Disusun Oleh :
Segala puji syukur marilah kita panjatkan kepada allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran dan yang telah memberikan
kelancaran dalam mengerjakan makalah ini sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongannya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk
menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah yang dibuat biasa memberi manfaat untuk
kedepanya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................
Daftar Isi................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Peran Walangsungsang dalam Penyebaran Islam di Cirebon......................
B. Peran Sunan Gunung Jati dalam Penyebaran Islam di Cirebon...................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam datang di Indonesia ketika pusat-pusat kekuasaan Hindu-Budha
mengalami kemunduran. Pada masa awal kedatangan Islam sekitar abad ke-12 dan
ke-13 Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat kekuasaan Hindu di Indonesia bagian barat
mulai menunjukkan tanda-tanda kemerosotan. Demikian pula ketika Islam mulai
berkembang secara luas pada abad ke-15 atau 16 yang merupakan pengaruh dari
Kerajaan Demak yang mendirikan kerajaan Islam di Cirebon atas nama Raja Demak.
Proses islamisasi dan perkembangan Islam di Indonesia telah membawa
pengaruh kepada alam pikiran masyarakat. Pengaruh tersebut senantiasa berkembang
tidak hanya terbatas pada bidang mental spiritual saja, tetapi juga dalam wujud pola
pikir serta kreativitas yang dilakukan oleh masyarakat. . Islam masuk di Indonesia,
pada khususnya di daerah Cirebon, pada tahun 1302 M di pantai Pulau Jawa yang
sekarang disebut Cirebon, ada tiga daerah otonom bawahan kerajaan Pajajaran yang
masing-masing dikepalai oleh seorang Mangkubumi.
Cirebon dikenal sebagai kota Wali dan kota pelabuhan menyimpan sejarah
panjang di masa lalu, khususnya mengenai peristiwa cikal bakal penyebaran Islam di
Jawa Barat. Hal itu tidak bisa dilepaskan dari peran pedagang muslim, ulama, dan
tokoh pribumi, seperti Walangsungsang. Mereka berjuang dalam mewujudkan sebuah
nagari bercorak Islam dan bebas dari kekuasaan pemerintah kerajaan Sunda-Galuh.
Wali Sanga di dalam menyebarkan ajaran agama Islam di tanah Jawa ini tidak
begitu saja melangkah, melainkan mereka menggunakan taktik dan strategi yang
sudah diperhitungkan, dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang, sehingga
agama Islam disampaikan kepada rakyat dapat diterima dengan mudah dan penuh
kesadaran, bukan karena terpaksa. Pada saat giat-giatnya Wali Sanga berjuang
menyiarkan agama Islam, maka Sunan Gunung Jati yang termasuk di dalamnya tidak
ketinggalan untuk bangkit memperjuangkan syiar dan tegaknya agama Islam,
khususnya di Kesultanan Cirebon.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Peran Walangsungsang dalam Penyebaran islam di Cirebon?
2. Bagaimana Peran Sunan Gunung Jati dalam Penyebaran Islam di Cirebon?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Walangsungsang dalam Penyebaran Islam
di Cirebon
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran Sunan Gunung Jati dalam Penyebaran Islam
di Cirebon
BAB II
PEMBAHASAN
Walangsungsang diberi tugas oleh Syekh Nur Jati untuk membuka pedukuhan
yang mayoritas belum menganut agama Islam, ialah pedukuhan Tegal Alang-alang
atau Lemah Wungkuk, dalam perkembangannya pedukuhan Tegal Alang-alang
menjadi nagari yang besar yaitu daerah wilayahnya meliputi Caruban Larang dan
Girang. Karena Walangsungsang merupakan keturunan Kerajaan maka ia tidak begitu
sulit untuk merintis dan mengembangkan daerah dakwahnya. Kondisi daerah Tegal
Alangalang yang dipimpin Ki Gedeng Alang-alang dianggap sebagai daerah yang
kelak menjadi daerah subur, karena letaknya berada di dekat pantai dan sekitar muara
sungai, sehingga dari aspek transportasi akan mempermudah arus perhubungan antar
kampung dan berada pusat keramaian, yaitu Pelabuhan Muara Jati. Dengan itu
hubungan kedekatan dengan kakeknya yang bernama Ki Gedeng Tapa selaku
syahbandar pelabuhan menjadi baik dalam bertukar pikiran untuk meningkatkan
berkembangan pedukuhannya. Purwaka Caruban Nagari memberi catatan bahwa
peristiwa tersebut terjadi yang bertepatan pada hari Ahad Kliwon 1 Suro 1358 Saka
bertepatan tahun 1445 M.
Kutipan Azra dalam karya A. H. Johns, perspektif Islam di Asia Tenggara, Islam
pada dasarnya adalah urban (perkotaan) dan peradaban Islam juga merupakan urban.
Johns menyatakan bahwa proses Islamisasi di Asia Tenggara termasuk pelabuhan-
pelabuhan di pesisir utara Jawa, bermula dari kota pelabuhan-pelabuhan. Di perkotaan
sendiri, Islam sebagai fenomena istana kerajaan yang menjadi pusat kekuasaan atas
wilayah maupun intelektual (lembaga pendidikan), sehingga kebanyakan istana-istana
Kerajaan Islam berada di pusat kota, termasuk di Cirebon. Dikisahkan bahwa,
Walangsungsang mendirikan Masjid dan Keraton Pakungwati dengan pembiayaan dari
warisan kakeknya Ki Gedeng Tapa, serta membuat pasukan keamanan lengkap dengan
angkatan bersenjatanya. Pada saat Walangsungsang menjadi Kuwu di Caruban, Ayahnya,
Raja Sunda merestui dengan mengirim Tumenggung Jagabaya membawa panji-panji
kerajaan serta memberikan wilayah kekuasaan kepada Walangsungsang.
Sunan Gunung Jati diperkirakan lahir tahun 1450 M. ayahanda bernama Syarif
Abdullah bin Nur Alam bin Jamaluddin Akbar, seorang mubaligh dan musafir besar
dari Gujarat, India, yang sangat dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar bagi kaum
Sufi di Tanah Air. Syekh Maulana Akbar adalah putra Ahmad Jalal Syah, putra
Abdullah Khan, putra Abdul Malik, putra Alwi, putra Syekh Muhammad Shahib
Mirbath, ulama besar di Hadramaut, Yaman, yang silsilahnya kepada Rasulullah
melalui cucunya, Imam Husain.
Masa muda Sunan Gunung Jati dikisahkan bahwa dirinya mendalami ilmu
agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai
negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan
ulama lain, ia mendirikan Kesultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kesultanan
Pakungwati. Babad Cirebon menyebutkan ketika Pangeran Cakrabuawana
membangun kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur
Tengah, Sunan Gunung Jati atau Raden Syarif Hidayatullah mengambil peranan
membangun kota Cirebon dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru
dibentuk itu setelah pamannya wafat.
Terjemahanya:
Aku (Sunan Gunung Jati) titip Tajug dan fakir miskin. Jika shalat, harus
khusyuk dan tawadhu’ seperti anak panah yang menancap kuat. Jika puasa
harus kuat seperti tali gondewa. Ibadah itu harus terus-menerus. Hati harus
bersyukur kepada Allah. Banyak-banyaklah bertaubat.
Petatah-petitih yang Berkaitan dengan Kedisiplinan.
“Aja nyindra mubarang. Pemboraban kang ora patut anulungi. Aja
ngaji kejayaan kang ala rautah.”
Terjemahanya:
Jangan mengingkari janji. Yang salah tidak usah ditolong. Jangan belajar
untuk kepentingan yang tidak benar atau disalahgunakan.
Terjemahannya:
Jauhi sifat yang tidak baik. Miliki sifat yang baik. Jangan serakah atau
berangasan dalam hidup. Jauhi pertengkaran. Jangan suka mencela sesuatu
yang belum terbukti kebenarannya. Jangan suka berbohong. Kabulkan
keinginan orang. Jangan makan sebelum lapar. Jangan minum sebelum
haus. Jangan tidur sebelum mengantuk. Jika kaya, harus dermawan.
Jangan suka menghina orang. Harus dapat menahan nafsu. Harus mawas
diri. Tampilkan prilaku yang baik. Carilah rezeki yang halal. Jangan
banyak mengharap pamrih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Walangsungsang sejak kecil dididik oleh Subang Larang dengan kultur Islam.
Peran dan pengaruh Walangsungsang dalam Islamisasi di Cirebon, diantaranya
sebagai penyebar agama Islam, pembuka peradaban Islam, pencetus Istana
Pakungwati sebagai simbol kekuasaan Islam di Cirebon. Peran Walangsungsang
memberikan pengaruh dalam kegelimangan Islam yang dipimpin Syarif Hidayatullah
(Sunan Gunung Jati) Temenggung yang bergelar Susuhunan tahun 1479 M. Jadi
kurang lebih dalam jurun waktu sejak dipimpin oleh Kuwu hingga Susuhunan.
Artinya perjuangan Walangsungsang dalam menyebarkan agama Islam, pembuka
peradaban Islam Pakungwati yang kemudian menjadi sebuah keraton berbasis Islam.
Walangsungsang sebaagai uwak dan penasihat kerajaan berharap setelah Kerajaan
berdiri menjadi daerah territorial dan penetapan sistem pemerintahan berbasis Islam
serta perekonomian menjadi semakin maju dan berkembang. Walangsungsang juga
lebih terkenal dengan panggilan Cakrabuwana dimana nama tersebut bukan hanya
tokoh legenda, mitos dan lain sebagainya, melainkan bagian dari tokoh historis dan
fakta sosial melalui rekonstruksi historis peradaban Islam Nusantara, terutama di
Cirebon pada tahun 1445-1479 M.
Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah), adalah salah satu dari Wali Songo
yang biasa sering kali kita dengar dengan sebutan gurunya para orang-orang Jawa.
Sunan Gunung Jati seorang keturunan bangsawan (kesepuhan). Sejarah Cirebon
dengan jelas mencatat identitas dan silsilah Sunan Gunung Jati yang nasabnya dapat
diurut hingga ke Rasulullah saw. Dari garis Ayah Sunan Gunung Jati merupakan
putra dari Syarif Abdullah bin Nur Alam (atau Nurul Alim) dari Bani Hasyim.
Sedangkan dari garis ibu, beliau merupakan putra dari Nyi Rara Santang (Syarifah
Muda’im) Binti Prabu Jaya Dewata atau Raden Pamanah Rasa atau Prabu Siliwangi.
Masa muda Sunan Gunung jati dikisahkan bahwa dirinya mendalami ilmu agama
sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara.
Selain penyebaran agama, sebagai seorang Sultan, Sunan Gunung Jati terus
melebarkan kekuasaannya demi memperluas kekuasaan Islam.
B. Saran
Mempelajari Penyebaran Islam di Cirebon sangat penting bagi mahasiswa,
yang ingin memperdalam tentang Penyebaran Islam di Cirebon. Untuk itu kami
menganjurkan kepada pembaca untuk dapat mempelajari dan memahami tentang
materi ini.
Dengan makalah ini semoga dapat membantu pembaca dalam mempelajari
materi ini sebagai rujukan dalam belajar tentang Cirebonologi. Kami menyadari
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Maskur Arif, Sejarah Lengkap Wali Sanga dari Masa kecil, Dewasa, Hingga Akhir
Hayatnya, h. 390-391