Makalah
Dosen pengampu :
Dr. H. Ruswan, M. A
OLEH:
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Peradaban Islam Periode Mekah.....................................................................................3
B. Peradaban Islam Periode Madinah..................................................................................7
C. Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW..........................................................................20
D. Masa Terakhir Nabi Muhammad SAW........................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Simpulan.......................................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu yang mengesankan dalam sendi-sendi peradaban Islam adalah
pendidikan seumur hidup (life-long education) yang terukir dalam sejarah sekaligus
dalam sabda Nabi Muhammad SAW, “Carilah ilmu dari sejak bayi sampai ke liang
lahat”. Nabi Muhammad SAW dengan ajaran-ajarannya telah diikuti ulama-ulama
besar, para ilmuwan muslim dari berbagai bidang ilmu; filsafat, kedokteran, falak,
geografi, matematik, fisika, kimia, sastra, sosiologi, sejarah, ilmu politik, dan
sebagainya. Karya-karya agung mereka sampai kini dapat ditemukan di perpustakaan-
perpustakaan internasional.1
Muslim nonsejarawan barangkali akan mengatakan bahwa puncak peradaban
Islam berada pada Nabi SAW dengan indikasi ayat Al Qur'an :
1
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Maidah (5) : 3).2 Para sejarawan sering mengatakan, puncak sejarah
peradaban Islam berada pada lima abad pertama sejak munculnya Islam. Setelah abad
itu tampak ada cultural decline (kemunduran peradaban), yakni sewaktu fenomena
dikotomi Islam knowledge dan non-Islamic knowledge mulai menghinggapi umat
Islam.3 Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai peradaban pada masa Nabi
Muhammad SAW.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Islam periode Mekah?
2. Bagaimana peradaban Islam periode Madinah?
3. Apa saja misi dakwah Nabi Muhammad SAW?
4. Bagaimana masa-masa terakhir Nabi Muhammad SAW?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peradaban Islam periode Mekah
2. Untuk mengetahui peradaban Islam periode Madinah
3. Untuk mengetahui misi dakwah Nabi Muhammad SAW
4. Untuk mengetahui masa terakhir Nabi Muhammad SAW
2
Ibid., hlm. xii.
3
Ibid., hlm. xiii.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perlu diketahui bahwa Siti Aminah menerangkan sewaktu melahirkan bayi itu:
“Tatkala saya (Siti Aminah) melahirkan bayi itu (Muhammad), maka dari bagian
tubuhku memancarkan cahaya yang terang sehingga bersinar kelihatan sampai ke
istana negeri Syiria. Bayi yang dilahirkan itu suci bersih, tidak membawa kotoran”.
Muhammad lahir dari Rahim Siti Aminah dalam keadaan yatim, karena ayahnya
bernama Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia ketika ia masih berada
didalam kandungan umur 2 bulan. Ayah Muhammad meningeal dunia sewaktu pulang
dari menjalankan perdagangan dunia dari negeri Syiria ke negeri Mekkah. Ia
dimakamkan di kota Madinah (Yastrib). Setelah Muhammad dilahirkan, ibunya
mengirim utusan ke kakeknya (Abdul Muthalib) untuk memberikan berita gembira
tersebut. Kakeknya langsung datang dan memboyong Muhammad masuk ke Ka’bah,
berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya, Kemudian memberi nama
Muhammad. Wanita pertama yang menyusui Muhammad setelah ibunya adalah
Tsuwaibah. Wanita ini merupakan budak Abu Lahab dan juga menyusui bayinya yang
bernama Masruh.6
4
Nata'ijul afham, karya Al-Falaki, hal 28-35, cet., Beirut; Rahmah Li al-Alamin, 1/38, 39. Perbedaan seputar
tanggal pada bulan April terjadi berdasarkan kalender lama dan baru.
5
Maftuh Ahnan Asy, Kisah Kehidupan Muhammad SAW, Gresik: Terbit Terang, 2001, hlm.1-2.
6
Ibid.,hlm 2-3.
3
2. Nasab atau keturunan Nabi Muhammad SAW
Muhammad putra Abdullah putra Abdul Muthalib putra Hasyim putra Abdi Manaf
putra Kilab. Kalau diteruskan Kilab putra Murrah putra Ka’ab putra Lu’ai putra
Ghalib putra Fihr putra Malik putra Nadhar putra Kinanah putra Khazaimah putra
Mudrikah putra Ilyas putra Nadhar putra Nazar putra Ma’ad putra Adnan.
Muhammad anak Aminah anak Wahn anak ‘Abdi Manaf anak Zuhrah anak Kilab.
Di datuk Kilab inilah bertemunya silsilah keturunan dari fihak bapak dan ibu. Jadi
sama-sama keturunan Nabi Ibrahim melalui anaknya Nabi Ismail As.7
Pada saat kondisi politik, ekonomi, sosial, dan agama baik di Barat maupun
Timur sangat kacau, lahir seorang tokoh besar sepanjang masa yang membangun
kekuatan Islam di antara dua kekuasaan besar di dunia, di Jazirah Arab, sebagai
rahmatan lil ‘âlamîn yaitu Nabi Muhammad SAW. Telah disebutkan, bahwa
masyarakat Arab penuh dengan masa kegelapan termasuk mereka yang menyembah
berhala. Muhammad diutus dengan misi kenabian, yang mengajarkan, tiada Tuhan
kecuali Allah yang mengetahui segala tingkah laku manusia dan membalas atau
menghukum sesuai dengan perbuatannya di akhirat nanti.9
7
Ibid., hlm 4.
8
Ibid., hlm 4-5.
9
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, ____: ____ hlm. 62.
4
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di
lingkungan keluarga, mula-mula dari istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian
yang menerima dakwah beliau adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau,
lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk Islam
dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan Assabiqunal Awwalun (orang-
orang yang lebih dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah,
Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).10 Rumah tersebut terkenal dengan nama
Dar Al-Arqam, dan dianggap sebagai lembaga pendidikan pertama yang didirikan
Rasul.
Setelah beberapa lama dakwah secara individual, turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah dengan cara terbuka, yakni surat al-Hijr ayat 94 :
10
Ibid., hlm. 65-66.
11
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011, hlm. 32.
5
a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
b. Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
c. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang sangat berakar pada
bangsa Arab.
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam adalah penghalang rezeki.12
Mereka tidak berani menyakiti Nabi karena ia mendapat perlindungan
dari pamannya, Abu Thalib, yang sangat disegani kaum Quraisy. Dalam sejarah Islam
dicatat tentang peranan Abu Thalib yang sangat khas, yaitu ia membenarkan Islam,
membela Muhammad, namun tidak mengikuti apa yang dibelanya itu. Sesudah itu,
Rasulullah menghadapi kesulitan yang sangat berat, yaitu dengan meninggalnya
pembela utamanya, Abu Thalib dan istri yang setia berjuang bersamanya, Khadijah
dalam waktu hampir bersamaan, hanya berselang tiga hari. Tahun itu disebut sebagai
tahun kesedihan atau ‘amul khuzni. Oleh sebab itu, melihat Nabi tanpa pelindung
yang disegani itu, orang-orang Quraisy semakin keras mengganggu Rasulullah. Nabi
akhirnya memilih untuk menyiarkan agama ke luar dari Mekah, yaitu ke Thaif,
khususnya ke suku Saqif. Namun, Muhammad SAW mendapat penolakan, bahkan
mereka menyakitinya dengan melempar batu.13 Hal ini semua hampir menyebabkan
Nabi Muhammad putus asa, untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan
mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang
Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa
ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad. Sedangkan
bagi orang beriman ini merupakan ujian keimanan.14
Telah dijelaskan, bahwa ketika (sejak sebelum Muhammad SAW) keadaan
masyarakat Arab sangat rapuh. Antar suku saling berperang hanya karena persoalan
kecil. Perang antara Bani Bakar dan Bani Taghlib, yang berlangsung selama 40 tahun,
terjadi akibat persoalan sepele, yaitu saling mengejek dalam ajang pacuan kuda antara
12
Ibid., hlm. 32.
13
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 66.
14
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm. 67.
6
kuda Dahis (jantan) dan kuda Ghabrâ’ (betina). Demikian pula perang Bu’âth yang
terjadi antara suku Aus dan Khazraj. Setelah berperang mereka mengundang Nabi
Muhammad untuk datang ke Yatsrib sebagai pendamai diantara mereka.15
Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa faktor utama hijrah Muhammad ke
Yatsrib bukan semata-mata siksaan kaum Quraisy, akan tetapi Nabi memenuhi
undangan masyarakat Yatsrib untuk datang kesana sebagai pendamai. Adanya
undangan resmi dari sebanyak dua kali dari masyarakat Yatsrib, di samping itu
penduduk Mekah tidak banyak berubah, maka Allah memerintahkan Rasulullah untuk
hijrah ke Yatsrib.16
Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah
ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama
Yatsrib diubah menjadi Madinah.17
15
Ibid., hlm. 67.
16
M. Abdul Karim, loc. cit.
17
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm 68.
18
M. Abdul Karim, op. cit., hlm 68.
19
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, loc. cit.
7
yang baru karena mereka tidak dapat membawa harta kekayaannya yang ada di
Mekah.20
Ketiga, perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan
muslimin. Nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada di
Madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin dan
nonmuslimin.21 Masyarakat Madinah waktu itu terdiri atas 12 kelompok yang
mengadakan perjanjian, yang terkenal Piagam Madinah. Mereka diwakili tiga
kelompok besar, yakni kaum muslimin, orang Arab yang belum masuk Islam, dan
kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Quraizah. Mereka dalam Piagam Madinah,
menyepakati lima perjanjian, yaitu sebagai berikut:
1. Tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama.
2. Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah.
3. Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah,
baik yang muslim maupun yang non-muslim.
4. Penduduk Madinah semuanya sepakat mengangkat Muhammad sebagai
pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang
dihadapkan kepadanya.
5. Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi negeri
Madinah yang baru terbentuk.22
Mengenai kapan penyusunan naskah piagam atau perjanjian tertulis itu
dilakukan oleh Nabi tidak pasti mengenai waktu dan tanggalnya. Apakah waktu
pertama Hijriyah atau sebelum perang Badar atau sesudahnya. Menurut Watt, para
sejarah umumnya berpendapat bahwa piagam itu dibuat pada permulaan periode
Madinah tahun pertama hijrah. Well Husen menetapkannya sebelum perang Badar
sedangkan Hurbert Grimme berpendapat bahwa piagam itu dibuat setelah perang
Badar. Dan masih banyak lagi orang yang berpendapat tentang kapan penyusunan
piagam Madinah.23
Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk
masyarakat baru. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut :
a. Nabi mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
20
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 69.
21
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm. 69.
22
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 69-70.
23
Drs. H. Fatah Syukur NC, M. Ag, op. cit., hlm. 41.
8
b. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada
kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c. Menjalin kerjasama dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur.
d. Shalat Jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Islam.24
Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan
kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Dalam prinsip keadilan diakui adanya
kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Yang
membedakan di antara mereka hanyalah takwa kepada Allah. Yang lain adalah
prinsiup musyawarah untuk memecahkan segala persoalan dengan dalil Al-Qur’an.
Dan bermusyawarahlah di antara mereka dalam suatu urusan (Q.S Asy-Syura,
42:38).25 Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan pada jaminan keadilan sosial.26
a. Perjanjian Hudaibiyah
Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah dan menguasai Mekah
semakin terbuka. Ada dua factor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini; Pertama,
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab
24
Drs. H. Fatah Syukur NC, M. Ag, op. cit., hlm. 39-40.
25
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 70.
26
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, loc. cit.
9
dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku Quraisy dapat
diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy
mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.27
b. Fathu Mekah
Saat hari penalukkan Kota Mekah ada seorang perempuan bernama Ummu Hani’
pernah menemui Nabi Muhammad SAW di. Ia menceritakan, “Aku pergi menemui
Rasulullah pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Dari kejadian itu bahwa Nabi
Muhammad SAW juga pernah jatuh cinta dan patah hati. Itu terjadi ketika beliau
masih muda. Cinta pertama. Namun bukan Siti Khadijah yang menjadi cinta pertama
beliau, melainkan seorang gadis asal suku Quraisy bernam Fakhitah. Siapakah gadis
itu?
Waktu itu paman sekaligus pelindung nabi paling gigih, Abu Thalib, memiliki tiga orang
putra dan beberapa orang putri. Beberapa ada yang sebaya dan menjadi teman sepermainan
nabi seperti anak tetua Abu Thalib yang bernama Thalib, Aqil yang berusia empat belas
tahun dan Ja’far yang lebih muda. Nabi senang bermain bersama mereka, ditambah mereka
juga pribadi-pribadi yang cerdas.
27
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 70-71.
28
Ibid., hlm. 71-72.
29
Ibid., hlm. 72.
10
Di antara anak-anak Abu Thalib ini ada salah satu yang menarik perhatian nabi. Ia
adalah putri keempat Abu Thalib yang bernama Fakhitah ibn Abu Thalib atau yang
kerap dipanggil dengan Ummu Hani’. Perasaan cinta pun tumbuh di antara mereka
berdua.
Nabi Muhammad SAW saat masih muda pun menemui pamannya itu. Beliau pun
yakin bahwa perasaan cinta ini bukan main-main belaka. Beliau pun ingin
meyakinkan Abu Thalib untuk segera menikahkan mereka berdua. Lagi pula,
keduanya juga telah mencapai usia nikah. Namun, Abu Thalib sudah punya rencana
lain.
Jika saja waktu itu Nabi Muhammad SAW datang lebih cepat menemui Abu
Thalib, bisa jadi ceritanya akan lain. Ternyata, sebelum Nabi Muhammad SAW
datang menemui pamannya itu, Ummu Hani’ telah dilamar oleh seseorang. Pria itu
juga memiliki kemampuan yang istimewa di mata Abu Tholib dan tampak mencintai
putri kesayangannya tersebut.
Pria itu bernama Hubayroh, putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani
Makhzum. Ia sendiri juga bukan sekadar pria yang kaya, tapi juga berilmu, bijak dan
juga seorang penyair berbakat, sama seperti halnya Abu Thalib sendiri. Ditambah,
kekuasaan bani Makhzum di Mekah demikian meningkat seiring dengan kian
merosotnya kekuasan Bani Hasyim.
Tatkala keponakannya itu kembali mendekati, Abu Thalib hanya tersenyum dan
menjawabnya,”Mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita nikahi.”
Perkataan itu merujuk pada ibunda nabi sendiri, Aminah ibn Wahab, yang juga
merupakan gadis dari suku yang sama dengan Hubayroh.
“Maka, seseorang pria yang baik haruslah membalas kebaikan yang sama dengan
apa yang telah mereka berikan pada kita,” tambah Abu Thalib.
11
Akhirnya, kepada pria tersebut Umm Hani’ dinikahkan. Dan Nabi Muhammad
SAW menerima dengan lapang menerimanya. Beliau sadar bahwa Ummu Hani’
memang bukan ditakdirkan oleh Allah untuk bersanding bersama dirinya. Bahkan,
nabi berdoa untuk kebahagiaan mereka berdua.
Kelak, beliau akan menemukan perempuan tangguh yang sangat ia cintai. Sebuah
cinta sejati. Dan cinta sejati itu bernama Khadijah.30
Pertama, untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya. Hal ini dijelaskan
dalam Al-Quran di beberapa ayat:
30
Ibid., hlm. 72.
12
Yahudi dan masjid-masjid di dalamnya banyak disebut nama Allah. Dan
sesungguhnya Alah pasti menolong agama-Nya, bahwasanya Allah sungguh Maha
Kuasa lagi Maha Perkasa" (QS. Al-Hajj (22): 39-40)
Kedua ukuran pertahanan itulah yang dikenal dengan istilah Jihad yang berarti
menggunakan kekuatan seseorang untukmemukul mundur dengan sikap apriori untuk
tidak bekerja sama.32
Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad terbagi atas dua bagian, yaitu:
31
Ibid,. hlm. 72.
32
Ibid., hlm. 72-73.
33
Ibid., hlm. 73.
13
Muthalib. Adapun di pihak muslim, Ubaidah bin Haris meninggal karena
terluka.34
34
Ibid., hlm. 74.
35
Ibid., hlm. 74-75.
14
perang yang tepat untuk menghadapi serangan musuh. Salman Al-Farisi,
sahabat Nabi yang memiliki banyak pengalaman tentang seluk beluk
peperangan, mengusulkan untuk membangun system pertahanan parit
(Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah,
dengan demikian gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut.
Usaha tersebut ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.36
36
Ibid., hlm. 75.
37
Ibid., hlm. 76-77.
38
Ibid., hlm. 76.
15
f) Perang Hunain (8 Safar 8H)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslimin melawan kaum
Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, dan Bani Jusyam. Perang
ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70km dari kota Mekah. Perang Hunain
merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fathu Makkah. Pada
awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga
banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi kemudian menyemangati pasukannya
dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat
memenangkan pertempuran tersebut.39
39
Ibid., hlm. 76.
40
Ibid., hlm. 76.
41
Ibid., hlm. 76-77.
16
i) Perang Widan (12 Rabiul Awal 2H)
Perang ini terjadi di Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah.
Rasulullah memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah Quraisy,
pertempuran fisik tidak terjadi karena kafilah Quraisy melalui daerah tersebut.
Rasulullah selanjutnya mengadakan perjanjian kerja sama dengan Bani
Damrah yang tinggal di rute perdagangan kafilah Quraisy di Widan.
Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah untuk membant kaum
muslim apabila dibutuhkan.42
2) Sariyah: perang yang Dipimpin oleh Sahabat atas Penunjukan Nabi Muhammad
SAW
1. Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1H)
Perang ini merupakan sariyah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam.
Sariyah ini berlangsung di dataran rendah Al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah.
Pasukan muslimin dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan
Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak menimbulkan korban
karena dilerai Majdi bin Amr.43
42
Ibid., hlm. 77.
43
Ibid., hlm. 77-78.
44
Ibid., hlm. 78.
17
sebagai tawanan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad. Nabi
menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang karena pada
bulan Rajab diharamkan untuk membunuh dan melakukan peperangan.
Peristersebut kemudian digunakan oleh kaum Quraisy untuk memfitnah dengan
mengatakan kaum muslimin melanggar bulan suci. Pada saat itu turu firman Allah
surah Al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang
pada bulan haram (bulan Rajab).45
45
Ibid., hlm. 78.
46
Ibid., hlm. 78-79.
47
Ibid., hlm. 79.
18
bin Sufyan bin Nubaih Al-Huzali, untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad
memerintahkan Abdullah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut.
Abdullah kemudian membunuh Khalid an melaporkan kejadian itu kepada Nabi
Muhammad. Bani Lihyan, cabang Bani Husail,merencanakan balas dendam atas
terbunuhnya Khalid. Mereka meminta agar Nabi Muhammad mengirimkan
beberapa sahabat untuk memberi pelajaran agama Islam kepada mereka. Nabi
Muhammad mengabulkan permintaan itu dan mengirim enam orang sahabat
beserta rombongan utusan Bani Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh pasukan
Bani Husail di Raji’. Para sahabat itu sempat mengadakan perlawanan, namun tiga
orang terbunuh dan tiga lainnya ditawan selanjutnya dibawa ke kaum musyrikin
Mekah dan akhirnya dibunuh.48
48
Ibid., hlm. 79.
49
Ibid., hlm. 79-80.
19
kabilah Bani Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin.
Tindakan pengusiran ini semula tidak mendapat tanggapan dari Huyay bin
Akhtab, pemimpin Bani Nadir, tetapi karena diancam akan diserang oleh kaum
muslim, akhirnya mereka mau pindah dari daerahnya. Nabi memberi jaminan
keselamatan atas harta benda dan anak-anak mereka sampai keluar dari Madinah.
Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar dan Syam (Suriah).50
9. Sariyah Zi Al-Qissah
Sariyah berlangsung di Zi Al-Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara
kaum muslim dan Ban Sa’labah. Bani Sa’labah berencana menyerang peternakan
kaum muslim di Haifa’, suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui
rencana tersebut, pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa’labah dengan
mengirim 10 orang yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan
pertama itu gagal menjalankan tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di
pinggiran desa. Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada
Nabi Muhammad. Selanjutnya Nabi mengirimkan pasukan kedua di bawah
pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Sa’labah melarikan diri ketika Abu
Ubaidah sampai di tempat itu.51
50
Ibid., hlm. 80.
51
Ibid., hlm. 80-81.
52
Ibid., hlm. 81.
20
2. Bangsa Arab memiliki hafalan yang kuat, sedangkan hafalan merupakan salah satu
alat untuk pengembangan ilmu.
3. Membuat tradisi baru yaitu mencatat dan menulis wahyu yang turun pada benda
yang dapat ditulisi.
4. Al-Qur’an merupakan sumber inti ilmu pengetahuan, karena Al-Qur’an memuat
kisah ummat terdahulu, berbagai hukum, serta sifat-sifat Allah.
Setelah mempunyai Landasan untuk berdakwah, Rasul mempunyai beberapa
metode untuk berdakwah,diantaranya yaitu :
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
b. Dakwah melalui silaturahmi keluarga besar bani Hasyim
c. Dakwah secara terang-terangan
d. Dakwah menggunakan sarana politik,ekonomi,perkawinan,surat perdamaian.
Ketika Rasul hijrah dan diangkat menjadi kepala Negara, Rasul melaksanakan:
a. Proklamasi berdirinya Negara dengan nama Madinah al-munawarah bagi kota
Yastrib
b. Mendirikan masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan umat Islam
c. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor
d. Membuat undang-undang dan peraturan yang terkenal dengan istilah Traktat
Madinah
e. Membuat batas wilayah teritorial dengan membuat parit
f. Membuat lembaga pemerintahan
Dengan usaha itu , Rasul telah merintis peradaban islam dalam waktu 23 tahun
dan mengubah bangsa arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban
dengan jiwa yang islami.53
53
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, jilid I, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 14-20.
21
sehingga pasukan Romawi memutuskan untuk menarik diri dengan kembali ke daerah
masing-masing. Namun pasukan Islam tidak mengejar mereka, demikian pula dengan
Nabi Muhammad SAW justru berkemah di Tabuk. Maka perang Tabuk inilah terakhir
kalinya Nabi Muhammad SAW mengikuti perang semasa hidupnya. Tahun 9 dan 10
H (630-632 M) beberapa suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
Muhammad SAW untuk menyatakan ketundukan mereka. Banyak penduduk Mekah
masuk agama Islam ternyata berdampak amat besar seperti meningkatnya kerukunan
dan kedamaian. Tahun ini disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab
telah terwujud dari peperangan antar suku kemudian telah berubah menjadi
persaudaraan seagama yaitu agama Islam.54
Pada tahun 10 H (631 M), Nabi Muhammad SAW berkesempatan untuk
menunaikan ibada haji yang terakhir, yaitu haji wada', dan beliau pun menyampaikan
khutbah terakhirnya pula. Khutbah tersebut berisi tentang larangan menumpahkan
darah, larangan mengambil harta orang lain dikarenakan nyawa dan harta benda
merupakan benda suci, larangan riba, larangan menganiaya, perintah untuk
memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan menjauhi dosa, semua
pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah harus saling dimaafkan, balas dendam
dengan tebusan darah yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan,
menegakkan persaudaraan dan persamaan diantara manusia, hamba sahaya harus
diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan yang
terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang pada dua sumber yaitu Al Qur'an
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dari isi khotbah tersebut dapat kita pahami
sebagai prinsip-prinsip yang mendasari gerakan islam. Selanjutnya, pinsip-prinsip itu
bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi,
kebijakan dan solidaritas.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah untuk
mengurus dan mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama
Islam. Para petugas keagamaan dan dai dikirim ke beberapa daerah dan kabilah untuk
mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan menunaikan zakat. Dalam
jangka waktu dua bulan setelah itu, Nabi Muhammad SAW menderita sakit demam.
Tenaga beliau semakin lama semakin berkurang. Tepat pada hari senin, tanggal 12
Rabi'ul Awal 11 H/8 Juni 632 M Nabi Muhammad SAW wafat di kediaman Aisyah.
Dari perjalanan sejarah Nabi Muhammad SAW ini, dapat memberikan tauladan
54
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed.I, Cet.15, Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 2003, hlm. 32-33.
22
bahwa beliau sebagai pemimpin agama selain itu, juga seorang negarawan, pemimpin
politik dan administrasi yang cakap. Beliau hanya waktu sebelas tahun menjadi
pemimpin politik dan telah berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam
kekuasaan beliau.55
55
Ibid., hlm. 33.
23
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
a. Pada periode Mekah, Rasulullah SAW berdakwah masih secara diam-diam,
karena kondisi masyarakat Mekah pada saat itu masih sulit untuk diajak beragama
Islam. Pada periode Mekah Rasulullah SAW belum terpikir untuk menyusun
suatu masyarakat Islam yang teratur, karena perhatian Rasulullah lebih terfokus
pada penanaman teologi atau penanaman dasar-dasar keimanan.
b. Pada periode Madinah, Rasulullah SAW sudah menerapkan sistem masyarakat
yang padu. Kebijakan yang beliau buat diantaranya adalah membangun masjid,
mempersaudarakan kaum muslimin, membuat perjanjian untuk saling tolong-
menolong antara kaum muslimin dan non-muslimin, serta meletakkan dasar-dasar
politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru.
c. Sebelum Rasulullah SAW mendakwahkan Islam, beliau mempunyai landasan
dasar sebagai salah satu strategi dalam berdakwah, kemudian Rasul mengunakan
beberapa metode berdakwah secara tepat sehingga dalam waktu 23 tahun bangsa
Arab dapat berubah dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban dan
islami.
d. Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin, tanggal 12 Rabi'ul Awal 11 H/8
Juni 632 M di kediaman Aisyah. Beliau sebagai pemimpin agama selain itu, juga
seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Sehingga
hanya waktu sebelas tahun telah berhasil menundukkan dan menguasai seluruh
jazirah Arab.
B. Saran
Demikian makalah ini disusun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam segi apapun. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dinantikan agar makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. _____: _____.
Syukur, H. Fatah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
25