Anda di halaman 1dari 26

PEMBUATAN

SENYAWA
KOORDINASI
(PERCOBAAN 6)
2

😸🐟
👧 Hello! 👧
Kelompok 6
1. Daimatul Nadwah (1808076036)
2. Alfina Masruroh (1808076048)
3. Siti Mustika Asih (1808076055)
4. Brilianti Sekar Ayuningtiyas (1808076059)
3

PREVIEW PEMBUATAN SENYAWA


KOORDINASI

Tujuan Dasar Cara


Alat dan
Percobaaa Teori Kerja
Bahan
n
4

1.
TUJUAN
Untuk mengetahui cara
pembuatan senyawa koordinasi
[Ni(NH3)6I2]
5

2. DASAR
TEORI
6

Senyawa kompleks (senyawa koordinasi)


merupakan senyawa yang terbentuk melalui ikatan
koordinasi antara ion/ atom pusat dengan ligand. Pada
atom pusat yang berasal dari golongan logam transisi,
keberadaan orbital d memegang peranan dalam
pembentukan kompleks. Keberadaan orbital d ini tidak
hanya menyebabkan logam transisi memiliki bilangan
oksidasi yang bervariasi tetapi juga memungkinkan
terjadinya interaksi secara koordinasi dengan atom donor.
Senyawa kompleks [Ni(NH3)6I2] merupakan salah satu
contoh kompleks Ni2+ dengan bilangan koordinasi 6. Proses
kristalisasi dari senyawa tersebut mudah untuk dipelajari.
Adapun uji hasil sintesis dari kompleks tersebut dapat
dilakukan secara kualitatif.
7

Beberapa jenis senyawa kompleks, yaitu:


1. Senyawa kompleks netral. Misalnya
[Ni(CO)4]
2. Senyawa kompleks ionik. Senyawa
kompleks ionik terdiri atas ion positif
(kation) dan ion negatif (anion) misalnya
[Ag(NH3)2].
8

Pada pembentukan senyawa


kompleks netral atau senyawa
kompleks ionik, atom logam dan ion
logam disebut sebagai atom pusat,
sedangkan atom yang mendonorkan
elektronnya ke atom pusat
disebit atom donor. Atom donor dapat
berupa suatu ion atau molekul netral. Ion
atau molekul netral yang memiliki atom-
atom donor yang dikoordinasikan pada
atom pusat disebut ligan.
9

2.
ALAT DAN BAHAN
10

ALAT

1. Gelas beaker
100ml 
2. Batang pengaduk
3. Kertas saring
4. Penyaring Hirsch
11

BAHAN

1. Ammonia 1 M
2. Etanol
3. Ni(Cl)6.6H2O
4. KI
5. DMG
6. H2O2 (3%)
7. H2SO4 5 M
12

MSDS BAHAN
13

1. Larutan Ammonia
 Sifat fisika dan kimia
Titik leleh : -77.7ºC Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25ºC)
Titik didih : -33.4ºC Berat jenis  : 0.682 (-33,4 ºC)
Tekanan Uap : 400 mmHg (-45,4ºC) Berat jenis uap  : 0.6 (udara=1)
Kelarutan dalam air : 31 g/100g (25ºC)
Suhu kritis  : 133 ºC
Berat jenis  : 0.682 (-33,4 ºC)
Berat Molekul : 17.03
Berat jenis uap  : 0.6 (udara=1)
Berat Molekul : 17.03
Suhu kritis  : 133 ºC
 Identifikasi bahaya
ritasi terhadap saluran pernapasan, hidung, tenggorokan dan mata terjadi pada
400-700 ppm. Sedang pada 5000 ppm menimbulkan kematian. Kontak dengan
matadapat menimbulkan iritasi hingga kebutaan total. Kontak dengan kulit
dapatmenyebabkan luka bakar (frostbite)
14

2. Larutan etanol
 Sifat fisik dan kimia
bentuk : cairan
bau : ringan, menyenangkan
warna : tak berwarna
Tekanan uap : 59,3 mmHg
Titik nyala : 16,6 ºC
Kepadatan uap : 1,59 Titik beku : 3114,1ºC

 Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan
iritasi saluran pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan. 
15

3. Ni(Cl)2.6H2O
 Nama bahan :Nikel (II) klorida heksahidrat
 Sifat fisik dan kimia
Kondisi fisik : Padat
Warna : Hijau
pH : 4,9 (air: 100 g /l , 20 °C)
Titik cair/titik beku : ~ 1.000 °C (penguraian lambat)
 Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi
saluran pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan.
16

4. Larutan KI

 Sifat fisika dan kimia


Titik didih : 1330ºC
Bentuk : Bubuk
Tekanan uap : 745ºC
Warna : tidak berwarna
Berat jenis : 3.130 g/cm3
Titik lebur : 681ºC

 Identifkasi Bahaya
Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat
menyebabkan iritasi saluran pernapasan dan pencernaan.
Berbahaya jika tertelan. 
17

5. Larutan DMG (Dimethylglyoxime)


 Sifat fisika dan kimia
keadaan fisik : bubuk
penampilan : putih
titik beku/ lebur: 240 - 241 ºC
berat molekul : 116, 12 g/mol
 Identifikasi bahaya

 Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi

saluran pernapasan dan pencernaan. Berbahaya jika tertelan . 


18

6. Larutan H2O2 (Hidrogen Peroksida)


 Sifat fisika dan kimia
Keadaan fisik: cairan
penampilan: bening
Bau: sedikit bau asam
PH: 3,3
masa molar: 34 g/mol
Titik didih: 108ºC
Titik beku: -33ºC
 Identifikasi bahaya
 Kontak mata dapat menyebabkan kerusakan mata permanen. Korosif. Menyebabkan
iritasi mata dan kulit dan kemungkinan luka bakar. Mungkin berbahaya jika
tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan parah dengan kemungkinan
luka bakar.
19

7. Larutan H2SO4 (Asam sulfat)


 Sifat fisik dan kimia
Keadaan fisik: cairan
Penampilan: tak berwarna
Masa molar: 98 g/mol
Titik didih: 337ºC
Titik lebur: 10ºC
 Identifikasi bahaya
Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar. Berbahaya jika teroles.
 Dapat meyebabkan infeksi kulit, iritasi pada mata, saluran
pencernaan dan saluran pernafasan.
4. CARA KERJA
21

process

Pembuatan
Menguji Menguji
Senyawa
keberadaan keberadaan
Koordinasi
ion Ni2+ ion iodida
[Ni(NH3)6I2]
22
Pembuatan Senyawa Koordinasi
[Ni(NH3)6I2]

1 gram NiSO4.6H2O

Dilarutkan ke dalam 5 ml air dalam gelas beaker

gelas beaker ditempatkan dalam lemari asam dan


ditambahkan 10 ml ammonia pekat (ammonia 15 M)

Tambahkan 2,6 gram KI ke dalam campuran

biarkan campuran selama 15 menit

Terbentuk Kristal
23

Larutan yang terbentuk


kristal

Dikumpulkan dengan penyaring Hirsch, cuci dua


kali dengan 2 ml larutan etanol 1:1 dan tambahkan
2 ml larutan etanol ke dalam larutan.

dikeringkan kristal pada udara terbuka selama


beberapa menit

Timbang kristal dan hitung rendemen kristal yang


terbentuk

HASIL
24

Menguji keberadaan ion Ni2+ di


dalam campuran

0,001 gram sampel

dilarutkan kedalam 0,5 ml air

ditambahkan larutan ammonia 5 M

ditambahkan 5 tetes larutan DMG

diamati perubahannya.

Larutan berwarna merah strawberry


25

Menguji keberadaan ion Iodida

0,001 gram sampel

dilarutkan kedalam 0,5 ml air

diasamkan dengan 2 tetes H2SO4 5 M

ditambahkan larutan H2O2 3%.

ditambahkan indikator amilum beberapa tetes.

Larutan berwarna biru


26

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai