Anda di halaman 1dari 15

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Kimia Organik II dengan judul Pembuatan


Asetanilida oleh:
Nama : Nur Asmin
NIM : 1513141008
Kelompok : III (tiga)
Kelas : Kimia Sains
telah diperiksa dan dikonsultasikan oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka
laporan dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2016


Koordinator Asisten Asisten,

Dirsyah Dedi Nugraha, S.Pd Kasri Wahyudi


NIM.1213040006 NIM. 1313441010

Mengetahui ,
Dosen Penanggung Jawab

Dr. Netty Herawati, S.Pd, M.Si


NIP : 19741027 200002 2 001
A. Judul Percobaan
Pembuatan Asetanilida
B. Tujuan Percobaan
Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan mahasiswa dapat :
1. Terampil menyusun dan menggunakan alat-alat dalam pekerjaan sintesis zat
organik
2. Menjelaskan teknik penyulingan bertingkat
3. Menjelaskan asas dasar ilmu kimia senyawa turunan amina.
C. Landasan Teori
Sintesis senyawa yang mengandung nitrogen mendapatkan perhatian
khusus dari para ahli kimia organik yang berkecimpung dalam farmakologi dan
ilmu pengetahuan biologis, karena banyak biomolekul yang mengandung
nitrogen. Sebagian besar reaksi yang digunakan untuk mensintesis suatu senyawa
nitrogen dari amina telah dibahas. Banyak reaksi amina adalah hasil serangan
nukleofilik oleh elektron menyendiri pada nitrogen amina. Reaksi substitusi suatu
amina dengan suatu alkil halida adalah satu contoh dari amina yang bertindak
sebagai nukleofil dalam reaksi substitusi asil nukleofilik. Jika derivat-derivat asam
karboksilat merupakan reagensia karbonilnya. Maka diperoleh amina sebagai
produk. Jika pereaksi karbonil berupa aldehid dan keton produknya adalah suatu
amina (dari amina primer RNH2) atau enamina (dari suatu amina sekunder,
R2NH) (Fessenden, 1986: 238). Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu senyawa
nitrogen disintesis dari amina, dimana banyak reaksi amina yang merupakan
serangan nukleofilik.
Amina adalah senyawa organik yang mengandung atom nitrogen trivalent
yang berikatan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon. Bila ditinjau dari
rumus molekulnya, amina merupakan suatu turunan dari ammonia yang satu atau
dua atau tiga buah atom hidrogennya digantikan oleh suatu gugus alkil atau suatu
gugus aril. Dengan demikian, apabila gugus pengganti atom hidrogen dalam
amonia berupa gugus alkil amida dengan berat molekul rendah dapat larut dengan
baik dalam air sedangkan yang berat molekulnya tinggi kelarutannya lebih
rendah. Hal ini disebabkan karena amina dengan erat molekul rendah lebih mudah
membentuk ikatan hidrogen dengan air daripada amina dengan berat molekul
tinggi, meskipun semua jenis amina dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
molekul-molekul air (Rasyid, 2009: 190-191). Senyawa yang dibentuk oleh
penggantian atom hidrogen radikal asli disebut amida (Norris, 1922: 212). Maka
dapat disimpulkan bahwa amina merupakan senyawa organik turunan ammonium
yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan air.
Amina merupakan senyawa polar dan antar molekul amina primer atau
amina sekunder terdapat ikatan hidrogen. Ikatan hidrogen antar amina sekunder
digambarkan sebagai berikut:

ikatan hidrogen antar molekul amina tidak sekuat ikatan hidrogen antar molekul
alkohol/air karena perbedaan keelektronegatifan antara nitrogen dan hidrogen
(3,0-2,1=0,9) tidak sebesar perbedaan keelektronegatifan antara oksigen dan
hidrogen (3,5-2,1=1,4). Pengaruh adanya ikatan hidrogen antar molekul amina
dan antar molekul alkohol dapat disimpulkan dari harga titik didih dari contoh
kedua golongan senyawa tersebut seperti yang tercantum di bawah ini:
berat molekul CH3-NH2 CH3OH
titik didh 31 32
-6,3oC 65oC
minyak atsiri umumnya tidak disuling pada tekanan atmosfer tetapi dalam
keadaan vakum karena pada tekanan atmosfer dan suhu yang tinggi dapat
menyebabkan dekomposisi. Adapun peralatan utama yang digunakan mencakup
satu unit destilasi fraksionasi vakum dan dilengkapi dengan kolom
packed (Agustian, 2007: 49-50). Kesimpulannya amina merupakan senyawa polar
yang mempunyai ikatan hidrogen, namun ikatan hidrogennya tidak sekuat ikatan
hidrogen antara alkohol dengan air.
Amina alifatik merupakan senyawa alifatik yang struktur kimianya
diturunkan dari rumus struktur amoniak (NH3), dengan mengganti satu atau lebih
atom hidrogen dengan satu atau lebih gugus alkil. Senyawa amina alifatik
dibedakan atas amina primer diturunkan dari amoniak dengan mengganti satu
atom hidrogen dengan satu gugus alkil. Struktur kimia amina sekunder diturunkan
dari amoniak dengan mengganti dua atom hidrogennya dengan dua radikal alkil
dan pada amina tersier, ketiga atom hidrogennya diganti dengan tiga radikal alkil.
Struktur kimia amina primer, sekunder, dan tersier tidak ada kaitannya dengan
atom karbon primer, atom karbon sekunder, dan atom karbon tersier sebab radikal
alkil pada amina langsung terikat pada atom nitrogen dan tidak pada atom karbon
(bandingkan dengan struktur kimia alkohol primer, alkohol sekunder, dan alkohol
tersier) (Sumardjo, 2009: 96). Berdasarkan uaraian dapat disimpulkan bahwa
amina alifatik dapat dibedakan menjadi tiga yaitu amina primer, amina sekunder,
dan amina tersier.
Antara sejumlah golongan dari senyawa organik yang memiliki sifat basa,
yang paling terpenting adalah amina. Di samping itu, sejumlah amina memiliki
keaktifan faali (fisiologis), misalnya eferdina berkhasiat sebagai peluruh dahak,
meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina
yang mempunyai efek stimulan. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari
golongan basa organik amina. Oleh karena itu, dengan mempelajari sifat-sifat
senyawa amina akan sangat membantu dalam memahami aspek kimiawi
kelompok alkaloid yang mempunyai peran penting dalam pembuatan obat-obatan
sintetik saat ini (Rasyid, 2009: 187). Kesimpulannya amina merupakan golongan
senyawa organik yang paling bersifat basa dan keakyifannya faali, sehingga
beberapa turunannya banyak dimanfaatkan.
Sama halnya dengan amina alifatik, amina aromatik dapat diklasifikasikan
menjadi tiga golongan, yaitu amina aromatik primer, amina aromatik sekunder,
dan amina aromatik tersier. Struktur kimianya diturunkan dari rumus struktur
amoniak dengan mengganti satu atau lebih atom-atom hidrogennya. Amina
aromatik primer yang gugus amonianya yang terikat pada inti benzena, selain
dianggap sebagai turunan amoniak yang satu hidrogen digantikan dengan gugus
fenil, struktur kimianya juga dapat dianggap sebagai turunan benzena yang satu
atom hidrogennya digantikan dengan rumus gugus amino. Anilin (amino
benzena), toluidina (amino toluen), dan fenildiamina (diamina benzena) adalah
amina aromatik primer. Pada toluidina dan fenildiamina dikenal bentuk orto,
meta, para (Sumardjo, 2009: 114). Jadi amina aromatik juga dibagi menjadi amina
aromatik primer, amina aromatim sekunder, dan amina aromatik tersier.

Salah satu reaksi terpenting dari turunan amina adalah pengubahannya


menjadi amida, yaitu bila suatu amina primer atau sekunder direaksikan dengan
suatu asam atau turunannya. Misalnya pengubahan amina menjadi asetamida,
menggunakan asam asetat glasial dan anhidrat asetat atau campuran kedua
pereaksi tersebut, atau asetil klorida dimana proses tersebut dinamakan asetilasi.
Proses ini adalah suatu proses reaksi substitusi asil nukleofil. Asetilasi
menggunkan asam asetat glasial adalah cara yang lebih murah, walaupun
menggunakan waktu yang lebih lama karena dalam proses terakhir terjadi
kesetimbangan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil yang tinggi,
kesetimbangan perlu digeser ke kanan dengan jalan menyingkirkan air yang
dihasilkan dengan cara destilasi (Tim Dosen Kimia Organik II, 2016: 5-6). Jadi
dapat disimpulkan bahwa amina dapat diubah menjadi amida melalui reaksi antara
suatu amina primer atau sekunder dengan suatu asam atau turunannya.
R NH2 + CH3COOH R NH CO CH3 + H2O
Pembuatan senyawa 2,4,6-trimetil kloro asetanilida menggunakan bahan
dasar 2,4,6-trimetil analin yang bertindak sebagai nukleofil. Reaksinya dilakukan
dalam suasana asam menggunakan asam asetat (CH3COOH). Adanya asam
tersebut dapat mengkatalis reaksi asetilasi karena adisi atom H+ pada gugus
karbonil dari kloro asetil akan meningkatkan sifat elektrofilik dari atom C dan
mempermudah penyerangan dari 2,4,6-trimetil anilin. Disamping itu, dari ketiga
gugus metil yang merupakan gugus pendorong elektron pada anilin akan
memberikan efek induksi sehingga memperkuat sifat nukleofil anilin maka rekasi
menjadi mudah (Purwoko, dkk. 2003: 16). Tidak hanya menggunakan asam asetat
dalam asetilasi, digunakan juga anhidridida asetat. Seperti pada asetilasi
isoeugenol menjadi isoeugenol asetat yang memiliki aroma wangi yang khas
harumnya. Mereaksikan isoeugenol dengan anhidridida asetat yang berfungsi
untuk mempercepat transfer proton pada saat reaksi berlangsung, dan untuk
mendapatkan kemurnian yang tinggi, isoeugenol asetat digunakan pelarut
diklorometana sehingga didapatkan produk dengan kemurnian 81,35% dalam
waktu asetilasi 8 jam (Pryosetyoko, 2001: 231). Jadi dari kedua kutipan dapat
disimpulkan bahwa dalam suatu reaksi asetilasi terjadi reaksi peningkatan sifat
elektrofilik dan memperkuat sifat nukleofilik. Serta tidak selalu menggunakan
asam asetat namun juga menggunakan anhidrida asetat.
Asetilasi tidak hanya terjadi pada gugus amina namun dapat juga terjadi
pada gugus hidroksil (OH), seperti pada selulosa kayu yang mengandung gugus
hidroksil. Asetilasi terhadap kayu bertujuan agar kayu dapat bertahan lama tidak
mudah terserang organisme atau pun menyerap uap air di udara yang
menjadikannya rapuh. Asetilasi dilakukan dengan cara kayu direndam dalam
larutan asetat anhidrida dan proses asetilasi ini menunjukkan berat kayu
bertambah. Berat kayu yang bertambah membuat penyerapan uap air di udara
semakin berkurang dan kayu tidak rapuh (Krisdianto, 2012: 95-98). Jadi asetilasi
tidak hanya terjadi pada gugus amina namun juga gugus hidroksilnya.
Kristalisasi dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang
efisien. Pada umumnya tujuan dari proses kristalisasi adalah untuk pemisahan dan
pemurnian. Adapun sasaran dari proses kristalisasi adalah untuk menghasilkan
produk kristal yang mempunyai kualitas seperti yang diinginkan (Setyopratomo,
2003: 18). Rekristalisasi adalah suatu proses pemurnian suatu zat padat dari suatu
campuran atau pengotornya yang dilakukan dengan cara kristalisasi kembali zat
tersebut setelah dilarutkan dalam pelarut (solven) yang sesuai atau yang cocok.
Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi
yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang
dimurnikan dengan zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotir pada kristal dan
mudah dipisahkan dari kristalnya. Prinsip dasar rekristalisasi adalah perbedaan
kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan kelarutan zat pencampuran atau
pencemaran (Rositawati, 2013: 218). Jadi dapat disimpulkan bahwa kristalisasi
merupakan suatu proses pemisahan dan pemurnian dengan hasil berupa kristal,
sedangkan rekristalisasi adalah proses pemisahan dan pemurnian suatu zat padat
dengan cara kristalisasi kembali.
D. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Labu destilasi 250 mL (1 buah)
b. Termometer 110oC (1 buah)
c. Gelas kimia 1 liter (1 buah)
d. Gelas kimia 250 mL (1 buah)
e. Gelas kimia 100 mL (1 buah)
f. Gelas ukur 25 mL (1 buah)
g. Kondensor liebig (1 buah)
h. Corong biasa (1 buah)
i. Botol semprot (1 buah)
j. Pembakar spiritus (1 buah)
k. Kaki tiga (1 buah)
l. Kasa asbes (1 buah)
m. Pipet tetes (5 buah)
n. Hot plate (1 buah)
o. Kaca arloji (1 buah)
p. Erlenmeyer 250 mL (1 buah)
q. Batu didih
r. Batang pengaduk (1 buah)
s. Sumbat karet (1 buah)
t. Statif dan klem (1 buah)
u. Stopwatch (1 buah)
v. Lap kasar dan lap halus (1 buah)
w. Neraca analitik (1 buah)
2. Bahan
a. Anilin (C6H5NH2)
b. Asam asetat glasial (CH3COOH)
c. Etanol 95 % (C2H5OH)
d. Norit /Karbon aktif (C)
e. Aquades (H2O(l))
f. Tissue
g. Es batu (H2O(s)))
h. Aluminum foil
i. Kertas saring
j. Korek
E. Prosedur Kerja
1. 10 mL anilin dan 12,5 mL asam asetat glasial dimasukkan dalam labu destilasi
250 mL.
2. Alat destilasi dirangkai dan dilengkapi dengan termometer dan kondensor
untuk destilasi.
3. Batu didih ditambahkan ke dalam labu destilasi sebelum destilasi dimulai.
4. Pemanasan dilakukan perlahan-lahan supaya uap larutan tidak naik ke kolom.
5. Suhu destilasi dinaikkan secara perlahan-lahan dan dijaga pada suhu 104-
105.
6. Residu dalam labu destilasi kemudian diuji dengan air es dengan cara
menuang sedikit larutan kedalam air es, jika terjadi kekeruhan, larutan dituang
semua kedalam air es.
7. Larutan kemudian ditambah dengan norit lalu dipanaskan.
8. Larutan lalu disaring dengan menggunakan kertas saring.
9. Residu hasil penyaringan yang diperoleh kemudian didinginkan dengan es
batu lalu disaring kembali.
10. Hasil penyaringan kemudian dibilas dengan aquades dan alkohol.
11. Kristal kemudian dikeringkan lalu ditimbang.
F. Hasil Pengamatan
No. Aktivitas Hasil Pengamatan
1. 10 mL anilin + 12,5 mL CH3COOH glasial Larutan berwarna coklat
2. Larutan berwarna coklat didestilasi Destilasi pertama keluar
pada menit ke 8, suhu 101oC
3. Larutan residu dicampur dalam air dingin Larutan keruh
4. Larutan coklat keruh + norit Larutan berwarna coklat
5. Larutan coklat dipanaskan Larutan bening dan ada sisa
norit.
6. Larutan bening disaring panas-panas Larutan bening
7. Gelas kimia yang berisi larutan bening Larutan berwarna putih
Dimasukkan kedalam gelas kimia yang keruh dan terbentuk kristal
berisi air es
8. Larutan disaring Pada kertas saring terdapat
Kristal.
9. Kristal dicuci dengan aquades dan etanol Kristal berwarna putih
10. Kristal dikeringkan dan ditimbang Kristal kering dan berat
yang diperoleh sebanyak 6,5
gram 0,5 gram = 6,0 gram

G. Analisis Data
Dik : V C6H5NH2 = 10 mL
V CH3COOH = 12,5 mL
Mr CH3COOH = 60 gr/mol
Mr C6H5NH2 = 93 gr/mol
Mr CH3COONHC6H5 = 135 gr/mol
C6H5NH2 = 1,024 gr/mol
CH3COOH = 1,051 gr/mol
Dit : Rendemen = ?
Penyelesaian :
Massa C6 H5 NH2 = massa jenis () C6 H5 NH2 V C6 H5 NH2
= 1,024 g/mL 10 mL
= 10,24 g
massa C6 H5 NH2
n C6 H5 NH2 =
Mr C6 H5 NH2
10,24 g
=
93 g/mol
= 0,110 mol
Massa CH3 COOH = massa jenis () CH3 COOH V CH3 COOH
= 1,051 g/mL 12,5 mL
= 13,13 g
massa CH3 COOH
n CH3 COOH =
Mr CH3 COOH
13,13 g
=
60 g/mol
= 0,218 mol
Reaksi C6H5NH2 + CH3COOH CH3COONHC6H5 + H2O
Mula-mula 0,110 mol 0,218 mol - -
Reaksi 0,110 mol 0,110 mol 0,110 mol 0,110 mol
Sisa - 0,108 mol 0,110 mol 0,110 mol

m CH3 COONHC6 H5 = n CH3 COONHC6 H5 Mr CH3 COONHC6 H5


= 0,110 mol 135 g/mol
= 14,85 g (massa teori)
massa praktek
% Rendemen = 100 %
Massa teori
6,0 g
= 100 %
14,85 g
= 40,5 %
H. Pembahasan
Asetanilida merupakan senyawa turunan asetil amina aromatis yang
digolongkan sebagai amida primer, dimana satu atom hidrogen pada anilin
digantikan dengan satu gugus asetil. Asetanilida berbentuk butiran berwarna putih
tidak larut dalam minyak pafarin dan larut dalam air. Asetanilida dengan rumus
molekul CH3COONHC6H5 yang terbuat dari anilin dan asam asetat ditemukan
oleh Wecker pada tahun 1905 (Diah, 2010). Pembuatan asetanilida dilakukan
dengan beberapa cara diantaranya yaitu: (a) pembuatan asetanilida dari asam
asetat anhidrid dan anilin, (b) pembuatan asetanilida dari asam asetat dan anilin,
(c) pembuatan asetanilida dari keton dan anilin, (d) pembuatan asetanilida dari
tioasetat dan anilin. Namun, yang dipercobakan yaitu pembuatan asetanilida dari
anilin dan asam asetat.
Mekanisme reaksi pembuatan asetanilida dilakukan dengan cara
mereaksikan anilin (C6H5NH2) dengan asam asetat glasial (CH3COOH)
menghasilkan larutan berwarna coklat. Pada saat pencampuran anilin dengan
asam asetat glasial larutan terasa panas karena sistem menyerap energi dari
lingkungan. Anilin berfungsi sebagai bahan utama yang menyediakan gugus
amino sedangkan asam asetat glasial berfungsi sebagai penyedia gugus asetil.
Campuran ditambahkan batu didih sebelum didestilasi. Fungsi batu didih disini
adalah untuk mengurangi letupan-letupan pada saat pemanasan karena batu didih
memiliki pori-pori yang dapat menyerap panas, serta dapat meratakan suhu
campuran pada saat destilasi. Sebelum didestilasi terlebih dahulu termometer
dikalibrasi agar tingkat ketelitian termometer dalam mengukur suhu relatif tinggi.
Kemudian campuran didestilasi dengan tujuan untuk memisahkan asetanilida
dengan hasil samping reaksi yang terbentuk yaitu air. Adapun Prinsip dasar dari
destilasi yaitu pemisahan suatu campuran-campuran larutan berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Prinsip kerja dari proses destilasi adalah pemanasan,
penguapan dan pendinginan. Selanjutnya, suhu destilasi dinaikkan secara
perlahan-lahan dan dijaga pada suhu 104-105. Jika suhunya melewati 105
maka akan terbentuk senyawa lain dan menyebabkan rendemen yang diperoleh
rendah, sedangkan apabila suhu dibawah 104 maka air yang terkandung dalam
larutan tidak akan menguap serta tidak akan terbentuk asetanilida yang
diinginkan. Larutan didestilasi sampai tidak ada lagi destilat yang keluar, yang
berarti semua air yang terkadung dalam larutan sudah habis menguap. Selama
proses pemanasan suhunya ditingkatkan perlahan-lahan hal ini dimaksudkan
untuk mencegah uapnya tidak naik kekolom. Dan dijaga selama 15 menit karena
perubahan suhu terjadi pada 15 menit. Residu yang tinggal di dalam labu
didinginkan dalam air dingin untuk mempercepat terbentuknya kristal. Hal ini
dikarenakan suhu yang rendah mengakibatkan pergerakan atom melambat dan
ikatan antar molekulnya semakin kuat dan akhirnya merapat membentuk kristal
berwarna putih (Brady, 1999). Pada proses destilasi, destilat mulai keluar pada
menit ke 8 dengan suhu 101 oC.
Larutan hasil destilasi atau residu dimasukkan sedikit kedalam air dingin
untuk menguji apakah terbentuk kekeruhan pada larutan, jika terbentuk kekeruhan
maka semua larutan dituangkan kedalam air dingin tersebut. Setelah larutan
dimasukkan dalam air es, larutan kemudian di rekristalisasi dengan norit. Prinsip
dasar rekristalisasi yaitu pemurnian suatu zat padat dari campuran atau
pengotornya yang dilakukan dengan cara kristalisasi kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut (solven) yang cocok dengan kristal tersebut. Adapun
prinsip kerja dari rekristalisasi adalah pelarutan, pemanasan, pendinginan dan
penyaringan. Proses kristalisasi ini bertujuan untuk memperoleh kristal asetanilida
yang lebih murni. Kemudian ditambahkan norit yang berfungsi untuk
menghilangkan zat pengotor serta warna pada larutan karena karbon aktif (norit)
memiliki pori-pori yang besar. Kemudian dipanaskan sambil diaduk. Tujuan
dipanaskan adalah agar norit dapat aktif dan mampu mengikat zat warna atau zat
pengotor dalam campuran.
Setelah dipanaskan lalu disaring dalam keadaan panas menghasilkan
larutan bening. Filtrat dari hasil penyaringan didinginkan didalam air dingin. Air
dingin digunakan karena dapat mempercepat pembentukan kristal. Setelah dingin
dan telah terbentuk kristal, selanjutnya disaring kembali, Endapan yang terbentuk
dicuci menggunakan air yang berfungsi untuk melarutkan endapan atau kristal
yang terbentuk kemudian dengan etanol. Etanol bertujuan untuk mengikat air
yang terdapat pada kristal sehingga etanol dapat mempercepat terbentuknya
kristal. Kristal yang diperoleh berwarna putih. Kemudian dikeringkan lalu
ditimbang, pengeringan dilakukan untuk menghilangkan air yang masih
terkandung didalamnya dan penimbangan untuk mengetahui berat asetanilida
yang diperoleh.
Hasil yang diperoleh berupa kristal asetanilida yang berwarna putih degan
berat sebesar 6,0 gram dan dari hasil analisis data diperoleh rendemen 40,5 %
yang berarti hasil kristal asetanilida belum murni karena rendemen yang diperoleh
sangat rendah yang menandakan masih terdapat zat-zat pengotor pada asetanilida
yang diperoleh. Kristal putih yang diperoleh sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa asetanilida itu berupa butiran berwarna putih. Adapun massa yang
diperoleh tidak sesuai dengan teori, hanya sedikit kristal yang diperoleh karena
pada saat penyaringan banyak Kristal yang ikut turun dan tertinggal pada corong.
Dan rendemen yang diperoleh juga belum sesuai dengan teori, ini menandakan
hasil kristal asetanilida belum murni karena rendemen yang diperoleh rendah yang
menandakan masih terdapat zat-zat pengotor pada asetanilida yang diperoleh.
Adapun mekanisme reaksi yang terjadi :
I. Penutup
1. Kesimpulan
a. Alat yang digunakan dalam percobaan pembuatan asetanilida menggunakan
destilasi biasa. Prinsip kerja dari destilasi biasa adalah pemanasan, penguapan,
dan pendinginan. Campuran dipanaskan dan sebagian komponen volatil akan
mednguap naik kemudian didinginkan hingga mengembun pada dinding
kondensor. Prinsip dasar destilasi adalah teknik pemisahan berdasarkan pada
prinsip perbedaan titik didih komponen-komponen dalam suatu larutan
b. Asetanilida adalah senyawa turunan asetil amina aromatis yang tergolong
sebagai amida primer. Adapun asetanilida yang diperoleh dari hasil percobaan
adalah 6,0 g dan rendemen 40,5 %.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar lebih teliti dalam mereaksikan
suatu zat seperti pada proses destilasi, penyaringan, agar percobaan dapat sesuai
yang diharapkan serta diharapkan dapat menguasai prosedur kerja untuk mencapai
tujuan percobaan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiawan, Egi. dkk. 2007. Pemisahan Sitronelat dari Minyak Sereh Wangi
Menggunakan Unit Fraksionasi Skala Bench. Jurnal Riset Teknologi
Proses dan Sintesa Minyak Atsiri. Vol. 17. No. 2.

Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Krisdianto. 2012. Pengaruh Asetilasi Terhadap Penyerapan Uap Air Pada Dua
Jenis Kayu Tropis.Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. 30. No. 2.

Norris, James F. 1922. The Principles Of Organic Chemistry. London: McGraw-


Hill Book Company.

Purwoko, dkk. 2003. Sintesis dan Karakteristik Mebrofenin Untuk Penyidik


Sistem Hepatobiliari.Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka. Vol. 6. No. 2.

Priyosetyoko, 2014. Trasnformasi Eugenol Menjadi Isoeugenol Asetat Melalui


Isomerisasi dan Asetilasi.Indonesia Journal Of Chemical Science. Vol. 3.
No. 3.

Rasyid, Muhaidah. 2009. Kimia Organik I Edisi Revisi. Makassar : Badan


Penerbit UNM.

Rositawati, Agustina Leokristi, dkk. 2013. Rekristalisasi Garam Rakyat dari


Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garama Industri. Jurnal Teknologi
Kimia dan Industri. Vol. 2. No. 4.

Setyopratomo, Puguh, dkk. 2003. Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl


dengan Cara Rekristalisasi. Jurnal Teknik Teknik Kimia. Vol. 11. No. 2.

Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta : EGC.

Tim Dosen Kimia Organik II. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar : UNM.

Anda mungkin juga menyukai