Anda di halaman 1dari 8

TUGAS REVIEW BUKU

“ SEJARAH PERADABAN ISLAM ”

Disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester


Matakuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen : Dr.H.Hadi Masruri, Lc, M.A.

Disusun Oleh:

Nama : Mas Ayu Maziyah

NIM : 19110169

Kelas : ICP PAI I ‘19

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK

IBRAHIM MALANG

2020
BAB I
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Sejarah Peradaban Islam


Penulis : Dr.Siti Zubaidah, M.Ag.
Penerbit : Perdana Publishing, Medan
Cetakan : Pertama, Oktober 2016
Tebal : 241 halaman

Tentang Penulis
Pengarang buku ini adalah Dr.Siti Zubaidah, M.Ag lahir pada 23 Juli 1953 di
Bangkalan, Madura. Beliau menyelesaikan S-1 FPBS Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris IKIP
Medan pada tahun 1987, Program Pascasarjana (S2) jurusan Dirasah Islamiyah di IAIN
Sumatera Utara, Medan pada tahun 1997, dan menyelesaikan program Doktor (S3) di bidang
Pengkajian Islam UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta pada tahun 2003. Pada saat ini beliau
menjadi seorang dosen di FITK dan Pascasarjana UIN Sumatera Utara, Medan , selain itu
belaiu juga bertugas sebagai sekretaris Prodi Pendidikan Agama Islam (PEDI) S2 dan S3.
Karya -karya nya sangat banyak yakni,” Pemikiran Fatima Mernissi Tentang
Kedudukan Wanita dalam Islam “, Bandung:Citapustaka Media (2010); “ Introduction to
English Literarture ”,Medan: Gemilang Utama (2014); “ Mengenal Autis: Perkembangan
verbal dan Sosial “, Yogyakarta: Naila Pustaka (2013), dan lain-lain .
Tentang Buku
Buku “ Sejarah Peradaban Islam “ ini adalah cetakan pertama pada tahun 2016. Buku
ini membahas sejarah peradaban islam secara runtut, praktis, dan menggunakan bahasa yang
mudah dipahami, sehingga sangat sesuai digunakan untuk rujukan para mahasiswa.
Buku ini membahas sejarah peradaban islam menjadi 17 bab, dimulai dari definisi
sejarah dan filosofinya kemudian sejarah islam pada masa Nabi Muhammad SAW hingga
sampai masuk ke Indonesia. Selain itu, pembahasan tentang sejarah peradaban islam di
Indonesia dibahas dengan runtut hingga menjadi 3 bab.
BAB II
PENDAHULUAN

Buku yang ditulis oleh ibu Dr.Siti Zubaidah, M.Ag adalah buku tentang sejarah
peradaban Islam dari masa kemasa yang terdiri dari 17 Bab yaitu : Bab I membahas tentang
Pengantar Sejarah Peradaban Islam; Bab II Islam Masa Muhammad Saw; Bab III Islam Masa
Khulafa Al-Rasyidin; Bab IV Islam Masa Daulat Bani Umayyah; Bab V Islam Masa Daulat
Bani Abbasiyah; Bab VI Peradaban Islam di Spanyol; Bab VII Dinasti Aglabiyah, Fatimiyah
dan Ayyubiyah; Bab VIII Peradaban Islam Masa Turki Usmani; Bab IX Perang Salib dalam
Lintasan Sejarah; Bab X Peradaban Islam di Mongol; Bab XI Kekaisaran Mongol Pasca Jengis
Khan dan Pengaruhnya dalam Perkembangan Islam; Bab XII Hasil Peradaban Mongol Masa
Islam; Bab XIII Kerajaan Safawi di Persia; Bab XIV Peradaban Islam Mughal di India; Bab
XV Peradaban Islam Asia Tenggara; dan Bab XVI Peradaban Islam Indonesia Sebelum dan
Sesudah Kemerdekaan; Bab XVII Imperialisme Barat dan Kebangkitan Kembali Dunia Islam
Buku ini memanglah mencakup sejarah peradaban Islam secara global, tetapi terdapat
dalam 3 bab yang membahas tentang sejarah peradaban Islam di Indonesia, yaitu Peradaban
Islam Asia Tenggara; Peradaban Islam Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan;
Imperialisme Barat dan Kebangkitan Kembali Dunia Islam. Pada bab sejarah peradaban Islam
di Indonesia lah yang akan saya bahas dalam review buku ini.Mengetahui, bahwa pada zaman
sekarang banyak sekali masyarakat yang melupakan dan tidak memahami atas sejarah adanya
Islam di Indonesia. Sehingga, banyak kontroversi tentang kebudayaan Indonesia dengan Islam.
Islam berasal dari bangsa Arab memang itu benar, tetapi ketika Islam masuk ke Indonesia
bukan berarti masyarakat Indonesia juga harus menyamakan budaya dengan bangsa Arab.
Pada hakikatnya Islam adalah agama yang mengajarkan kebenaran bukan kesesatan, Islam
adalah agama yang memudahkan bukan menyulitkan, dan Islam adalah agama yang toleran
bukan intoleran.
Maka dari itu, makalah singkat review buku ini berusaha untuk mengingatkan kembali
dan menjelaskan masyarakat atas sejarah Islam masuk ke Indonesia, bahwa Islam masuk
disertai dan disesuaikan dengan kebudayaan masyarakat Indonesia. Selain itu, makalah ini juga
menguraikan unsur-unsur kebudayan sejarah peradaban islam di Indonesia dalam 8 unsur,
yaitu: pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat kebiasaan, tradisi, dan politik.
Semoga apa yang disampaikan dalam makalah ini dapat bermanfaat kepada pembaca mengenai
apa yang disampaikan oleh penulis.
BAB III
ISI BUKU
A.Unsur – Unsur Kebudayaan Sejarah Peradaban Islam di Indonesia
1. Pengetahuan
Awal yang terbangun adalah Masjid atau Surau menjadi lembaga pusat pengajaran,
tetapi beberapa lembaga seperti pesantren di Jawa dan pondok di Semenanjung Melaya
segera berdiri. Pesantren maupun pondok diselenggarakan oleh Guru-guru Agama, Kiai-
kiai dan Ulama. Di pesantren atau pondok itu, calon Ulama, Guru Agama, dan Kiai
mendapat pendidikan agama. Setelah keluar dari pesantren, mereka pulang ke kampung
masing-masing atau berdakwah ke tempat tertentu mengajarkan Islam, misalnya, pesantren
yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta Surabaya, dan Sunan Giri di Giri.
Keluaran pesantren ini banyak yang diundang ke Maluku untuk mengajarkan Agama Islam
di bawah bimbingan para Ulama Arab dan dukungan negara.
Mengapa bisa seperti itu? Karena masuknya Islam di Indonesia membawa persamaan
di bidang pendidikan. Pendidikan bukanlah menjadi hak istimewa kaum bangsawan, tetapi
tradisi pendidikan Islam di Indonesia melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap
Muslim diharapkan mampu membaca alQur’an dan memahami asas-asas Islam secara
rasional dan dengan belajar huruf Arab yang diperkenalkan dan digunakan di seluruh
wilayah dari Aceh hingga Mindanao. Banyak daerah di wilayah ini seperti Pasai, Malaka
dan Aceh juga Pattani muncul sebagai pusat pengajaran agama yang menjadi daya tarik
para pelajar dari sejumlah penjuru wilayah ini. Dengan berdasarkan hal tersebut kemudian
sistem pendidikan Islam segera dirancang.
Oleh karena itu, Indonesia mampu melahirkan ulama-ulama pribumi yang mengambil
kepemimpinan lslam di Indonesia. Sehingga, dengan pemikiran ulama’ dan memberikan
pengetahuan dan semangat kepada masyarakat Indonesia mampu merubah pemikiran kolot
perihal ketuhanan, kemasyarakatan dan lain-lain. Semua perkembangan bisa dikatakan
karena lslam, kemudian melahirkan pandangan hidup kaum Muslim dan Indonesia yang
hebat.
2. Kepercayaan
Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan yang dianut oleh masyarakat Indonesia
sebelum adanya Islam. Animisme mengisi kekosongan iman ketuhanan dengan
mengkhayalkan dewa-dewi dan roh perantara. Biasanya dibedakan antara mereka yang
membantu dan mereka yang memusuhi dan mengganggu manusia. Jenis kedua harus
dilembutkan hatinya dengan sesaji, mantera, makanan atau bunga. Makanan yang biasa
digunakan adalah apem.
Menyikapi hal tersebut para Wali songo atau ulama’ tidak lupa tetap melaksanakan
ajaran agama Islam yaitu toleran. Sehingga para ulama berusaha mengajak para masyarakat
dengan kegiatan-kegiatan Islam tetapi tetap memasukkan tradisi masyarakat sekitar. Seperti
yang sering dijumpai sampai sekarang ada kegiatan “Tahlilan” atau “diba’iyah” , ketika selesai
acara tradisinya dalam bahasa jawa adalah “berkatan” . Hal tersebut adalah yang dilakukan
oleh para ulama’ terdahulu yaitu tetap ada pemberian sesajen atau makanan tetapi diganti atau
dialokasikan kepada penduduk setelah seusai acara.
3. Kesenian
Kesenian yang paling terkenal dikalangan masyarakat pada zaman dahulu adalah
pertunjukan wayang. Sejarah mengatakan Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Beliau mengaplikasikan wayang dengan ajaran islam. Beliau
tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan Kalimat Syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih dipetik dari cerita
Mahabarata dan Ramayana, tetapi dalam cerita itu disisipkan ajaran nama-nama pahlawan
Islam. Kesenian-kesenian lainnya juga dijadikan alat Islamisasi, seperti sastra (hikayat, babad
dan sebagainya), seni bangunan dan seni ukir.
4. Moral
Pengajar-pengajar Tasawuf atau para Sufi mengajarkan Teosofi yang bercampur
dengan ajaran yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam
soal magis dan mempunyai kekuatan - kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka juga
ada yang mengawini puteri-puteri bangsawan setempat. Dengan Tasawuf, “bentuk” Islam
yang diajarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran
mereka yang sebelumnya menganut agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah
dimengerti dan diterima. Diantara ahli-ahli Tasawuf yang memberikan ajaran yang
mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam itu adalah Hamzah
Fansuri di Aceh, Syekh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa.
5. Hukum
Penelusuran hukum Islam dari aspek sejarah dapat ditelusuri dengan berdirinya kerajaan-
kerajaan Islam di Nusantara. Eksistensi hukum Islam yang hidup di kalangan masyarakat
diakui sendiri oleh ahli hukum Belanda bahwa hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum
yang sesuai dengan agama yang dipeluknya. Pada masa pemerintah HindiaBelanda penerapan
hukum Islam hanya terbatas pada bidang kekeluargaan. Artinya, produk hukum Islam pada
masa pemerintahan Belanda telah ada yakni mengatur Peradilan Agama serta materi
hukumnya, akan tetapi peran hukum adat mendominasi aturan tersebut. Dengan munculnya
Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan maka hukum Islam menjadi sumber
hukum yang langsung tanpa melalui hukum adat.
Peranan para tokoh muslim cukup dominan dalam melakukan pendekatan dengan kalangan
elit, sehingga Rancangan Undang-Undang Perkawinan (UUP) dapat dikodifikasikan dan
menyusul kodifikasi hukum Islam lainnya, seperti Undang-Undang Peradilan Agama,
Pengelolaan Zakat, Wakaf, Perbankan Syariah, KHI, dan lainnya. Kontribusi hukum Islam
dalam pembangunan hukum nasional telah memiliki kekuatan normatif dan kehadirannya
semakin memperkuat wibawa hukum Islam di Indonesia. Seiring dengan perkembangan
zaman, persoalan-persoalan hukum yang dipengaruhi oleh perubahan zaman memerlukan
upaya progresif berupa penemuan hukum baru melalui upaya yang bersifat ijtihadi.
6. Adat Istiadat
Mengapakah harus berkolaborasi antara Islam dan adat istiadat ? agar agama lebih mudah
dipahami,karena apabila pesan-pesan agama disampaikan dengan budaya timur yang tentunya
akan ada kesenjangan budaya dan akan kesulitan untuk memahami dan menerima pesan-pesan
agama.
Oleh karena itu, sejak jaman Walisongo digunakanlah metode atau tradisi nilai-nilai kultur
orang lokal Nusantara ini sebagai alat untuk menyampaikan. Akhirnya disampaikan dengan
bahasa, cara, budaya, tradisi yang berkembang di masyarakat, baru Islam itu bisa masuk.
Dengan cara yang disampaikan para wali itulah akhirnya melahirkan tembang, gending, syair,
babat, serat, sastra dan sebagainya itu. Sehingga dengan kebudayaan ini lebih mudah diterima,
Dengan cara-cara inilah, menurutnya, Islam menjadi lebih kreatif. Meski ajarannya tidak
diubah, ekspresinya menjadi lebih bisa beragam dan menunjukkan Islam itu kebenarannya
akan tetap abadi di setiap tempat dan waktu.
7.Tradisi
Tradisi dan budaya menjadi sangat menentukan dalam kelangsungan syiar islam ketika
tradisi dan budaya telah menyatu dengan ajaran islam, karena tradisi dan budaya merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam tubuh masyarakat.
8. Politik
Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini, karena di
Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya memeluk Islam
terlebih dahulu. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa maupun di Indonesia Bagian Timur,
demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan Islam memerangi kerajaankerajaan non Islam.
Kemenangan kerajaan Islam secara politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu
memeluk agama Islam.
Kelompok pertama yang memeluk agama lslam adalah dari penguasa lokal yang berusaha
menarik simpati lalu-lintas Muslim dan menjadi persekutuan dalam bersaing menghadapi
pedagang-pedagang Hindu dari Jawa. Beberapa tokoh di wilayah pesisir tersebut menjadikan
konversi ke agama lslam untuk melegitimasi perlawanan mereka terhadap otoritas Majapahit
dan untuk melepaskan diri dari pemerintahan beberapa lmperium wilayah tengah Jawa.
Kelompok dua menekankan peran kaum misionaris dari Gujarat, Bengal dan Arabia.
Kedatangan para Sufi bukan hanya sebagai guru tetapi sekaligus juga sebagai pedagang dan
politisi yang memasuki lingkungan istana para penguasa, perkampungan kaum pedagang, dan
memasuki perkampungan di wilayah pedalaman. Mereka mampu mengkomunikasikan visi
agama mereka dalam bentuknya, yang sesuai dengan keyakinan yang telah berkembang di
Indonesia. Dengan demikian dimungkinkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia tidak lepas
dengan kultur daerah setempat. Kelompok ketiga lebih menekankan makna lslam bagi
masyarakat umum dari pada bagi kalangan elite pemerintah. Islam telah menyumbang sebuah
landasan ldeologis bagi kebajikan lndividual, bagi solidaritas kaum tani dan komunitas
pedagang, dan bagi lntegrasi kelompok parochial yang lebih kecil menjadi masyarakat yang
lebih besar.Para pedagang dan kaum Sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran
berbagai sekolah merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.
BAB IV
KESIMPULAN
Unsur-Unsur Sejarah Kebudayan Peradaban Islam di Indonesia ada delapan , yaitu:
1. Pengetahuan: Masuknya Islam di Indonesia membawa persamaan di bidang
pendidikan. Pendidikan bukanlah menjadi hak istimewa kaum bangsawan, tetapi
tradisi pendidikan Islam di Indonesia melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Setiap
Muslim diharapkan mampu membaca alQur’an dan memahami asas-asas Islam
secara rasional dan dengan belajar huruf Arab yang diperkenalkan dan digunakan
di seluruh wilayah dari Aceh hingga Mindanao. Oleh karena itu, Indonesia mampu
melahirkan ulama-ulama pribumi yang mengambil kepemimpinan lslam di
Indonesia.
2. Kepercayaan: Animisme dan dinamisme adalah kepercayaan yang dianut oleh
masyarakat Indonesia sebelum adanya Islam. Menyikapi hal tersebut para Wali
songo atau ulama’ tidak lupa tetap melaksanakan ajaran agama Islam yaitu toleran.
Sehingga para ulama berusaha mengajak para masyarakat dengan kegiatan-kegiatan
Islam tetapi tetap memasukkan tradisi masyarakat sekitar.
3. Kesenian: Sejarah mengatakan Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir
dalam mementaskan wayang. Beliau mengaplikasikan wayang dengan ajaran islam.
Beliau tidak pernah meminta upah pertunjukan, tetapi meminta para penonton
untuk mengikutinya mengucapkan Kalimat Syahadat.
4. Moral: Tasawuf, “bentuk” Islam yang diajarkan kepada penduduk pribumi
mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya menganut
agama Hindu, sehingga agama baru itu mudah dimengerti dan diterima.
5. Hukum: Penelusuran hukum Islam dari aspek sejarah dapat ditelusuri dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara.Peranan para tokoh muslim cukup
dominan dalam melakukan pendekatan dengan kalangan elit, sehingga Rancangan
Undang-Undang Perkawinan (UUP) dapat dikodifikasikan dan menyusul kodifikasi
hukum Islam lainnya, seperti Undang-Undang Peradilan Agama, Pengelolaan
Zakat, Wakaf, Perbankan Syariah, KHI, dan lainnya. Kontribusi hukum Islam
dalam pembangunan hukum nasional telah memiliki kekuatan normatif dan
kehadirannya semakin memperkuat wibawa hukum Islam di Indonesia
6. Adat Istiadat: Sejak jaman Walisongo digunakanlah metode atau tradisi nilai-nilai
kultur orang lokal Nusantara ini sebagai alat untuk menyampaikan. Akhirnya
disampaikan dengan bahasa, cara, budaya, tradisi yang berkembang di masyarakat,
baru Islam itu bisa masuk. Dengan cara yang disampaikan para wali itulah akhirnya
melahirkan tembang, gending, syair.
7. Tradisi: Tradisi dan budaya menjadi sangat menentukan dalam kelangsungan syiar
islam ketika tradisi dan budaya telah menyatu dengan ajaran islam, karena tradisi
dan budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dalam tubuh
masyarakat.
8. Politik: Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di daerah ini,
karena di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah
rajanya memeluk Islam terlebih dahulu. Di samping itu, baik di Sumatera dan Jawa
maupun di Indonesia Bagian Timur, demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaankerajaan non Islam. Kemenangan kerajaan Islam secara
politis banyak menarik penduduk kerajaan bukan Islam itu memeluk agama Islam.
Para pedagang dan kaum Sufi pengembara, pengaruh para murid, dan penyebaran
berbagai sekolah merupakan faktor penyebaran lslam yang sangat penting.

Anda mungkin juga menyukai