Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PERADABAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW

1. PENDAHULUAN

Al-Qur’an, kitab suci Umat Islam, berbicara tentang sejarah. Secara garis
besar, al-Qur’an mengisahkan tiga golongan. pertama golongan orang-orang yang
dikaruniakan nikmat oleh Allah, golongan orang yang dibenci, dan golongan
orang yang tersesat. (Q.S. al-Fatihah:7)

Penyajian al-Qur’an tentang sejarah juga mempunyai kelebihan. Maurice


misalnya menemukan bahwa kisah di al-Qur’an disajikan dalam nuansa
kerohanian yang kental dengan nilai agama. Kisahnya pun sangat akurat. Dan al-
Qur’an kadang tidak menetapkan tempat dan waktu secara spesifik.1

Hal itu wajar karena al-Qur’an bukan buku sejarah. Tetapi al-Qur’an adalah
kitab hidayah. Maka penuturan al-Qur’an tentang sejarah tak lain adalah untuk
ibrah (pelajaran). Saat ibrah didapatkan, maka hidayah akan masuk ke dalam hati.

Dalam sejarah ada hokum sejarah. Umat-umat terdahulu diazab oleh Allah
disebabkan oleh suatu sebab. Umat terdahulu mencapai puncak keemasan juga
disebabkan oleh sebab. Al-Qur’an berulang kali memerintahkan Umat Islam
untuk menjelajahi tempat-tempat bersejarah agar memehami hokum sejarah yang
berlaku atas mereka.

Dari sekian banyak sejarah, sejarah Nabi Muhammad adalah fakta sejarah
yang perlu dipahami. Sejarah Nabi Muhammad dapat dibagi menjadi dua fase,
fase Makah dan fase Madinah. Dari kedua fase itu kita akan memahami hokum
sejarah yang berlaku atas Nabi Muhammad. Sehingga kita dapat menggunakan
pemahaman itu untuk bekal kehidupan kita di dunia ini.

Disamping itu, membaca dan memahami sejarah Nabi Muhammad akan


memberikan kesadaran pada kita akan beratnya perjuangan beliau. Dan pada
akhirnya, mumcul rasa kagum dan cinta kepada beliau. Semoga cinta untuk
tumbuh dan selalu tumbuh sampai pada suatu fase Beliau lebih kita cintai dari
isteri, anak, dan orang tua kita. Amin.

1
M. Qurasih Shihab, 2007, Mukjizat al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, 212-215

-1-
Makalah ini akan sedikit mengurai sejarah Nabi dengan memfokuskan pada
tantangan yang dihadapi dan strategi yang ditempuh Nabi dalam perjuangannya.
Semoga bermanfaat.

2. PEMBAHASAN

a. Kepribadian Nabi Muhammad SAW

Kesuksesan dakwah Islam tidak dapat lepas dari dua faktor utama, al-
Qur’an dan Nabi. Al-Qur’an adalah sebuah teks yang berisi konsep-konsep dan
Nabi adalah penerjemah sekaligus pelaksana. Begitu sempurna penerjemahan dan
pengamalan Nabi terhadap al-Qur’an hingga suatu ketika Aisyah ditanya
bagaiamana kepribadian Nabi, maka ia menjawab kepribadian Nabi adalah al-
Qur’an. Dengan Bahasa lain, al-Qur’an adalah rumus kehidupan dan nabi adalah
contoh pelaksanaannya.

Yang terjadi di saat ini adalah Umat Islam tetap mempunyai Teks suci yaitu
al-Qur’an namun mereka tidak mampu membawakan al-Qur’an seperti Nabi
hinnga konsep Islam yang begitu sempurna dan ungngul di dalam al-Qur’an
dikotori oleh perilaku pemeluknya yang belum merepresentasikan Islam itu
sendiri. Dalam Bahasa lain, al-Islam mahjubun bi al-Muslimin.

Maka dari itu, pemakalah perlu menghidangkan sekelumit kepribadian Nabi


Muhammad SAW yang agung. Kepribaian itulah yang sebenarnya memikat
manusia masuk Islam meskipun belum tahu persis hakikat Islam. Mereka begitu
yakin bahwa Islam itu sempurna karena disampaikan oleh pribadi yang sempurna.

DR. Rosyidin dalam blog “Dialog Ilmu” pernah menulis sekelumit


kepribadian Nabi dengan judul “Skestsa Akhlak Nabi Muhammad SAW2” sebagai
berikut:

Rasulullah SAW adalah sosok yang dermawan, lebih dermawan lagi ketika
Ramadhan. Rasulullah SAW adalah sosok manusia yang fisik dan akhlaknya
paling bagus. Telapak tangannya halus, bau badannya wangi, akalnya cerdas.
Beliau juga sangat ma’rifat dan paling takut kepada Allah SWT.

2
http://www.dialogilmu.com/2017/11/sketsa-akhlak-nabi-muhammad-saw.html jam 08.58 WIB

-2-
Rasulullah SAW tidak pernah marah maupun menyiksa karena diri
sendiri.Beliau hanya marah jika larangan-larangan Allah SWT dilanggar. Pada
saat beliau marah, tidak ada seorang pun yangdapat meredam kemarahannya
sampai beliau memenangkan perkara yang benar. Jika Rasulullah SAW marah,
maka beliau memalingkan muka.

Akhlak Rasulullah SAW adalah al-Qur’an. Beliau adalah sosok manusia


yang paling tawadhu’ (rendah hati); memenuhi kebutuhan keluarga; rendah hati di
hadapan orang-orang yang lemah; ketika dimintai sesuatu, beliau tidak pernah
menolak, paling lapang dada, paling pemalu kepada Allah SWT kaum kerabat
maupun orang lain. Orang kuat maupun orang lemah adalah sama di hadapan
beliau.

Nabi SAW adalah sosok yang romantik. Saat Sayyidah ‘Aisyah RA selesai
minum dari sebuah wadah, maka Nabi SAW mengambil wadah itu dan
menempelkan bibir beliau pada bekas bibir Sayyidah ‘Aisyah RA kemudian
meminumnya. Nabi SAW tak jarang bersandar pada pangkuan Sayyidah ‘Aisyah
RA; membaca al-Qur'an dalam posisi kepala beliau bersandar pada Sayyidah
‘Aisyah RA, bahkan terkadang ketika Sayyidah ‘Aisyah RA sedang haid.

Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sama sekali. Jika beliau
berminat, maka beliau memakannya, sedangkan jika tidak berminat, maka beliau
meninggalkannya. Nabi SAW tidak pernah menolak hidangan yang ada, dan tidak
pernah memaksa dihidangkan makanan yang tidak ada. Tidak ada satu makanan
halal pun yang dihidangkan kepada beliau, kecuali beliau akan memakannya.
Nabi SAW makan seadanya. Beliau bersabda: “Saya adalah orang terbaik di
antara umatku dan saya melepaskan diri dari sikap memaksa”. Nabi SAW tidak
pernah makan dengan duduk bersandar.

Nabi SAW membaca Basmalah pada permulaan makan dan membaca


Hamdalah di penghujung makan. Nabi SAW menyukai manisan dan madu;
menggemari labu. Beliau bersabda: “Sebaik-baik lauk adalah cuka; sungguh tidak
miskin, rumah yang di dalamnya terdapat cuka”. Nabi SAW makan dengan
menggunakan tiga jari, kemudian menjilatinya setelah selesai makan.

-3-
Nabi SAW minum sambil duduk. Ketika minum, Nabi SAW menghela nafas
sebanyak tiga kali di luar wadah air. Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya hal itu
lebih menyegarkan dan lebih menyehatkan”. Al-Tirmidzi meriwayatkan
bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Janganlah kalian minum dengan sekali minum
layaknya unta; akan tetapi minumlah dengan mengambil nafas dua atau tiga kali.
Bacalah Basmalah ketika kalian akan minum, dan bacalah Hamdalah ketika kalian
selesai minum”.

Nabi SAW menambal sandal, pakaian maupun timba dengan tangan beliau
sendiri. Nabi SAW memerah susu kambing beliau; mencuci pakaian beliau;
melayani keluarga dan diri sendiri; ikut memikul bata bersama para shahabat
ketika membangun masjid; menjenguk orang sakit dan menjaganya dari hal-hal
yang menyakiti si sakit; melayat jenazah; tidak malu bergaul dengan para janda,
orang-orang miskin dan kaum dhuafa.

Ketika Nabi SAW berjalan bersama para shahabat, maka para shahabat
berjalan di depan beliau, sedangkan beliau ada di belakang mereka. Nabi SAW
bersabda: “Biarkan bagian belakangku dijaga oleh malaikat”. Oleh karena itu
dalam suatu Hadis, Nabi SAW disebutkan telah menggiring para shahabatnya.
Kadangkala Nabi SAW berjalan dengan tidak memakai alas kaki, dan terkadang
berjalan dengan memakai sandal. Nabi SAW berjalan bersama para shahabat
dengan menyendiri juga dengan berkelompok.

Nabi SAW merupakan manusia yang paling fasih dan paling manis tutur
katanya. Beliau bertutur kata dengan singkat dan padat. Terkadang beliau
mengulangi sabdanya sebanyak tiga kali untuk memberi pemahaman. Tutur kata
beliau sangat jelas, sehingga dapat dipahami oleh setiap orang yang
mendengarnya. Beliau tidak pernah bertutur kata yang tidak ada gunanya. Beliau
tidak bertutur kata kecuali tentang sesuatu yang diharapkan dapat mendatangkan
pahala; Nabi SAW tidak duduk maupun berdiri, kecuali beliau senantiasa
berdzikir kepada Allah 'Azza wa Jalla.

Beliau tidur pada permulaan malam dan pada penghujung malam.


Terkadang beliau tidak tidur hingga awal malam demi kemaslahatan kaum

-4-
muslimin. Kedua mata beliau tertidur, namun hati beliau tidak pernah tidur. Ketika
Nabi SAW tidur, maka tidak ada yang berani membangunkan beliau sampai beliau
bangun tidur sendiri.

Nabi SAW berjual-beli; bekerja sama; mewakilkan dan menerima


perwakilan; memberi hadiah dan menerima hadiah; memberi hibah dan menerima
hibah; menyewa dan menyewakan; meminjam dan meminjami; berutang dan
mengutangi; menggadaikan dan dimintai gadai; melakukan akad syuf'ah dan
dimintai akad syuf'ah; memberi ganti rugi; memberi nafkah; wakaf; dan
bershadaqah. Semua itu dilakukan oleh Nabi SAW dengan cara yang terbaik.

Nabi SAW tidak pernah berbicara kotor maupun orang yang memaksa orang
lain untuk berbicara kotor. Terkadang Nabi SAW mendengarkan sya’ir dan
memberikan upah jika sya’irnya benar adanya. Beliau tidak membalas kejelekan
dengan kejelekan, namun memaafkan; tidak pernah memukul pelayan, wanita dan
apapun, kecuali ketika dalam jihad fi sabilillah. Beliau tidak diminta untuk
memilih antara dua hal, kecuali beliau akan memilih yang paling mudah, selama
tidak berdosa.

Tulisan di atas tidak mungkin dapat melukiskan kepribadian Nabi


Muhammad secara holistic namun tulisan cukup bagi kita mengenal Sang Nabi.
Sadura diatas bukanlah tangan yang berupaya memeluk gunung tetapi hanya
sebuah jari yang berupaya menunjuk pada sebuah gunuh.

b. Titik Awal Kelahiran Perabadan Islam

Kata Islam dan Muslim sebenarnya sudah ada sejah zaman Nabi Ibrahim.
Al-Qur’an menyatakan bahwa Ibrahim itu adalah orang yang hanif dan muslim
(Q.S. al-Baqoroh ayat). Namun sebagai babakan sejarah peradaban Islam, titik
awal dimulai pada saat Nabi menerima wahyu yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 yang
berbunyi:

‫ الللذي‬,‫ إقرأ وربللك الكأللرم‬,‫ خلق النإسان من علق‬,‫إقرأ باسم ربك الذي خلق‬
.‫ علم النإسان ما لم يعلم‬,‫علم بالقلم‬

Artinya:

-5-
“Bacalah dengan asma Tuhanmu yang telah menciptakan.
Yang menciptakan manusia dari alaq. Bacalah dan tuhanmu
adalah Yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan pena. Yang
mengajarkan manusia apa yang tidak ia ketahui.” (Q.S. al-alaq
ayat 1-5)

Ada sebua pesan menarik. Peradaban Islam dimulai dengan iqro’ yakni
membaca. Maka salah satu solusi untuk mengembalikan kejayaan umat Islam
yang sekarang terpuruk adalah dengan menggiatkan kembali membaca baik
dalam pengertian khusus atau dalam pengertian umum. Setidaknya ada dua kesan
menunjukkan akan pentingnya membaca. Pertama perintah itu ditujukan kepada
Nabi yang ummi dan yang kedua perintah itu diulang dua kali.

Ada ilustrasi menarik yang dikemukakan oleh Quraish Shihab dalam buku
“Yang Hilang dari Kita: Akhlak”. Kalau kita dapat membaca 300 kata permenit,
maka selama 15 menit kita dapat membaca 4.500 kata. Dalam sebulan selam 15
menit perhari kita dapat membaca 135.000 kata. Kalau rata-rata buku satu itu
terdiri dari 67.500 kata, maka sebulan kita dapat membaca dua buah buku 3.
Pertanyaan adalah sudah berapa buku yang kit abaca setiap bulan? Kalau kurang
dari dua buku saku, maka berarti kita tidak dapat meluangkan waktu selama 15
menit untuk membaca.

c. Fase Makah

1. Rintangan dan Tantangan Dakwah

Sikap Qurais terhadap dakwah Nabi terbagi menjadi tiga, menerima, dan
menolak, dan tidak menerima tetapi juga tidak melarang perkembangan Islam
termasuk Abu Tholib dan Bani Hasyim serta Bani Muthollib.

Yang menolak menggunakan segala cara untuk merintangi dakwah Nabi


bahkan untuk menggagalkannya. Usaha mereka secara garis besar dikategorikan
menjadi dua, yaitu keras dan lembut.

a) Cara Keras
3
M. Qurasih Shihab, 2016, Yang Hilang dari Kita: Akhlak, Tangerang: PT Lentera Hati, hal. 147

-6-
Penolakan kafir Qurais terhadap dakwah Nabi semakin menjadi-jadi. Untuk
menghalangi dakwahnya, mereka menyiksa para sahabat yang lemah bahkan ada
yang sampai mati. Nabi pun tidak luput dari usaha imtimidasi dan terror. Pernah
suatu ketika Nabi sedang sholat di ka’bah. Lalu Uqbah bin Abi Mu’ith datang dan
mengalungkan bajunya di leher Nabi. Dengan baju itu, Uqbah mencekik Nabi
sekuat-kuatnya. Abu Bakar datang dan menyelamatkan Nabi sambal
berkata,”Apakah kalian akan membunuh seorang laki-laki yang menyatakan
bahwa Tuhanku adalah Allah?”.

Puncak dari ujian dan kekejaman kafir Quraish di Makah adalah


pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthollib yang menjadi tempat
berlindung Umat Islam. Kafir Quraish memutuskan hubungan pernikahan,
perdagangan, dan perekonimian dengan mereka. Draf boikot itu ditulis dan
digantung di pintu Ka’bah. Selama kurun tiga tahun itu, kondisi Bani Hasyim dan
Bani Muthollib termasuk Umat Islam sangat memperihatikan.

b) Cara Lembut

Karena cara kekerasan dirasa tidak berhasil, suku Quraish menempuh cara
lembut melalui tawaran. Suatu ketika mereka menawarkan kepada Abu Tholib
bahwa jika ia berkenan menyerahkan Nabi dan tidak memberikan perlindungan
kepadanya, maka ia akan diberikan putera terbaik suku Quraish sebagai ganti dari
Nabi. Melihat hal itu, Abu Tholib menjawaban,”Enak sajar. Aku berikan kepada
kalian keponakanku agar kalian bisa membunuhnya sedangkan kalian memberi
putera kalian agar aku merawatnya.”4

Suatu ketika kafir Quraish menawarkan jabatan, harta, dan wanita kepada
Nabi agar menghentikan dakwahnya. Tawaran itu ditolak karena tujuan dakwah
nabi bukan untuk itu semua.

Suku Quraish juga pernah bernegosiasi dengan Nabi. Mereka menawarkan


kompromi agama yakni mereka akan menyembah Allah asalkan Nabi juga
berkenan menyembah tuhan-tuhan mereka. Nabi menolaknya dengan tegas. Dari

4
Hanan Liham, 2001, Hady al-Siroh al-Nabawiyah fi al-taghyir al-Ijtima’I, Damaskus: Dar al-
Fikr, hal.41

-7-
sini, Allah menurunkan Surat al-Kafirun ayat 1-6. Dewasa ini, surat tersebut
dijadikan dalil adanya toleransi beragama dalam Islam bukan kompromi
beragama.

2. Strategi Dakwah

a) Dakwah secara rahasia

Langkan pertama setelah menerima wahyu adalah mendakwahkan ajaran


Islam secara sembunyi-sembunyi. Dakwah ini berlangsung selama tiga tahun. Dan
hasilnya sekitar empat puluh orang laki-laki dan perempuan masuk Islam.
Diantara mereka adalah Khodijah (isteri Nabi), Ali bin Abi Tholib (keponakan
Nabi), Zaid bin Haritsah (bekas budak Nabi sekaligus anak angknya), Usman bin
Affan, Zubair bin Awam, dan lain sebagainya. Untuk pembinaan agama, Nabi
memilih rumah al-Arqom bin Abi al-Arqom.

b) Dakwah secara terang-terangan

Setelah Nabi mendapatkan wahyu Q.S. al-Hijr ayat 94 yang


memerintahkannya untuk mendakwakan Islam ke khalayak ramai, Nabi
mengubah strategi dakwahnya dari yang semula sembungyi-sembunyi menjadi
terang-terangan.

Reaksi quraish terhadap dakwah Nabi bermacam-macam. Ada yang


menerima, ada yang tidak menolak dan tidak pula menerima. Namun kebanyakan
mereka menolak bahkan menentang dakwah beliau. Samsul Munir menyebutkan
faktor penolakan tersebut adalah:

a. Mereka tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Bagi


mereka menerima dakwah Nabi berarti tunduk pada kekuasaan Bani
Hasyim.

b. Islam menyerupakan persamaan derajat antara majikan dan budak

c. Mereka tidak percaya terhadap hari kebangkitan

d. Taklid kepada nenek moyang

-8-
e. Kehilangan mata pencaharian.5

Penolakan kaum Quraish terhadap dakwah Nabi diwujudkan dalam berbagai


bentuk misalnya menyebarkan isu bahwa Nabi itu gila, tukang sihir, dan ahli
syi’ir. Qur’an hanyalah dongeng-dongeng masa lalu. Bahkan diwujudkan pula
dalam bentuk terror, penyiksaan, bahkan pembunuhan. Sepertinya prinsip “ketika
cara kelembutan tidak membuahkan hasil, maka perlu ditempuh cara yang
mengandung kekerasan” mereka tempuh.
6
c) Mukjizat

Mukjizat adalah kejadian luar biasa yang terjadi melalui seorang yang
mengaku sebagai Nabi untuk membuktikan kebenaran dakwahnya. Menurut
Quraish Shihab, ada empat unsur yang yang menyertai mukjizat yaitu
peristiwanya luar biasa, dipaparkan oleh orang yang mengaku nabi, mengandung
tantangan kepada yang meragukan, dan yang ditantang terbukti gagal atau tidak
mampu7.

Sebagai Rosul, Nabi Muhammad juga dianugerahi mukjizat misalnya


memancarnya air dari sela-sela jari beliau, membuat makanan sedikit menjadi
cukup untuk banyak orang, membelah bulan, isro dan mi’roj, Bahkan al-Qur’an
dan kepribadian Nabi adalah mu’jizat terbesar beliau. Mukjizat ini dapat
meyakinkan mereka yang sebelumnya tidak percaya dan juga mengukuhkan
keyakinan bagi mereka yang sudah percaya. Dalam hal ini, mukjizat juga bagian
dari strategi untuk mencapai tujuan dakwah.

d) Hijrah

Sebagai da’I, Nabi paham betul bahwa di Makah dakwah beliau sulit
berkembang. Maka beliau mencari alternatif lain untuk pengembangan dakwah
disamping juga untuk mencarikan perlindungan untuk umat Islam. Untuk itu,

5
Samsul Munir Amin, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, hal. 66
6
Hanan Liham, 2001, Hady al-Siroh al-Nabawiyah fi al-taghyir al-Ijtima’I, Damaskus: Dar al-
Fikr, hal. 42
7
M. Qurasih Shihab, 2007, Mukjizat al-Qur’an, Bandung: Penerbit Mizan, hal. 25

-9-
Nabi melakukan hijrah. Ada tiga tempat yang menjadi tujuan hijrah, Thoif,
habasyah, dan Madinah.

Hijrah ke Thoif mendapatkan penolakan bahkan perlawanan. Di sana, Nabi


bukannya disambut dengan baik justru dihina dan dilempari hinnga tubuhnya
terluka. Di sanalah sifat penyayang Nabi dibuktikan. Nabi bukannya mendoakan
turunnya azab kepada mereka, justru memintakan hidayah kepada Allah SWT.

Tujuan hijrah ke dua adalah Habasyah. Di sana Umat Islam yang berjumlah
sekitar 100 orang laki-laki dan perempuan diterima baik. Mereka tinggal di sana
dan mendapatkan suaka politik dari raja setempat sampai ada perintah agar
mereka bergabung dengan Umat Islam yang lain di Madinah.

Hijrah terbesar yang mengubah sejarah Islam adalah hijrah ke Madinah.


Hijrah in diawali oleh dua perjanjian (baiat) antara Nabi dengan Jama’ah Haji
dari Yasrib yaitu bait al-aqobah dan baiat al-aqobah kedua. Yang pertama terjadi
pada tahun 12 kenabian dan diikuti oleh 10 orang suku khozraj dan 2 orang Aus.
Dan yang kedua terjadi pada tahun 13 kenabian dan diikuti 73 orang. Mereka
bersumpah akan menjamin keamanan dan keselamatan Nabi di Madinah.

Setelah mendapatkan jaminan keamanan dari penduduk Madinah, Nabi


memerintahkan semua Umat Islam untuk hijrah ke Madinah. Ada banyak
rintangan, namun al-hamdulillah semua dapat diatasi. Nabi adalah orang yang
terakhir hijrah bersama Abu Bakar. Kehadiran Islam dan Umat Islam di Madinah
menjadi babak baru dalam perjalanan dakwah Islam.

b. Fase Madinah

1. Tantang dan Rintangan Dakwah

Di Madinah, tantang semakin berat. Saat di Makah, Nabi hanya berhadapan


dengan orang kafir Quraish. Namun di Madinah, Nabi menghadapi kaum Yahudi
dan Nasrani. Dan yang sangat berbahaya adalam orang-orang munafik. Bentuk
rintangannya pun bermacam-macam seperti perbedaan agama, perbedaan
kepentingan, pengkhianatan, fitnah, bahkan sampai pertumpahan darah.

2. Strategi Dakwah

- 10 -
Secara garis besar, strategi dakwah Nabi dibagi menjadi dua yaitu
diplomasi dan angkat senjata.

a) Jalur diplomasi

1) Pembangunan Masjid

Setelah tiba di Madinah, Rosulullah SAW segera mendirikan masjid untuk


menyatukan Umat Islam. Di masjid, Umat Islam mendirikan sholat berjama’ah,
bermusyawaroh dan berdiskusi tentang kehidupan, dan menimba ilmu dari Nabi.
Bahkan ada beberapa sahabat yang bermukin di masjid. Mereka itulah yang
dikenal dengan ashab al-suffah. Ashah al-Suffah inilah yang menjadi embrio
lahirnya pondok pesantren.

Masjid juga dijadikan tempat latihan peperangan, bermain untuk anak-anak,


bahkan tempat untuk mengumpulkan zakat. Masjid di masa Nabi dapat dikatakan
sebagai pusat kegiatan Umat Islam.

2) Persaudaraan

Langkah diplomatik berikutnya adalah mempersaudarakan kaum muhajirin


dengan Anshor. Persaudaraan semacam ini adalah suatu yang baru karena saat itu
persaudaraan dibangun karena persamaan garis keturunan. Islam ingin
menyatakan bahwa ada persaudaraan yang lebih luas dan seharusnya bisa
menyatukan manusia dari berbagai ras yaitu persudaraan atas dasar keimanan.
Begitu kuat persaudaraan itu, hingga saat kaum muhajirin terluka, maka sahabat
anshor pun ikut merasakan sakitnya. Dalam hal ini, Nabi menyatakan,”Seorang
mukmin adalah saudara mukmin yang lain. Masing-masing saling menguatkan
yang lain.”

3) Piagam Madinah

Kalau dua item diatas yakin pendirian masjid dan persaudaraan antara Anshor dan
Muhajirin adalah untuk menguatkan intern dalam diri Umat Islam, maka untuk
menyatukan seluruh masyarakat Madinah dibuatlah piagam Madinah.

- 11 -
Piagam Madinah terdiri dari 40 pasal. Namun menurut Ibn Hisyam sebagaimana
yang dikutip oleh Samsul Munir, secara garis besar isi piagam Madinah adalah
sebagai berikut.

1) Pengakuan atas hak pribadi dan politik

2) Kebebasan beragama terjamin untuk semua umat

3) Bahu membahu untuk menangkis serangan terhadapa Madinah adalah


kewajiban atas seluruh penduduk Madinah apapun suku dan
agamanya.

4) Nabi adalah pemimpin umum bagi penduduk Madinah8.

Piagam Madinah inilah yang menjadi rujukan sistem pemerintahan Islam


dewasa ini. Ada banyak hal yang menarik dalam piagam Madinah diantaranya
adalah Rosulullah bersedia menghapus gelar Rosulullah demi terwujudkan
persatuan penduduk Madinah.

4) Perjanjian Hudaibiyah

Perjanjian Hudaibiyah adalah perjanjian damai atau genjatan senjata dalam


kurun 10 tahun antara Umat Islam dengan Kafir Quraish. Perjanjian ini bermula
dari keinginan Nabi untuk mengunjungi Ka’bah. Keinginan itu dihalangi oleh
Kafir Qurasih. Bahkan sempat terdengar isu bahwa utusan Nabi, Usman bin Affan
di bunuh. Lalu lahir apa yang dikenal sebagai Bait al-Ridlwan yakni sumpah setia
para sahabat untuk membela Islam sampai titik darah penghabisan. Melihat hal
itu, Kafir Quraish khawatir dan bersedia membuat kesepakatan yaitu perjanjian
Hudaibiyah.

Perjanjian ini terjadi pada tahun keenam hijriyah. Pernjanjian ini adalah
awal mula kemenangan Umat Islam. Isi perjanjian ini adalah:

1. Diadakan genjatan senjata pada kedua belah pihak selama 10 tahun

2. Apabila seorang kafir Quraisy masuk agama Islam tanpa seizin walinya,
maka segera ditolak oleh kaum muslimin

8
Samsul Munir Amin, 2009, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Amzah, hal. 69

- 12 -
3. Quraisy tidak menolak orang muslim yang kembali kepada mereka

4. Barang siapa yang hendak membuat perjanjian dengan Rasulullah Saw.


diperbolehkan, begitu juga siapa yang hendak membuat perjanjian dengan
Quaraisy diperbolehkan

5. Kaum muslimin tidak jadi melaksanakan ibadah umrah di tahun ini, akan
tetapi ditangguhkan sampai tahun depan9

Melihat isi perjanjian ini, banyak sahabat merasa keberatan karena memang
isinya merugikan Umat Islam. Namun Nabi berhasil meyakinkah mereka bahwa
perjanjian ini adalah kemenangan Umat Islam. Dan benar sekali, berkat perjanjian
ini dakwah Islam berkembang semakin pesat tidak hanya di Madinah dan Makah
tetapi juga sampai ke luar Arab.

b) Jalur Peperangan

Ijin perang secara resmi dikumandangkan oleh al-Qur’an Surat al-Hajj ayat
39 yang artinya,” Orang-orang yang diperangi diijinkan (untuk berberang)
dikarenakan mereka dizalimi. Dan sungguh Allah adalah Yang Mahakuasa
menolong mereka.”.

Dalam peperangan ini, adakalanya Nabi memimpin sendiri peperangn


tersebut dan adakalanya Nabi mengutus sahabat untuk memimpin perang. Ada
banyak perang yang terjadi tetapi pemakalah hanya akan menjelaskan empat
perang besar terjadi yaitu perang Badar, Perang Uhud, perang Khondak, dan
penaklukan Makah.

1) Perang Badar

Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadlan tahun 2 H atau 8 Januari


623 M di sebuh sumur milik Badar. Jumlah pasukan Islam adalah 313 orang
sedangkan jumlah pasukan kafir Qurasih 1000 orang. Pasukan Islam dipimpin
langsung oleh Nabi dan pasukan kafir Qurasih dipimpin oleh Abu Sufyan.

9
http://pendidikan60detik.blogspot.co.id/2015/10/perjanjian-hudaibiyah.html Sabut 24 November
2017 pukul 03.33 WIB

- 13 -
Perang dimulai dengan adu tanding. Umat Islam diwakili Ubaidah bin
Haris, Hamzah bin Abdul Muthollib, dan Ali bin Abi Tholib. Sedangkan pihak
kafir Qurasih diwakili oleh Syaibah bin Rabi’ah, Utbah bin Rabi’ah dan Walid bin
Utbah. Dalam perang ini, Umat Islam tampil sebagai pemenang.

Perang ini menambah keyakinan bahwa kemenangan bukan semata


ditentukan oleh jumlah pasukan perang namun kemenangan sejatinya adalah
karena izin Allah. Q.S. al-Baqoroh 249 menyatakan,”Banyak sekali terjadi
golongan yang sedikit mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah
SWT. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar.”

2) Perang Uhud

Perang ini terjadi pada tanggal 21 Maret 625 M di Bukit Uhud. Jumlah
pasukan Kafir Quraish adalah 3000 orang sedangkan jumlah pasukan umat Islam
adalah 1000 orang. Seribu orang pasukan itu belum dikurangi oleh pasukan Ubay
bin Salul yang membelot meninggalkan medan pertempuran.

Pada perang ini, Nabi menugaskan pasukan pemanah untuk berada di atas
bukit. Perang dimulai dengan adu tanding lalu berkorbarlah perang secara masal.
Awalnya pasukan Islam menang. Namun di tengah pertempuran, pasukan
pemanah yang bertugas di atas bukit turun untuk mengambil jarahan perang.
Melihat hal itu, pasukan Quraish dibawah komando Kholid bin Walid merubah
haluan menyerang Umat Islam dari atas bukit Uhud. Akhirnya kedaan berubah
drastis. Umat Islam kacau dan mengalami kekalangan. Sempat diisukan bahwa
Nabi terbunuh. Hal ini menyebabkan Umat Islam bertambah kacau dan bingung.
Semangat juang kembali membara saat terbukti Nabi masih tetap hidup.

Pada perang ini, Nabi mengalami luka sampai girinya rontok. Banyak
pejuang Islam yang gugur termasuk paman Nabi, Hamzah bin Abdul Muthollib
yang gugur dengan dada terobek tanpa jantung.

3) Perang Khondak

Perang ini disebut perang Khondak karena strategi pertahanan Umat Islam
adalah parit (khondaq) yang mengelilingi perbatasan Madinah. Perang ini juga

- 14 -
disebut perang Ahzab yang berarti federasi atau gabungan. Musuh Islam saat itu
adalah gabungan dari Quraish dan Yahudi Madinah. Tentara gabungan itu berhasil
mengumpulkan 10.000 orang pasukan sementara jumlah pasukan Islam sekitar
3000 orang.

Perang ini terjadi selama 2 minggu pada akhir bulan Maret hinnga awal
Bulan April 327 M. Pertempuran ini sendiri juga merupakan perang kecerdasan
yang berhasil dimenangkan oleh kaum Muslim yang berhasil mengalahkan musuh
mereka secara taktis dengan hanya mengalami sedikit korban. Perang ini tercatat
dalam al-Qur’an, yaitu pada surat al-Ahzab (surat ke-33) ayat 9 hingga 27. Dari
perang ini juga dapat diambil pelajaran kemenangan bukan semata-mata berkat
kemampuan namun kemenangan adalah anugerah Allah meskipun seringkali
anugerah Allah itu datang bersamaan dengan kemampuan.

4) Fath Makah

Penaklukan Makah terjadi pada tahun ke 8 H. Jumlah pasukan Islam sekitar


10.000 orang. Nabi membagi pasukannya menjadi empat bagian untuk memasuki
Makah. Dari arah arah timur Makah, Nabi menunjuk Qois bin Sa’d. Dari arah
barat, Nabi menunjuk Abu Ubadah. Dari arah atas Makah, pasukan Islam
dipimpin oleh Zubari bin Awam. Dan dari arah utara, ditunjuklah Kholid bin
Walid. Penaklukan perang Makah ini terjadi secara damai keucali dari arah utara
pasukan Kholid mengalami sedikit perlawanan. Namun semua berhasil
dipatahkan.

Memasuki kota Makah, Nabi tunduk khusyu’ sambil berdzikir dan


mengulang-ulang bacaan Al-Qur’an Surat al-Fath. Ada sebuah peristiwa, saat
Nabi memasuki Masjid haram, Abu Bakar mengajak bapaknya untuk menemui
Nabi agar sang ayah masuk Islam. Melihat hal itu Nabi berkata,”Bukankah
sebaiknya orang tua itu tetap di rumahnya? Biarkanlah aku saja yang
menemuinya!”

Abu Bakar berkata,”Bukan begitu Nabi. Dialah yang seharusnya datang


menemuimu. Bukan malah Anda yang dating menmuinya.” Kemudian Nabi

- 15 -
mendekati orang tua itu dan mengusap dadanya sambil berkata,”Masuklah
Islam!”. Maka orang tua itu pun masuk Islam.10

Penaklukan Makah merupakan sejarah penaklukan yang gemilang dan


menakjubkan. Bukan semata-mata karena kesukseannya tanpa peperangan, namun
dikarenakan sikap Nabi yang memaafkan kesalahan-kesalahan penduduk Makah
yang sebelumnya telah memusuhi belaiu dan Umat Islam.

d. Sang Nabi Wafat

Nabi meninggal pada hari Senin tanggal 12 Robi’ al-Awal tahun kesepuluh
Hijriyah dalam usia enam puluh tiga tahun. Kemudia dimakamkan di rumah
Aisyah. Di sana juga dimakamkan dua sahabat terdekat beliau yaitu Abu Bakar as-
Shidiq dan Umar bin Khottob.

10
Hanan Liham, 2001, Hady al-Siroh al-Nabawiyah fi al-taghyir al-Ijtima’I, Damaskus: Dar al-
Fikr, hal.516

- 16 -
3. Simpulan

Sebagai simpulan, penulis ingin mengakhiri tulisan ini dengan sebuah Q.S.
al-Baqoroh ayat 214:

َّ‫أو لم وحزسلبتل لم وأنَ تولدلخللوُاا ٱَللوجنرَّةو وولورَّماَّ يِولأتزلكم رَّمثولل ٱَلرَّزذيِونِ وخلولوُاا زمنِ قولبلزلك مُم رَّمرَّسلللتهللم ٱَللبولأوسللاَلء ووٱَل ر‬
‫ضللرَّراَّلء وولزللززللللوُاا‬
‫لز أوول إزرَّنَ نو ل‬
٢١٤ ‫صور ٱَرَّلز قوزريِبب‬ ‫وحترَّىى يِولقوُول ٱَلرَّرلسوُلل ووٱَلرَّزذيِونِ وءاوملنوُاا وموعهۥُل ومتوىى نو ل‬
‫صلر ٱَ رَّ ل‬

214. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?"
Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat

Dengan redaksi yang sedikit berbeda, Allah mengulang pertanyaan


tersebut dalam Q.S. Ali Imron ayat 142:

َّ‫أو لم وحزسلبتل لم وأنَ تولدلخللوُاا ٱَللوجنرَّةو وولورَّماَّ يِولعلوزم ٱَرَّلل ٱَلرَّزذيِونِ ىوجهولدواا زمنلك لم وويِولعلووم ٱَل ى ر‬
١٤٢ ِ‫صبززريِون‬

142. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal
belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata
orang-orang yang sabar

Dua ayat di atas menggambarkan kondisi Umat Islam yang mendapatkan


ujian dari Allah swt terutama saat perang. Segala macam usaha dilakukan sampai
satu-satunya usaha yang dapat ditempuh adalah berharap pada pertolongan Allah.
Dari sini, perlu ditegaskan bahwa syahadat yang kita ikrarkan bukan akhir dari
proses Islam kita namun itu adalah awal dari keberagaman kita. Pada tahap
berikutnya, kita akan mengalami ujian dan cobaan untuk membuktikan kebenaran
syahadat kita sampai pada suatu saat pikiran, tenaga, dan segalanya telah kita
curahkan, kita tidak bisa apa. Kita hanya dapat pasrah dan menunggu kapan
pertolongan Allah itu tuba. Dan kita harus yakin bahwa pertolongan Allah itu pasti
datang.

- 17 -

Anda mungkin juga menyukai