat dapat dijumpai dalam bentuk garam yaitu natrium
tiosulfat. Natrium tiosulfat terdapat dalam air karena adanya pembuangan
limbah fotografi dan juga sengaja ditambahkan sebagai anti klor. Titrasi
Argentometri metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dalam suasana netral dengan larutan standar perak nitrat (AgNO3)
dan penambahan kalium kromat (K2) sebagai indikator. Apabila ion klorida
atau bromida telah habis diendapkan oleh ion perak (Ag), maka ion kromat
akan bereaksi dengan perak (Ag) berlebih membentuk endapan perak
kromat(Ag2CrO4+) yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir
titrasi. Penetapan klorida dengan titrasi argentometri dapat dipengaruhi oleh
adanya ion-ion pengganggu.5

4
Lisa Yusmita, Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (Nacl) Pada Jahe Dan Lengkuas Giling
Dibeberapa Pasar Tradisional Di Kota Padang, Jurnal Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, No.2,
September 2017, ISSN 1410-1920, EISSN 2579-4019, hal 124-126.
5
Ni Putu Yuli Purnama Sari. Dkk, Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap Pengukuran Kadar Klorida
Metode Argentometri, Jurnal Chemistry Laboratory vol.1 no.2 Denpasar Desember 2014 ISSN
2356-0460, hal 89.

8
KESIMPULAN
1. Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi
titrasinya merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Titrasi ini bertujuan
untuk mengetahui konsentrasi analit dengan menggunakan larutan baku
sekunder yang mengandung unsur perak.
2. Langkah-langkah titrasi pengendapan yaitu: standarisasi larutan, penggunaan
metode yang tepat (metode mohr, metode fajans, dan metode volhard),
melakukan perhitungan.
3. Kurva titrasi dan pembuktian kurva titrasi dapat dilakukan antara volume
AgNO3 dan pCl untuk titrasi antara 50 ml 0,1 M larutan NaCl dengan larutan
AgNO3 0,1 M. Yang menunjukkan titik ekuivalen pada saat penambahan 50
mL AgNO3.
4. Aplikasi atau penerapan titrasi pengendapan dalam penelitian adalah
Identifikasi konsentrasi natrium klorida (NaCl) pada jahe dan lengkuas giling
dibeberapa pasar tradisional, dan mengetahui pengaruh ion tiosulfat terhadap
pengukuran kadar klorida.

DAFTAR PUSTAKA
Qomariyah, Nur. 2018. Titrasi Pengendapan. Surabaya: Jurusan Kimia FMIPA
Unesa.
Sari, Ni Putu Yuli Purnama, Dkk. Pengaruh Ion Tiosulfat Terhadap Pengukuran
Kadar Klorida Metode Argentometri. Jurnal Chemistry Laboratory vol.1
no.2 Denpasar Desember 2014 ISSN 2356-0460.
SM, Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia
Press.
Yusmita, Lisa. Identifikasi Konsentrasi Natrium Klorida (Nacl) Pada Jahe Dan
Lengkuas Giling Dibeberapa Pasar Tradisional Di Kota Padang. Jurnal
Teknologi Pertanian Andalas Vol. 21, No.2, September 2017, ISSN
1410-1920, EISSN 2579-4019.

Anda mungkin juga menyukai