Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN AKHLAK

Makalah ini di sususn untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu

H Moch Ihyak Ulumuddin, Lc., M.Pd.i.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Kelas K

HELMI ILHAM ANNUR. A 931303915

LUSI 931322515

SITI KHOTIJAH 931325015

JURUSAN EKONOI SYARIAH


FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
KEDIRI
2018
DAFTAR ISI ................................................................................................. i

BAB I ............................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................... 2

A. Latar Belakang ............................................................................... 2


B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II .............................................................................................................. 3

PEMBAHASAN ........................................................................................... .. 3

A. Akhlak Pada Zaman Yunani .......................................................... 4


B. Akhlak Pada Masa Pertengahan ..................................................... 5
C. Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam..................................... 5
D. Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimin ................................ 6
E. Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren ........................................... 9
F. Kajian Akhlak di Kalangan Bangsa Barat ..................................... 9
G. Analisis Ayat .................................................................................. 13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................. 14

B. Saran ............................................................................................................ 15

DaftarPustaka ................................................................................................... 16

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Melacak sejarah perkembangan akhlak (etika) dalam pendekatan bahasa


sebenarnya sudah dikenal manusia di muka bumi ini. Yaitu, yang dikenal dengan
istilah adat istiadat (al-adalah/ tradisi) yang sangat dihormati oleh setiap individu,
keluarga dan masyarakat. Selama lebih kurang seribu tahun ahli-ahli fikir Yunani
dianggap telah pernah membangun “kerajaan filsafat“, dengan lahirnya berbagai
ahli dan timbulnya berbagai macam aliran filsafat. Para penyelidik akhlak
mengemukakan, bahwa ahli-ahli semata-semata berdasarkan fikiran dan teori-
teori pengetahuan, bukan berdasarkan agama. Selain itu juga masih terdapat ahli-
ahli fikir lain di zaman sebelum islam, pertengahan, dan di zaman modern. Pada
pembahasan ini kami sebagai pemakalah akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan ilmu akhlak pada zaman Yunani sampai zaman Modern.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Akhlak Pada Zaman Yunani?
2. Bagaimana Akhlak Pada Masa Pertengahan ?
3. Bagaimana Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam ?
4. Bagaimana Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimi ?
5. Bagaimana Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren ?
6. Bagaimana Kajian Akhlak di Kalangan Bangsa Barat ?
7. Bagaimana Analisis Ayat yang terkait?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Akhlak Pada Zaman Yunani.
2. Untuk mengetahui Pada Masa Pertengahan.
3. Untuk mengetahui Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam.
4. Untuk mengetahui Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimi.
5. Untuk mengetahui Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren.
6. Untuk mengetahui Kajian Akhlak di Kalangan Bangsa Barat.
7. Untuk mengetahui Analisis Ayat yang terkait.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Akhlak

Kata akhlaq berasal dari bahasa arab, yaitu jama’ dari kata khuluqun yang secara
linguistik diartikan dengan budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat, tata
krama, sopan santun, adab dan tindakan.

Dari berbagai pengertian dapat dipahami bahwa kata akhlaq sebenarnya jamak
dari kata khulukun artinya tindakan. Kata khulukun sepadan degan khalqun
artinya kejadian dan kata khaliqun artinya pencipta dan kata makhluqun artinya
yang diciptakan. Dengan demikian, rumusan terminologis dari ayat merupakan
hubungan erat antara Khaliq dengan makhluk serta antara makhluk dengan
makhluk.

Dari definisi ayat tersebut secara substansial tampak saling melengkapai, dan
memiliki lima ciri penting dari akhlak, yaitu:

1. Akhlak merupakan perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa


seseorang sehingga menjadi kepribadiaanya.
2. Akhlak merupakan perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa
pemikiran.
3. Akhlak merupakan perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang
mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar
4. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan
main-main atau karea bersandiwara.
5. Sejalan dengan ciri yang keempat perbuatan akhlak (khususnya akhlak
yang baik), akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas semata-
mata karena Allah., bukan karena ingin mendapatkan suatu pujian.

Allah SWT. berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-A’laq ayat 1-5

3
  
   
   
  
  
  
    

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah


menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmu lah yang
Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya1

A. Akhlak pada masa Yunani

Filosof Yunani yang pertama kali mengemukakan pemikiran di bidang akhlak


adalah Socrates (469-399 SM). Socrates merupakan tokoh pertama yang
bersungguh-sungguh mengaitkan manusia dengan prinsip ilmu pengetahuan. Pada
masa berikutnya datang Plato (427-347 SM). Plato berpendapat bahwa akhlak
didasarkan pada teori model (paradigma). Menurutnya, dibalik alam ini ada alam
rohani (alam ideal), sebagai contoh bagi alam konkret. Adapun benda-benda
konkret itu, merupakan gambaran tidak sempurna yang menyerupai model itu.

Setelah Plato hadir Aristoteles (394-322 SM). Aristoteles berpendapat bahwa


tujuan akhir yang dikehendaki oleh manusia dari apa yang dilakukannya adalah
bahagia atau kebahagiaan. Jalan untuk mencapai kebahagiaan itu adalah dengan
mempergunakan akal dengan sebaik-baiknya.
Agama nasrani atau kristen adalah agama yang dibawa oleh Yesus Kritus (Isa al
masih) di israel agam ini tersiar di Eropa pada abad akhir ke tiga masehi ini.

1
Beni Ahmad Saebani, Ilmu Akhlak, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), hal. 13-15

4
Agama ini meberikan pelajaran kepada manusia bahwa Tuhan merupakan sumber
segala akhalk.

B. Akhlak pada masa pertengahan


Pada abad pertengahan, kehidupan masyarakat Eropa dikuasai oleh gereja.
Ketika itu gereja berusaha memerangi filsafat Yunani dan menentang penyiaran
ilmu dan kebudayaan kuno. Gereja memiliki keyakinan bahwa kenyataan hakikat
telah diterima dari wahyu, sehingga apapaun yang telah diperinntahkan oleh
wahyu sudah pasti benar. Mempergunakan filsafat boleh saja, asalakan tidak
bertentangan dengan doktrin yang dikeluarkan oleh gereja, atau memiliki perasaan
dan enguatkan pendapat gereja. Diluar ketentuan tersebut, penggunaan filsafat
tidak diperbolehkan.
Berdirinya kekaisaran Roma suci, menandai zaman dalam teori abad
pertengahan, tetapi bukan dalam praktik. Abad pertengahan terutama kecanduan
dengan fiksi hukum. Pada saat itu, fiksi itu mash tetap ada sehingga provinsi-
provinsi kawasan Barat dari bekas Kekaisaran Roma , secara de jure masih
tunduk pada kekaisaran di Konstatinopel. Kekaisaran yang masih menganggap
dirinya satu-satunya sumber otoritas hukum.
Meskipun demikian, sebagaian dari kalangan gereja menggunakan pemikiran
Plato, Aristoteles, dan Stoics untuk memperkuat ajaran gereja, dan
mencocokannya dengan akal. Adapun filsafat yang menentang agaa Nasrani
dibuang jauh-jauh.
Dengan demikian, ajaran akhlak yang lahir di Eropa pada abad
pertengahan, dibangun dari perpaduan antara ajaran Yunani dan ajaran Nasrani.
Diantara tokoh yang masyhur adalah Pieere Abelard (107-1142), seorang ahli
filsafat dari Prancis.
Tokoh lainnya adalah Thomas Aquinus (1225-1274), seorang ahli filsafat
agama berkebangsaan Italia. Thomas Aquinus merupakan seorang filsuf dan

5
teolog skolastik terbesar yang memadukan filsafat dengan ajaran Kristen. Karya
terbesarnya berjudul Summa Theologia dan Summa Contra gentiles.2

C. Akhlak Pada Bangsa Arab Sebelum Islam

Sejarah perkembangan ilmu akhlak tidak lepas dari peradaban bangsa


Arab sebelum Islam (Jahiliyah). Perkembangan bangsa Arab pada zaman itu,tidak
menonjol dari segi filsafat sebagaimana bangsa Yunani.Hal ini karena
penyelidikan terhadap ilmu,hanya bisa terjadi pada bangsa yang sudah maju
pengetahuannya.Namun demikian,bangsa Arab ketika itu ahli-ahli hikmah dan
syair-syair hikmah. Beberapa tokoh yang syair-syairnya mengandung nilai-nilai
akhlak dan nasihat kebijakan adalah Luqman Al-Hakim,Aktsam bin Shaifi, Hatin
Ath-Thai dan zubair bin Abi Sulma (530-627).

Bangsa Arab pada masa Jahiliyah memiloko kadar pemikiran yang


minimal pada bidang akhlak. Penhetahuannya dalam bidang akhlak meliputi
berbagai macam keutamaan,walaupun nilai yang tercetus melalui syair-syairnya
belum sebanding dengan untaian hikmah yang diucapkan oleh para filsuf Yunani
Kuno. dalam syair-syairnya kala itu.sudah terdapat muatan-muatan mengenai
akhlak .Dengan demikian,meskipun bangsa Arab sebelum Islam merupakan
zaman Jahiliyah,nilai-nilai akhlak sebenarnya telah ada.Walaupun hanya sebatas
nasihat-nasihat kebijakan yang terungkap melalui syair-syair Arab.

Pengertian Jahiliyah sendiri,sebenarnya bukan berarti bahwa bangsa Arab


itu bodoh dalam pemikiran atau akal. akan tetapi, Jahiliyah disini menggambarkan
bangsa Arab yang saat itu memiliki nilai-nilai moral yang minim ,serta tidak bisa
menerima kebenaran akidah.oleh karena itu ,Nabi Muhammad SAW diutus di
Arab sebagai Nabi yang memperbaiki menjadi akhlak yang mulia.3

D. Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimin

2
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hal.32-36
3
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, hal. 37-38

6
Ajaran akhlak menemukan bentuknya yang sempurna pada agama Isalm
dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal manusia. Agama Islam pada intinya
mengajak manusia agar percaya kepada Tuhan dan mengakui bahwa Dialah
Pencipta, Pemilik, Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih dan
Penyayang terhadap segala mkhluk. Segala apa yang ada di dunia ini, baik dari
gejala yang bermacam-macam dan makhluk yang beraneka warna sampai kepada
perkara langit dan bumi kesemuanya adalah milik Tuhan dan diatur oleh-Nya.

Ajaran Islam juga mengandung jalan hidup manusia yang paling sempurna
dan memuat ajaran yang menuntun umat kepada kebahagiaan dan kesejahteraan
yang kesemuanya itu terkandung dalam Al-Quran yang diturunkan Allah dan
ajaran Sunnah yand didatangkan dari Nabi Muhammad SAW. Al-Quran
merupakan sumber utama dan mata air yang memancarkan ajaran Isalm. Hukum-
hukum Islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-
pokok akhlak dan perbuatan dapat dijumpai sumber yang aslinya di dalam Al-
Quran. Allah SWT berfirman :

· Dalam QS An-Nahl (16) ayat 90 :

   


 
  
  
  
  

Artinya : “sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajkan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang melakukan
perbuatan keji, kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu
agar kamu dapat mengambil pelajaran.”

· Dalam QS An-Nahl (16) ayat 97 :

     


  

7
 
  
  
  
Artinya : “barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang
baik dan akan Kami berikan balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
telah mereka kerjakan. “

· QS Al-Qasas (28) ayat 77 :

  


    
    
   
   
    
   

“.....dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak
menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk dengan jelas bahwa Al-quran


sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak dan sekaligus menunjukkan
macam-macam perbuatan yang menunjukkan Akhlak yang mulia seperti keadilan,
berbuat kebajikan dan memberi makan kepada kaum kerabat serta masih banyak
yang lainnya lagi.

Apa yang diperintahkan Tuhan tersebut, kemudian dilaksanakan oleh manusia


yang akibatnya nanti adalah untuk mendapatkan keuntungan bagi manusia itu
sendiri baik di dunia maupun di akhirat.

Selain berisi perintah, Al-Quran juga mengandung larangan seperti


berbuat syirik, derhaka kepada orang tua, mencuri, berzina, minum minuman
keras dan sebagainya, yang kesemuanya itu ditujukkan untuk kebaikan dan
keselamata manusia. Siapa yang menjauhi perbuatan tersebut akan terbebas dari

8
kesesatan dan kesengsaraan dan siapa yang mengerjakannya akan mengalami
akibatnya baik di dunia maupun di akhirat.

Dalam Islam tidak diragukan lagi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah guru
terbesar dalam bidang akhlak. Bahkan, keterutusannya di muka bumi adalah untuk
menyempurnakan akhlak. Akan tetapi tokoh yang pertama kali menggagas ilmu
akhlak dalam Islam masih terus diperbincangkan. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa teori :

Pertama, tokoh yang pertama kali menggagas ilmu akhlak adalah Ali bin Abi
Thalib. Berdasarkan sebuah risalah yang ditulisnya untuk putranya Al-Hasan,
setelah kepulangannya dari perang Shiffin.

Kedua, tokoh Islam yang pertama kali menulis ilmu akhlak adalah Isma’il bin
Mahram Abu An-Nashr As-Saukani, ulama abad ke-2 H. Ia menulis kitab Al
Mu’min wa Al-Fajir, kitab akhlak yang pertama kali dikenal dalam islam. Selain
itu, dikenal tokoh-tokoh akhlak walaupun mereka tidak menulis tentangnya,
seperti Abu Dzar Al-Ghifari, ‘Ammar bin Yasir, Nauval Al-Bakkali dan
Muhammad bin Abu Bakr.

Ketiga, pada abad ke-3 H, Ja’far bin Ahmad Al-Qummi menulis kitab Al-Mani’at
min Dukhul Al-Jannah. Tokoh lainnya yang secara khusus berbicara tentang
akhlak adalah :

1. Ar-Razi (250-313 H) walaupun masih ada filsuf lain, Al-Kindi dan Ibnu
Sina. Ar-Razi telah menulis karya dalam bidang akhlak berjudul Ath-
Thibb Ar-Ruhani (kesehatan rohani). buku ini menjelaskan kesehatan
rohani dan penjagaannya. Kitab ini merupakan filsafat akhlak terpenting
yang bertujuan memperbaiki moral manusia.
2. Pada abad ke-4 H, Ali bin Ahmad Al-Kufi menulis kitab AL-Adab dan
Makarim Al-Akhlaq. Pada abad ini dikenal pula tokoh Abu Nashr Al-
Farabi yang melakukan penyelidikan tentang akhlak. Demikian juga
Ikhwan Ash-Shafa dalam Rasa’il-nya, dan Ibnu Sina (370-428 H)

9
3. Pada abad ke-5 H, Ibnu Maskawaih (421 H) menulis kitab Tahdzib Al-
Akhlaq wa Thath-hir Al-A’araq dan Adab Al-‘Arab wa AL-Furs. Kitab ini
merupakan uraian suatu aliran akhlak yang sebagian materinya berasal dari
konsep-konsep akhlak dari Plato dan Aristoteles yang diramu dengan
ajaran serta hukum Islam serta diperkaya dengan pengalaman hidup
penulis dan situasi zamannya.
4. Pada abad ke-6 H, Warram bin Abi Al-Fawaris menulis kitab Tanbih Al-
Khathir wa Nuzhah An-Nazhir.
5. Pada abad ke-7 H, Syekh Khawajah Nashir At-Thusi menulis kitabAl-
Akhlaq An-Nashiriyyah wa Awshaf Asy-Asyraf wa Adab Al-
Muta’allimin.

Pada abad-abad sesudahnya dikenal beberapa kitab, seperti Irsyad Ad-Dailami,


Mashabih Al-Qulub karya Asy-Syairazi, Makarim Al-Akhlaq karya Hasan bin
Amin Ad-Din, Al-Adab Ad-Diniyyah karya Amin Ad-Din Ath-Thabarsi, dan
Bihar Al-Anwar.4

E. Kajian Akhlak di Kalangan Pesantren

Penanaman nilai-nilai akhlaq al-karimah di pesantren,juga ditanamkan melalui


karya-karya para ulama yang di jadikan literatur dan rujukan di pesantren. kitab-
kitab tentang akhlak yang banyak dikaji di pesantren ,antara lain karya-karya Al-
Ghazali Ihya' Ulumuddin,Mizan Al-Am al,Kimiya As-sa'adah,dan Akhlak Al-
Abrar wa Najat min Asrar. Selain itu,kotab Irsyadul Ibad ila SabilAl-Rasyid
,karya Zainuddin Al-Malibari dan kitab-kitab lain yanh ditulis oleh para ulama
timur tengah pada abad pertengahan juga banyak dikaji di pesantren. Sementara
itu, kitab dasar mengenai akhlak karua Umar Abdul Jabar, berjudul Akhlak lil
Banin, dan Akhlak lil Banat ,juga menjadi rujukan bagi kajian tingkat dasar di
pesantren.5

4
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hal. 39-42
5
Ibid. Hal. 42-43

10
Beberapa tokoh ulama pesantren dari indonesia juga banyak yang menulis
kajian akhlak,khususnya dengan pendekatan tasawuf. Beberapa tokoh tersebuy
antara lain Syekh Nawawi Al-Bantani (wafat 1984) .seorang tokoh pesantren dari
Banten. Beberapa karyanya antara lain Mirqah Shu'ud At-Tashdiq,Maraqi Al-
Ubuddiyah dan Nashaih Al-ibad.

F. Kajian akhlak di kalangan bangsa barat

bangsa barat (eropa) mengalami kebangkitaan bidang ilmu pengetahuan pada abat
ke 15 M. Pada masa tersebut, para ilmuan mulai mengkaji kembali filsafat yunani
kuno. Kebebasan berpikir mulai di dengungkan akal mulai di bangkitkan
keberadaannya dan sebagian ajaran kuno mulai di keritik. Diantaranya ajaran yang
di keritik adalah ajaran akhlak yang dibawa bangsa yunani dan bangsa bangsa
lainya.

Beberapa kajian khususnya di bidang akhlak dan moralitas di bahas oleh


beberapa ahli di kalangan bangsa barat. Mereka membahas nilai nilai standar
kebaikan dan moralitas dalam kajian kajian filsafat.

1. Rene Descartes
Rene Descartes (1596-1650) adalah salah seorang filusuf kenamaan dari
prancis, yang seringkali di anggap sebagai pendiri filsafat moderen. Ia
adalah orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis yang tinggi, dan
sangat di pengaruhi dan di pengarhi oleh fisika dan antronomi baru. Tokoh
ini telah meletakan dasar dsar baru bagi ilmu pengetahuan dan filsafat.
Descartes merupakan tanda dari kepercayakan diri baru, akibat kemajuan
sains, terdapat kesegaran dalam pemikiranya, yang tidak dapat di temukan
di filsuf sebelumnya, sejak plato.
Descartes memiliki memiliki pemikiran yang khas, beberapa pemikira
tersebut, diantaranya :
a. Tidak menerima sesuatu yang belum di periksa akal dan sebelum di
pastikan secaraa nyata. Sesuatuyang di dasarkan pada sangkaan semata
dan tumbuh dari kebiasaan wajib di tolak.

11
b. Penyelidikan sesuatu harus di mulai dari yang terkecil dan yang
termudah, kemudian mengarah ke yn lebih kompleks.
c. Tidak boleh menetapkan kebenaran sebelum diuji terlebih dahulu.
2. John of salisbury
John of salisbury (1120-1180 M) merupakan contoh terbaik yang
mewakili pandangan pandangan lembaga kepuasan. Filsuf inggris ini
menghabiskan 12 tahun pertama usianya di paris, yang pada waktu itu
merupakan pusat studi filsafat, teologi dan sastra. Ia juga pernah tingal di
charrtes sebagai pusat studi tentang manusia.
John of salisbury terkenal dengan uraiannya yang menjelaskan bahwa
kekuatan spiritual berada di atas kekuatan duniawi. Oleh karna itu ia
menjadi pendukug gereja, berbicara mewakili gereja, membela gereja dan
menyerang keuasaan dunia dan menggambarkan sebagai pengikut
spiritual.
3. Bentham dan Stuart mill
Bentham (1748-1832) dan stuaart mill (1806-1873) Bentham dan stual
mill memindahkan paham pada epicurus kedaalam paham utilitariannisme.
Keduanya memindahkan paham epicurus dari paham egoitic hedonisme
kedalam paham universalistik keduanya tersiar luas di eropa dan
memberikan peran besar dalampembentukan hukum dan politik.
4. Thomas Hill Green dan herbert spencer
Thomas Hill Green (1836-1882) dan Herbert Spencer (1820-1903). Green
dan Spencer mengaitkan paham evolusi dengan akhlak. Diantaranya
pemikiran akhlak Green adalah;
a. Manusia dapat memahami suatu keadaan yang lebih baik dapat
menghendaki sebab ia adalah pelaku modal.
b. Manusia dapat melakukan realisi diri karna ia adalah subjek yang sadar
diri,suatu reproduksi dari kesadaran diri.
c. Cita cita keadaan yang lebih baik adalah yang ideal, tujuan yang
terakhir.
d. Ide menjadi pelaku bermoral dalam kehidupan manusia.

12
5. Spinoza
Spinoza (1632-1677), spinoza menulis karyautamana yang berjudul ethica
guna membantu mengurangi penderitaan orang orang yang menganut
suatu keyakinan.
6. Imanuel kant
Imanuel kant (1724-1831) kant meyakini adanya kesulitan. Titik berat
etikanya rasa kewajiban (panggilan hati nurani) untuk melakukan sesuatu.
Rasa kewajiban melakukan sesuatu berpangkal pada budi.
7. Victor Causin (1792-1867) dan Augus Caunte (1798-1857)
Cousin adalah salah seorang yang bertanggung jawab menggeser filsafat
Perancis dari sensasionalisme ke arah spriritualisme menurut
pemikirannya sendiri. Ia mengajarkan bahwa dasar metafisika adalah
pengam,atan yanghati-hati dan analisis atas fakta-fakta tentang kehidupan
yang sadar.
August Comte atau juga Auguste Comte lahir di Montpellier, Perancis, 17
Januari 1798 adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai “
Bapak Sosiologi “ yang dikenal sebagai orang pertama yang
mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial.6

G. Analisis ayat

     


  
 
  
  
  
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

6
Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016), hal 43-50

13
Ini merupakan janji dari Allah Ta’ala bagi orang yang mengerjakan amal shalih,
yaitu amal yang mengikuti Kitab Allah Ta’ala (al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya,
Muhammad, baik laki-laki maupun perempuan yang hatinya beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya. Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan
dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai
iman. Amal yang diperintahkan itu telah disyari’atkan dari sisi Allah, yaitu Dia
akan memberinya kehidupan yang baik di dunia dan akan memberikan balasan di
akhirat kelak dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya. Kehidupan yang
baik itu mencakup seluruh bentuk ketenangan, bagaimanapun wujudnya. Akhlak
yang baik adalah agama, sebab ia merupakan wahyu dari Tuhan, dan Dia tentu
saja lebih mengetahui perundang undangan atau atauran hukum yang tepat dan
bermaslahat bagi umat manusia, serta lebih mengerti soal aturan-aturan
peribadatan maupun perilaku-perilaku mulia yang bisa menyantunkan diri mereka
dan meluruskan akhlak mereka. Dan semua itu berlandasakan prinsip iman dan
islam.7

7
Muhammad Fauqi Hajjaj, Tasawuf Islam dan Akhlak, (Jakarta:Amzah, 2011), hal. 257

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari berbagai pengertian dapat dipahami bahwa kata akhlaq sebenarnya
jamak dari kata khulukun artinya tindakan. Kata khulukun sepadan degan khalqun
artinya kejadian dan kata khaliqun artinya pencipta dan kata makhluqun artinya
yang diciptakan. Perkembangan serta sejarah akhlak dimulai dari Akhlak pada
masa Yunani, Akhlak pada masa pertengahan, Akhlak Pada Bangsa Arab
Sebelum Islam, Kajian Akhlak di Kalangan Kaum Muslimin, Kajian Akhlak di
Kalangan Pesantren, Kajian akhlak di kalangan bangsa barat.

B. Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun ini, dan sebagai makhluk yang tak
luput dari kesalahan kami memohon saran dan kritikan agar meminimalisir
terjadinya kesalahan pada makalah yang berikutnya, semoga bermanfaat.Amiin,,

15
Dartaf Pustaka

Amin, Samsul Munir. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah. 2016

Hajjaj, Muhammad Fauqi. Tasawuf Islam dan Akhlak. Jakarta:Amzah. 2011

Saebani, Beni Ahmad. Ilmu Akhlak. Bandung: CV. Pustaka Setia. 2010

16

Anda mungkin juga menyukai