Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MAKNA SPIRITUAL ZAKAT DAN SHADAQAH

diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah


Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Disusun oleh :
Kelompok 3
Ineu Rustani 312018006
Widia Noviyanti 312018022
Dewi Rasmita Saragih 312018005
Ernawati Nurparida 312018048
Muhtar Dhahari 312018007

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN


STIKES AISYIYAH BANDUNG
2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Bismillahirrohmanirrohim.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana
telah melimpahkan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Spiritual
Muslim mengenai makna spiritual zakat dan sedekah ini dengan lancar dan
tepat waktu.

Adapun tujuan kami membuat makalah yaitu untuk menyelesaikan salah


satu tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim di STIKes
Aisyiyah Bandung mengenai makna spiritual zakat dan sedekah.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh
karena itu kami mohon kiranya tanggapan berupa kritik atau saran untuk
perbaikan sehingga pada akhirnya yang kami harapkan adalah bahwa makalah
ini kiranya dapat berguna bagi pendidikan kesehatan khususnya bagi perawat
dan pembaca.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada tim dosen mata
kuliah AKSM yang telah memberikan materi seputar asuhan keperawatan
muslim. Terima kasih pula saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
perkuliahan di STIKes Aisyiyah Bandung kelas B1 yang sampai saat ini masih
solid dan semangat dalam menuntut ilmu keperawatan disamping pekerjaan
sehari-hari sebagai abdi masyarakat. Semoga Alloh SWT membalas semua
kebaikan kalian semuanya. Amin.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Bandung, 30 April 2019

Penulis,

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar………………………….……………………………..……ii

Daftar Isi……………………………………………………………...…….iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………..…1
B. Rumusan Masalah……………………………………………….....2
C. Tujuan Penulisan……………………………………………..…….2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Shadaqah ……..………………………………………. 3


B. Pengertian zakat ...………………………………………………….4
C. Hukum Dasar Zakat dan Shadaqah ...………...…………………….5
D. Makna zakat dan Shadaqah ……………………………………...…9

BAB III KESIMPULAN

A. Kesimpulan………………………………………………………...14

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang sempurna, dan sebagaimana fungsi agama
dalam kehidupan manusia, Islam senantiasa memberikan tuntunan kepada manusia
untuk mengatur kehidupan yang baik termasuk dalam segi perekonomian atau
pengelolaan harta benda. Dalam ajaran Islam harta disebut Maal yang berarti segala
sesuatu yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok berupa kekayaan, atau barang
perdagangan, rumah, uang, hewan, dan lain sebagainya yang cenderung ingin
dimiliki, dikuasai, dan dimanfaatkan oleh manusia. Allah Subhanahu wa Ta”ala
berfirman :
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas,
perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah
kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga).” (QS. Ali Imran : 14)
Harta dalam Islam pada hakikatnya adalah amanah (titipan) dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Sedangkan pemilik mutlak terhadap segala sesuatu yang ada
di muka bumi ini, termasuk harta benda, adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Kepemilikan oleh manusia hanya bersifat relatif, sebatas untuk melaksanakan
amanan mengelola dan memanfaatkan sesuai dengan ketentuanNya.
“... dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang
dikaruniakanNya kepadamu…” (QS. An-Nuur : 33)
Pemanfaatan harta dalam Islam dianggap sebagai kebaikan. Kegiatan ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun rohani sehingga
mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah Subhanahu
wa Ta’ala untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Kebahagian di dunia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk ekonomi.
Sedangkan kebahagiaan di akhirat kelak berarti keberhasilan manusia dalam
memaksimalkan fungsi kemanusiannya (ibadah).

1
Untuk mencapai kebahagian akhirat melalui pemanfaatan harta benda,
Islam sebagai agama yang sempurna mengaturnya dalam suatu bentuk ibadah yang
disebut shadaqah, infaq dan zakat. Ketiga amalan ini merujuk kepada satu
pengertian yang sama yaitu memberikan sesuatu milik kita dengan tujuan
beribadah kepada Allah dan mengharapkan keridhoanNya. Namun pada
pelaksanaanya ibadah-ibadah memiliki teknis yang berbeda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik beberapa pokok
masalah. Adapun pokok masalah tersebut adalah sebagai berikut :
a. Apakah yang dimaksud dengan shadaqah?
b. Apakah yang dimaksud dengan zakat?
c. Apakah dasar hukum zakat dan shadaqah?
d. Apakah makna spiritual dalam zakat dan shadaqah?

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang shadaqah dan zakat dalam
agama Islam
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui pengertian shadaqah
2) Mengetahui pengertian zakat
3) Mengetahui dasar hukum shadaqah dan zakat
4) Mengetahui makna spiritual dalam zakat dan shadaqah

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Shadaqah
Secara bahasa kata sedekah berasal dari bahasa Arab shodaqoh yang
secara bahasa berarti tindakan yang benar. Pada awal pertumbuhan islam, sedekah
diartikan sebagai pemberian yang disunahkan. Tetapi, setelah kewajiban zakat
disyariatkan dalam Al-Qur’an sering disebutkan dengan kata shadaqah maka
shadaqah mempunyai dua arti. Pertama, shadaqah sunah atau tathawwu’ (sedekah)
dan wajib (zakat). Sedekah sunah atau tathawwu’ adalah sedekah yang diberikan
secara sukarela (tidak diwajibkan) kepada orang (misalnya orang yang
miskin/pengemis), sedangkan sedekah wajib adalah zakat, kewajiban zakat dan
penggunaanya telah dinyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an dalam surat At-
Taubat ayat 60 yang artinya “Zakat merupakan ibadah yang bersifat
kemasyarakatan, sebab manfaatnya selain kembali kepada dirinya sendiri (orang
yang menunaikan zakat), juga besar sekali manfaatnya bagi pembangunan bangsa
negara dan agama”.
Sedangkan secara syara’ (terminologi), sedekah diartikan sebagai sebuah
pemberian seseorang secara ikhlas kepada orang yang berhak menerima yang
diiringi juga oleh pahala dari Allah. Contoh memberikan sejumlah uang, beras atau
benda-benda lain yang bermanfaat kepada orang lain yang membutuhkan.
Berdasarkan pengertian ini, maka yang namanya infak (pemberian atau
sumbangan) termasuk dalam kategori sedekah. Sedekah memiliki makna luas
berkaitan dengan pemberian seorang muslim kepada orang lain, tidak terbatas pada
pemberian harta.
Abu Dzar menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasalam
bersabda :
“Di setiap pagi, setiap ruas tulang bani Adam memiliki kewajiban
bersedekah; ucapan salamnya kepada orang yang dijumpainya adalah
sedekah, nahi munkarnya adalah sedekah, menyingkirkan sesuatu yang
mengganggudari jalan adalah sedekah, menggauli istri adalah sedekah,

3
dan semua itu dapat dicukupi diimbangi pahalanya oleh dua rakaat
shalat Dhuha…”
Aisyah menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasalam
bersabda :
“Setiap manusia dari anak cucu Adam diciptakan di atas 360 persendian.
Siapa bertakbir, bartahmid, bertahlil, bertasbih, atau beristigfar kepada
Allah, menyingkirkan batu atau tulang dari jalan yang dilalui oleh
manusia atau beramar makruf nahi mungkar sejumlah 360, maka ketika
menjelang sore atau ketika ia berjalan pada hari itu, sungguh ia telah
menyelamatkan dirinya dari api neraka”

2. Pengertian Zakat
Zakat menurut literal, ialah subur, bertambah. Menurut syara’ ialah,
jumlah harta yang dikeluakan untuk diberikan kepada golongan yang telah
ditetapkan syara’. Dari segi bahasa, kata zakat merupakan mashdar (kata dasar) dari
zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik dan bertambah. Dari segi istilah
fikih, zakat adalah sebutan bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan oleh Allah
SWT agar diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Zakat adalah hak yang
telah ditentukan besarnya yang wajib dikeluarkan pada harta-harta tertentu (haqqun
muqaddarun yajibu fi amwalin mu’ayyanah).
Mazhab Maliki mendefinisikannya dengan, “ Mengeluarkan sebagian
yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai nishab ( batas
kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang berhak menerimanya
(mustahiqq)-nya. Dengan catatan, kepemilikan itu penuh dan mencapai haul
(setahun), bukan barang tambang dan bukan pertanian”.
Menurut mazhab Imam Syafi'i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya
harta atau tubuh sesuai dengan secara khusus. Sedangkan menurut mazhab Imam
Hambali, zakat ialah hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula, yaitu kelompok delapan yang disyaratkan dalam Al-
Qur'an.
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No 38 sebagaimana diubah
dan ditambah dengan UU RI No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, zakat
diformulasikan sebagai harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau

4
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syariat Islam. Secara substantif, pada dasarnya sama dengan beberapa formula
zakat yang dirumuskan pakar-pakar hukum Islam Klasik maupun Kontemporer.
Perbedaannya adalah, para ulama dahulu sesuai dengan kondisi yang ada, hanya
meletakkan perwajiban zakat kepada orang perorangan secara individu (wajib
‘ayn). Sementara peraturan perundang-undangan kini melibatkan kewajiban zakat
terhadap badan usaha yang dimiliki orang-orang muslim (Suma, 2016).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan zakat adalah
sebagian harta yang dikeluarkan oleh pemilik harta (Muzakki) setelah mencapai
jumlah tertentu (nishab) dengan waktu kepemilikan (haul) setahun, kepada yang
berhak menerimanya (Mustahiqq) sesuai dengan ketentuan Al Quran. Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

۞‫ب َوٱ ۡل َٰغَ ِر ِمينَ إِنَّمَا‬ ِ ‫ين َوٱ ۡل َٰعَ ِملِينَ َعلَ ۡي َها َوٱ ۡل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َوفِي ٱ ِلرقَا‬ َ َٰ ‫ص َد َٰقَتُ ِل ۡلفُقَ َرآ ِء َوٱ ۡل َم‬
ِ ‫س ِك‬ َّ ‫ٱل‬
‫ع ِلي ٌم َح ِكيم‬ ِ ِۗ َّ ‫ض ٗة ِمنَ ٱ‬
َ ُ‫َّلل َوٱ ََّّلل‬ َ ‫س ِبي ِۖ ِل فَ ِري‬
َّ ‫َّلل َوٱ ۡب ِن ٱل‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل ٱ‬
َ ‫َو ِفي‬

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS At Taubah : 60)

3. Hukum Shadaqah dan zakat


Al Quran sebagai petunjuk hidup bagi umat Muslim telah banyak
membahas tentang sedekah dan zakat. Untuk sedekah Al Quran tidak menyebutkan
secara langsung karena sedekah lebih bermakna luas dari zakat, Allah berfirman :

َ‫َّلل ي ُِحبُّ ٱ ۡل ُم ۡح ِسنِين‬ ْۚ


َ َّ ‫َّلل َو ََل ت ُ ۡلقُواْ بِأ َ ۡيدِي ُك ۡم إِلَى ٱلتَّهۡ لُ َك ِة َوأَ ۡح ِسنُ ٓواْ إِ َّن ٱ‬ َ ‫َوأَن ِفقُواْ فِي‬
ِ َّ ‫سبِي ِل ٱ‬

“Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah


kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat

5
baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik.” (QS Al Baqarah: 195)

ُ ‫ص‬
‫ط َوإِلَ ۡي ِه‬ ُ ِ‫ير ْٗۚة َوٱ ََّّللُ يَ ۡقب‬
ُ ‫ض َويَ ۡب‬ ۡ َ‫ض ِعفَهۥُ لَهۥٓ ُ أ‬
َ ِ‫ض َع ٗافا َكث‬ َ َٰ ُ‫س ٗنا فَي‬ ُ ‫َّمن ذَا ٱلَّذِي ي ُۡق ِر‬
َ َّ ‫ض ٱ‬
َ ‫َّلل قَ ۡرضًا َح‬
َ‫ت ُ ۡر َجعُون‬

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang


baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat
gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan
Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah : 245)

Pada dasarnya sedekah dapat diberikan kepada dan dimana saja tanpa
terikat oleh waktu dan tempat. Namun ada waktu dan tempat tertentu yang lebih
diutamakan yaitu lebih dianjurkan pada bulan Ramadhan. Dijelaskan pula dalam
kitab Kifayat al-Akhyar, sedekah sangat dianjurkan ketika sedang menghadapi
perkara penting, sakit atau berpergian, berada dikota Mekkah dan Madinah,
peperangan, haji, dan pada waktu-waktu yang utama seperti sepuluh hari di bulan
Dzulhijah, dan hari raya.

Sedekah juga dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan,


namun ada beberapa kelompok orang yang lebih utama yaitu kepada family yang
paling memusuhi, family yang jauh hendaklah didahulukan dari tetangga yang
bukan family. Karena selain sedekah, pemberian itu akan saling mempererat
hubungan silaturahmi. Selain itu dalam menggunakan cara kita juga harus memilih
cara yang lebih baik dalam bersedekah yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi. Hal
itu lebih utama dibandingkan terang-terangan.
Zakat adalah satu kewajiban dari kewajiban Islam dan termasuk salah satu
dari rukun agama. Dalil kewajibannya ditunjukkan oleh Al Quran, Sunnah, dan
Ijma. Dalam Al Quran kata zakat diulang-ulang 32 kali dalam 19 surat dan 32 ayat,
rata-rata kata zakat bergandengan dengan kata sholat. Perangkaian kata sholat dan
zakat menunjukan dua hal yang berbeda tetapi harus selalu menyatu. Dalam Al
Quran kewajiban zakat terdapat pada:

6
َّ ٰ ‫لزك َٰوة َ َوٱ ۡر َكعُواْ َم َع ٱ‬
َ‫لر ِكعِين‬ َّ ‫َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ‫صلَ ٰوة َ َو َءاتُواْ ٱ‬

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-


orang yang ruku”.(QS. al-Baqarah: 43)

ُ‫لزك َٰوةَ َو ٰذَلِكَ ِدين‬


َّ ‫صلَ ٰوة َ َوي ُۡؤتُواْ ٱ‬ ِ ‫َو َما ٓ أ ُ ِم ُر ٓواْ ِإ ََّّل ِل َيعۡ بُد ُواْ ٱ َّّللَ ُم ۡخ ِل‬
َّ ‫صينَ لَهُ ٱلدِينَ ُحنَفَا ٓ َء َويُ ِقي ُمواْ ٱل‬
‫ٱ ۡلقَ ِي َم ِة‬

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah


dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama
dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(QS. al-Bayyinah:
5).
Dalil dari sunnah antara lain sabda Nabi SAW:
Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Islam dibangun di atas lima pilar: Kesaksian bahwa tiada
tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji, dan puasa Ramadhan”(Al-
Bukhari)
Adapun dari segi ijma bahwa kaum muslimin dari setiap masa sepakat
bahwa zakat adalah kewajiban.
Dari segi bentuk dan macamnya, secara umun dan garis besar, zakat dibagi
menjaddi dua, yaitu zakat nafs (zakat fitrah) dan zakat mal (zakat harta). Zakat
fitrah wajib dibayarkan setiap tahun, tepatnya pada setiap akhir bulan Ramadhan
sampai sebelum pelaksanaan sholat Idul Fitri. Sedangkan zakat harta
pengeluarannya bergantung pada jenis-jenis harta yang bersangkutan di samping
jenis-jenis usaha yang dilakukan oleh para muzakki. Zakat harta meliputi berbagai
bidang seperti pertanian, perdagangan, dan beberapa lainnya sehingga lahirlah
istilah-istilah zakat yang terkait dengan bidang tersebut, seperti zakah al zira’ah
(zakat pertanian), zakah al-iqarah (zakat benda-benda bergerak).
Secara umum, para ulama sebagaimana dikemukakan ‘Abd al Rahman al
Juzayn, menyebutkan lima macam harta dan/atau dunia usaha yang wajib dizakati
yaitu:

7
a. Binatang ternak (al-an’am) yang meliputi untu, sapi/lembu, kerbau, dan
kambing
b. Mata uang emas perak (termasuk mata uang kertas)
c. Barang-barang dagangan (urudh al-tijarah)
d. Barang tambang dan temuan (ma’din dan rikaz)
e. Tanam-tanaman dan buah-buahan (al-zuru wa al tsimar) dalam konteks
pertanian dan perkebunan
Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia No 38 sebagaimana
diubah dan ditambah dengan UU RI No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,
menyebutkan bahwa: “Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah. Zakat mal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (a) emas; perak dan logam mulia
lainnya; (b) uang dan suran berharga lainnya; (c) perniagaan; (d) pertanian,
peternakan, dan kehutanan; (e) peternakan dan perikanan; (f) perlembagaan; (g)
perindustrian; (h) pendapatan dan jasa; dan (i) rikaz.
Para ahli fikih mensyaratkan muzakki (pembayar zakat) harus beragama
Islam, dewasa, dan berakal sehat. Zakat merupakan kelompok ibadah mahdah
(murni) sehingga harus didasarkan pada niat. Syarat-syarat harta yangg wajib
dizakati ialah:
a. Sempurna kepemilikannya
b. Telah mencapai nishab atau jumlah minimal tertentu
c. Telah mencapai satu tahun (hawl) untuk jenis zakat tertentu khusunya
perniagaan atau yang sejenisnya
d. Di saat-saat panen untuk zakat pertanian dan/atau yang disamakan dengan
pertanian
e. Saat menerima pembayaran gaji/honorarium paling tidak menurut ahli hukum
Islam memperbolehkan seorang muzakki mempercepat pembayaran dan
zakatnya, tanpa harus menunggu satu tahun.
Sistem ekonomi dan keuangan zakat, infak, dan sedekah dalam Islam,
mamiliki rancangan yang luar biasa hebat, cermat, dan akurat dalam menetapkan
sasaran atau target penerima dana zakat. Terdapat delapan kelompok sosial
penerima zakat (tsamaniyah ashnaf al mustahiqqin) sesuai dengan surat At Taubah:
103, yaitu:

8
a. Fuqara (fakir)
b. Masakin (miskin)
c. Mu’allafah qulubuhum (mualaf)
d. Amilin (panitia zakat)
e. Riqab (orang yang terampas kemerdekaannya)
f. Gharimin (orang yang berhutang tetapi tidak mampu membayarnya)
g. Sabilillah (orang yang berjuang secara sukarela untuk menegakkan agama
Allah)
h. Ibn sabil (orang yang sedang dalam perjalanan)

4. Makna Zakat dan Shadaqah


Zakat, infaq dan sedekah merupakan ibadah yang mempunyai dimensi
ganda yaitu transidental dan horizontal dalam pengertian bahwa yang terkait
dengan peningkatan keimanan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala maupun
peningkatan kualitas hubungan antar sesama manusia, serta dapat membantu dan
membina kaum dhuafa maupun mustahiqq lainnya ke arah kehidupan yang lebih
baik dan lebih sejahtera (Intern, Akuntansi, Zakat, & Shadaqah, n.d.).
Islam merupakan agama yang rahmatan lil “alamin atau rahmat bagi
semesta alam (QS al Anbiya: 107). Berdasarkan ayat tersebut, beberapa ulama
berpendapat bahwa agama yang menunjukkan komitmennya terhadap hal-hal yang
menjadi kepentingan semua pihak, semua golongan, bahkan semua makhluk yang
ada di alam semesta ini. Dalam dimensi spiritual zakat dan sedekah merupakan
bentuk nyata keimanan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala. Agama
Islam tidak hanya mengatur peribadatan yang bersifat personal tetapi juga sosial.
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang bercorak sosial ekonomi
dari lima rukun Islam. Dengan zakat, disamping ikrar tauhid (syahadat) dan shalat,
seseorang barulah sah masuk kedalam barisan umat Islam dan diakui keislamannya.
Dalam Al Quran ada dua perintah yang selalu dikemukakan secara bergandengan
seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu sholat dan zakat. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah mewajibkan umatnya untuk menunaikan perintah
sholat sebagai bentuk ibadah yang dimensi spiritualnya bersifat personal, maka
selalu diikuti dengan kewajibban membayar zakat sebagai bentuk ibadah yang
bersifat sosial (Rahman, 2010).

9
Terdapat beberapa keutamaan dan manfaat yang dapat diperoleh dengan
sedekah, yaitu:
a. Amalan yang Utama
Rasulullah SAW telah bersabda: “Tangan yang di atas lebih baik
daripada tangan yang di bawah. Tangan diatas adalah yg memberi dan tangan di
bawah adalah yang menerima.” (HR. Muslim).
Umar Bin Khathtab pernah berkata: “Sesungguhnya amalan-amalan itu
saling membanggakan diri satu sama lain, maka sedekahpun berkata (kepada
amalan- amalan lainnya),’Akulah yang paling utama diantara kalian.”
b. Melindungi Dari Bencana
Rasulullah SAW pernah bersabda seperti dibawah ini: “Obatilah orang
sakit diantara kalian dengan sedekah.”
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah mengatakan: “Sesungguhnya sedekah
bisa memberikan pengaruh yg menakjubkan utk menolak berbagai macam bencana
sekalipun pelakunya orang yang fajir (pendosa), zhalim atau bahkan orang kafir,
karena Allah SWT akan menghilangkan berbagai macam bencana dengan
perantara sedekah tersebut…”
c. Berlipat Ganda Pahalanya
Allah SWT telah berfirman: “Perumpamaan (infak yg dikeluarkan oleh)
orang-orang yg menginfakan hartanya di jalan Allah adalah serupa dg sebutir
benih yg menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiapbulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yg Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.”(QS.Al-Baqarah:261)
Rasulullah SAW juga bersabda : “Barangsiapa bersedekah senilai satu
biji kurma yg berasal dari mata pencaharian yg baik—dan Allah tidak akan
menerima kecuali yg baik—maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dg
tangan kanan-Nya, kemudian dipelihara untuk pemiliknya, sebagaimana seseorang
diantara kalian memelihara anak kuda, sehingga sedekah itu menjadi (besar)
seperti gunung”

10
d. Dapat Menghapus Dosa dan Kesalahan
Rasul SAW bersabda: “Bersedekahlah kalian, meski hanya dg sebiji
kurma. Sebab, sedekah dapat memenuhi kebutuhan orang yang kelaparan, dan
memadamkan kesalahan, sebagaimana air memadamkan api.”
Beliau juga menasehatkan kepada para pedagang: “Wahai sekalian
pedagang,sesungguhnya setan dan dosa menghadiri jual beli kalian, maka
sertailah jual beli kalian dengan sedekah.”
e. Menjadikan Harta Berkah dan Terus Berkembang
Allah SWT berfirman: “Katakanlah,’Sesungguhnya Rabb-ku
melapangkan rejeki bagi siapa yg dikehendaki diantara hamba-hamba-Nya dan
menyempitkan bagi (siapa yg dikehendaki-Nya). Dan apa yg kamu infakkan, maka
Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rejeki sebaik-
baiknya.”(QS.Saba’:39)
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengembangkan
sedekah kurma atau sepotong makanan dari seorang diantara kalian, sebagaimana
seseorang diantara kalian memelihara anak kuda atau anak untanya, sehingga
sedekah tersebut menjadi besar seperti bukit Uhud.”
f. Melapangkan Jalan ke Surga dan Menyumbat Jalan ke Neraka
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada
surga yg luasnya seluas langit dan bumi yg di sediakan utk orang-orang yg
bertakwa. (Yaitu) orang-orang yg menginfakkan (hartanya), baik diwaktu lapang
maupun sempit, dan orang-orang yg menahan amarahnya dam memaafkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang yg berbuat kebajikan.”(QS. Ali
Imron:133-134)
Rasulullah SAW bersabda: “Buatlah penghalang antara dirimu dan api
neraka walau hanya dg separuh butir kurma.”
g. Menjadi Bukti Keimanan
Di dalam sebuah Hadits Rasulullah bersabda: “Sedekah adalah burhan
atau (bukti).“ (HR. Bukhari). Maksudnya, sedekah adalah bukti keimanan
pelakunya.Sesungguhnya orang munafik menolak keberadaan sedekah karena tidak
meyakininya. Barang siapa yg mau bersedekah, maka hal itu menunjukkan
kebenaraan imannya.

11
Rasul SAW juga bersabda: “Sifat iman dan kikir tidak akan berkumpul
dalam hati seseorang selama-lamanya.”
h. Membawa Keberuntungan dan Merupakan Pintu Gerbang Semua Kebaikan
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Dan barang siapa yang dipelihara
dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”(QS. Al Hasyr
: 9)
Dalam ayat lain Allah juga menegaskan: “Kamu sekali-kali tidak sampai
kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menginfakkan sbahagian harta
yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu infakkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuuiya.”(QS. Ali Imran : 92)
i. Mendapat Naungan di Padang Mahsyar
Sedekah akan menolong pelakunya dari kesengsaraan dalam perjalanan
menuju alam akhirat kelak, mengenai hal ini Rasulullah SAW bersabda:
“Setiap orang akan berada dibawah naungan sedekahnya, hingga diputuskannya
perkara-perkara diantara manusia.”
Didalam hadits lain Beliau juga bersabda: “Naungan seorang mukmin di
hari kiamat adalah sedekahnya.” (Shahih Ibnu Khuzaimah 4/95)
j. Pahalanya Akan Mengalir Terus Walaupun Telah Meninggal
Rasul SAW bersabda: “Pahala amalan dan kebaikan yg bakal
menghampiri seorang mukmin sepeninggalnya—Beliau menyebutkan diantaranya-
-,(yakni)musyaf yg ia tinggalkan,masjid yg ia bangun,rumah untuk orang yg dalam
perjalanan yg ia bangun, sungai yg ia alirkan, atau sedekah yg ia keluarkan dari
hartanya dikala sehat dan hidupnya, maka ia akan bakal menghampirinya
sepeninggalnya.”
Dengan menunaikan zakat, seorang muslim selain melaksanakan perintah
Allah dan rasulNya juga sebagai jalan untuk meraih keridhoanNya. Yakin terhadap
segala hikmah yang akan diperoleh dan keimanan terhadap balasan di akhirat kelak.
Memahami dan meyakini pula makna yang terkandung dalam pelaksanaan zakat,
yaitu:
a. Orang yang menunaikan zakat karena Allah yakin, Allah akan mensucikan dan
membersihkan hartanya dan jiwanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

12
“ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS At Taubah:103)
b. Orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan selalu dilimpahkan
keberkahan oleh Allah SWT, kemudian keberkahan harta ini akan berdampak
pada keberkahan hidup.
c. Orang yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan ijin Allah) akan selalu
terus tumbuh dan berkembang. Hal ini disebabkan oleh kesucian dan
keberkahan harta yang telah ditunaikan kewajiban zakatnya.
d. Orang yang selalu membayar zakat, hartanya akan jauh dari masalah sehingga
harta mereka tidak menjadi penghalang ibadah kepada Allah tetapi dengan
harta tersebut menjadi jalan lebih dekat kepada Allah.

Zakat juga mengandung beberapa hikmah, baik bagi perseorangan maupun


masyarakat. Diantara hikmah dan faedah zakat itu ialah:

a. Mendidik jiwa manusia suka berkorban dan membersihkan jiwa dari sifat-sifat
kikir dan bakhil.
b. Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT
c. Membersihkan dan mengikis akhlaq yang buruk
d. Menjadi dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
e. Mengandung arti persamaan yang memikirkan nasib manusia dalam suasana
persaudaraan
f. Pilar amal jama’i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da’i
yang berjuang dan berdakwah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
g. Zakat memberi arti bahwa manusia itu bukan hidup untuk dirinya sendiri; sifat
mementingkan diri sendiri harus disingkirkan dari masyarakat Islam
h. Seorang muslim harus mempunyai sifat-sifat baik dalam hidup perseorangan,
yaitu murah hati, penderma, dan penyayyang
i. Zakat juga dapat menjaga timbulnya rasa dengki, iri hati, dan menghilangkan
jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
j. Zakat bersifat sosialistis, karena meringankan beban fakir miskin dan
meratakan nikmat Allah yang diberikan kepada manusia.

13
BAB III
Kesimpulan

Sedekah diartikan sebagai sebuah pemberian seseorang secara ikhlas


kepada orang yang berhak menerima yang diiringi juga oleh pahala dari Allah.

Zakat adalah sebagian harta yang dikeluarkan oleh pemilik harta


(Muzakki) setelah mencapai jumlah tertentu (nishab) dengan waktu kepemilikan
(haul) setahun, kepada yang berhak menerimanya (Mustahiqq) sesuai dengan
ketentuan Al Quran. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

۞‫ب َوٱ ۡل َٰغَ ِر ِمينَ إِنَّمَا‬ ِ ‫ين َوٱ ۡل َٰعَ ِملِينَ َعلَ ۡي َها َوٱ ۡل ُم َؤلَّفَ ِة قُلُوبُ ُه ۡم َوفِي ٱ ِلرقَا‬ َ َٰ ‫ص َد َٰقَتُ ِل ۡلفُقَ َرآ ِء َوٱ ۡل َم‬
ِ ‫س ِك‬ َّ ‫ٱل‬
‫ع ِلي ٌم َح ِكيم‬ ِ ِۗ َّ ‫ض ٗة ِمنَ ٱ‬
َ ُ‫َّلل َوٱ ََّّلل‬ َ ‫س ِبي ِۖ ِل فَ ِري‬
َّ ‫َّلل َوٱ ۡب ِن ٱل‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل ٱ‬
َ ‫َوفِي‬

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS At Taubah : 60)
Sedekah memiliki makna yang lebih luas dari zakat mengenai suatu ibadah
dengan memberikan sebagian harta kepada orang lain dengan mengharapkan
keridhoan Allah SWT. Perbedaanya adalah pada jumlah dan waktu kepemilikan
harta, sedekah tidak terbatas pada keduanya, sedangkan zakat terbatas pada
keduanya itu.
Menunaikan zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat muslim,
dengan tujuan menyucikan dan membersihkan harta. Serta memiliki makna yang
dalam untuk membuktikan keimanan seorang muslim. Makna pelaksanaan zakat
adalah At Thohuru (membersihkan atau mensucikan), Al Barakatu (berkah), An
Numuw (tumbuh dan berkembang), As sholahu (beres atau keberesan).

14
Daftar Pustaka

Al Quran dan terjemahan

Al Affani, As Syayid bin Husein. (2011). Amalan penghapus dosa anda. Solo:
Aqwam

Intern, P., Akuntansi, D. A. N., Zakat, D., & Shadaqah, I. D. A. N. (n.d.).


Pengendalian intern dan akuntansi dana zakat, infaq dan shadaqah.

Rahman, T. (2010). Rethinking Ajaran Zakat.

Suma, M. A. (2016). Zakat, Infak, dan Sedekah: Modal dan Model Ideal
Pembangunan Ekonomi dan Keuangan Modern. Al-Iqtishad: Journal of
Islamic Economics, 5(2). https://doi.org/10.15408/aiq.v5i2.2568

Undang-undang Republik Indonesia No 38 sebagaimana diubah dan ditambah


dengan UU RI No. 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

15

Anda mungkin juga menyukai