Anda di halaman 1dari 27

PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen pengampu :

Dr. H. Ruswan, M. A

OLEH:

1. Attina Rusyda (1808056076)


2. Syifa Nur Azizah (1808056089)
3. Nunung Setiyani (1808056094)

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UIN WALISONGO SEMARANG
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Peradaban Islam Periode Mekah.....................................................................................3
B. Peradaban Islam Periode Madinah..................................................................................7
C. Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW..........................................................................20
D. Masa Terakhir Nabi Muhammad SAW........................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................24
A. Simpulan.......................................................................................................................24
B. Saran..............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu yang mengesankan dalam sendi-sendi peradaban Islam adalah
pendidikan seumur hidup (life-long education) yang terukir dalam sejarah sekaligus
dalam sabda Nabi Muhammad SAW, “Carilah ilmu dari sejak bayi sampai ke liang
lahat”. Nabi Muhammad SAW dengan ajaran-ajarannya telah diikuti ulama-ulama
besar, para ilmuwan muslim dari berbagai bidang ilmu; filsafat, kedokteran, falak,
geografi, matematik, fisika, kimia, sastra, sosiologi, sejarah, ilmu politik, dan
sebagainya. Karya-karya agung mereka sampai kini dapat ditemukan di perpustakaan-
perpustakaan internasional.1
Muslim nonsejarawan barangkali akan mengatakan bahwa puncak peradaban
Islam berada pada Nabi SAW dengan indikasi ayat Al Qur'an :

Artinya : “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,


(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
1
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hlm. ix-x.

1
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. Al-Maidah (5) : 3).2 Para sejarawan sering mengatakan, puncak sejarah
peradaban Islam berada pada lima abad pertama sejak munculnya Islam. Setelah abad
itu tampak ada cultural decline (kemunduran peradaban), yakni sewaktu fenomena
dikotomi Islam knowledge dan non-Islamic knowledge mulai menghinggapi umat
Islam.3 Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai peradaban pada masa Nabi
Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Islam periode Mekah?
2. Bagaimana peradaban Islam periode Madinah?
3. Apa saja misi dakwah Nabi Muhammad SAW?
4. Bagaimana masa-masa terakhir Nabi Muhammad SAW?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui peradaban Islam periode Mekah
2. Untuk mengetahui peradaban Islam periode Madinah
3. Untuk mengetahui misi dakwah Nabi Muhammad SAW
4. Untuk mengetahui masa terakhir Nabi Muhammad SAW

2
Ibid., hlm. xii.
3
Ibid., hlm. xiii.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Peradaban Islam Periode Mekah


1. Peristiwa Kelahiran Nabi Muhammad SAW

Rasululllah dilahirkan ditengah kabilah besar, Bani Hasyim di kota Mekkah


pada hari Senin tanggal 9 Rabi’ul Awwal pada tahun tragedi pasukan bergajah,
demikian dinamakan tahun gajah. Juga bertepatan dengan tanggal 20 atau 22 April
tahun 571M.4 Sumber lain mengatakan Kelahiran Nabi Muhammad tepatnya pada
hari Senin 12 Rabi’ul Awwal tahun gajah dengan tanggal 20 Agustus tahun 570M.5

Perlu diketahui bahwa Siti Aminah menerangkan sewaktu melahirkan bayi itu:
“Tatkala saya (Siti Aminah) melahirkan bayi itu (Muhammad), maka dari bagian
tubuhku memancarkan cahaya yang terang sehingga bersinar kelihatan sampai ke
istana negeri Syiria. Bayi yang dilahirkan itu suci bersih, tidak membawa kotoran”.
Muhammad lahir dari Rahim Siti Aminah dalam keadaan yatim, karena ayahnya
bernama Abdullah bin Abdul Muthalib meninggal dunia ketika ia masih berada
didalam kandungan umur 2 bulan. Ayah Muhammad meningeal dunia sewaktu pulang
dari menjalankan perdagangan dunia dari negeri Syiria ke negeri Mekkah. Ia
dimakamkan di kota Madinah (Yastrib). Setelah Muhammad dilahirkan, ibunya
mengirim utusan ke kakeknya (Abdul Muthalib) untuk memberikan berita gembira
tersebut. Kakeknya langsung datang dan memboyong Muhammad masuk ke Ka’bah,
berdoa kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya, Kemudian memberi nama
Muhammad. Wanita pertama yang menyusui Muhammad setelah ibunya adalah
Tsuwaibah. Wanita ini merupakan budak Abu Lahab dan juga menyusui bayinya yang
bernama Masruh.6

4
Nata'ijul afham, karya Al-Falaki, hal 28-35, cet., Beirut; Rahmah Li al-Alamin, 1/38, 39. Perbedaan seputar
tanggal pada bulan April terjadi berdasarkan kalender lama dan baru.
5
Maftuh Ahnan Asy, Kisah Kehidupan Muhammad SAW, Gresik: Terbit Terang, 2001, hlm.1-2.
6
Ibid.,hlm 2-3.

3
2. Nasab atau keturunan Nabi Muhammad SAW

Diantara kebanggaan terbesar bangsa Arab ialah bahwa mereka menghafalkan


silsilah keturunan mereka (Nasab). Adapun silsilah Muhammad ialah:

 Keturunan dari pihak Bapaknya:

Muhammad putra Abdullah putra Abdul Muthalib putra Hasyim putra Abdi Manaf
putra Kilab. Kalau diteruskan Kilab putra Murrah putra Ka’ab putra Lu’ai putra
Ghalib putra Fihr putra Malik putra Nadhar putra Kinanah putra Khazaimah putra
Mudrikah putra Ilyas putra Nadhar putra Nazar putra Ma’ad putra Adnan.

 Keturunan dari pihak Ibunya:

Muhammad anak Aminah anak Wahn anak ‘Abdi Manaf anak Zuhrah anak Kilab.

Di datuk Kilab inilah bertemunya silsilah keturunan dari fihak bapak dan ibu. Jadi
sama-sama keturunan Nabi Ibrahim melalui anaknya Nabi Ismail As.7

Rasulullah saw. Pernah berkata ketika disebutkan silsilah keturunannya yang


sampai pada Adnan, sebagai berikut: “Sesungguhnya Allah memilih Kinanah dari
anak Ismail, dan memilih Quraisy dari Kinanah, dan memilih dari Quraisy akan
turunan Hasyim, dan memilih saya dari turunan Hasyim, maka aku terbaik, terpilih
dari yang terbaik dari yang terbaik.”8

Pada saat kondisi politik, ekonomi, sosial, dan agama baik di Barat maupun
Timur sangat kacau, lahir seorang tokoh besar sepanjang masa yang membangun
kekuatan Islam di antara dua kekuasaan besar di dunia, di Jazirah Arab, sebagai
rahmatan lil ‘âlamîn yaitu Nabi Muhammad SAW. Telah disebutkan, bahwa
masyarakat Arab penuh dengan masa kegelapan termasuk mereka yang menyembah
berhala. Muhammad diutus dengan misi kenabian, yang mengajarkan, tiada Tuhan
kecuali Allah yang mengetahui segala tingkah laku manusia dan membalas atau
menghukum sesuai dengan perbuatannya di akhirat nanti.9

7
Ibid., hlm 4.
8
Ibid., hlm 4-5.
9
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, ____: ____ hlm. 62.

4
Pada periode ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad mulai melaksanakan dakwah Islam di
lingkungan keluarga, mula-mula dari istri beliau sendiri, yaitu Khadijah, kemudian
yang menerima dakwah beliau adalah Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar sahabat beliau,
lalu Zaid, bekas budak beliau. Di samping itu, juga banyak orang yang masuk Islam
dengan perantaraan Abu Bakar yang terkenal dengan Assabiqunal Awwalun (orang-
orang yang lebih dahulu masuk Islam), mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin
Awwan, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin ‘Auf, Thalhah bin ‘Ubaidillah,
Abu ‘Ubaidah bin Jarrah, dan Al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan
markas untuk berdakwah (rumah Arqam).10 Rumah tersebut terkenal dengan nama
Dar Al-Arqam, dan dianggap sebagai lembaga pendidikan pertama yang didirikan
Rasul.
Setelah beberapa lama dakwah secara individual, turunlah perintah agar Nabi
menjalankan dakwah dengan cara terbuka, yakni surat al-Hijr ayat 94 :

Artinya : “Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa


yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik”. Mula-
mula ia mengundang dan menyeru kerabat karibnya dari Bani Abdul Muthalib. Ia
mengatakan kepada mereka “Saya melihat seorangpun di kalangan Arab yang dapat
membawa sesuatu ke tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa
kepada kalian. Kubawakan kepadamu dunia dan akhirat terbaik. Tuhan
memerintahkan saya untuk mengajak kalian semua. Siapakah di antara kalian yang
mau mendukung saya dalam hal ini?” Mereka semua menolak kecuali Ali.11
Langkah dakwah selanjutnya yang diambil Muhammad adalah menyeru
kepada masyarakat umum. Nabi mulai menyeru segenap lapisan masyarakat kepada
Islam dengan terang-terangan baik golongan bangsawan maupun hamba sahaya.
Setelah dakwah dengan terang-terangan ini, pemimpin Quraisy mulai menghalangi
dakwah Rasul. Menurut Ahmad Syalabi, ada lima faktor yang mendorong orang
Quraisy menentang seruan itu, yaitu:

10
Ibid., hlm. 65-66.
11
Drs. H. Fatah Syukur NC, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011, hlm. 32.

5
a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka
mengira bahwa tunduk kepada seruan Muhammad berarti tunduk kepada
kepemimpinan Bani Abdul Muthalib.
b. Nabi Muhammad SAW menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan
hamba sahaya. Hal ini tidak disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy.
c. Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran kebangkitan kembali dan
pembalasan di akhirat.
d. Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang sangat berakar pada
bangsa Arab.
e. Pemahat dan penjual patung memandang Islam adalah penghalang rezeki.12
Mereka tidak berani menyakiti Nabi karena ia mendapat perlindungan
dari pamannya, Abu Thalib, yang sangat disegani kaum Quraisy. Dalam sejarah Islam
dicatat tentang peranan Abu Thalib yang sangat khas, yaitu ia membenarkan Islam,
membela Muhammad, namun tidak mengikuti apa yang dibelanya itu. Sesudah itu,
Rasulullah menghadapi kesulitan yang sangat berat, yaitu dengan meninggalnya
pembela utamanya, Abu Thalib dan istri yang setia berjuang bersamanya, Khadijah
dalam waktu hampir bersamaan, hanya berselang tiga hari. Tahun itu disebut sebagai
tahun kesedihan atau ‘amul khuzni. Oleh sebab itu, melihat Nabi tanpa pelindung
yang disegani itu, orang-orang Quraisy semakin keras mengganggu Rasulullah. Nabi
akhirnya memilih untuk menyiarkan agama ke luar dari Mekah, yaitu ke Thaif,
khususnya ke suku Saqif. Namun, Muhammad SAW mendapat penolakan, bahkan
mereka menyakitinya dengan melempar batu.13 Hal ini semua hampir menyebabkan
Nabi Muhammad putus asa, untuk menguatkan hati beliau, Allah mengutus dan
mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun kesepuluh kenabian itu. Berita tentang
Isra’ dan Mi’raj ini menggemparkan masyarakat Mekah. Bagi orang kafir, peristiwa
ini dijadikan bahan propaganda untuk mendustakan Nabi Muhammad. Sedangkan
bagi orang beriman ini merupakan ujian keimanan.14
Telah dijelaskan, bahwa ketika (sejak sebelum Muhammad SAW) keadaan
masyarakat Arab sangat rapuh. Antar suku saling berperang hanya karena persoalan
kecil. Perang antara Bani Bakar dan Bani Taghlib, yang berlangsung selama 40 tahun,
terjadi akibat persoalan sepele, yaitu saling mengejek dalam ajang pacuan kuda antara

12
Ibid., hlm. 32.
13
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 66.
14
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm. 67.

6
kuda Dahis (jantan) dan kuda Ghabrâ’ (betina). Demikian pula perang Bu’âth yang
terjadi antara suku Aus dan Khazraj. Setelah berperang mereka mengundang Nabi
Muhammad untuk datang ke Yatsrib sebagai pendamai diantara mereka.15
Dengan demikian, dapat dikatakan, bahwa faktor utama hijrah Muhammad ke
Yatsrib bukan semata-mata siksaan kaum Quraisy, akan tetapi Nabi memenuhi
undangan masyarakat Yatsrib untuk datang kesana sebagai pendamai. Adanya
undangan resmi dari sebanyak dua kali dari masyarakat Yatsrib, di samping itu
penduduk Mekah tidak banyak berubah, maka Allah memerintahkan Rasulullah untuk
hijrah ke Yatsrib.16
Akhirnya Nabi Muhammad bersama kurang lebih 150 kaum muslimin hijrah
ke Yatsrib. Dan ketika sampai disana, sebagai penghormatan terhadap Nabi, nama
Yatsrib diubah menjadi Madinah.17

B. Peradaban Islam Periode Madinah


Perlu digarisbawahi, bahwa dalam periode Mekah, dakwah yang dilakukan
Nabi ditekankan pada penanaman dasar-dasar keimanan. Hal ini berbeda dengan saat
ia berada di Madinah. Di Madinah, Muhammad menerapkan syari’ah Islam dan
pembangunan ekonomi, sebagai dasar kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Dengan pindah ke Madinah, Nabi berhasil meletakkan dasar-dasar kemasyarakatan
dalam Islam.18
Pertama, mendirikan masjid. Tujuan Rasulullah mendirikan masjid adalah
untuk mempersatukan umat Islam dalam satu majelis, sehingga di majelis ini umat
Islam bisa bersama-sama melaksanakan shalat jama’ah secara teratur, mengadili
perkara-perkara, dan bermusyawarah. Masjid ini memegang peranan penting untuk
mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali ukhuwah Islamiyah.19
Kedua, mempersaudarakan antar kaum muslim, baik antar muhajirin maupun
antara Muhajirin dan Anshar. Kaum Muhajir adalah orang Mekah yang hijrah ke
Madinah. Sementara kaum Anshar adalah penduduk Madinah yang menolong
Rasulullah dan kaum Muhajir. Muhajirin dalam keadaan miskin di tempat tinggal

15
Ibid., hlm. 67.
16
M. Abdul Karim, loc. cit.
17
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm 68.
18
M. Abdul Karim, op. cit., hlm 68.
19
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, loc. cit.

7
yang baru karena mereka tidak dapat membawa harta kekayaannya yang ada di
Mekah.20
Ketiga, perjanjian saling membantu antara sesama kaum muslimin dan bukan
muslimin. Nabi Muhammad hendak menciptakan toleransi antargolongan yang ada di
Madinah, oleh karena itu Nabi membuat perjanjian antara kaum muslimin dan
nonmuslimin.21 Masyarakat Madinah waktu itu terdiri atas 12 kelompok yang
mengadakan perjanjian, yang terkenal Piagam Madinah. Mereka diwakili tiga
kelompok besar, yakni kaum muslimin, orang Arab yang belum masuk Islam, dan
kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Bani Quraizah. Mereka dalam Piagam Madinah,
menyepakati lima perjanjian, yaitu sebagai berikut:
1. Tiap kelompok dijamin kebebasannya dalam beragama.
2. Tiap kelompok berhak menghukum anggota kelompoknya yang bersalah.
3. Tiap kelompok harus saling membantu dalam mempertahankan Madinah,
baik yang muslim maupun yang non-muslim.
4. Penduduk Madinah semuanya sepakat mengangkat Muhammad sebagai
pemimpinnya dan memberi keputusan hukum segala perkara yang
dihadapkan kepadanya.
5. Meletakkan landasan berpolitik, ekonomi, dan kemasyarakatan bagi negeri
Madinah yang baru terbentuk.22
Mengenai kapan penyusunan naskah piagam atau perjanjian tertulis itu
dilakukan oleh Nabi tidak pasti mengenai waktu dan tanggalnya. Apakah waktu
pertama Hijriyah atau sebelum perang Badar atau sesudahnya. Menurut Watt, para
sejarah umumnya berpendapat bahwa piagam itu dibuat pada permulaan periode
Madinah tahun pertama hijrah. Well Husen menetapkannya sebelum perang Badar
sedangkan Hurbert Grimme berpendapat bahwa piagam itu dibuat setelah perang
Badar. Dan masih banyak lagi orang yang berpendapat tentang kapan penyusunan
piagam Madinah.23
Keempat, meletakkan dasar-dasar politik, ekonomi, dan sosial untuk
masyarakat baru. Dalam hal ini Nabi melaksanakan pendidikan sebagai berikut :
a. Nabi mengikis habis sisa-sisa permusuhan dan pertengkaran antar suku,
dengan jalan mengikat tali persaudaraan di antara mereka.
20
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 69.
21
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, op. cit., hlm. 69.
22
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 69-70.
23
Drs. H. Fatah Syukur NC, M. Ag, op. cit., hlm. 41.

8
b. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, nabi menganjurkan kepada
kaum Muhajirin untuk usaha dan bekerja sesuai dengan kemampuan dan
pekerjaan masing-masing seperti waktu di Makkah.
c. Menjalin kerjasama dan tolong-menolong dalam membentuk tata kehidupan
masyarakat yang adil dan makmur.
d. Shalat Jum’at sebagai media komunikasi seluruh umat Islam.24
Dasar berpolitik negeri Madinah adalah prinsip keadilan yang harus dijalankan
kepada setiap penduduk tanpa pandang bulu. Dalam prinsip keadilan diakui adanya
kesamaan derajat antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Yang
membedakan di antara mereka hanyalah takwa kepada Allah. Yang lain adalah
prinsiup musyawarah untuk memecahkan segala persoalan dengan dalil Al-Qur’an.
Dan bermusyawarahlah di antara mereka dalam suatu urusan (Q.S Asy-Syura,
42:38).25 Dan untuk bidang ekonomi dititikberatkan pada jaminan keadilan sosial.26

a. Perjanjian Hudaibiyah

Pada tahun 6 H, ketika ibadah Haji sudah disyariatkan,Nabi Muhammad


dengan sekitar seribu kaum muslim berangkat ke Mekah bukan untuk berperang,
tetapi untuk melaksanakan ibadah umrah, namun penduduk Mekah tidak mengizinkan
mereka masuk kota. Akhirnya, diadakan peranjian Hudaibiyah yang isinya antara lain
sebagai berikut:

1. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka’bah tahun itu, tetapi


ditangguhkan sampai tahun depan.
2. Lama kunjungan dibatasi hanya sampai tiga hari.
3. Kaum muslimin wajib mengembalikan orang-orang Mekah yang melarikan
diri ke Madinah, namun sebaliknya, pihak Quraisy tidak harus menolak
orang-orang Madinah yang kembali ke Mekah.
4. Tiap kabilah yang ingin masuk ke dalam persekutuan kaum Quraisy atau
kaum muslimin, bebas melakukannya tanpa mendapat rintangan.

Dengan perjanjian ini, harapan untuk mengambil alih Ka’bah dan menguasai Mekah
semakin terbuka. Ada dua factor pokok yang mendorong kebijaksanaan ini; Pertama,
Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab dan melalui konsolidasi bangsa Arab
24
Drs. H. Fatah Syukur NC, M. Ag, op. cit., hlm. 39-40.
25
M. Abdul Karim, op. cit., hlm. 70.
26
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, loc. cit.

9
dalam Islam, Islam bisa tersebar keluar. Kedua, apabila suku Quraisy dapat
diislamkan, Islam akan memperoleh dukungan yang kuat karena orang-orang Quraisy
mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar.27

b. Fathu Mekah

Setelah dua tahun perjanjian Hudaibiyah berlangsung, dakwah Islam sudah


menjangkau seluruh Jazirah Arab, hingga hampir ke pelosok Jazirah Arab. Hal
tersebut membuat orang-orang kafir Mekah khawatir dan merasa terpojok, oleh
karena itu, orang-orang kafir Quraisy secara sepihak melanggar perjanjian
Hudaibiyah. Melihat hal ini, Nabi kemudian bersama dengan sepuluh tentara bertolak
ke Mekah untuk menghadapi kaum kafir. Dan tanpa perlawanan berarti Nabi pun
masih dapat menguasai Mekah. Meski demikian masih ada dua suku Arab yang masih
menentang, yaitu Bani Tsaqif dan Bani Hawazin. Kedua suku ini emudian bersatu
untuk memerangi Islam. Mereka ingin menuntut atas penghancuran berhala-berhala
yang dihancurkan Nabi Muhammad dan umat Islam pada waktu penyerbuan Mekah.
Akan tetapi, mereka dapat dengan mudah ditaklukkan.28 Melihat kenyataan bahwa
kekuasaan Islam mulai mengancam wilayah Romawi, maka Heraclius menyusun
pasukan untuk mengantisipasinya. Namun,setelah melihat kekuatan pasukan Islam,
akhirya mereka mengundurkan diri.29

Saat hari penalukkan Kota Mekah ada seorang perempuan bernama Ummu Hani’
pernah menemui Nabi Muhammad SAW di. Ia menceritakan, “Aku pergi menemui
Rasulullah pada tahun penaklukkan Kota Mekah. Dari kejadian itu bahwa Nabi
Muhammad SAW juga pernah jatuh cinta dan patah hati. Itu terjadi ketika beliau
masih muda. Cinta pertama. Namun bukan Siti Khadijah yang menjadi cinta pertama
beliau, melainkan seorang gadis asal suku Quraisy bernam Fakhitah. Siapakah gadis
itu?

Waktu itu paman sekaligus pelindung nabi paling gigih, Abu Thalib, memiliki tiga orang
putra dan beberapa orang putri. Beberapa ada yang sebaya dan menjadi teman sepermainan
nabi seperti anak tetua Abu Thalib yang bernama Thalib, Aqil yang berusia  empat belas
tahun dan Ja’far yang lebih muda.  Nabi senang bermain bersama mereka, ditambah mereka
juga pribadi-pribadi yang cerdas.

27
Drs. Samsul Munir Amin, M.A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, 2014, hlm. 70-71.
28
Ibid., hlm. 71-72.
29
Ibid., hlm. 72.

10
Di antara anak-anak Abu Thalib ini ada salah satu yang menarik perhatian nabi.  Ia
adalah  putri keempat Abu Thalib yang bernama Fakhitah ibn Abu Thalib atau yang
kerap dipanggil dengan Ummu Hani’. Perasaan cinta pun tumbuh di antara mereka
berdua.

Nabi Muhammad SAW saat masih muda pun menemui pamannya itu. Beliau pun
yakin bahwa perasaan cinta ini bukan main-main belaka. Beliau pun ingin
meyakinkan Abu Thalib untuk segera menikahkan mereka berdua.  Lagi pula,
keduanya juga telah mencapai usia nikah. Namun, Abu Thalib sudah punya rencana
lain.

Jika saja waktu itu Nabi Muhammad SAW datang lebih cepat menemui Abu
Thalib, bisa jadi ceritanya akan lain. Ternyata, sebelum Nabi Muhammad SAW
datang menemui pamannya itu, Ummu Hani’ telah dilamar oleh seseorang.  Pria itu
juga memiliki kemampuan yang istimewa di mata Abu Tholib dan tampak mencintai
putri kesayangannya tersebut.

Pria itu bernama Hubayroh, putra saudara ibu Abu Thalib yang berasal dari Bani
Makhzum. Ia sendiri juga bukan sekadar pria yang kaya, tapi juga berilmu, bijak dan
juga seorang penyair berbakat, sama seperti halnya Abu Thalib sendiri. Ditambah,
kekuasaan bani Makhzum di Mekah demikian meningkat seiring dengan kian
merosotnya kekuasan Bani Hasyim.

“Pamanku,” kata Nabi,”mengapa kau tidak menikahkannya padaku?” tanyanya,


lembut.

Tatkala keponakannya itu kembali mendekati, Abu Thalib hanya tersenyum dan
menjawabnya,”Mereka telah menyerahkan putri mereka untuk kita nikahi.”

Perkataan itu merujuk pada ibunda nabi sendiri, Aminah ibn Wahab, yang juga
merupakan gadis dari suku yang sama dengan Hubayroh.

“Maka, seseorang pria yang baik haruslah membalas kebaikan yang sama dengan
apa yang telah mereka berikan pada kita,” tambah Abu Thalib.

11
Akhirnya, kepada pria tersebut Umm Hani’ dinikahkan.  Dan Nabi Muhammad
SAW menerima dengan lapang menerimanya. Beliau sadar bahwa Ummu  Hani’
memang bukan ditakdirkan oleh Allah untuk bersanding bersama dirinya. Bahkan,
nabi berdoa untuk kebahagiaan mereka berdua.

Kelak, beliau akan menemukan perempuan tangguh yang sangat ia cintai. Sebuah
cinta sejati. Dan cinta sejati itu bernama Khadijah.30

c. Peperangan Dalam Islam

Kaum muslimin diperbolehkan untuk berperang melawan kaum kafir dengan


dua alasan. Alasan normatif diperbolehkannya peperangan dalam Islam menurut
Hasan Ibrahim Hasan adalah:

Pertama, untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya. Hal ini dijelaskan
dalam Al-Quran di beberapa ayat:

Artinya : "Telah diizinkan berperang bagi orang yang diperangi; karena


sesungguhnya mereka elah dianiaya dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa menoong
mereka, yaitu orang-orang yang telah diusir dari kampong halamannya tanpa alasan
yang benar, kecuali mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah” Seiranya Allah
tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah
telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang

30
Ibid., hlm. 72.

12
Yahudi dan masjid-masjid di dalamnya banyak disebut nama Allah. Dan
sesungguhnya Alah pasti menolong agama-Nya, bahwasanya Allah sungguh Maha
Kuasa lagi Maha Perkasa" (QS. Al-Hajj (22): 39-40)

Kedua, untuk menjaga keselamatan dalam menyebarkan kepercayaan dan


mempertahankannya dari mereka yang menghalang-halanginya. Oleh karena itu,
barangsiapa yang mau memeluk agama Islam tidak boleh merasa takut dari keributan
dan tekanan.31

Kedua ukuran pertahanan itulah yang dikenal dengan istilah Jihad yang berarti
menggunakan kekuatan seseorang untukmemukul mundur dengan sikap apriori untuk
tidak bekerja sama.32

d. Peperangan pada Masa Nabi Muhammad

Perang yang terjadi pada masa Nabi Muhammad terbagi atas dua bagian, yaitu:

a. Ghazwah, yaitu perang yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad


b. Sariyah, yaitu perang yang dipimpin oleh sahabat atas penunjukan Nabi
Muhammad33
1) Ghazwah: Perang yang Lngsung Dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW
a) Perang Badar (17 Ramadhan 2H)
Perang Badar terjadi di lembah Badar, 125km selatan Madinah. Perang
Badar merupakan puncak pertikaian antara kaum muslimin Madinah dan
musyrikin Quraisy Mekah. Peperangan ini disebabkan oleh tindakan
pengusiran dan perampasan harta kaum muslim yang dilakukan oleh
musyrikin Quraisy. Selnjutnya kaum Quraisy terus-menerus berupaya
menghacurkan kaum muslimin agar perniagaan dan sesembahan mereka
terjamin. Dalam peperangan ini kaum muslim memenangkan pertempuran
dengan gemilang. Tiga tokoh Quraisy yan terlibat dalam perang Badar adalah
Utbah bin Rabi’ah, Al-Walid, dan Syaibah. Ketiganya tewa di tangan tokoh
muslim, seperti Ali bin Abi Thalib, Ubaidah bin Haris, dan Hamzah bin Abdul

31
Ibid,. hlm. 72.
32
Ibid., hlm. 72-73.
33
Ibid., hlm. 73.

13
Muthalib. Adapun di pihak muslim, Ubaidah bin Haris meninggal karena
terluka.34

b) Perang Uhud (Sya’ban 3H)


Perang Uhud terjadi di Bukit Uhud. Perang Uhud dilatarbelakangi
kekalahan kaum Quraisy pada Perang Badar sehingga timbul keinginan untuk
membalas dendam kepada kaum muslimin. Pasukan Quraisy yang dipimpin
Khalid bin Walid mendapat bantuan dari kabilah Saqif, Tihamah, dan
Kinanah. Nabi Muhammad SAW segera mengadakan musyawarah untuk
mencari strategi perang yang tepat dalam menghadapi musuh. Kaum Quraisy
akan disongsong di luar Madinah. Akan tetapi, Abdullah bin Ubay membelot
dan membawa 300 orang Yahudi kembali pulang. Dengan membawa 700
orang yang tersisa, Nabi SAW melanjutkan perjalanan sampai ke Bukit Uhud.
Perang Uhud dimulai dengan perang tanding yang dimenangkan tentara Islam,
tetapi kemenangan tersebut digagalkan oleh godaan harta, yakni prajurit Islam
sibuk memungut harta rampasan. Pasukan Khalid bin Walid memanfaatkan
keadaan ini dan menyerang balik tentara Islam. Tentara Islam menjadi terjepit
dan porak poranda, sedangkan Nabi SAW sendiri terkena serangan musuh.
Pasukan Quraisy kemudian mengakhiri pertempuran setelah mengira Nabi
terbunuh. Dalam peperangan ini, Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi)
terbunuh.35

c) Perang Khandaq (Syawal 5H)


Lokasi Perang Khandaq adalah di sekitar kota Madinah bagian utara.
Perang ini juga dikenal sebagai Perang Ahzab (perang gabungan). Perang
Khandaq melibatkan kabilah Arab dan Yahudi yang tidak senang kepada Nabi
Muhammad. Mereka bekerja sama melawan Nabi. Di samping itu, orang
Yahudi juga mencari dukungan kabilah Gatafan yang terdiri dari Qai Ailan,
Bani Fazara, Asyja Bani Sulaim, Bani Sa’ad dan K’ab bin Asad. Usaha
pemimpin Yahudi, Huyay bin Akhtab, membuahkan hasil. Pasukannya
berangkat ke Madinah untuk menyerang kaum muslim. Berita penyerangan itu
terdengar oleh Nabi Muhammad. Kaum muslim segera menyiapkan strategi

34
Ibid., hlm. 74.
35
Ibid., hlm. 74-75.

14
perang yang tepat untuk menghadapi serangan musuh. Salman Al-Farisi,
sahabat Nabi yang memiliki banyak pengalaman tentang seluk beluk
peperangan, mengusulkan untuk membangun system pertahanan parit
(Khandaq). Ia menyarankan agar menggali parit di perbatasan kota Madinah,
dengan demikian gerakan pasukan musuh akan terhambat oleh parit tersebut.
Usaha tersebut ternyata berhasil menghambat pasukan musuh.36

d) Perang Mut’ah (5 Jumadil Awal 8H)


Perang ini terjadi karena Haris Al-Ghassani, raja Hirah, menolak
penyampaian wahyu dan ajakan masuk Islam ang dilakukan Nabi Muhammad.
Nabi kemudian mengirimkan pasukan perang di bawah pimpinan Zaid bin
Harisah. Perang ini dinamakan Perang Mut’ah karena terjadi di desa Mut’ah,
bagian utara Semenanjung Arabia. Pihak pasukan muslimin mendapat
kesulitan ketika menghadapi pasukan Al-Ghassani yang dibantu pasukan
kekaisaran Romawi. Beberapa sahabat gugur dalam pertempuran tersebut,
antara lain Zaid bin Harisah sendiri. Akhirnya, Khalid bin Walid mengambil
alih komando dan menarik pasukan muslimin ke Madinah. Kemampuan
Khalid in Walid menarik pasukan muslimi dari kepungan musuh membuat
kagum masyarakat di wilayah tersebut. Banyak kabilah Najd, Sulaim, Asyja,
Gatafan, Abs, Zubyan, dan Farasa masuk Islam karena melihat keberhasilan
dakwah Islam.37

e) Penaklukan Kota Mekah (8H)


Fathu Mekah terjadi di sekitar kota Mekah. Latar belakang peristiwa
ini adalah adanya anggapan kaum Quraisy bahwa kekuatan kaum muslimin
telah hancur akibat kalah perang di Mut’ah. Kaum Quraisy beranggapan
Perjanjian Hudaibiyah (6H) tidak penting lagi, maka mereka mengingkarinya
dan menyerang Bani Khuza’ah yang berada di bawah perlindungan kaum
muslimin. Nabi Muhammad segera memerintahkan pasukan muslimin untuk
menghukum kaum Quraisy yang dipimpin Ikrimah dan Safwan. Berhala di
kota Mekah dihancurkan dan akhirnya banyak kaum Quraisy masuk Islam.38

36
Ibid., hlm. 75.
37
Ibid., hlm. 76-77.
38
Ibid., hlm. 76.

15
f) Perang Hunain (8 Safar 8H)
Perang Hunain berlangsung antara kaum muslimin melawan kaum
Quraisy yang terdiri dari Bani Hawazin, Bani Saqif, dan Bani Jusyam. Perang
ini terjadi di Lembah Hunain, sekitar 70km dari kota Mekah. Perang Hunain
merupakan balas dendam kaum Quraisy karena peristiwa Fathu Makkah. Pada
awalnya pasukan musuh berhasil mengacaubalaukan pasukan Islam sehingga
banyak pasukan Islam yang gugur. Nabi kemudian menyemangati pasukannya
dan memimpin langsung peperangan. Pasukan muslim akhirnya dapat
memenangkan pertempuran tersebut.39

g) Perang Tha’if (8H)


Pasukan muslim mengejar sisa pasukan Quraisy yang melarikan diri
dari Hunain, sampai ke kota Tha’if. Pasukan Quraisy berembunyi dalam
benteng kota yang kokoh sehingga pasukan muslimin tidak dapat menembus
benteng. Nabi Muhammad mengubah taktik perangnya dengan memblokade
seluruh wilaya Thaif. Pasukan muslimin kemudian membakar ladang anggur
yang merupakan sumber daya alam utama penduduk Thaif, dan pada akhirnya
menyerah dan menyatakan bergabung dengan pasukan Islam.40

h) Perang Tabuk (9H)


Lokasi perang ii adalah kota Tabuk, perbatasan antara semenanjung
Araia dan Syam (Suriah). Adanya peristiwa penaklukan kota Mekah membuat
seluruh semenanjung arabia berada dibawah kepemimpinan Nabi Muhammad.
Melihat kenyataan itu, Heraclius, penguasa Romawi Timur, menyusun
pasukan besar untuk menyerang kaum muslimin. Pasukan muslimin kemudian
menyiapkan diri dengan menghimpun kekuatan yang besar karena pada masa
itu banyak pahlawan Islam yang menyediakan diri untuk berperang bersama
Nabi. Pasukan Romawi mundurmenarik diri setelah melihat besarnya jumlah
pasukan Islam. Nabi tidak melakukan pengejaran, tetapi berkemah di Tabuk.
Disini Nabi membuat perjanjian dengan penduduk setempat sehingga daerah
perbatasan tersebut dapat dirangkul dalam barisan Islam.41

39
Ibid., hlm. 76.
40
Ibid., hlm. 76.
41
Ibid., hlm. 76-77.

16
i) Perang Widan (12 Rabiul Awal 2H)
Perang ini terjadi di Widan, sebuah desa antara Mekah dan Madinah.
Rasulullah memimpin pasukan muslimin menghadang kafilah Quraisy,
pertempuran fisik tidak terjadi karena kafilah Quraisy melalui daerah tersebut.
Rasulullah selanjutnya mengadakan perjanjian kerja sama dengan Bani
Damrah yang tinggal di rute perdagangan kafilah Quraisy di Widan.
Kesepakatan tersebut berisi kesanggupan Bani Damrah untuk membant kaum
muslim apabila dibutuhkan.42
2) Sariyah: perang yang Dipimpin oleh Sahabat atas Penunjukan Nabi Muhammad
SAW
1. Sariyah Hamzah bin Abdul Muthalib (Ramadhan 1H)
Perang ini merupakan sariyah pertama yang terjadi dalam sejarah Islam.
Sariyah ini berlangsung di dataran rendah Al-Bahr, tidak jauh dari kota Madinah.
Pasukan muslimin dipimpin Hamzah bin Abdul Muthalib, sedangkan pasukan
Quraisy dipimpin Abu Jahal bin Hisyam. Perang ini tidak menimbulkan korban
karena dilerai Majdi bin Amr.43

2. Sariyah Ubaidah bin Haris (Syawal 1H)


Sariyah ini berlangsung di Al-Abwa’ desa antara Mekah dan Madinah. Kaum
muslimin berjumlah 80 orang, sedangkan kaum Quraisy berjumlah sekitar 200
orang. Kaum muslimin (semuanya Muhajirin) dipimpin Ubaidah bin Haris,
sedangkan kaum Quraisy dipimpin Abu Sufyan. Perang ini tidak mengakibatkan
bentrok fisik, namun Sa’ad bin Abi Waqqas sempat melepaskan anak panahnya.
Peristiwa tersebut menandai lepasnya anak panah pertama dalam sejarah perang
Islam.44

3. Sariyah Abdullah bin Jahsy (Rajab 2H)


Perang ni dipimpin Abdullah bin Jahsy, sedangkan kaum Quraisy dipimpin
Amir bin Hasrami. Perang ini terjadi di Nakhlah, antara Thaif dan Mekah. Kaum
muslimin berhasil membunuh Arm bin Hasrami dan menahan dua orang Quraisy

42
Ibid., hlm. 77.
43
Ibid., hlm. 77-78.
44
Ibid., hlm. 78.

17
sebagai tawanan perang dan membawanya ke hadapan Nabi Muhammad. Nabi
menyatakan bahwa beliau tidak pernah menyuruh mereka berperang karena pada
bulan Rajab diharamkan untuk membunuh dan melakukan peperangan.
Peristersebut kemudian digunakan oleh kaum Quraisy untuk memfitnah dengan
mengatakan kaum muslimin melanggar bulan suci. Pada saat itu turu firman Allah
surah Al-Baqarah (2) ayat 217 yang menjelaskan tentang ketentuan berperang
pada bulan haram (bulan Rajab).45

4. Sariyah Qirdah (Jumadil Akhir 3H)


Sariyah Qirdah berlangsung di sumur Qirdah, suatu tempat di Najd (Arab
Saudi). Kaum muslim berjumlah 100 orang penunggang kuda, dipimpin oleh Aid
bin Harisah. Sariyah Qirdah bertujuan untuk menghadang kafilah Quraisy dari
Mekah. Perang ini berhasil dimenangkan kaum muslim dengan menyita harta
kaum Quraisy. Harta tersebut kemudian dijadikan ghanimah (harta rampasan
perang), yang merupakan ghanimah pertama dalam sejarah perang Islam.
Sebagian orang musyrik yang tidak melarikan diri selanjutnya dibawa ke Madinah
dan akhirnya menyatakan diri masuk Islam.46

5. Sariyah Bani Asad (4H)


Sariyah ini berlangsung di gunung Asad, d sebelah timur Madinah. Nabi
Muhammad memerintahkan kaum muslim untuk menghadang kaum Bani Asad
yang berencana untuk menyerang Madinah. Nabi menganjurkan agar pasukan
muslim berjalan pada malam hari dengan menempuh jalan yang tidak bisa dilalui
orang. Pasukan muslimin yang dipimpin Abu Salamah Al-Makhzum dan terdiri
dari 150 orang berhasil menyergap musuh. Mereka juga mendapatkan ghanimah
(harta rampasan perang) dari pihak Bani Asad.47

6. Sariyah Raji’ (Safar 4H)


Sariyah ini berlangsung di Raji’, yakni suatu daerah yang terletak di antara
Mehak dan Asfan, dan melibatkan pasukan muslimin melawan pasukan Bani
Husail. Perang ini dilatarbelakangi oleh rencana pemimpin Bani Husail, Khalid

45
Ibid., hlm. 78.
46
Ibid., hlm. 78-79.
47
Ibid., hlm. 79.

18
bin Sufyan bin Nubaih Al-Huzali, untuk menyerang Madinah. Nabi Muhammad
memerintahkan Abdullah bin Unais meneliti kebenaran rencana tersebut.
Abdullah kemudian membunuh Khalid an melaporkan kejadian itu kepada Nabi
Muhammad. Bani Lihyan, cabang Bani Husail,merencanakan balas dendam atas
terbunuhnya Khalid. Mereka meminta agar Nabi Muhammad mengirimkan
beberapa sahabat untuk memberi pelajaran agama Islam kepada mereka. Nabi
Muhammad mengabulkan permintaan itu dan mengirim enam orang sahabat
beserta rombongan utusan Bani Lihyan. Keenam sahabat disergap oleh pasukan
Bani Husail di Raji’. Para sahabat itu sempat mengadakan perlawanan, namun tiga
orang terbunuh dan tiga lainnya ditawan selanjutnya dibawa ke kaum musyrikin
Mekah dan akhirnya dibunuh.48

7. Sariyah Bi’ru Ma’unah (Safar 4H)


Sariyah Bi’ru Ma’unah berlangsung di wilayah timur Madinah antara kaum
muslim dan Bani Amir. Nabi Muhammad mengutus Amir bin Malik (Abu Barra’),
seorang pemimpin dari Bani Amir yang sebelumnya menolak untuk memeluk
agama Islam, beserta Al-Munzir bin Amar dari Bani Sa’idah untuk memimpin 40
orang tentara yang terdiri dari para penghafal Alquran. Rombongan trsebut
berjalan sampai di Bi’ru Ma’unah, yakni suatu daerah antara Bani Amir dan Bani
Salim. Mereka mengirimkan surat kepada Amir bin Tufail, pemimpin Bani Amir,
melalui seorang anggota pasukan yang bernama Haram bin Malhan. Amir bin
Tufail membunuh Haram bin Malhan. Sehingga memicu peperangan antara kedua
belah pihak. Kaum Muslim mengalami kekalahan dalam sariyah ini karena semua
pasukan gugur, kecuali Ka’b bin Zaid Al-Ansari. Rabi’ah, anak Abu Barra’,
membunuh Amir bin Tufail dengan sebilah tombak sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya.49

8. Sariyah Ijla’ Bani Nadir


Sariyah Ijla’ Bani Nadir merupakan sariyah yang dilakukan sahabat Nabi
untuk mengusir Bani Nadir dari tempat tinggal mereka. Latar belakang ini adalah
niat Bani Nadir untuk membunuh utusan Nabi Muhammad. Utusan Nabi tersebut
ingin menyelesaikan masalah pembunuhan yang dilakukan Amr bin Umayah,

48
Ibid., hlm. 79.
49
Ibid., hlm. 79-80.

19
kabilah Bani Amir dan sekutu Bani Nadir, terhadap dua orang muslimin.
Tindakan pengusiran ini semula tidak mendapat tanggapan dari Huyay bin
Akhtab, pemimpin Bani Nadir, tetapi karena diancam akan diserang oleh kaum
muslim, akhirnya mereka mau pindah dari daerahnya. Nabi memberi jaminan
keselamatan atas harta benda dan anak-anak mereka sampai keluar dari Madinah.
Sebagian dari Bani Nadir menetap di Khaibar dan Syam (Suriah).50

9. Sariyah Zi Al-Qissah
Sariyah berlangsung di Zi Al-Qissah, sekitar 24 mil dari Madinah, antara
kaum muslim dan Ban Sa’labah. Bani Sa’labah berencana menyerang peternakan
kaum muslim di Haifa’, suatu tempat yang jauh dari Madinah. Setelah mengetahui
rencana tersebut, pasukan muslimin segera menyerang Bani Sa’labah dengan
mengirim 10 orang yang dipimpin oleh Muhammad bin Maslamah. Pasukan
pertama itu gagal menjalankan tugas karena mereka dibunuh ketika beristirahat di
pinggiran desa. Muhammad bin Maslamah melaporkan kejadian tersebut kepada
Nabi Muhammad. Selanjutnya Nabi mengirimkan pasukan kedua di bawah
pimpinan Abu Ubaidah bin Jarrah. Bani Sa’labah melarikan diri ketika Abu
Ubaidah sampai di tempat itu.51

10. Sariyah Ka’b bin Umair Al-Gifari (8H)


Latar belakang sariyah ini adalah penolakan kaum musyrikin di Zat Atlah,
suatu tempat di Syam (Suriah), terhadap ajakan beberapa utusan Nabi Muhammad
untuk memeluk agama Islam. Nabi mengirimkan 15 tentara untuk menyerang
mereka. Pertempuran tersebut berlangsung sengit, dan akhirnya semua pasukan
musliminmenjadi syuhada, kecuali Ka’b bin Umair Al-Gifari (pemimpin perang)
yang dapat menyelamatkan diri.52

C. Misi Dakwah Nabi Muhammad SAW


Dalam masalah menyampaikan dakwahnya, Rasulullah mendapatkan hal-hal
yang akan menjadi landasan dasar dalam usaha pengembangan dakwahnya, yaitu:
1. Wahyu pertama yang diterima rasul berbunyi bacalah. Dengan membaca manusia
bisa memahami firman Allah dan ilmu pengetahuan.

50
Ibid., hlm. 80.
51
Ibid., hlm. 80-81.
52
Ibid., hlm. 81.

20
2. Bangsa Arab memiliki hafalan yang kuat, sedangkan hafalan merupakan salah satu
alat untuk pengembangan ilmu.
3. Membuat tradisi baru yaitu mencatat dan menulis wahyu yang turun pada benda
yang dapat ditulisi.
4. Al-Qur’an merupakan sumber inti ilmu pengetahuan, karena Al-Qur’an memuat
kisah ummat terdahulu, berbagai hukum, serta sifat-sifat Allah.
Setelah mempunyai Landasan untuk berdakwah, Rasul mempunyai beberapa
metode untuk berdakwah,diantaranya yaitu :
a. Dakwah secara sembunyi-sembunyi
b. Dakwah melalui silaturahmi keluarga besar bani Hasyim
c. Dakwah secara terang-terangan
d. Dakwah menggunakan sarana politik,ekonomi,perkawinan,surat perdamaian.
Ketika Rasul hijrah dan diangkat menjadi kepala Negara, Rasul melaksanakan:
a. Proklamasi berdirinya Negara dengan nama Madinah al-munawarah bagi kota
Yastrib
b. Mendirikan masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan umat Islam
c. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dengan kaum Anshor
d. Membuat undang-undang dan peraturan yang terkenal dengan istilah Traktat
Madinah
e. Membuat batas wilayah teritorial dengan membuat parit
f. Membuat lembaga pemerintahan
Dengan usaha itu , Rasul telah merintis peradaban islam dalam waktu 23 tahun
dan mengubah bangsa arab dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban
dengan jiwa yang islami.53

D. Masa Terakhir Nabi Muhammad SAW


Pada akhirnya Bani Tsaqif yang berada di Thaif dan Bani Hawazin di antara
Thaif dan Mekah bisa ditaklukkan, sehingga seluruh jazirah Arab saat itu berada di
bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. Mendengar hal ini, Heraklius
menyiapkan beberapa pasukan besar yang tergabung Bani Ghassan dan Bani
Lachmides di utara Jazirah Arab, Syria, yang mana daerah tersebut sekaligus
pendudukan Romawi. Pada saat mulai berperang pasukan Romawi seakan-akan tak
percaya dengan banyaknya pasukan Islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW,

53
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, jilid I, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 14-20.

21
sehingga pasukan Romawi memutuskan untuk menarik diri dengan kembali ke daerah
masing-masing. Namun pasukan Islam tidak mengejar mereka, demikian pula dengan
Nabi Muhammad SAW justru berkemah di Tabuk. Maka perang Tabuk inilah terakhir
kalinya Nabi Muhammad SAW mengikuti perang semasa hidupnya. Tahun 9 dan 10
H (630-632 M) beberapa suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi
Muhammad SAW untuk menyatakan ketundukan mereka. Banyak penduduk Mekah
masuk agama Islam ternyata berdampak amat besar seperti meningkatnya kerukunan
dan kedamaian. Tahun ini disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab
telah terwujud dari peperangan antar suku kemudian telah berubah menjadi
persaudaraan seagama yaitu agama Islam.54
Pada tahun 10 H (631 M), Nabi Muhammad SAW berkesempatan untuk
menunaikan ibada haji yang terakhir, yaitu haji wada', dan beliau pun menyampaikan
khutbah terakhirnya pula. Khutbah tersebut berisi tentang larangan menumpahkan
darah, larangan mengambil harta orang lain dikarenakan nyawa dan harta benda
merupakan benda suci, larangan riba, larangan menganiaya, perintah untuk
memperlakukan para istri dengan baik dan lemah lembut dan menjauhi dosa, semua
pertengkaran antara mereka di zaman Jahiliyah harus saling dimaafkan, balas dendam
dengan tebusan darah yang berlaku di zaman Jahiliyah tidak lagi dibenarkan,
menegakkan persaudaraan dan persamaan diantara manusia, hamba sahaya harus
diperlakukan dengan baik, mereka makan seperti apa yang dimakan tuannya dan yang
terpenting adalah umat Islam harus selalu berpegang pada dua sumber yaitu Al Qur'an
dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dari isi khotbah tersebut dapat kita pahami
sebagai prinsip-prinsip yang mendasari gerakan islam. Selanjutnya, pinsip-prinsip itu
bila disimpulkan adalah kemanusiaan, persamaan, keadilan sosial, keadilan ekonomi,
kebijakan dan solidaritas.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah untuk
mengurus dan mengatur organisasi masyarakat kabilah yang telah memeluk agama
Islam. Para petugas keagamaan dan dai dikirim ke beberapa daerah dan kabilah untuk
mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan menunaikan zakat. Dalam
jangka waktu dua bulan setelah itu, Nabi Muhammad SAW menderita sakit demam.
Tenaga beliau semakin lama semakin berkurang. Tepat pada hari senin, tanggal 12
Rabi'ul Awal 11 H/8 Juni 632 M Nabi Muhammad SAW wafat di kediaman Aisyah.
Dari perjalanan sejarah Nabi Muhammad SAW ini, dapat memberikan tauladan
54
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Ed.I, Cet.15, Jakarta: PT RajaGravindo Persada, 2003, hlm. 32-33.

22
bahwa beliau sebagai pemimpin agama selain itu, juga seorang negarawan, pemimpin
politik dan administrasi yang cakap. Beliau hanya waktu sebelas tahun menjadi
pemimpin politik dan telah berhasil menundukkan seluruh jazirah Arab ke dalam
kekuasaan beliau.55

55
Ibid., hlm. 33.

23
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
a. Pada periode Mekah, Rasulullah SAW berdakwah masih secara diam-diam,
karena kondisi masyarakat Mekah pada saat itu masih sulit untuk diajak beragama
Islam. Pada periode Mekah Rasulullah SAW belum terpikir untuk menyusun
suatu masyarakat Islam yang teratur, karena perhatian Rasulullah lebih terfokus
pada penanaman teologi atau penanaman dasar-dasar keimanan.
b. Pada periode Madinah, Rasulullah SAW sudah menerapkan sistem masyarakat
yang padu. Kebijakan yang beliau buat diantaranya adalah membangun masjid,
mempersaudarakan kaum muslimin, membuat perjanjian untuk saling tolong-
menolong antara kaum muslimin dan non-muslimin, serta meletakkan dasar-dasar
politik, ekonomi, dan sosial untuk masyarakat baru.
c. Sebelum Rasulullah SAW mendakwahkan Islam, beliau mempunyai landasan
dasar sebagai salah satu strategi dalam berdakwah, kemudian Rasul mengunakan
beberapa metode berdakwah secara tepat sehingga dalam waktu 23 tahun bangsa
Arab dapat berubah dari bangsa Jahiliyah menjadi bangsa yang berperadaban dan
islami.
d. Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin, tanggal 12 Rabi'ul Awal 11 H/8
Juni 632 M di kediaman Aisyah. Beliau sebagai pemimpin agama selain itu, juga
seorang negarawan, pemimpin politik dan administrasi yang cakap. Sehingga
hanya waktu sebelas tahun telah berhasil menundukkan dan menguasai seluruh
jazirah Arab.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun, makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan dalam segi apapun. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat dinantikan agar makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2014. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Karim, M. Abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. _____: _____.

Sunanto, Musyrifah. 2007. Sejarah Islam Klasik. Jakarta: Kencana.

Syukur, H. Fatah. 2011. Sejarah Peradaban Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

25

Anda mungkin juga menyukai