Anda di halaman 1dari 20

PENELITIAN AGAMA DAN MODEL-MODELNYA

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Meteologi Studi Islam (MSI)
Pada Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PIAUD) B Semester 1
Tahun Akademik 2019/2020

DisusunOleh:

Kelompok: 6
Euis Tamara (1908108036)
Siti Mulyani (1908108033)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Ahmad Yani, M.Ag.

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang,
tak lupa kami panjatkan puji dan juga syukur kepada Allah SWT karena dengan
rahmat dan ridhonya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat
serta salam tercurah limpahkan kepada nabi kita Muhammad SAW semoga
syafaatnya sampai pada kita di hari yaumil kiyamah nanti. Aamiin

Alhamdulilah makalah kami yang berjudul “Penelitian Agama dan


Model-Modelnya“ telah selesai disusun semaksimal mungkin dengan bantuan
dari berbagai pihak yang terkait sehingga memperlancar pembuatan makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan
memberikan saran terbaik mengenai referensi buku dan lain sebagainya.

Kami menyadari mungkin banyak sekali kekurangan yang terdapat pada


makalah ini baik dalam pencapaian materi maupun penggunaan kalimat yang
tidak tepat. Oleh karena itu kami selaku pembuat makalah meminta kritik dan
saran dari pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah ini ataupun makalah
yang akan kami buat selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
terimakasih.

Cirebon, 24 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah.....................................................................................iii
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................iii

BAB II PEMBAHASAN

A. PengertianPenelitian Agama.....................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian Agama.....................................................2
C. Model-model Penelitian Agama................................................................4

BAB III ANALISIS KRITIS.................................................................................13

BAB IV PENUTUP...............................................................................................14

LAMPIRAN

A. DaftarPustaka............................................................................................14
B. Biodata Penulis..........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LatarBelakang
Penelitian adalah suatu proses penyelidikan yang dilakukan secara
aktif, tekun, dan sistematis, dimana tujuannya untuk menemukan,
menginterpretasikan, dan merevisi fakta-fakta.
Penelitian agama telah di lakukan beberapa abad yang lalu namun
hasil penelitiannya masih dalam bentuk aktual atau perbuatan saja dan
belum dijadikan sebagai sebuah ilmu. Setelah bertambahnya gejala-gejala
agama yang berbentuk sosial dan budaya, ternyata penelitian dapat
dijadikan sebagai ilmu yang khusus dalam rangka untuk menyelidiki
gejala-gejala agama tersebut. Perkembangan penelitian agama pada saat
ini sangatlah pesat karena tuntutan-tuntutan kehidupan sosial yang selalu
mengalami perubahan. Kajian-kajian agama memerlukan relevansi dari
kehidupan sosial berlangsung. Permasalahan-permasalahan seperti inilah
yang mendasari perkembangan penelitian-penelitian agama guna mencari
relevansi kehidupan sosial dan agama. Dewasa ini penelitian agama diisi
dengan penjelasan mengenai penelitian agama dalam konteks penelitian
pada umumnya, elaborasi mengenai penelitian agama dan penelitian
keagamaan serta konstruksi teori penelitian keagamaan, dari penjelasan
singkat tersebut maka pemakalah perlu mengkaji secara rinci terhadap
penjelasan tersebut.
A. RumusanMasalah
1. Apa itu penelitian agama?
2. Apa saja kegunaan dan manfaat penelitian agama?
3. Apa saja model-model penelitian agama?
B. TujuanPenulisanMakalah
1. Mengetahui tentang penelitian agama
2. Mengetahui kegunaan dan manfaat penelitian agama
3. Mengetahui model-model penelitian agama

iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Agama
Secara bahasa kata penelitian adalah terjemahan dari kata research.
Sebagian ahli juga menyebutnya dalam bahasa Indonesia sebagai riset.
Kata research sendiri terdiri dari dua suku kata yaitu re yang berarti
kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian arti secara
bahasa yang tepat adalah mencari kembali.1
Menurut istilah terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai hal
ini. Hilway (1956) menyatakan bahwa penelitian tidak lain dari satu
metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-
hati terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat
terhadap masalah tersebut. Sedangkan menurut Whitney (1960)
menyatakan bahwa disamping untuk memperoleh kebenaran, kerja
menyelidiki harus dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang
lama. Sedangkan menurut Parsons (1946) penelitian adalah pencarian atas
sesuatu secara sistematis, degan penekanan bahwa penncarian ini
dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.2

Dari beberapa pendapat diatas, setidaknya Gee (1957)


menyimpulkan bahwa terdapat beberapa hal yang kurang lebih sama dari
setiap definisi tentng penelitian, yaitu bahwa penelitian harus
menunjukkan suatu usaha pencarian, penyelidikan atau investigasi.

terhadap pengetahuan baru atau penafsiran baru dari pengetahuan


yang timbul.3
Penelitian adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari
suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu,
penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk

1
Naila Farah, Metodologi Penelitian Ilmu Kalam (Depok: Rajawali Pers,2018), hlm.6.
2
Ibid
3
Kaelan, Metodologi Penelitian Agama (Yogyakarta: Paradigma, 2010), hlm. 2.

1
menambah pengetahuan. Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang
berdasarkan kajian-kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan,
sehingga ia siap merevisi pengetahuan-pengetahuan masalalu melalui
penemuan-penemuan baru.Penelitian itu sendiri dipandang sebagai
kegiatan ilmiah karena menggunakan metode keilmuan. Sedangkan
metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari jawaban tentang fakta-
fakta dengan menggunakan kesangsian sistematis.4

Melalui penelitian yang seksama dan sistematis, para ilmuwan


dapat menemukan berbagai gejala atau praktik yang dapat dijadikan solusi
terbaik bagi upaya pemecahan suatu masalah. Aktivitas peneitian
merupakan satu tahapan yang setiap langkahnya merupakan pengalaman
yang menambah wawasan baru.
Sedangkan penelitian agama sendiri menjadikan agama sebagai
objek penelitian yang sudah lama diperdebatkan. Harun Nasution
menunjukkan pendapat yang menyatakan bahwa agama, karena
merupakan wahyu, tidak dapat menjadi sasaran penelitian ilmu sosial, dan
kalaupun dapat dilakukan, harus menggunakan metode khusus yang
berbeda dengan metode ilmu sosial.5
Hal yang sama juga dijelaskan oleh Ahmad Syafi’i Mufid dalam
Hakim dan Mubarak menjelaskan bahwa agama sebagai objek penelitian
pernah menjadi bahan perdebatan, karena agama merupakan sesuatu yang
transenden. agamawan cenderung berkeyakinan bahwa agama memiliki
kebenaran mutlak sehingga tida perlu diteliti.6
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Salah satu yang menjadi faktor ilmu pengetahuan berkembang
adalah kebutuhan manusia. Kebutuhan manusia mengalami perkembangan

4
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm .55.
5
Harun Nasution, Islam Rasional (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 172.

6
Atang Abd. Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 57

2
seiring dengan perkembangan kebudayaan. Sebagai sattu contoh dalam
bidang transportasi, dimana perubahan alat transportasi terus berkembang
sesuai dengan kebutuhan manusia. Dulu manusia menggunakan hewan
seperti kuda dan unta untuk menuju suatu tempat yang jauh, namun
sekarang dengan adanya tutuntan untuk bisa melakukan perjalanan lebih
cepat, manusia menciptakan pesawat. Dengan demikian, manusia selalu
berupaya untuk menemukan landasan pikiran baru untuk mengantisipasi
perubahan dan perkembangan kebutuhan manusia.
Penemuan terhadap satu hal baru tersebut tentu lahir dari satu
penelitian yang panjang. Penemuan bermula dari rasa ingin tahu, yang
merupakan ciri khas manusia. Dengan penelitian manusia berupaya untuk
menyikapi realitas, yang ada di alam semesta ini, mencari jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Proses ini memakan waktu yang
terus menerus dari satu generasi manusia menuju generasi manusia
lainnya. Namun begitu bahwa dalam setiap zaman dan masanya
pengetahuan tentang alam tidak pernah habis, ia selalu menyimpan rahasia
yang tersembunyi yang pada akhirnya akan terbuka dengan sendirinya.
Melalui penelitian ilmu pengetahuan akan terungkap satu demi
satu. Tanpa penelitian maka ilmu pengetahuan tidak akan berkembang.
Sebagaimana kutipan dari Van Peursen menyatakan bahwa:
Ilmu itu bagaikan bangunan yang tersusun dari batu bata.batu atau
unsur dasar tersebut tidak pernah langsung didapat di alam sekitar. Lewat
observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai.
Kemudian digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat
dipergunakan.7
Sudarto menyebutkan beberapa kegunaan dan pentingnya
penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat bagi hidup sezaman; artinya hasil penelitian berguna bagi
kehidupan pada masa itu.
2. Sumbangan bagi hasil pembangunan negara dan masyarakat

7
Van Peursen, Susunan Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Gramedia, 1985), hlm. 28.

3
3. Sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
4. Kegunaan bagi peneliti dalam arti menambahkan cakrawala
pengetahuan.
Adapun tujuan penelitian dapat dirumuskan dengan beberapa poin
berikut ini:
1. Menginventarisasi data yang masih terpencar, sehingga menjadi satu
rumusan yang sistematis.
2. Menyempurnakan penelitian terdahulu baik secara data maupun
metode.
3. Mencari data baru dan interpretasi baru atas data atau informasi yang
ditemukan.8
C. Model-Model Penelitian Agama
Berbagai gejala keagamaan dapat diteliti dengan berbagai bentuk
penelitian. Bentuk-bentuk penelitian serta klasifikasi metode penelitian
dapat dibedakan berdasarkan tujuan penelitian. Berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai, penelitian keagamaan dapat dibedakan sebagai berikut:
a. Penelitian historis (historical research)
Penelitian historis adalah penelitian yang dimaksudkan untuk
merekonstruksi kondisi masa lampau secara objektif, sistematik, dan
akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi,
dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan
berdasarkan bukti-bukti itu. Ada kalanya penelitian historis
digunakam untuk menguji hipotesis tertentu.
b. Peneliti korelasional
Penelitian korelasional ialah penelitian yang berusaha
menghubungkan atu mencari hubungan antara satu variabel dengan
variabel lain. Karena itu dalam penelitian korelasional dikenal adanya
variabel bebas dan variabel terikat.
c. Peneliti eksperimen

8
Sudarto, Metode Peneliian Filsafat (Jakarta: Raja Grafindo, 2002), hlm. 5.

4
Peneliti eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan
untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan
pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian eksperimen mencoba
meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat.
Model kajian atau epistemologi rasional berpendapat bahwa akal
sebagai sumber ilmu pengetahuan dan sekaligus menjadi tolak ukur
kebenaran. Maka untuk menemukan kebenaran dan sekaligus menjadi
tolak ukur kebenaran dapat dilakukan dengan menggunakan akal secara
logis. Maka benar atau tidaknya sesuatu diukur dengan rasionalitas akal.
Dengan demikian, dapat disebut objek kajian epistemologi rasional adalah
hal-hal yang bersifat abstrak-logis. Paradigmanya adalah logis, dan metode
yang dipakai adalah ukuran rasionalitas, yakni dapat atau tidak diterima
akal.
Adapun model berpikir empirikal berpendirian bahwa sumber
pengetahuan adalah pengamatan dan pengalaman indrawi manusia. Maka
indra manusialah yang menjadi ukuran benar atau tidakny sesuatu. Objek
kajian epistemologi empirikal, dengan demikian, adalah fakta empirik,
dam mempunyai paradigma positifistik, yakni sesuatu yang dapat diamati
(observable), dapat diukur (measurable), dandapat dibuktikan ulang
(verificable/verifiable). Metode yang dipakai adalah metode ilmiah dengan
ukuran empiris, yakni sesuatu atau tidak dengan fakta.
Positivisme dengan demikian merupakan pengembangan dari
empirisme. Metode positivisme yang dikemukakan August Comte
menyatakan bahwa hasil pengindraan menurut rasionalisme adalah sesuatu
yang tidak jelas dan tidak sistematis. Aliran positivisme menganggap
bahwa pengindraan itu harus dipertimbangkan oleh akal, kemudian
disistemisasi sehingga terbentuk pengetahuan.
Dijelaskan juga 2 (dua) macam proses mendapatkan kebenaran dan
pengetahuan, yakni:9

9
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial
lainnya (Jakarta: Renada Media Grup, 2007), hlm. 13.

5
 Berpikir kritis-rasional, dan
 Penelitian ilmiah (scientific research)

Berpikir kritis-rasional adalah berpikir dengan proses


menghubungkan satu hal dengan hal lain, menbuat tesa dan mengkajinya
dengan anti tesa, kemudian menghasilkan sintesis.
Dua jalan dalam menggunakan berpikir-rasional, yakni:

 Berpikir analitis
 Berpikir sintesis

berpikir analitis, disebut juga berpikir deduktif adalah bertolah dari


yang umum, dari pengetahuan, teori-teori, hukum-hukum, dalil-dalil,
kemudian membentuk proposisi-proposisi tertentu dalam silogisme
tertentu. Jadi prinsipnya hanya duduk dibelakang meja dalam menemukan
kebenaran.

 Proposisi adalah statement yang menerima atau menolak,


membenarkan suatu kondisi.
 Silogisme adalah argumen yang terdiri dari tiga buah proposisi.
 Dua proposisi awal disebut silogisme mayor dan minor.
 Proposisi ketiga disebut konklusi atau simpulan.
 Konklusi dibentuk dari dua proposisi sebelumnya.

Contoh silogisme:

 Semua manusia berkulit hitam memiliki kekuatan menahan panas


matahari (premis mayor).
 Anton berkulit hitam (premis minor)
 Jadi, Anton mempunyai kekuatan menahan panas mathari (konklusi)

6
Berpikir sintetis, disebut juga berpikir induktif berangkat dari
fakta-fakta, data-data, kasus-kasus individu atau pengetahuan yang bersifat
khusus, menuju pada konklusi yang umum.
Induksi dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu:

 Induksi komplek (lengkap)


 Induksi tidak komplek (tidak lengkap)
 Induksi bacon

Penelitian ilmiah (scientific research) adalah memadukan cara


berpikir deduktif dan induktif, disebut reflective thinking. Pernah
diperkenalkan John Dewey dengan proses: adanya kebutuhan,
menetapkan masalah, menyusun hipotesis, merekam data untuk
pembuktian, membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya, akhirnya
memformulasikan kesimpulan secara umum.
Jadi langkah teori John Dewey yang kemudian disebut proses
ilmiah:

a. Adanyakebutuhan,
b. Menetapkan masalah,
c. Menyusun hipotesis,
d. Merekam data untuk pembuktian,
e. Membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya, akhirnya
f. Memformulsikan kesimpulan secara umum.10

1. Epistemologi Bayani
Epistemologi bayani adalah pendekatan dengan cara menganalisis
teks. Maka sumber epistemologi bayani adalah teks, bahasa. Sumber teks
dalam studi islam dapat dikelompokkan secara umum menjadi 2 (dua),
yakni:
a. Teks nash (Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad Saw.),
10
Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A., Pengantar Studi Islam (Jakartaa: Raja Grafindo Persada,
2016 hlm. 38.

7
b. Teks non-nash berupa karya para ulama, hasil ijtihad, hasil
pemahaman terhadap Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad
Saw.

Objek kajian yang umum dengan pendekatan bayani adalah:

a. Gramatika dan sastra, bahasa (nahwu dan balagah)


b. Hukum dan teori hukum (fikih dan ushul fikih)
c. Filologi, ilmu manuskrip
d. Teologi, ilmu ketuhanan
e. Dalam beberapa kasus ilmu Al-Quran dan Hadis.

Adapun corak berpikir yang diterapkan dalam ilmu ini cenderung


deduktif; dari umum ke khusus atau dari teori ke praktik (praktis), aplikasi
teori di lapangan, mencari (apa) isi dari teks (analysis content).
Diantara kritik yang muncul terhadap epistemologi bayani, adalah
munculnya sikap:

a. Dogmatik
b. Defensif
c. Apologetik
d. Polemis

Artinya menempatkan teks yang dikaji sebagai satu ajaran mutlak


(dogma) yang harus dipatuhi, diikuti dan diamalkan, tidak boleh
diperdebatkan, tidak boleh dipertanyakan, apalagi ditolak. Demikian juga
pa isi teks harus dipertahankan dan dibela sekuat tenaga. Dari sikap ini
muncul semboyan “right or wrong is my country”. Padahal teks yang
dikaji penuh dengan historisitas kita pada zaman global, post industri dan
informatika. Dengan kata lain, konteks lahirnya teks yang dikaji mestinya
mendapat perhatian ketika dikaji pada masa kini untuk diberlakukan pada

8
masa kini yang berbeda konteks. Dengan begitu, mestinya kajian model ini
diperkuat dengan analisis konteks, bahkan kontekstualisasi (relevansi).11

2. Epistemologi Burhani
Maksud epistemologi burhani adalah, bahwa untuk mengukur
benar atu tidaknya sesuatu adalah dengan berdasarkan komponen
kemampuan alamiah manusia berupa pengalaman dan akal tanpa dasar
teks wahyu suci. Maka sumber pengetahuan dengan nalar burhani adalah
realitas dan empiris; alam, sosial dan humanities. Artinya ilmu diperoleh
sebagai hasil penelitian, hasil percobaan, hasil eksperimen, baik di
labolatorium maupun alam. Corak berpikir yang digunakan adalah
induktif, yakni generalisasi dari hasil-hasil penelitian empiris.
Sikap terhadap kedua epistemologi bayani dan burhani bukan
berarti harus dipisahkan dan hanya boleh memilih salah satu diantaranya.
Malah untuk menyelesaikan problem-problem sosial dan dalam studi
islam justru dianjurkan untuk memadukan keduanya. Dari perpaduan ini
muncul nalar abduktif, yakni mencoba memadukan model berpikir
deduktif dan induktif. Nalar abduktif ini mirip dengan nalar ‘sui generis
kum empiris’. Perpaduan antara hasil bacaan yang bersifat kontekstual
terhadap nash dan hasil-hasil penelitian empiris, justru kelak melahirkan
ilmu islam yang lengkap (komprehensif), luar biasa dn kelak dapat
menuntaskan problem-problem sosial kekinian dan keIndonesiaan, yang
sinkron realitas alam (kawniyah), realitas sejarah (tarikhiyah), realitas
sosial (ijtima’iyah), dan realitas budaya (thaqafiyah).12
3. Epistemologi ‘Irfani
‘Irfani adalah pendekatan yang bersumber pada intuisi
(kasf/ilham). Dari ‘irfani muncul illuminasi (illuminatif). Dalam satu
penjelasan disebutkan, model berpikir intuitif (irrasional), bahwa
kebenaran dapat digapai dengan alat dan metode (cara) tertentu, sebab
11
Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A., Pengantar Studi Islam (Jakartaa: Raja Grafindo Persada,
2016) hlm. 40.
12
Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A., Pengantar Studi Islam (Jakartaa: Raja Grafindo Persada,
2016) hlm. 41

9
objek yang diteliti adalah hal-hal diluar dunia fisik, metafisik atau
supernatural. Maka objek kajian dengan model ini dapat juga disebut
‘supernatural’, hal-hal ghaib.
Penjelasan lain, pendekatan ‘irfani adalah pemahaman yang
bertumpu pada instrumen pengalaman batin, dhawq, qalb, wijdan, basirah
dan intuisi. Sedangkan metode yang digunakan meliputi manhaj kashfi
dan manhaj iktishafi. Manhaj kashfi disebut juga manhaj ma’rifah ‘irfani
yang tidak menggunakan indra atau akal, tetapi kashf dengan riyadah dan
mujahadah. Manhaj istishafi disebut juga al-mumathilah (analogi), yaitu
metode umtuk menyingkap dan menemukan rahasia pengetahuan melalui
analogi-analogi.
Namun ada juga yang menyebut bahwa model berpikir intuitif
dapat dilakukan lewat pertimbangan-pertimbangan emosional
(mukashafah). Adapun metode yang digunakan adalah latihan secara
terus-menurus atau mengasah secara berulang-ulang. Adapun yang
menjadi ukuran keakuratannya adalah kepuasan hati. Karena itu,
perbedaan antara epistemologi rasional dengan irrasional terletak pada
paradigma, metode dan ukuran. Filsafat menggunakan penalaran logis,
metode rasional, dan ukuran logis. Sementara epistemologi irrasional
menggunakan paradigma ghaib, latihan dan kepuasan hati.13
Adapun prosedur penelitian ‘irfaniah dengan manhaj ma’rifah
dapat digambarkan sebagai berikut. Bahwa berdasarkan literatur tasawuf,
secara garis besar kita dapat menunjukkan langkah-langkah penelitian
‘irfaniah sebagai berikut:
1. Takhliyah: pada tahap ini, peneliti mengosongkan (tajarrud)
perhatiannya dari makhluk dan memusatkan kepada (tawjih).
2. Tahliyah: pada tahap ini peneliti memperbanyak amal saleh dan
melazimkan hubungan dengan al- Khaliq lewat ritus-ritus tertentu.
3. Tajliyah: pada tahap ini, meneliti menemukan jawaban batiniah
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapinya.

13
Ibid, hlm. 42.

10
Sebagaimana paradigma lain, paradigma ‘irfaniah juga mengenal
teknik-teknik yang khusus. Ada 3 (tiga) teknik penelitian ‘irfaniah:

1. Riyadah: rangkaian latihan dan ritus, dengan penahapan dan prosedur


tertentu.
2. Tariqah: disini diartikan sebagai kehidupan jama’ah yang mengikuti
aliran tasawuf yang sama.
3. Ijazah: dalam penelitian ‘irfaniah kehadiran guru (mursyid) sangat
penting. Mursyid membimbing murid dari tahap yang satu ke tahap
yang lain. Pada tahap teretenyu, mursyid memberikan wewenang
(ijazah) kepad murid.

Namun seperti dijelaskan sebelunya, objek kajian epistemologi


‘irfani adalah hal-hal ghaib, hal-hal diluar fisik, metafisik yang tidak
dapat dijangkau oleh lima indra manusia. Maka latihan-latihan tersebut
diatas merupakan bagian dari usaha manusia untuk mendapatkan
kemampuan indra keenam dimaksud.
Catatan pertama dari penjelasan model kajian tekstual (bayani),
demostratif (burhani) dan ‘irfani diatas, meskinya tiga model ini
dipadukan dalam melakukan studi islam. Minimal dapat dipadukan
tekstual dan demonstratif. Dalam bahasa lain, dengan perpaduan ini
berarti berpadu antara ayat qauliyah (teks nash) dengan ayat kauniyah
(hasil observasi manusia, demonstratif). Kira-kira model ini juga yang
ditawarkan oleh sejumlah ahli, dengan sebutan yang bermacam-macam.
Catatan kedua, dengan membandingkan antara model berpikir
(epistemologi) umum dan islam, dengan demikian, muncul gambaran
berikut, bahwa epistemologi umum:

1. Model berpikir rasional yang bersumber pada dan berasal dari


manusia.
2. Model berpikir empirikal bersumber pada dan berasal dari manusia

11
3. Model berpikir positivistik dan bersumber pada dan berasal dari
manusia.

Sementara model berpikir islam adalah:

1. Bayani bersumber pada teks, baik nash maupun non-nash


2. Burhani bersumber empirikal-eksperimental.
3. ‘irfani bersumber pada kasf
Dengan demikian tidak ada nash dalam epistemologi
umum.sementara dalam sejarah epistemologi studi islam, sumber nash
dan non-nash (bayani) terkesan terlalu mendominasi. Sebagian jalan
keluarnya munculah tawaran dari sejumlah ilmuan untuk
mengintegrasikan epistemologi rasional-empiris yang antroposenteris
di satu sisi dengan sumber nash yang teosentris disisi lain. Dengan
cara seperti ini diharapkan akan lahir keterpaduan ayat-ayat kauniyah
(alam) dengan ayat-ayat kauliah (wahyu, Al-Qur’an).14

BAB III
ANALISIS KRITIS
Penelitian merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh kebenaran
dengan penyelidikan yang hati-hati terhadap suatu masalah. Penelitian harus
dilakukan dengan sungguh-sungguh sehingga masalah bisa terselesaikan dengan
baik.

14
Prof. Dr. Khoiruddin Nasution, M.A., Pengantar Studi Islam (Jakartaa: Raja Grafindo Persada,
2016) hlm. 44.

12
Penelitian bertujuan untuk menginventarisasi data yang masih terpencar
sehingga menjadi satu rumusan yang sistematis, menyempurnakan penelitian
terdahulu baik secara data maupun metode, mencari data baru dan interpretasi
baru atas data atau informasi yang ditemukan.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian adalah upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari
suatu masalah dan menemukan prinsip-prinsip umum. Selain itu,
penelitian juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk
menambah pengetahuan.

13
Pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang berdasarkan kajian-
kajian sehingga terdapat penemuan-penemuan, sehingga ia siap merevisi
pengetahuan-pengetahuan masalalu melalui penemuan-penemuan
baru.Penelitian itu sendiri dipandang sebagai kegiatan ilmiah karena
menggunakan metode keilmuan.
Sedangkan metode ilmiah sendiri adalah usaha untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan kesangsian
sistematis.Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian agama
dan model-modelnya adalah bahwa penelitian tidak hanya dengan
menggunakan satu metode saja, melainkan harus melalui beberapa tahapan
dan pengkajian sehingga mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan
kaidahnya.

B. Rekomendasi
Penulis menyarankan beberapa hal terkait penelitian agama dan
model-modelnya sebagai berikut:
 Untuk dapat menciptakan pengetahuan di lingkungan
kampus ataupun masyarakat tentang penelitian agama dan
model nya.

A. Daftar Pustaka

Farah, Naila. 2018. Metodologi Penelitian Ilmu Kalam. Depok: Rajawali


pers.
Kaelan. 2010. Metodologi Penelitian Agama. Yogyakarta: Paradigma.

14
Hakim, Atang Abd, Jail Mubarak. 2008. Metodologi Studi Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasution, Harun. 1995. Metodologi Studi Islam. Bandung: Mizan.
Peursen, Van. 1985. Susunan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Gramedia.
Sudarto. 2002. Metode Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Grafindo.
Bungin, Burhan M. 2007. Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi
Kebijakan Publik, dan ilmu sosial. Jakarta: Renada Media.
Prof. Dr. Nasution Khoiruddin, M.A. 2016. Pengantar Studi Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

B. Biodata
1. Nama : Siti Mulyani
Tempat, tanggal lahir : Kuningan, 28 Juni 2001
NIM : 1908108033
Alamat : Rt/Rw01/01, Desa Kutakembaran,
Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan
Riwayat pendidikan : - TK Hidayatul Islam
- SDN 1 Kutakembaran
- SMPN 2 Garawangi
- SMA IT Al- Multazam

2. Nama : Euis Tamara


Tempat, tanggal lahir : Majalengka, 24 September 2001
NIM : 1908108036
Alamat : RT.006/RW.001, Desa Borogojol,
Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten
Majalengka
Riwayat pendidikan : - Kober Bustanul ‘Arifin

- SDN Borogojol 1

15
- MTS PUI Borogojol
- MAN 1 Majalengka

16

Anda mungkin juga menyukai