Anda di halaman 1dari 37

Selasa, 26 Oktober 2010

AYAT TENTANG PERINTAH MENJAGA LINGKUNGAN DIDALAM ALQURAN(AR RUM AYAT 41) 1. Terjemahan surah Ar-Rum ayat 41-42 AR RUM 41. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). AR RUM 42. Katakanlah: Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah). 2. Isi kandungan surah Ar-Rum ayat 41-42 1. Pengertian menjaga kelestarian lingkungan hidup menurut kamus besar bahasa indonesia, kata lestari artinya tetap selama-lamanya, kekal, tidak berubah sebagai sediakala, melestarikan; menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah dan serasi : cocok, sesuai, berdasarkan kamus ini melestarikan, keserasian, dan keseimbangan lingkungan berarti membuat tetap tidak berubah atau keserasian dan keseimbangan lingkungan Menurut Prof.Dr.Otto Soemarwoto, Lingkungan adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang kita tempati yang mempengaruhi kehidupan kita. Menurut UU No.4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan Hidup, jumto UU No. 23 Tahun 1997, Pasal I bahwa lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lainnya. Menurut Prof. Dr. Emil Salim Lingkungan Hidup adalah segala benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal-hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. pelestarian lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup terhadap tekanan perubahan dan dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya 3. Contoh perbuatan menjaga kelestarian lingkungan hidup a)Pencegahan masalah air dilakukan dengan cara pencegahan pencemaran, pengamanan pintupintu air, pengunaan air tidak boros. Hutan-hutan disekitar sungai, danau, mata air dan rawa perlu diamankan. upaya untuk mengurangi pencemaran sungai diantaranya melalui program kali bersih (prokasih) terhadap sungai-sungai yang telah tercemar. b)Mencegah cara ladang berpindah / Perladangan Berpindah-pindah.Terkadang para petani tidak mau pusing mengenai kesuburan tanah. Mereka akan mencari lahan pertanian baru ketika tanah yang ditanami sudah tidak subur lagi tanpa adanya tanggung jawab membiarkan ladang terbengkalai dan tandus. Sebaiknya lahan pertanian dibuat menetap dengan menggunakan pupuk untuk menyuburkan tanah yang sudah tidak produktif lagi.

c)Contoh perbuatan yang paling sederhana dalam upaya menjaga kelestarian lingkungan hidup, yaitu dengan selalu nembuang sampah pada tempatnya, dan tidak membuangnya sembarangan. Karena perbuatan membuang sampah sembarangan ini, dapat menyebabkan banjir. Karena banjir bisa terjadi akibat tertutupnya saluran-saluran air, sehingga air hujan atau air lainnya, tidak dapat mengalir dengan lancar. 4. Tafsir surah ar-rum 41-42 Pada ayat 41 surah ar-rum, terdapat penegasan Allah bahwa berbagai kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan adalah akibat perbuatan manusia. Hal tersebut hendaknya disadari oleh umat manusia dan karenanya manusia harus segera menghentikan perbuatan-perbuatan yang menyebabkan timbulnya kerusakan di daratan dan di lautan dan menggantinya dengan perbuatan baik dan bermanfaat untuk kelestarian alam. (syamsuri, 2004: 116) Kata zhahara pada mulanya berarti terjadinya sesuatu dipermukaan bumi. Sehingga, karena dia dipermukaan, maka menjadi nampak dan terang serta diketahui dengan jelas. Sedangkan kata al-fasad menurut al-ashfahani adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan,baik sedikit maupun banyak. Kata ini digunakan menunjuk apa saja, baik jasmani, jiwa, maupun hal-hal lain. (quraish shihab, 2005: 76) Ayat di atas menyebut darat dan laut sebagai tempat terjadinya fasad itu. Ini dapat berarti daratan dan lautan menjadi arena kerusakan, yang hasilnya keseimbangan lingkungan menjadi kacau. Inilah yang mengantar sementara ulama kontemporer memahami ayat ini sebagai isyarat tentang kerusakan lingkungan.( quraish shihab, 2005: 77) Sedangkan pada ayat 42 surah ar-rum pula, menerangkan tentang perintah untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu. Berbagai bencana yang menimpa umat-umat terdahulu adalah disebabkan perbuatan dan kemusyrikan mereka, mereka tidak mau menghambakan diri kepada Allah, justru kepada selain Allah dan hawa nafsu mereka.( syamsuri, 2004: 116). Selain itu pula, ayat ini mengingatkan mereka pada akhir perjalanan ini bahwa mereka dapat mengalami apa yang dialami oleh orang-orang musyrik sebelum mereka. Mereka pun mengetahui akibat yang diterima oleh banyak orang dari mereka. Mereka juga melihat bekas-bekas para pendahulunya itu, ketika mereka berjalan dimuka bumi, dan melewati bekas-bekas tersebut. (sayyid quthb, 2003: 226) dan dengan melakukan perjalanan dimuka bumi juga dapat membuktikan bahwa kerusakan-kerusakan di muka bumi ini adalah betul-betul akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab serta mengingkari nikmat Allah, dan dengan melihat dan meneliti bukti-bukti sejarah, maka mereka dapat mengambil pelajaran atas peristiwa-peristiwa yang telah lalu, yang pernah menimpa umat manusia.(Moh.matsna, 2004:84) Allah SWT menciptakan alam semesta dan segala isinya, daratan, lautan, angkasa raya, flora, fauna, adalah untuk kepentingan umat manusia (QS an-Nahl: 10-16) Manusia sebagai khalifah Allah, diamanati oleh Allah untuk melakukan usaha-usaha agar alam semesta dan segala isinya tetap lestari, sehingga umat manusia dapat mengambil manfaat, menggali dan mengelolanya untuk kesejahteraan umat manusia dan sekaligus sebagai bekal dalam beribadah dan beramal shaleh. Ketamakan manusia terhadap alam seperti tersebut,telah berakibat buruk terhadap diri mereka sendiri, seperti longsor, banjir, dll. Diperlukan upaya yang keras dan konsisten dari kita semua

sebagai khalifah Allah agar kewajiban untuk memelihara dan melestarikan alam demi kesejahteraan bersama tetap terjaga. Dalam melaksanakan kewajibannya, sebagai khalifah juga umat manusia, kita disuruh untuk mempelajari sejarah umat-umat terdahulu dan mengambil pelajaran darinya.(syamsuri, 2006:97) 5. Hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 85-86) : : . ) ) Artinya: dari Abi Amr Ibn Jubair Ibn Abdillah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: barang siapa yang berbuat baik dalam islam, maka ia akan memperoleh pahala dari perbuatan itu dan pahala dari orang yang melaksanakan atau meniru prakarsa itu setelahnya tanpa mengurangi pahala orang-orang yang menirunya. Dan barang siapa berprakarsa yang jelek, maka ia akan mendapatkan dosa dari prakarsanya itu tanpa mengurangi dosa orang yang menirunya (HR.Muslim) 6. Penjelasan hadits tentang perbuatan manusia (Moh. Matsna, 2004: 86) Hadits diatas menjelaskan bahwa siapa saja yang memprakarsai suatu perbuatan yang baik, seperti menciptakan suatu teori, metode, atau cara yang baik kemudian ditiru dan dilaksanakan oleh orang lain maka ia akan memperoleh pahala hasil prakarsa dan penemuannya itu serta pahala yang terus mengalir dari pahala-pahala orang yang menirunya dan melaksanakannya tanpa mengurangi pahala-pahala orang yang mengikutinya itu. Contohnya orang yang berusaha mengangkat kehidupan orang miskin dengan cara memberi pinjaman modal usaha kecilkecilan. Bila usahanya sudah berjalan dan pinjamannya dapat dikembalikan dengan cara diangsur tanpa bunga, apabila perbuatan ini diikuti oleh orang lain, maka si pemrakarsa tadi akan mendapat dua pahala. Begitu juga sebaliknya, orang yang berbuat kejahatan, ia akan mendapat dua dosa dari perbuatan dirinya dan dari dosa orang yang menirunya. Contohnya orang yang mencari lahan pertanian dengan cara membakar hutan sehingga hutan menjadi gundul dan rusak, lalu perbuatannya itu ditiru orang lain, maka ia akan mendapat dua dosa dari perbuatannya sendiri dan dosa dari orang-orang yang mengikuti jejaknya 7. Kesimpulan 1. Kerusakan alam bisa terjadi karena ulah perbuatan tangan manusia sendiri 2. Dampak negatif kerusakan akan dirasakan manusia 3. Manusia dianjurkan untuk melihat sejarah, bagaimana akibat umat yang berbuat di bumi ini, dan jadikanlah itu sebagai peringatan bagi dirinya. 4. Manusia diperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan tidak menyakutukannya dengan sesuatu apapun selain dariNya, karena itu akan berdampak buruk, baik bagi lingkungan, juga bagi manusia sendiri. 8. ANALISIS Dari materi yang dipaparkan diatas, maka terdapat beberapa unsur didalamnya, yaitu Pertama, konsep yang terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, yang didalamnya

memaparkan maksud dari manjaga kelestarian lingkungan secara umum. Kedua, fakta yang juga terdapat pada bagian isi kandungan surah Ar-Rum 41-42, dimana kehancuran yang dialami oleh umat-umat pada masa dahulu, yang diakibatkan karena perbuatan mereka, yaitu menyekutukan Allah. Selain itu, juga terdapat contoh-contoh akibat dari kerusakan lingkungan, seperti adanya banjir, longsor, dll. Yang ketiga yaitu prinsip yang terdapat pada poin 1, 2, dan 3 pada peta konsep, dimana tercantum dasar-dasar yang melandasi anjuran menjaga kalestarian lingkungan. Dan yang keempat yaitu nilai yang terdapat pada bagian 5, dimana terdapat hal-hal yang bisa dijadikan pedoman dalam berbuat sesuatu untuk menjaga kelestarian lingkungan dan tidak merusaknya. Kemudian selanjutnya yang kelima, keterampilan yaitu terdapat pada poin 1, yakni membaca Q.S Ar-Rum 41-42. DAFTAR PUSTAKA Matsna, Mohammad. 2004. Al-Quran Hadits Madrasah Aliyah. Semarang: PT Karya Toha Putra Quthb, Sayyid. 2003. Tafsir Fi Zhilalil Quran. Jakarta: Gema Insani Press Shihab, Quraish. 2005. Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati Syamsuri. 2004. Pendidikan Agama Islam untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga Syamsuri. 2006. Pendidikan Agama Islam KTSP untuk SMA kelas XI. Jakarta: Erlangga Diposkan oleh azrul di 16:58

Pelestarian Lingkungan Hidup menurut Islam


Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), karena ia adalah sistem hidup yang diturunkan oleh Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana, hal ini didasarkan pada firman ALLAH SWT : "Pada hari ini Aku sempurnakan bagimu agamamu dan AKU cukupkan atasmu nikmatku, dan Aku ridhai Islam sebagai aturan hidupmu." (QS. 5 : 3). Oleh karena itu aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja, melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya. Pelestarian alam dan lingkungan hidup ini tak terlepas dari peran manusia, sebagai khalifah di muka bumi, sebagaimana yang disebut dalam QS Al-Baqarah: 30 (Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.). Arti khalifah di sini adalah: seseorang yang diberi kedudukan oleh Allah untuk mengelola suatu wilayah, ia berkewajiban untuk menciptakan suatu masyarakat yang hubungannya dengan Allah baik, kehidupan masyarakatnya harmonis, dan agama, akal dan budayanya terpelihara. Di samping itu, Surat Ar-Rahman, khususnya ayat 1-12, adalah ayat yang luar biasa indah untuk menggambarkan penciptaan alam semesta dan tugas manusia sebagai khalifah. Ayat ini ditafsirkan secara lebih spesifik oleh Sayyed Hossein Nasr, dosen studi Islam

di George Washington University, Amerika Serikat. dalam dua bukunya Man and Nature (1990) dan Religion and the Environmental Crisis (1993), yang disajikan sebagai berikut: Man therefore occupies a particular position in this world. He is at the axis and centre of the cosmic milieu at once the master and custodian of nature. By being taught the names of all things he gains domination over them, but he is given this power only because he is the vicegerent (khalifah.) of God on earth and the instrument of His Will. Man is given the right to dominate over nature only by virtue of his theomorphic make up, not as a rebel against heaven. Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup). Allah telah memberikan tuntunan dalam Al-Quran tentang lingkungan hidup. Karena waktu perenungan, hanya beberapa dalil saja yang diulas sebagai landasan untuk merumuskan teori tentang lingkungan hidup menurut ajaran Islam. Dua dalil pertama pembuka diskusi ini bersumber pada Surat Al Anaam 101 dan Al Baqarah 30. Dalil pertama adalah: Allah pencipta langit dan bumi (alam semesta) dan hanya Dialah sumber pengetahuannya. Lalu dalil kedua menyatakan bahwa manusia diciptakan untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Perlu dijelaskan bahwa menjadi khalifah di muka bumi itu bukan sesuatu yang otomatis didapat ketika manusia lahir ke bumi. Manusia harus membuktikan dulu kapasitasnya sebelum dianggap layak untuk menjadi khafilah. Seperti halnya dalil pertama, dalil ke tiga ini menyangkut tauhid. Hope dan Young (1994) berpendapat bahwa tauhid adalah salah satu kunci untuk memahami masalah lingkungan hidup. Tauhid adalah pengakuan kepada ke-esa-an Allah serta pengakuan bahwa Dia-lah pencipta alam semesta ini. Perhatikan firman Allah dalam Surat Al Anaam 79: Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan Dalil ke empat adalah mengenai keteraturan sebagai kerangka penciptaan alam semesta seperti firman Allah dalam Surat Al Anaam, dengan arti sebagai berikut, Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan mengadakan gelap dan terang.. Adapun dalil ke lima dapat ditemukan dalam Surat Hud 7 yang menjelaskan maksud dari penciptaan alam semesta, Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,.Dia menguji siapakah diantara kamu yang lebih baik amalnya. Itulah salah satu tujuan penciptaan lingkungan hidup yaitu agar manusia dapat berusaha dan beramal sehingga tampak diantara mereka siapa yang taat dan patuh kepada Allah.

Dalil ke enam adalah kewajiban bagi manusia untuk selalu tunduk kepada Allah sebagai maha pemelihara alam semesta ini. Perintah ini jelas tertulis dalam Surat Al Anaam 102 yaitu, ..Dialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu Dalil ke tujuh adalah penjabaran lanjut dari dalil kedua yang mewajibkan manusia untuk melestarikan lingkungan hidup. Adapun rujukan dari dalil ini adalah Surat Al Araaf 56 diterjemahkan sebagai berikut; Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadaNya.. Selanjutnya dalil ke delapan mengurai tugas lebih rinci untuk manusia, yaitu menjaga keseimbangan lingkungan hidup, seperti yang difirmankanNya dalam surat Al Hijr 19, Dan kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dalil ke sembilan menunjukkan bahwa proses perubahan diciptakan untuk memelihara keberlanjutan (sustainability) bumi. Proses ini dikenal dalam literatur barat sebagai: siklus Hidrologi. Dalil ini bersumber dari beberapa firman Allah seperti Surat Ar Ruum 48, Surat An Nuur 43, Surat Al Araaf 57, Surat An Nabaa 14-16, Surat Al Waaqiah 68-70, dan beberapa Surat/Ayat lainnya. Penjelasan mengenai siklus hidrologi dalam berbagai firman Allah merupakan pertanda bahwa manusia wajib mempelajarinya. Perhatikan isi Surat Ar Ruum: 48 dengan uraian siklus hidrologi berikut ini. Hujan seharusnya membawa kegembiraaan karena menyuburkan tanah dan merupakan sumber kehidupan. Surat Ar Ruum 48 Siklus hidrologi Mencakup proses evaporasi, kondensasi, hujan, dan aliran air ke sungai/danau/laut, Al-Quran dengan sangat jelas menjabarkannya. Evaporasi, adalah naiknya uap air ke udara. Molekul air tersebut kemudian mengalami pendinginan yang disebut dengan kondensasi. Kemudian terjadi peningkatan suhu udara, yang menciptakan hujan. Air hujan tersebut menyuburkan bumi dan kemudian kembali ke badan air (sungai, danau atau laut. Ini dengan jelas digambarkan dalam Al-Quran surat ar-Ruum:48 yang berbunyi; Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hambahamba-Nya yang dikehendakinya, tiba-tiba mereka menjadi gembira. Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan rohaninya. Inilah inti dari dalil ke sepuluh bahwa kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari kebersihan rohani. Merujuk pada Surat Al-Baqarah 222; .sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat, dan senang kepada orang yang membersihkan diri. Serta Surat Al-

Muddatstsir 4-5; ..dan bersihkan pakaianmu serta tinggalkan segala perbuatan dosa. Meski slogan yang dikenal umum seperti kebersihan adalah sebagian dari iman, banyak diakui sebagai hadis dhaif, namun demikian, Rasulluah S.A.W. bersabda bahwa iman terdiri dari 70 tingkatan: yang tertinggi adalah pernyataan tiada Tuhan selain Allah dan yang terendah adalah menjaga kerbersihan. Jadi, memelihara lingkungan hidup adalah menjadi bagian integral dari tingkat keimanan seseorang. Khususnya beragama Islam. Mengutip disertasi Abdillah (2001), Surat Luqman ayat 20 Allah berfirman, Tidakkah kau cermati bahwa Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupanmu secara optimum. Entah demikian, masih saja ada sebagian manusia yang mempertanyakan kekuasaan Allah secara sembrono. Yakni mempertanyakan tanpa alasan ilmiah, landasan etik dan referensi memadai. Selain itu, Abdillah juga mengutip bahwa manusia harus mempunyai ketajaman nalar, sebagai prasyarat untuk mampu memelihara lingkungan hidup. Hal ini bisa dilihat Surat Al Jaatsiyah 13 sebagai berikut; Dan Allah telah menjadikan sumber daya alam dan lingkungan sebagai daya dukung lingkungan bagi kehidupan manusia. Yang demikian hanya ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai. Dalil-dalil di atas adalah pondasi dari teori pengelolaan lingkungan hidup yang dikenal dengan nama Teorema Alim yang dirumuskan sebagai berikut: Misi manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah memelihara lingkungan hidup, dilandasi dengan visi bahwa manusia harus lebih mendekatkan diri pada Allah. Perangkat utama dari misi ini adalah kelembagaan, penelitian, dan keahlian. Adapun tolok ukur pencapaian misi ini adalah mutu lingkungan. Berdasarkan Teorema Alim ini, kerusakan lingkungkan adalah cerminan dari turunnya kadar keimanan manusia. Rasulullah S.A.W. dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan lingkungan hidup yang mengacu kepada tauhid dan keimanan. Seperti yang dilaporkan Sir Thomas Arnold (1931) bahwa Islam mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan hidup. Standar inilah yang mempengaruhi pembangunan kota Cordoba. Menjadikan kota ini memiliki tingkat peradaban tertinggi di Eropa pada masa itu. Kota dengan 70 perpustakaan yang berisi ratusan ribu koleksi buku, 900 tempat pemandian umum, serta pusatnya segala macam profesi tercanggih pada masa itu. Kebersihan dan keindahan kota tersebut menjadi standar pembangunan kota lain di Eropa. Contoh lain adalah inovasi rumah sakit dan manajemennya (Arnold, 1931). Pada masa itu manajemen rumah sakit sudah sedemikian canggihnya sebagai pusat perawatan dan juga pusat pendidikan calon-calon dokter. Rumah sakit tersebut sudah memiliki ahli bedah, ahli mata, dokter umum, perawat, dan administrator. Tercatat 34 rumah sakit yang tersebar dari Persia ke Maroko serta dari Siria Utara sampai ke Mesir. Rumah sakit pertama yang berdiri di Kairo pada tahun 872 Masehi, bahkan beroperasi selama 700 tahun kemudian. Inovasi bidang kesehatan ini bahkan berkembang sampai pada penemuan ambulan atau menurut Arnold (1931) sebagai

traveling hospital. Teorema Alim ini mengandung dua unsur yaitu misi dan tolok ukur. Misi dapat diemban apabila diiringi visi mendekatkan diri pada Allah dan dibekali ketajaman nalar, yaitu kelembagaan, keahlian, dan kegiatan. Tolok ukur yang jelas adalah mutu lingkungan hidup di Indonesia sebagai rambu-rambu untuk menilai keberhasilan pelaksanaan misi manusia yaitu mencegah bumi dari kerusakan lingkungan. Dapat dikatakan Indonesia telah memiliki perangkat yang cukup untuk mencapai misi yaitu kelembagaan dalam bidang lingkungan hidup (Menteri Negara Lingkungan Hidup, Pusat Studi Lingkungan Hidup, dan lainnya), tak terbilang jumlah doktor yang mendalami ilmu lingkungan, serta intensitas yang tinggi dalam penelitian lingkungan. Namun simaklah sekali lagi berbagai persoalan lingkungan hidup di Indonesia berikut ini. Menatap langit di sepanjang jalan Sudirman, seorang awam sudah tahu bahwa udara Jakarta memang beracun. Penyakitpun datang silih berganti, dan kali ini penyakit mematikan seperti HIV, SAR, demam berdarah, dan flu burung berjangkit di mana-mana. Terlebih lagi air sungai sungguh sangat kotor karena pembuangan sampah padat. Sungai Ciliwung, misalnya, setiap hari menampung 1,400 M3 sampah (Kompas, 1996). Hal ini berarti bahwa kurang lebih 200-400 truk membuang sampah padat ke sungai tersebut setiap harinya! Pelayanan air minum juga sangat rendah. Alim (2005) melaporkan bahwa baru sekitar 40 persen penduduk mendapat pelayanan air bersih, dan dari total volume air yang disalurkan hanya 20% yang layak digunakan karena umumnya air yang sampai ke rumah masih berlumpur. Hal ini diperburuk oleh kondisi pemerintahan di Indonesia karena aparat yang ingkar amanah. Salah satu contoh kebohongan pemerintah adalah kasus kebakaran hutan. Soentoro (1997) melaporkan bahwa kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997 telah menghanguskan 1 juta hektar hutan, nyatanya pemerintah melaporkan 300,000 hektar saja. Masalah tidak transparannya birokrasi sudah lama mengganjal jalannya roda pemerintahan. Sudah jelas bahwa ketajaman nalar yang tidak diiringi oleh kadar keimanan tinggi serta jauhnya umat Islam dari Allah, telah menciptakan masalah lingkungan hidup. Menyadari runyamnya masalah lingkungan hidup, langkah pertama pemecahannya adalah peningkatan ukhuwah (kerjasama) antar ilmuwan dan alim-ulama agar bahu-membahu mampu mengemban amanat Allah untuk memelihara bumi. Salah satu hasil kerjasama tersebut adalah program pelatihan bagi para tokoh agama untuk memperdalam wawasan lingkungan hidup. Solusi jangka pendek lainnya adalah penyusunan program pemeliharaan lingkungan sebagai materi khutbah jumat, serta penerbitan fatwa untuk menghentikan pencemaran sungai. Untuk jangka panjang perlu digarap sektor pendidikan dimana perlu dikembangkan bidang ilmu ataupun kurikulum yang menjadian ilmu pelestarian lingkungan hidup adalah bagian integral dari kajian ajaran Islam. Pengembangan disiplin ini juga perlu mempertimbangkan ukhuwah yang bersifat internasional, karena persoalan lingkungan hidup juga telah membebani negara muslim lainnya. Dengan pendidikan akan tumbuh kesadaran bahwa lingkungan hidup bukan bidang yang menjadi

monopoli peradaban barat, tetapi merupakan bagian integral dari keimanan. Salah satu contoh pendekatan pelestarian lingkungan melalui Al-Quran dan AlHadits yang berhasil adalah di Tanzania. Bekerjasama dengan CARE-organisasi bantuan untuk memberantas kemiskinan di dunia-IFEES menggelar pertemuan dengan para pemuka agama dan para nelayan untuk mendiskusikan bagaimana hubungan antara ayat-ayat yang ada dalam al-Quran dengan pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan. Dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran serta hadist, mereka berusaha meyakinkan para nelayan untuk tidak lagi menggunakan dinamit, jala dan tombak ketika menangkap ikan. IFEES juga bekerjasama dengan Misali Island Conservation (MICA)-lembaga yang bergerak dalam perlindungan terumbu karang-untuk melatih para imam-imam masjid di Tanzania agar mampu menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan lewat khutbah-khutbah Jumat mereka. IFEES yang berbasis di Inggris, adalah salah satu organisasi yang pada tahun 1998 meluncurkan proyek penyadaran kelestarian lingkungan dengan menggunakan basis ajaran Islam. "Kami mencari ajaran-ajaran yang sudah terlupakan itu dan mengumpulkannya kembali dalam bentuk yang modern, " kata Khalid. "Saya sekarang tahu bahwa cara saya menangkap ikan selama ini sudah merusak lingkungan. Konservasi ini bukan dari mzungu (kata untuk menyebut orang kulit putih dalam bahasa Swahili, yang digunakan di seluruh Afrika Timur-red), tapi dari alQuran, " ujar Salim Haji, seorang nelayan di sebuah pulau kecil. Proyek ini membuahkan hasil setahun setelah diluncurkan, terutama di Misali dan kepulauan Zanzibar yang didominasi warga Muslim. Saat ini, banyak nelayan di Misali yang sudah mengganti alat penangkap ikannya dengan alat yang lebih ramah lingkungan dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. *** *Nishi Chiba, 17 Mei 2008* Nabiel Fuad Al-Musawa. Islam dan Lingkungan Hidup, Kota Santri.com, Publikasi 13-05-2005 @ 18:06 Dr. M. Quraish Shihab, MEMBUMIKAN AL-QURAN Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Penerbit Mizan, Cetakan 13, 1996 Fazlun M. Khalid, pendiri Islamic Foundation for Ecology and Environmental Sciences (IFEES) di Birmingham, Inggris. Islam dan Lingkungan Hidup, Green Press Network, 20 November 2007 Dr. Ir. Yusmin Alim, MSc. Lingkungan dan Kadar Iman Kita, Hidayatullah.com, 27 Juni 2006 Dr. Ir. Yusmin Alim, MSc. Lingkungan dan Aksioma Kerakusan, Hidayatullah.com, 4 Juli 2006 Al-Quran dan Hadist Terbukti Ampuh Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup, Eramuslim, 1 November 2007

Thursday, October 21, 2010


QS SURAT AR RUM AYAT ; 41-42 MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41) Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orangorang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)". (42) menurut tafsir al mu'tabar QS AR RUM ayat 41 menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi tidak lain karena ulah manusia itu sendiri yaitu melalkukan peperangan di luar koridoridor syariat allah. dalam peperangan itu manusia membunuh manusia yang oleh Allah dilindungi hak hidupnya, bahkan merusak segala tatanan alam yang ada. sedangkan QS AR RUM ayat 42 menekankan pentingnya kajian sejarah tentangnya perilaku umat-umat terdahulu untuk menjadi pelajaran bagi generasi di belakangnya. menururt tafsir kontemporer QS AR RUM ayat 41-42 bisa menjadi dalil tentang kewajiban tentang melestarikan lingkungan hidup, sebab terjadinya berbagai macam bencana juga karena ulah manusia yang mengeksploitasi alam tanpa di imbangi dengan upaya pelestarian. Terlebih dahulu dalam QS AR RUM ayat 40 telah disebutkan bahwa perilaku orang-orang musyrik tidak ada lain adalah bertuhan ganda. perbuatan syirik ini di tuding oleh allah salah satu faktor utama timbulnya kerusakan di muka bumi. maka kedua ayat di atas (QS AR RUM ayat 4142) lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak sedikit manusia dari kalangan bangsa-bangsa terdahulu menginjak-injak hukum allah dengan malakukan berbagai bentuk perbuatan maksiat. di kalangan mereka telah merajalela kezaliman dan keserakahan, yang kuat merampas hak-hak kaum lemah. karena itu, kepada mereka allah tumpahkan azabnya tanpa satu pun manusia yang mampu mengelaknya. Next.................. kedua ayat dimuka merupakan satu paket "ajaran samawi" untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kerusakan tatanan alam dan lingkungan di muka bimi ini pada hakekatnya bersumber dari kerusakan yang terjadi pada diri manusia seperti : kerusakan iman : syirik kerusakan fitrah : mengabaikan hukum-hukum allah kerusakan akal fikiran : menghalalkan segala cara kerusakan moral : melanggar susila, budaya dan peradaban. Diposkan oleh khusnul ibad AM di 8:14 AM 010009000003f30300000000c80200000000c802000026060f008605574d46430100000000000 100cc390000000001000000640500000000000064050000010000006c00000000000000000000

0011000000110000000000000000000000d3010000d401000020454d4600000100640500000f0 000000100000000000000000000000000000000050000000300004d010000c80000000000000 00000000000000000c8140500400d0300460000002c00000020000000454d462b014001001c00 0000100000000210c0db010000006000000060000000460000008001000074010000454d462b 224004000c000000000000001e4009000c00000000000000244001000c0000000000000030400 20010000000040000000000803f214007000c0000000000000008400005cc000000c000000002 10c0db01000000000000000000000000000000000000000100000047494638396112001200e30 000d0c7bbaa6a34545350e5a325000000161616100903d08f29493512b98817e2a35328150633 2606ffc131fcb623d0c7bb21f9040100000f002c000000001200120000044ff0c949abbd9360bc8c de1411041e2815ca31961ba300c00a224ea328c287218d33a8ba0bcf774814400c073181001906 cbe686902006a418d172610a005281e0a50083892f84f2794c20604df04a04003b000008400108 24000000180000000210c0db01000000030000000000000000000000000000001b4000004000 0000340000000100000002000000000000bf000000bf000090410000904103000000000080b30 00080b3ffff8f41000080b3000080b3ffff8f412100000008000000620000000c000000010000001 50000000c00000004000000150000000c00000004000000460000001400000008000000544e50 500601000051000000c800000000000000000000001100000011000000000000000000000000 00000000000000120000001200000050000000300000008000000048000000000000008600ee0 0120000001200000028000000120000001200000001000100000000000000000000000000000 00000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f80 00ff1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000 400ff000000005100000090010000000000000000000011000000110000000000000000000000 000000000000000012000000120000005000000068000000b8000000d800000000000000c600 8800120000001200000028000000120000001200000001000400000000000000000000000000 00000000100000000000000000000000ffffff000615280003091000346aaa001616160053a3e20 0298fd00006263300bbc7d0001235490023b6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b90011111 11111111111110101011500a1111111111111050000109990111111111111010101159999011 1111111110001011149674011111111110100001104be7f21111111110101011110fbe74a1111 111101040911113ebe7fa1111111010101111118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f511111010 0001111111acbe74011110a010111111111abc66d011101010111111111186994431101010111 1111111156744301080b0b1111111111104430110100001111111111112301110e070f1111111 11111101111010101111111111111111111000101460000001400000008000000544e5050070 100004c000000640000000000000000000000110000001100000000000000000000001200000 0120000002900aa0000000000000000000000803f00000000000000000000803f000000000000 0000000000000000000000000000000000000000000000000000220000000c000000ffffffff460 000001c00000010000000454d462b024000000c000000000000000e0000001400000000000000 10000000140000000400000003010800050000000b0200000000050000000c02120012000300 00001e000400000007010400040000000701040049000000410b8600ee0012001200000000001 2001200000000002800000012000000120000000100010000000000000000000000000000000 000000000000000000000000000ffffff0000000000780000007c0000ff7e0000ff3f0000ff3f8000f f1fc000ff0fe000ff07f000ff03f800ff01fc00ff00fe00ff007f00ff003f80ff001f00ff000e00ff000400 ff00000000ad000000410bc600880012001200000000001200120000000000280000001200000 0120000000100040000000000000000000000000000000000100000000000000000000000fffff f000615280003091000346aaa001616160053a3e200298fd00006263300bbc7d0001235490023b 6fc0031c1ff005053540025a3e5001788b9001111111111111111110101011500a111111111111 1050000109990111111111111010101159999011111111111000101114967401111111111010 0001104be7f21111111110101011110fbe74a1111111101040911113ebe7fa1111111010101111 118bbe7fa1111110e070f111111acbe7f5111110100001111111acbe74011110a010111111111ab c66d0111010101111111111869944311010101111111111156744301080b0b11111111111044 30110100001111111111112301110e070f1111111111111011110101011111111111111111110 001010c00000040092900aa000000000000001200120000000000040000002701ffff030000000

000 Label: SURAT AR RUM AYAT ; 41-42 MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN menurut tafsir al mu'tabar KONSEP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KOMPARARTIF PENAFSIRAN IBNU KASIR DAN BISYRI MUSTAFA) Skripsi/Undergraduate Theses from digilib-uinsuka / 2011-03-08 09:24:09 By : ABD. WAKHID MU'IZUDIN - NIM. 03531442, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Created : 2011-03-08, with 0 files Keyword : pelestarian lingkungan hiup, tafsir Ibnu Kasir an Bisyri Mustafa ABSTRAK Krisis lingkungan global yang kita alami dewasa ini sebenarnya bersumber pada kesalahan mendasar dalam pemahaman atau cara pandang manusia tentang dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Paham antroposentrisme memandang bahwa manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, menganggap diri dan kepentingannya paling menentukan dalam tatanan ekosistem, alam dan lingkungan dianggap obyek untuk dieksploitasi semaksimal mungkin demi kepentingan manusia tanpa perlu memikirkan dampak dan akibatnya. Pada gilirannya hal ini menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia yang bersumber dari kesalahan cara pandang tersebut. Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan hidup yang kita alami sekarang ini. Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif, menggali penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an yang bekaitan tentang konsep pelestarian lingkungan hidup dalam kitab Mukhtasar Tafsir Ibnu Kasir dan al-Ibriz li ma'rifati tafsir alQur'an al-'Aziz kemudian memaparkan dan memperbandingkan. Pendekatan yang dipakai normatif historis, dengan menganalisa penafsiran keduanya terhadap ayat dan menggali latar belakang penyusunannya. Secara substansial penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa tidak jauh berbeda signifikansi isinya dalam menafsirkan ayat-ayat yang penulis anggap representatif mewakili akan menjawab konsep pelestarian lingkungan hidup yang relevan menjawab problem dasar kerusakan lingkungan tersebut. Telah terkategorisasi dalam (a) eksistensi alam dan makhluk hidup yang terdiri dari; penciptaan dan kepemilikan alam surat 25:2, 10:34, dan13:2-4, sama-sama sebagai makhluk Tuhan surat 6:38, dan 17:44, anugerah alam surat 15:19-22, 50:7-11, 7:10, dan 55:10, dan air dan hujan surat 6:99, (b) realitas manusia yang merusak alam karena perbuatan dan hawa nafsunya surat 30:41 dan23:71, dan (c) tanggung jawab manusia terhadap lingkungan baik itu sebagai khalifah beserta tugasnya surat 2:30, 6:16, dan 27:62, dan anjuran melestarikan lingkungan dengan berbagai larangan untuk merusaknya surat 2:11-12, 28:77, 7:56, 26:151152, dan 11:116-117 Secara metodologis, penafsiran kedua mufasir, yakni Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa ada perbedaan dan persamaan dalam munyusun dan menguraikan makna ayat al-Qur'an dikarenakan latar belakang yang berbeda. Dalam metodologi penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa dalam menafsirkan menggunakan sistematika musha fi. Sedangkan untuk metode dan corak penafsiran Ibnu Kasir lebih condong

pada metode tahlili bercorak bil ma'sur terkadang ada kandungan semi maudlu'i karena dalam penafsirannya disisipi ayat-ayat yang membahas tema yang sama dalam menjelaskannya. Bisyri Mustafa lebih cenderung pada metode ijmali yang bercorak bil ma'sur. Bisa dikatakan kitab tafsir Ibnu Kasir cakupannya lebih luas dan tajam analisanya dengan dikuatkan dari sisi historis berupa hadis, asar, israiliyyat, dan berbagai pendapat ulama karena keilmuan Ibnu Kasir amat luas dalam berbagai keilmuan agama. Sedangkan Bisyri Mustafa dalam Ibriz-nya penjelasannya begitu ringan dan jelas agar supaya mudah dicerna hingga oleh orang awam sekalipun terutama masyarakat Jawa, jadi sangat wajar bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Jawa. Penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pelestarian hidup ini mendukung sebuah usaha yang dilakukan bersama untuk selalu melestarikan keserasian dan keharmonisan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya, khususnya pernyataan bahwa alam semesta adalah ciptaan dan milik Allah yang diperuntukkan bagi manusia demi keberlangsungan hidupnya. Manusia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan kerusakan terhadap lingkungan sekitarnya, akan tetapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan menyadarkan posisi dan tugas utama mereka, yakni sebagai sesama makhluk Allah dan sekaligus khalifah-Nya. Ada amanah untuk mengatur keharmonisan, keserasian, keberlangsungan hidup dan keberadaan makhluk Tuhan lainnya di alam semesta ini yang pada hakikatnya bermanfaat bagi manusia itu sendiri. QS AR RUM ayat 41 menegaskan bahwa kerusakan di muka bumi tidak lain karena ulah manusia itu sendiri yaitu melalkukan peperangan di luar koridoridor syariat allah. dalam peperangan itu manusia membunuh manusia yang oleh Allah dilindungi hak hidupnya, bahkan merusak segala tatanan alam yang ada. sedangkan QS AR RUM ayat 42 menekankan pentingnya kajian sejarah tentangnya perilaku umat-umat terdahulu untuk menjadi pelajaran bagi generasi di belakangnya. menururt tafsir kontemporer QS AR RUMKONSEP PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (STUDI KOMPARARTIF PENAFSIRAN IBNU KASIR DAN BISYRI MUSTAFA) Skripsi/Undergraduate Theses from digilib-uinsuka / 2011-03-08 09:24:09 By : ABD. WAKHID MU'IZUDIN - NIM. 03531442, Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Created : 2011-03-08, with 0 files Keyword : pelestarian lingkungan hiup, tafsir Ibnu Kasir an Bisyri Mustafa ABSTRAK Krisis lingkungan global yang kita alami dewasa ini sebenarnya bersumber pada kesalahan mendasar dalam pemahaman atau cara pandang manusia tentang dirinya, alam, dan tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Paham antroposentrisme memandang bahwa manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta, menganggap diri dan kepentingannya paling menentukan dalam tatanan ekosistem, alam dan lingkungan dianggap obyek untuk dieksploitasi semaksimal mungkin demi kepentingan manusia tanpa perlu memikirkan dampak dan akibatnya. Pada gilirannya hal ini menyebabkan kesalahan pola perilaku manusia yang bersumber dari kesalahan cara pandang tersebut. Manusia keliru memandang alam dan keliru menempatkan diri dalam konteks alam seluruhnya. Inilah awal dari semua bencana lingkungan

hidup yang kita alami sekarang ini. Penelitian ini bersifat deskriptif-komparatif, menggali penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur'an yang bekaitan tentang konsep pelestarian lingkungan hidup dalam kitab Mukhtasar Tafsir Ibnu Kasir dan al-Ibriz li ma'rifati tafsir alQur'an al-'Aziz kemudian memaparkan dan memperbandingkan. Pendekatan yang dipakai normatif historis, dengan menganalisa penafsiran keduanya terhadap ayat dan menggali latar belakang penyusunannya. Secara substansial penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa tidak jauh berbeda signifikansi isinya dalam menafsirkan ayat-ayat yang penulis anggap representatif mewakili akan menjawab konsep pelestarian lingkungan hidup yang relevan menjawab problem dasar kerusakan lingkungan tersebut. Telah terkategorisasi dalam (a) eksistensi alam dan makhluk hidup yang terdiri dari; penciptaan dan kepemilikan alam surat 25:2, 10:34, dan13:2-4, sama-sama sebagai makhluk Tuhan surat 6:38, dan 17:44, anugerah alam surat 15:19-22, 50:7-11, 7:10, dan 55:10, dan air dan hujan surat 6:99, (b) realitas manusia yang merusak alam karena perbuatan dan hawa nafsunya surat 30:41 dan23:71, dan (c) tanggung jawab manusia terhadap lingkungan baik itu sebagai khalifah beserta tugasnya surat 2:30, 6:16, dan 27:62, dan anjuran melestarikan lingkungan dengan berbagai larangan untuk merusaknya surat 2:11-12, 28:77, 7:56, 26:151152, dan 11:116-117 Secara metodologis, penafsiran kedua mufasir, yakni Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa ada perbedaan dan persamaan dalam munyusun dan menguraikan makna ayat al-Qur'an dikarenakan latar belakang yang berbeda. Dalam metodologi penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa dalam menafsirkan menggunakan sistematika musha fi. Sedangkan untuk metode dan corak penafsiran Ibnu Kasir lebih condong pada metode tahlili bercorak bil ma'sur terkadang ada kandungan semi maudlu'i karena dalam penafsirannya disisipi ayat-ayat yang membahas tema yang sama dalam menjelaskannya. Bisyri Mustafa lebih cenderung pada metode ijmali yang bercorak bil ma'sur. Bisa dikatakan kitab tafsir Ibnu Kasir cakupannya lebih luas dan tajam analisanya dengan dikuatkan dari sisi historis berupa hadis, asar, israiliyyat, dan berbagai pendapat ulama karena keilmuan Ibnu Kasir amat luas dalam berbagai keilmuan agama. Sedangkan Bisyri Mustafa dalam Ibriz-nya penjelasannya begitu ringan dan jelas agar supaya mudah dicerna hingga oleh orang awam sekalipun terutama masyarakat Jawa, jadi sangat wajar bahasa yang dipergunakan adalah bahasa Jawa. Penafsiran Ibnu Kasir dan Bisyri Mustafa terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan pelestarian hidup ini mendukung sebuah usaha yang dilakukan bersama untuk selalu melestarikan keserasian dan keharmonisan kehidupan manusia dengan lingkungan sekitarnya, khususnya pernyataan bahwa alam semesta adalah ciptaan dan milik Allah yang diperuntukkan bagi manusia demi keberlangsungan hidupnya. Manusia memiliki potensi yang sangat besar untuk melakukan kerusakan terhadap lingkungan sekitarnya, akan tetapi hal tersebut dapat diantisipasi dengan menyadarkan posisi dan tugas utama mereka, yakni sebagai sesama makhluk Allah dan sekaligus khalifah-Nya. Ada amanah untuk mengatur keharmonisan, keserasian, keberlangsungan hidup dan keberadaan makhluk Tuhan lainnya di alam semesta ini yang pada hakikatnya bermanfaat bagi manusia itu sendiri. ayat 41-42 bisa menjadi dalil tentang kewajiban tentang melestarikan lingkungan hidup, sebab terjadinya berbagai macam bencana juga karena ulah manusia yang mengeksploitasi alaPada saat sekarang ini, sering kita lihat
di televisi atau mungkin di sekitar kita fenomena banjir terjadi dimana-mana. Banjir yang terjadi ini bukanlah karena faktor alam semata, tetapi karena ulah dan

perilaku manusia sendiri. Kerusakan lingkungan alam dan atau kurangnya lingkungan hijau dapat menjadi salah satu sebab terjadinya banjir. Tindakan reboisasi atau penghijauan juga dapat menjadi cara untuk mencegah banjir. Sebagian orang menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam mendukung program tersebut. Demi menepis persangkaan yang salah ini, kali ini kami akan mengulas PENTINGNYA PENGHIJAUAN menurut tuntunan Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- beserta dalildalilnya. Baca entri selengkapnya m tanpa di imbangi dengan upaya

pelestarian.

Abstract
Krisis akhlak (moral) di negeri ini telah menyadarkan kita semua untuk ikut terlibat memperbaikinya, minimal dimulai diri sendiri. Islam sebagai ajaran dari Allah SWT yang dijamin kebenarannya telah menempatkan perbaikan akhlak sebagai pilar utama ajarannya, yaitu dengan diutusnya Rasulullah SAW untuk menyempurnakan Akhlak manusia. Kembali keajaran Al-Quran dan Hadist adalah solusi yang tepat dalam menyelasaikan krisis akhlak ini. Setiap elemen di alam semesta memiliki kemampuan belajar. Secara universal suatu konsep belajar alam dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengidentifikasi keadaan, menganalisis, serta menelurkan respon berupa sistem pengambilan keputusan. Manusia dan alam mempunyai keterikatan yang kuat dimana keduanya mempunyai hak dan kewajiban antara satu dengan yang lain untuk menjaga keseimbangan alam. Berdasarkan latarbelakang diatas maka penelitian ini diberi judul Nilai Pendidikan Akhlak Hubungan Manusia dengan Alam yang terkandung dalam Al- Quran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manusia dengan alam dalam al-Quran dan nilai pendidikan Akhlak hubungan manusia dengan alam dalam surat alBaqarah ayat 29 dan ar-Rahman 1-12. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran Islam bagi ilmu pendidikan khususnya pada Akhlak sebagai pendidikan utama anak didik dan memahami pesan-pesan pendidikan akhlak mengenai hubungan manusia dengan alam. Dan secara praktis sebagai transformasi nilai pendidikan yang terimplementasi dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini berupa penelitian kepustakaan (library research). Yang menggunakan metode dokumentasi dengan mempelajari sumber data primer dan sumber bata skunder. Adapun data primernya yaitu Al-Quran al karim, tafsir almistbah oleh M. Quraish shihab, fizhilalil quran oleh Sayyid Qutub, dan tafsir al-Azhar oleh Hamka. Data-data itu kemudian dianalisis secara kualitatif dengan metode interpertasi. Yaitu membandingkan, mengulas ayat-ayat kemudian menarik kesimpulan dari penafsiran ayat-ayat tersebut untuk menemukan jawaban dari pokok permasalahan. Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya, bukan merupakan hubungan antara prnakluk dan yang ditaklukkan, atau antara tuhan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Manusia diperintahkan untuk memerankan fungsi kekhalifahannya yaitu kepedulian, pelestarian dan pemeliharaan. Berbuat adil dan tidak bertindak sewenang -wenang kepada semua makhluk sehingga hubungan yang selaras antara manusia dan alam mampu memberikan dampak positif bagi keduanya. Oleh karena itu manusia diperintahkan untuk mempelajari dan mengembangkan pengetahuan alam guna menjaga keseimbangan alam dan meningkatkan keimanan kepada Allah SWT. Itu merupakan salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah SWT Terlebih dahulu dalam QS AR RUM ayat 40 telah disebutkan bahwa perilaku orang-orang musyrik tidak ada lain adalah bertuhan ganda. perbuatan syirik ini di tuding oleh allah salah satu faktor utama timbulnya kerusakan di muka bumi. maka kedua ayat di atas (QS AR RUM ayat 41-

42) lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak sedikit manusia dari kalangan bangsa-bangsa terdahulu menginjak-injak hukum allah dengan malakukan berbagai bentuk perbuatan maksiat. di kalangan mereka telah merajalela kezaliman dan keserakahan, yang kuat merampas hak-hak kaum lemah. karena itu, kepada mereka allah tumpahkan azabnya tanpa satu pun manusia yang mampu mengelaknya. Next.................. kedua ayat dimuka merupakan satu paket "ajaran samawi" untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kePELESTARIAN

LINGKUNGAN HIDUP April 16, 2008


Posted by basnang in Artikel. trackback

I. PENDAHULUAN
Bencana selalu menimbulkan kesedihan, penderitaan, dan kerugian. Semua orang pasti setuju dengan pendapat ini. Di Koran dan televisi di seantero dunia secara khusus Indonesia para korban murung dan putus asa. Aceh menangis dan Yogya pun berduka. Tambah pangandaran Jawa Barat. Semua penuh dengan luka dan derita. Ada yang mengatakan, ini sudah takdir Allah. Mungkin betul. Para ilmuwan pun mengamini karena letak geografis Indonesia memang rawan bencana. Apalagi bencana sudah dalam rencana Tuhan seperti Q.S (Al-hadid) : 22. Deskripsi ala Indonesia di atas sekedar untuk menghentakkan kita bahwa sudah sedemikian parahkah alam dan lingkungan ini sehingga tak sayang terhadap penghuninya ?. Mungkin Tuhan mulai bosan bersahabat dengan kita. Demikian syair lagu yang sering dilantunkan oleh kalangan arti. Lingkungan yang menjadi perbincangan dalam forum ini senada saja maknanya dengan alam. Alam secara jelas disebutkan dalam Al-Quran, tepatnya pada QS.(1): 1. Tetapi yang berbeda adalah peristilahan lingkungan hidup secara baku, baik dari aspek ajaran maupun tradisi keilmuan Islam, kedua-duanya tidak terdapat dalam konsep yang konkrit. Namun isyaratnya jelas di dalam al-Quran.

Konseptualisasi lingkungan atau alam dalam Islam merupakan pemahaman rasional terhadap ayat-ayat kauniyah yang terbentang di hadapan manusia, di samping ayat-ayat qauliyah yang cenderung menjelaskan tentang alam dan seluruh isinya.

rusakan tatanan alam dan lingkungan di muka bimi ini pada hakekatnya bersumber dari kerusakan yang terjadi pada diri manusia seperti : kerusI. PENGERTIAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
Kata pelestarian berasal dari kata lestari yang berarti tetap seperti keadaan semula, tidak berubah, bertahan kekal. Kemudian mendapat tambahan pe

dan akhiran an, menjadi pelestarian yang berarti; (1) proses, cara, perbuatan melestarikan; (2) perlindungan dari kemusnahan dan kerusa-kan, pengawetan, konservasi; (3) pengelolaan sumber daya alam yang menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan manjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Sedangkan lingkungan hidup berarti; (1) kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya; (2) lingkungan di luar suatu organisme yang terdiri atas organisme hidup, seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Lingkungan hidup tidak saja bersifat fisik seperti tanah, udara, air, cuaca dan sebagainya, namun dapat juga berupa sebagai lingkungan kemis maupun lingkungan sosial. Lingkungan sosial meliputi antara lain semua faktor atau kondisi di dalam masyarakat yang dapat menimbulkan pengaruh atau perubahan sosiologis, misalnya : ekonomi, politik dan sosial budaya. Lingkungan meliputi, yang dinamis (hidup) dan yang statis (mati). Lingkungan dinamis meliputi wilayah manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Lingkungan statis meliputi alam yang diciptakan Allah swt, dan industri yang diciptakan manusia. Alam yang diciptakan Allah, meliputi lingkungan bumi, luar angkasa dan langit, matahari, bulan dan tumbuh-tumbuhan. Industri ciptaan manusia, meliputi segala apa yang digali manusia dari sungai-sungai, pohonpohon yang ditanam, rumah yang dibangun, peralatan yang dibuat, yang dapat menyusut atau membesar, untuk tujuan damai atau perang.

III. DESKRIPSI UMUM HADIS HADIS TENTANG LINGKUNGAN HIDUP


Dalam mengkaji hadis-hadis yang secara khusus membicarakan tentang lingkungan, sebenarnya terdapat banyak kesulitan. Kesulitan pokok adalah tidak adanya term yang jelas tentang lingkungan, misalnya kata yang secara special tentang lingkungan. Beda dengan term lainnya misalnya ilmu, nikah, dan lain-lain yang dengan gampang diakses melalui CD hadis dengan metode takhrij huruf atau

tema. Term lingkungan hanya dapat diperoleh dengan membaca keseluruhan matan hadis, menterjemahkan dan mengambil kesimpulan dan menetapkannya sebagai obyek pembahasan. Kata zaraa: menanam misalnya, baru dapat ditetapkan setelah membaca keseluruhan matan hadisnya.

Sebagai pelengkap penulis mencantumkan kata-kata yang terkait fauna, flora, udara, air dan tanah yang terambil dari Al-quran dan (mungkin) hadis. Kata- kata dalam hadis sangat susah menghitung jumlah kata yang diinginkan misalnya kata dabbat, karena ketiadaan kamus hadis sebagaimana yang dimiliki al-Quran misalnya mujam li alfadzil Quran. Term-term yang dapat menjadi dasar pencarian hadis yang berkaitan dengan lingkungan meliputi : 1. Fauna Fauna, dalam al-Quran ditemukan kata /dan kata .Yang pertama berulang sebanyak 18 kali, sementara yang kedua berulang sebanyak 32 kali. Dabbah arti dasarnya adalah binatang yang merangkak. Juga diartikan hewan, binatang dan ternak. Sedangkan al-Anam, arti dasarnya ternak. Ternak disini meliputi: unta, lembu, dan kambing. Mahmud Yunus me-masukkan kerbau. 1. Flora Kata flora dalam kamus bahasa Indonesia, diartikan dengan segala tumbuhtumbuhan yang terdapat dalam suatu daerah atau di suatu masa. Istilah ini kemudian dipakai untuk seluruh jenis tumbuhan dan tanaman.

Sebagai padanan dari kata flora, dalam al-Quran digunakan kata

dan .Yang pertama berulang sebanyak 9 kali, sementara yang


kedua berulang sebanyak 12 kali. Nabat berarti tumbuh-tumbuhan dan al-harts

berarti tanaman.
2. Tanah, Air dan Udara (Angin)

Setelah fauna dan flora, maka unsur lingkungan yang sangat vital dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya ialah tanah, air dan udara (angin).
a. Tanah (bumi); dalam bahasa Arab tanah berarti berulang sebanyak 451 kali.

.Kata

b. Air; kata yang berarti air disebut sebanyak 59 kali dalam al-Quran. Selain itu ada 4 bentuk lain, masing-masing disebut satu kali, yaitu:

sehingga seluruhnya berjumlah 63 kali. c. Udara; dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, angin antara lain berarti : (1) gerakan atau aliran udara; (2) hawa, udara. Dalam al-Quran, udara atau angin sebanyak 28 kali.

,berulang

IV. HADIS-HADIS TENTANG LINGKUNGAN HIDUP


Islam sebagaimana yang terkandung dalam dalil-dalil normatif seperti Al-quran, hadis, kaedah-kaedah fiqih memuat sejumlah aspek dan tujuan perbaikan lingkungan. Aspek yang dimaksud tertera dalam kolom berikut ini : Tujuan Pemeliharaa n Lingkungan Al-Quran Al-Araf: 55, al-Baqarah: 205, ar Rum: 41, alQashash:77, Saba : 27-28 AlBaqarah:22, an-Nahl: 11, al-Anbiyaa:30, az-Zumar: 21, Qaf:7-11, alHadid :4, Fathir:12, alZalzalah: 2 Hadits Shahih Muslim:2618, sunan atturmudzi: 2799, Sunan Abu Daud: 25 Musnad Ahmad:22422 , shahih Bukhari:4207 Daru almafasid muqaddamun ala jalbi almashalih (Mencegah kerusakan itu harus lebih didahulukan daripada menarik kemaslahatan ) Kisah Hayy Ibn Yaqdzan, Karya Ibn Tufail Kaidah Fiqih Tasawwuf

Pemanfaaan lingkungan

Pencegahan bencana lingkungan

AlBaqarah:1112, 195,ali imran:190191

Sunan Ibn Majah :2340, Shahih Muslim:282

Keterangan : Doktrin yang tercantum di atas sekedar sampel, masih banyak dalildalil yang memerintahkan menjaga lingkungan.

Dapat dibayangkan bahwa ketika al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, 14 abad yang silam, Dia sudah berbicara tentang daur ulang lingkungan yang sehat lewat angin, gumpalan awan, air, hewan, tumbuh-tumbuhan, proses penyerbukan bunga, buah-buahan yang saling terkait dalam kesatuan ekosistem.
Mengingat banyaknya hadis yang berkaitan dengan lingkungan hidup,

maka pembahasannya pada makalah ini akan dibatasi pada beberapa hadis saja sebagai sampel mengenai pelestarian lingkungan hidup. 1. Kewajiban Memelihara dan Melindungi Hewan Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang dengan cara : (a) memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

e
Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : .Orang yang menunggangi dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan. (HR. Bukhari) (b) menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

e
Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : suatu ketika seorang lakilaki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat, maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing initelah menderita seperti apa yang ia alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya, sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang tengah dalam

kehausan iu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya. Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: ya Rasulullah, apakah kami memperoleh pahala dalam memberikan makanandan minuman kepada hewan-hewan kami ?. Nabi menjawab : tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi pahala. (HR. Bukhari dan Muslim) Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan makanannya, Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11): 6

(6)
Terjemahnya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara dan melindungi makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara memberikan makanan dan memotoring tempat tinggalnya. Manusia sebagai makhluk Allah awt, yang termulia diperintahkan untuk selalu berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi, sebagaimana firman-Nya da;a, QS. al-Qashasah (28): 77

(77)
Terjemahnya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Di lain ayat, yakni QS. al-Arf (7) Allah berfirman :


Terjemahnya : dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orangorang yang beriman. Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan justeru sebaliknya yakni ayat tersebut menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya. 2. Penanaman Pohon dan Penghijauan Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw, yang berbunyi :

e
Artinya : . Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan tanaman itu adalah sadaqah. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas). Pada QS. al-Anam (6): 99, Allah berfirman ;

(99)
Terjemahnya :

Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu : (a) pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :

)42( )52( ) )62( )72( )82( (32)92( )03( )13(


Terjemahnya : maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayursayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. b) pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai berikut :

) (60
Terjemahnya : Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang

yang menyimpang (dari kebenaran).

Maka lihatlah pada ungkapan ini kebun-kebun yang sangat indah yang berarti menyejukkan jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya, baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-Nya

lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula) kematangannya (QS. 6 : 99). Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; Bertani bagian dari fardhu kifayah, maka pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya, salah satu bentuk usaha itu adalah dengan menanam pohon. 3. Menghidupkan Lahan Mati Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36): 33 ;

(33)
Terjemahnya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari padanya mereka makan. Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :

)5( (6)
Terjemahnya : Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbu-hkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan

sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami, tidak ada bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal. Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari pernyataan Nabi saw, dalam bagian matan hadis, yakni (Barang siapa yang menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya). Dalam hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang kosong adalah bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar, karena usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah sumber-sumber produksi. Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw sebagaimana dalam bagian matan hadis, yakni ;

( Barang siapa yang menebang pepohonan,


maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka). Maksud hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah meriwayatkan hadis tersebut, yaitu kepada orang yang memotong pepohonan secara sia-sia sepanjang jalan, tempat para musafir dan hewan berteduh. Ancaman keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk menjaga kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi manfaat bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan dengan pertimbangan cermat atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya agar bisa menggantikan fungsi pohon yang ditebang itu. 4. Udara Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang mengandung oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen, manusia tidak dapat hidup. Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan. Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164

(164)
Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :

(48)
Terjemahnya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira. Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang meliputinya dari segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang seluruh alam bergantung kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern telah membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana, akan tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur. Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah yang terbentuk dari belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur, dengan dua unsur yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak 20,946 persen. Satu persen sisanya adalah unsur-unsur lain. Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia menciptakan udara dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan mayoritasnya, yaitu 78 persen dari udara. Kalau saja kandungan udara akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan bunga-bunga api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi. Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/ mengawinkan tumbuh-

tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22 sebagai berikut :

) (22
Terjemahnya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpan-nya. Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya dalam menggerakkan kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin berfungsi juga untuk mengalirkan air dari satu tempat ke tempat lain, dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai permukaan air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih yang menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran tumbuh-tumbuhan ke berbagai belahan bumi. Namun angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia menjadi badai misalnya, Allah telah menghancurkan kaum Ad dengan angin badai karena kekafiran dan kesombongan mereka di atas muka bumi ini, lalu mereka berkata, Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Dzariyat (51): 41-42

)14( (42)
Terjemahnya : Dan juga pada (kisah) Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya seperti serbuk.

Sebagai manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat kencang dengan membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian manusia sakit, mereka lupa bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang tidak dapat dirubah. Sebab itulah Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau bersabda :

e
Artinya : Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia berasal dari ruh Allah Taala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah) Sungguh, nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian, manusia dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka, dengan melestarikannya bukan dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan membawa mudharat bagi dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya. 5. Air Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber kehidupan bagi manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman dalam QS. alAnbiya (21): 30, yakni segala sesuatu hidup). Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena Allah menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai air sebagaimana mestinya. Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah komoditas yang bisa tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan kekayaan nabati atau hewani, sebab itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS. al-Muminun (23): 18

( Dan dari air Kami jadikan

) (18

Terjemahnya : Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara kuantitas air terbatas, maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-kali melakukan tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan (israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar. a. Larangan mencemari air Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda :


Artinya : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air, ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud) Rasulullah saw, juga bersabda :

( Janganlah salah seorang dari kalian kencing di air yang diam


yang tidak mengalir, kemudian mandi disana. HR. Al-Bukhari) Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air besar, atau pun hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya dan berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra. b. Penggunaan air secara berlebihan. Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air

secara berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-manusia yang berfikir yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan dengan QS. al-Anam (6): 141, yakni

( Dan janganlah kalian israf (berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah


tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf). Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni


Artinya : Nabi saw, pernah bepergian bersama Saad bin Abi Waqqas. Ketika Saad berwudhu, Nabi berkata : Jangan menggunakan air berlebihan. Saad bertanya : Apakah menggunakan air juga bisa berlebihan ?. Nabi menjawab: Ya, sekalipun kamu melakukannya di sungai yang mengalir. 6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam. Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan tertentu. Seperti dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67): 3

(3)
Terjemahnya : Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika manusia sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung

menyimpang, lalai serta merusak. Hiperbolis di sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara meremehkan maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji. Sikap adil, moderat, ditengah-tengah dan seimbang seperti inilah yang diharapkan dari manusia dalam menyikapi setiap persoalan. Baik itu berbentuk materi maupun inmateri, persoalanpersoalan lingkungan dan persoalan umat manusia, serta persoalan hidup seluruhnya. Keseimbangan yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup akan terus berlangsung dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar biasa, seperti gempa tektonik, gempa yang disebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi. Tetapi menurut al-Quran, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh ulah perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan hal tersebut adalah QS. al-Rum (30): 41, sebagai berikut :

(41)
Terjemahnya Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar). Selanjutnya Allah awt, berfirman di dalam QS. Ali Imran (3): 182

(182)
Terjemahnya : (Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya. Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung meningkat dan terlihat semakin meningkat lagi terutama pada beberapa dasawarsa terakhir. Tindakan-tindakan mereka tersebut merusak keseimbangan lingkungan serta keseimbangan interaksi antar elemen-elemennya. Terkadang karena terlalu berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu meremehkan. Semua itu menyebabkan penggundulan hutan di berbagai tempat, pendangkalan laut, gangguan terhadap habitat secara global, meningkatnya suhu

udara, serta menipisnya lapisan ozon yang sangat mencemaskan umat manusia dalam waktu dekat. Demikianlah, kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah kenyataan bahwa kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak pada suatu saat kelak akan berakibat pada hancurnya bumi beserta isinya.

VI. PENUTUP
Berdasar uraian di atas maka disimpulkan bahwa masalah pelestarian lingkungan hidup terungkap dalam beberapa hadis sebagai perintah bagi manusia agar menjaga dan atau memelihara lingkungan mereka dengan baik (ihsn). Unsur-unsur lingkungan hidup yang ditunjuk oleh hadis adalah; fauna, flora, tanah, air, dan udara. Upaya-upaya yang harus ditempuh dalam melestarikan lingkungan hidup adalah antara lain; memelihara dan melindungi hewan; menanam pohon dan penghijauan; menghidupkan lahan mati; memanfaatkan udara dan air dengan baik, serta yang terpenting adalah bagaimana agar keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat dijaga dan berupaya mengindari untuk merusaknya. Al-Quran sebagai hudan li al-nas sudah barang tentu, bukan hanya petunjuk dalam arti metafisis-eskatologis, tetapi juga menyangkut masalahmasalah praktis kehidupan manusia di alam dunia sekarang ini, termasuk di dalamnya, patokan-patokan dasar tentang bagaimana manusia menyantuni alam semesta dan melestarikan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, energi pada setiap makhluk hidup dibutuhkan oleh makhluk hidup yang lain, yang menyebabkan terjadinya kelangsungan hidup. Dalam Islam saling keterkaitan ini merupakan salah satu tujuan penciptaan Allah. Sebab Allah menciptakan sesuatu dengan tidak sia-sia. Berdasar pada rumusan kesimpula di atas, maka dapat diimplikasikan

bahwa persepsi hadis tentang pelestarian lingkungan merupakan isyarat tentang adanya keteraturan yang harus dijaga oleh setiap makhluk hidup dalam satu sistem, dan apabila sistem itu terganggu menyebabkan porak-porandanya makhluk hidup yang kokoh dan tergantung pada ekosistem.

Wa Allahu Alam bin al-Sawab


DAFTAR PUSTAKA Al-Quran al-Karim Abdillah, Mujiono. Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Quran. Cet I; Jakarta: Paramadina, 2001 Abdullah, Amin. Falsafah Kalam di Era Post Modernisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004 Al-Baqi, Muhammad Fuad Abdul. Mujam al-Mufahraz li Alfaz al-Quran al-Karim. Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th . Al-Lulu wa al-Marjan, juz III. Cet I ; Kairo : Dar al-Hadis, 1997 Begon, Michael, John L. Herper, Colin R. Townsend, Ecology: Industrials, Populations, Ani Communities. Massachu Setts: Sinaur Associaties, Inc., 1986 Al-Bukhariy, Abu Abdullah bin Mughirah bin al-Bardizbat. Shahih al-Bukhari, juz II. Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Quran, 1992 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia. edisi III; Jakarta: Balai Pustaka, 2001 Ghazali, Bahri. Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996 M. Soerjani dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta; UI Press, 1987

Al-Marghi, Ahmad Musthfa. Tafsr al-Margi, juz I. Mesir: Musthfa al-Babi alhalabi, 1974 Munziri, Mukhtashar al-Sunan. Pakistan: Maktabah al-Atsariyah, t.th Muslim bin al-Hajjaj, Abu Husain. Shahih Muslim, juz IV. Bairut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th Al-Naysaburi, Abi al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi. Asbab al-Nuzul. Jakarta: Dinamika Barakah Utama, t.th Qardhawi, Yusuf. Riayah al-Biah fi al-Syariah al-Islam diterjemahkan oleh Abdullah Hakam Shah dengan judul Islam Agama Ramah Lingkungan. Cet I; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2002 Rahman, Fazhlur. Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, alih bahasa M. Arifin. Jakarta: Bina Aksara, 1987 Riyadi, Slamet. Ekologi Ilmu Lingkungan Dasar-Dasar dan Pengertiannya. Surabaya: Usaha Nasional, 1998 Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1996 Al-Sijistaniy, Abu Sawud Sulayman Muhammad bin al-Asyats. Sunan Abu Dawud, juz III. Indonesia: Makbatah Dahlan, t.th Al-Suyuti, Jalal al-Din. al-Durru al-Mantsur fi al-Tafsir al-Matsur, juz II. Bairut: Dar al-Maktab al-Ilmiah, 1411 H / 1990 M Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung, 1990

Soerjani dkk, cenderung menyatakan bahwa lingkungan pada hakekatnya adalah keterkaitan antara manusia dengan makhluk lain juga dengan benda mati yang ada di sekitanya. Lihat M. Soerjani dkk, Lingkungan Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan (Jakarta; UI Press, 1987), h.3 Fazhlur Rahman, Al-Quran Sumber Ilmu Pengetahuan, alih bahasa M. Arifin (Jakarta: Bina Aksara, 1987), h. 76 Ecologi as the Scientific Study of the Interactions between Organisme and their Environtment, Michael Begon, John L. Herper, Colin R. Townsend, Ecology: Industrials, Populations, Ani Communities (Massachu Setts: Sinaur Associaties, Inc., 1986), P. X. Lihat juga M. Soerjani dkk, op.cit,. h. 21

Bahri Ghazali, Lingkungan Hidup dalam Pemahaman Islam (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h.8 Ibid., h, 3 Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang berinteraksi membentuk suatu sistem. Allah swt berfirman : ( Dan Kami tidak men-ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya dengan sia-sia (tanpa tujuan). (QS. Shad/38 : 27) Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi III; Jakarta: Balai Pustaka, 2001), h. 665 Ibid. Ibid., h. 675. Slamet Ryadi, Ekologi Ilmu Lingkungan Dasar-Dasar dan Pengertiannya (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), h. 22 Mujiono Abdillah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif Al-Quran (Cet I; Jakarta: Paramadina, 2001), h. 30 -31 Muhammad Fuad Abdul Baqi Al-lului wa al-marjan, juz III (cet I ; Kairo : dar al-hadits, 1997), h. 116. Kata berulang sebanyak 14 kali, dan sebanyak 4 kali. Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mujam al-Mufahraz li Alfaz al-Quran al-Karim (Indonesia: Maktabah Dahlan, t.th), h. 520-523 Kata berulang sebanyak 26 kali, 2 kali, 3 kali dan 1 kali. Ibid. h. 879-880. Di samping itu, al-Quran juga menyebutkan beberapa jenis binatang yang telah ditentukan sifatnya, misalnya : dan ( binatang buas). Lihat QS. 5: 2), ( binatang buruan). Lihat QS. 5: 95, . Lihat QS. 5: 2 Dari kata yang berarti : merangkak, berjalan perlahan-lahan, juga diartikan : merayap. Lihat Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya Agung, 1990), h. 123. M. Quraish Shihab, mengartikan dabbah dengan yang bergerak. Lihat M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran (Bandung: Mizan, 1996), h. 445 Ibid, Mahmud Yunus, h. 459 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 278 Kata berulang sebanyak 4 kali, 3 kali, 2 kali, 8 kali, 2 kali, 2 kali, 1 kali, 1 kali, 1 kali, dan 1 kali. Kata 5 kali, 5 kali, 1 kali dan 1 kali Kata 45 kali, 2 kali, 3 kali, 3 kali, 1 kali, dan 1 kali Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mujam op.cit., h. 857 Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 42 Muhammad Fuad Abdul Baqi, Mujam op.cit., h. 414 Abu Abdullah bin Mughirah bin al-Bardizbat al-Bukhariy, Shahih al-Bukhari, juz II (Bairut: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 1992), h. 888. Lihat juga al-Syaukani, Nail al-Authar, juz V, h. 353- 354. Ibid., Shahih al-Bukhari, juz II, h. 833; Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj, Shahih Muslim, juz IV (Baurut: Dar Ihya al-Turats al-Arabi, t.th), h. 1761. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Quran, 1992), h. 327 Ibid., h. 623 Lihat Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lulu wa al-Marjan, juz III (Cet I ; Kairo : Dar al-

Hadis, 1997), h. 116 Departemen Agama RI, op. cit., h. 203-204 Ibid., h. 1025-1026 Ibid., h. 601 Al-Qurtubi, Tafsir al-Qurtubi (juz III), h. 306 Yusuf Qardhawi, op. cit., h, 100 Departemen Agama RI, op. cit., h. 709 Ibid., h. 512 Abu Daud, Sunan Abu Daud, op. cit., (3073) Yusuf Qardhawi, op. cit., h. 101 Abu Daud, op. cit., Kitab Adab (5239) Departemen Agama RI, op. cit., h. 40 Ibid., h. 649 Yusuf Qardhawi, op.cit., h. 260 Nitrogen adalah gas yang pasif dan mandul. Ibid. Oksigen adalah gas yang aktif dan sangat penting bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Ibid, h. 261. ibid Lihat ibid, dan bandingkan dengan Muhammad Abdul Qadir Al-Faqqi, Al-Biah ; Masyakiluha wa Qadhayaha, op. cit., h. 52-69. Departemen Agama RI, op. cit., h. 392 Abdul Majid al-Najjar, Qadhaya Al-Biah min Manzhur Al-Islami, yang disalin dari Ilmu Biah karya Ulya Hatukh dan Muhammad, Handani, h. 92. Departemen Agama RI, op. cit., h. 861 Ahmad, Musnad Ahmad bin Hanbal (2/268, 409, dan 518). Dan Ibnu Majah, kitab AlAdab (3727) Departemen Agama RI, op. cit., h. 528 Sunan Abu Dawud, op. cit., kitab al-thaharah (24) Shahih al-Bukhari, op. cit., kitab al-thahara (232) Yusuf Qardhawi, op.cit., h. 153 HR. Ahmad bin Hanbal, op. cit., (6768) Kitab MusnadMukatstsirin min Sahabat. Departemen Agama RI, op. cit., h. 955 Yusuf Qardhawi, op.cit., h.235 M. Amin Abdullah, op.cit., h. 183 Departemen Agama RI, op. cit., h. 647 Ibid., h. 108 akan iman : syirik kerusakan fitrah : mengabaikan hukum-hukum allah kerusakan akal fikiran : menghalalkan segala cara kerusakan moral : melanggar susila, budaya dan peradaban. umat-umat terdahulu untuk menjadi pelajaran bagi generasi di belakangnya. menururt tafsir kontemporer QS AR RUM ayat 41-42 bisa menjadi dalil tentang kewajiban tentang melestarikan lingkungan hidup, sebab terjadinya berbagai macam bencana juga karena ulah manusia yang mengeksploitasi alam tanpa di imbangi dengan upaya pelestarian.

Terlebih dahulu dalam QS AR RUM ayat 40 telah disebutkan bahwa perilaku orang-orang musyrik tidak ada lain adalah bertuhan ganda. perbuatan syirik ini di tuding oleh allah salah satu faktor utama timbulnya kerusakan di muka bumi. maka kedua ayat di atas (QS AR RUM ayat 4142) lebih lanjut menjelaskan bahwa tidak sedikit manusia dari kalangan bangsa-bangsa terdahulu menginjak-injak hukum allah dengan malakukan berbagai bentuk perbuatan maksiat. di kalangan mereka telah merajalela kezaliman dan keserakahan, yang kuat merampas hak-hak kaum lemah. karena itu, kepada mereka allah tumpahkan azabnya tanpa satu pun manusia yang mampu mengelaknya. Next.................. kedua ayat dimuka merupakan satu paket "ajaran samawi" untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kerusakan tatanan alam dan lingkungan di muka bimi ini pada hakekatnya bersumber dari kerusakan yang terjadi pada diri manusia seperti : kerusakan iman : syirik kerusakan fitrah : mengabaikan hukum-hukum allah kerusakan akal fikiran : menghalalkan segala cara kerusakan moral : melanggar susila, budaya dan perada

Anda mungkin juga menyukai