BAB 1
1
4) Filsafat membuahkan kearifan (hikmah) karena kecintaan akan ilmu
penngetahuan;
5) Filsafat menuntut kejelasan dan sistematika berfikir dengan cara
menghubunghubungkan ecara logis akan penngetahuan-pengetahuan untuk
menemukan implikasiimplikasinya yang tersurat maupun tersirat;
2. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Secara makro, apa yang menjadi objek filsafat yaitu ruang lingkup yang
menjangkau permasalahan kehidupan manusia, alam semesta dan manusia
merupakan objek pemikiran filsafat pendidikan. Secara mikro yang menjadi
objek pemikiran atau ruang lingkup filsafat pendidikan sebagai berikut :
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan;
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan;
3. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaaan;
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan , dan teori
pendidikan;
5. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara, filsafat pendidikan , dan
politik pendidikan;
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan (Jalaludin & Abdullah Idi,1997:17).
2
3. Mengpreskriptifkan
Memdeskriptifkan dalam filsafat pendidikan adalah upaya menjelaskan
atau memberi pengarahan kepada pendidik melalui filsafat pendidikan.
4. Mengivestigasi.
Menginvestigasi adalah memeriksa atau meneliti kebenaran teori
pendidikan. Pendidik tidak dibenarkan begitu saja mengambil suatu
konsep atau teori pendidikan untuk dipraktekkan di lapangan.
1. Fungsi Filsafat Pendidikan Islam
Jika dilihat dari aspek hubungan antara filsafat dengan pendidikan, bisa
terlihat dari beberapa indikator .Indikator ini sekaligus merupakan tujuan
filsafat pendidikan. Tujuan tersebut antara lain :
Pertama, filsafat dijadikan oleh para pakar pendidikan sebagai bahan
atau media (intrument) analisis. Hal ini berarti bahwa filsafat merupakan
salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam
memecahkan problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan.
Kedua, filsafat juga berfungsi memberikan arah dan tujuan agar teori
pendidikan yang telah dikembangkan oleh para ahlinya, yang didasarkan dan
menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan
kehidupan yang realistis (nyata). Artinya mengarahkan agar teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut dapat
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan
kebutuhan hidup yang berkembang dalam masyarakat.
Ketiga, filsafat termasuk filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi
untuk memberikan petunjuk (guide) dan arah dalam pengembangan teori-
teori pendidikan menjadi ilmu atau paedagogik. Suatu praktek kependidikan
yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat pendidikan tertentu akan
menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan gejalagejala
kependidikan yang tertentu pula.
Djumransjah (2006:65) mengutip pendapat Brubacher mengatakan
tentang fungsi filsafat pendidikan kepada para pendidik sebagai berikut :
a. Fungsi spekulatif;
3
b. Fungsi normatif;
c. Fungsi kritik;
d. Fungsi teori bagi praktik.
4
filsafat pendidikan disebut teori pendidikan,demikian pula sebaliknya.
Misalnya di negara Amerika teori atau ilmu pendidikan disebut dengan
filsafat Pendidikan atau “Philosophy of Educatian” (Daniel, 1985:36).
2. Perbedaan antara Filsafat Pendidikan dengan Teori Pendidikan
Di samping memiliki hubungan, filsafat pendidikan dan teori
pendidikan juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan
oleh karena filsafat pendidikan maupun teori pendidikan memiliki
objek, metode, dan sistematika yang berbeda. Perbedaan antara
keduanya antara lain sebagai berikut :
1. Filsafat pendidikan dan ilmu atau teori pendidikan merupakan dua
disiplin ilmu yang berbeda. Masing-masing memiliki objek,
metode, dan sistematika tersendiri yang berbeda;
2. Jika objek filsafat pendidikan adalah perenungan filosofis tentang
masalah-masalah pendidikan, maka objek teori pendidikan adalah
situasi pendidikan itu sendiri yang muncul secara jelas relasi antara
pendidik dengan peserta didik;
3. Jika filsafat pendiidkan menggunakan pendekatan filosofis
(sinopsis, normatif, induktif) dalam menelaah objeknya, maka teori
pendidikan menggunakan pendekatan fenomenologis dalam
menelaah objeknya;
4. Filsafat pendidikan dapat menjadi tamu terhormat bagi teori
pendidikan, tetapi teori pendidikan dapat menjadi tuan rumah.
Sebagai tuan rumah, teori pendidikan dapat menolak filsafat
pendidikan yang tidak sesuai (Daniel, 1985:101-102).
3. Hubungan dan Perbedaan Teori dan Praktek Pendidikan
Hubungan antara teori pendidikan dan praktik pendidikan dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Teori/ilmu pendidikan teoretis sebagai penjabaran dari filsafat
pendidikan melahirkan ilmu pendidikan praktis;
2. Teori/ilmu pendidikan praktis menjadi panduan dalam kegiatan
pendidikan langsung terutama kegiatan mendidik;
5
3. Pengalaman mendidik memberikan umpan balik kepada teori
pendidikan , yang mampaatnya memungkinkan untuk merevisi
teori semula;
4. Sebagai hasil revisi tersebut sangat mungkin teori pendidikan
memberikan umpan balik kepada filsafat pendidikan (Pidarta,
2007:83-84).
Dari tabel di atas dapat diketahui perbedaan antara teori dan praktek.
Tetapi hendaknya dipahami bahwa perbedaan dan perbandingan itu hanya untuk
memudahkanpemahaman. Sejatinya antara teori dan praktik memiliki hubungan
yang sangat erat.
6
BAB 2
HAKIKAT MANUSIA, MAS YARAKAT , ALAM, DAN ILMU
PENGETAHUAN
A. Hakikat Manusia dan Masyarakat
1. Pengertian manusia
Manusia dalam bahasa Inggris disebut man (asal kata dari bahasa
Anglo-Saxon), mann). Arti dasar dari kata ini tidak jelas tetapi pada
dasarnya dapat dikaitkan dengan mens (latin), yang berarti “ áda yang
berpikir”. Demikian halnya arti kata anthropos (Yunani) tidak begitu jelas.
Semula anthropos berarti “seseorang yang melihat ke atas”. Sekarang kata
ini dipakai untuk mengartikan “wajah manusia”. Dan akhirnya homo
bahasa Latin yang artinya “orang yang dilahirkan di atas bumi” (Loren
Bagus, 2000:565).
2. Hakikat Masyarakat
Dalam bahasa Inggris masyarakat disebut dengan istilah society,
dari bahasa Latin societas (dari socio = mengambil bagian, berbagi,
menyatukan). Masyarakat adalah suatu kumpulan orang-orang, atau suatu
asosiasi sukarela individu-individu yang mempunyai tujuan-tujuann yang
sama.
Masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau
umma. Istilah ummah berasal dari kata ‘amma, artinya bermaksud
(qashada) dan berniat keras (‘azima). Pengertian seperti ini terdiri atas tiga
arti yakni “gerakan” dan “tujuan”, dan “ketetapan hati yang sadar”. Dan
sepanjang kata ‘amma itu pada mulanya mencakup arti “kemajuan” maka
tentunya ia memeperlihatkan diri sebagai kata yang terdiri atas empat arti,
yaitu usaha, gerakan, kemajuan, dan tujuan (Ali Syari’ati, 1995:50).
7
teori tentang penciptaan alam semesta disebut cosmogony. Cosmogoni
berasal dari bahasa Yunani kosmos (dunia, alam raya) dan gignesthai
(lahir). Terkadang digunakan sebagai sinonim dengan kosmologi
(Loren Bagus, 2000:497)
2. Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Islam
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu dalam pandangan para ahli mempunyai pengertian sebagai
berikut:
1. Ralph ross dan Ernest van Den Hagg dalam bukunya The fabric
of sosiety menulis”sience is empirical, rational, general and
cumulative and it is all four out once” ( ilmu pengetahuan
adalah sesuatu yang empiris, rasional, umum, dan kumulatif,
dan keempat-empatnya serempak).
2. Ashly mountagu dalam bukunya The cultured man
menyebutkan bahwa”science is a systematized knowledge
services service from observation, study, and Experimentation
carried on onder to determaine the nature or principles of what
being studied” (ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam
satu sistem yang berasal dari pengalaman, studi dan
pengalaman, studi dan pengalaman untuk menentukan hakikat
dan prinsip tentang sesuatu yang sedang dipelajari.
b. Sumber Ilmu Pengetahuan
Allah Swt. Adalah Dzat Yang Maha Mengetahui “Al’Alim”,
sehingga ilmu-Nya tak terhingga banyaknya. Dari kesekian ilmu
itulah, ada yang diberikan sebagian kecil kepada manusia, yang
digelarkan kepada ayat-ayat qur’aniah dan ayat-ayat kauniah. Oleh
karena itu, sumber ilmu pengetahuan adalah yang Mahaalim, yakni
Allah Swt.
c. Pendekatan dan Metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Macam-macam pendekatan antara lain:
1. Skeptisme
8
Bagi aliran ini, tidak ada suatu cara yang sah unuk memperoleh
ilmu pengetahuan, mengingat kemampuan panca indra dan akal
manusia terbatas.
2. Aliran keraguan (academic doubt) Suatu aliran yang dalam
perolehan ilmu pengetahuan berpangkal dari keraguan sebagai
jembatan perantara menuju sebuah kepastian. Proses dari
keraguan itu, dijadikan sebagai objek analisis lalu diadukan
penyajian, sehingga kebenaran dapat dibuktikan dengan dalil.
3. Empirisme
Cara pencarian ilmu pengetahuan melalui pancaindra, karena
indra tersebut yang
menjadi instrument untuk menghubungkan ke alam.
4. Rasionalisme
Cara pencaharian ilmu pengetahuan melalui akal, karena akal
dapat membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan
salah.
5. Aliran yang menggabungkan antara pendekatan antara
pendekatan empirisme dan rasionalisme. Aliran ini
berkeyakinan bahwa cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan
itu melalui pengertian dan pengindraan, karena pengertian tidak
dapat melihat dan indra tidak dapat berpikir, sehingga rasio dan
indra perlu di satukan.
6. Intuisi
Pendekatan ini membagi alam atas dua kategori, yaitu:
a) Alam pertama, yang dapat diobserpasi dan
diekprementasikan oleh ilmu pengetahuan modern
b) Alam intuisi, yang berkaitan dengan jiwa yang tidak
mungkin dituduhkan dengan pengalaman atau analogi alam
kedua ini hanya bisa ditempuh melalui pendekatan intuisi.
7. Wahyu
9
Cara ini bersifat metafisik yang bercirikan transendental, lintas
empiris dan
supra- indrawi, serta supra rasio. Yang sejenis dengan wahyu
adalah ilham, hanya saja wahyu khusus diberikan pada Nabi
dan rasul. Sedangkan ilham diberikan kepada orang muslim
pada umumnya (Suyitno, 1997:2).
10
BAB 3
HAKIKAT PENDIDIKAN
A. Hakikat dan Dasar Pendidikan Islam
1. Hakikat Pendidikan Islam
a. Hakikat Hidup
Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Seperti
dikatakan oleh Prof. Rupert. C. Lodge, yaitu “in this sense, life is
education, and education is life”. Artinya, seluruh kehidupan memiliki
nilai pendidikan karena kehidupan memberikan pengaruh kepada
pendidikan bagi seseorang atau masyarakat. Sebenarnya, jika
membicarakan pendidikan dalam arti sempit memiliki konotasi sekolah
atau pendidikan formal. Dalam pengertian yang luas pendidikan adalah
kehidupan.
Hakikat pendidikan tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan
tentang hakikat hidup. Dalam pembicaraan tentang hakikat hidup tidak
dapat dipisahkan dengan pembicaraan tentang tugas hidup dan tujuan
hidup. Dalam hidupnya manusia harus melaksanakan tugas hidupnya.
Tugas-tugas hidup tersebut harus dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan keinginan yang memberi hidup.
b. Hakikat Pendidikan
Dalam pengertian luas terbatas, pendidkan memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Masa pendidikan. Kegiatan berlangsung seumur hidup yang
kegiatannya tidak berlangsung sembarang tetapi pada waktu-waktu
tertentu;
2. Lingkungan pendidikan. Pendidikan berlangsung pada sebagian dari
lingkungan hidup, yaitu dalam lingkungan hidup kultural;
3. Bentuk kegiatan. Pendidikan dapat berbentuk pendidikan formal,
informal, dan pendidikan non – formal;
11
4. Tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan merupakan tujuan perpaduan
antara tujuantujuan yang bersifat pengembangan pribadi dengan
tujuan sosial yang bersifat seutuhnya (Reja Mudyahardjo, 2008:3-12).
c. Hakikat Pendidikan Islam
Memahami pendidikan Islam, terlebih dahulu perlu memahami
pengertian pendidikan Islam. Karena dalam pengertian tersebut
terkandung beberapa indikator esensial pendidikan. Pengertian
pendidikan Islam, salah satunya dapat dengan menggunakan metodologi
semantik seperti yang dilakukan oleh Izutsu seperti yang dikutip oleh
Abdul Mujib (Abdul Mujib, 2006:9-10). Menurut Izutsu terdapat tiga
prosedur untuk menggali hakikat sesuatu termasuk pendidikan dari al-
Quran:
1. Memilih istilah-istilah kunci (key terms) dari kosakata al-Quran, yang
dianggap sebagai weltanschauung dari al-Quran dan memiliki
kandungan arti pendidikan. Seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah,
irsyad dan tadris;
2. Menentukan makna pokok dan makna kontekstual;
3. Menyimpulkan weltanschauung dengan menyajikan konsep-konsep
dalam keutuhan. Kesimpulan dari metode Izutsu ini dapat melahirkan
pengertian terminologi atau istilah dalam pendidikan Islam.
2. Dasar Pendidikan
Dasar pendidikan Islam secara garis besar ada 3 yaitu: Al-Quran,
As-sunnah dan perundang-undangan yang berlaku di Negara kita.
12
1) Al-Quran
Islam adalah agama yang membawa misi agar umatnya
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran. Ayat Al-Quran yang
pertama kali turun adalah berkenaan di samping masalah keimanan juga
pendidikan. Allah Swt berfirman:
Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan
Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.” (QS. Al-Alaq: 1-5).
2) As-Sunnah
Rasulullah Saw. Mengatakan bahwa beliau adalah juru didik. Dalam
kaitan dengan ini M. Athiyah al Abrasyi mengatakan: Pada suatu hari
Rasul keluar dari rumahnya dan beliau menyaksikan adanya dua
pertemuan; dalam pertemuan pertama, orang-orang yang berdoa kepada
Allah 'azza wajalla, mendekatkan diri kepada-Nya; dalam pertemuan
kedua orang sedang memberikan pelajaran.
3) Perundang-undangan yang berlaku di Indonesia
13
pendidikan 100 % ditentukan oleh rumusan tujuan. Tujuan pendidikan
akan sama dengan gambaran manusia terbaik menurut orang tertentu.
Manusia terbaik merupakan tujuan pendidikan (Tafsir, 2006:76).
Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, berarti berbicara
tentang nilai-nilai ideal yang bercorak islami. Tujuan pendidikan Islam
adalah tujuan merealisasikan idealitas islami. Idealisasi islami pada
dasarnya adalah nilai perilaku manusia yang dijiwai oleh iman dan taqwa
kepada Allah Swt. Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-
nilai islami dapat dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu :
1. Dimensi yang mengandung nilai meningkatkan kesejahteraan
hidup di dunia;
2. Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia
berusaha keras untuk meraih kebahagiaan di akherat;
3. Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan antara
kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi (M. Arifin, 2005:109).
BAB 4
HAKIKAT PENDIDIK
A. Pengertian Pendidik
Abdullah Nashih Ulwan (Rahardjo, 1999:56) seorang ulama Mesir
pada abad 20 memaknai pendidik sebagai seorang penyampai ilmu
pengetahuan, pemberi nasihat, dan teladan bagi anak didiknya. Dalam
sistem pendidikan faktor pendidik merupakan tolak ukur keberhasilan
peserta didik. Pendidik memiliki tanggung jawab dan memiliki sifat-sifat
asasi, yaitu; keikhlasan, bertaqwa, berilmu, bersikap dan berprilaku
santun. Faktor di atas haruslah dimiliki oleh pendidik agar anak didik
dapat berhasil dan bertaqwa kepada Allah Swt.
Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang
karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya
dan orang lain. Sedangkan yang menyerahkan tanggung jawab dan amanat
14
pendidikan adalah agama, dan wewenang pendidik dilegitimasi oleh
agama, sementara yang menerima tanggung jawab dan amanat adalah
setiap orang dewasa. Ini berarti bahwa pendidik merupakan sifat yang
lekat pada setiap orang, karena tanggung jawabnya atas pendidikan
(Ramayulis, 2002:85-6).
Hakikat pendidik dalam Islam, adalah orang-orang yang
bertanggung jawab dalam perkembangan peserta didik dengan
mengupayakan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif
maupun potensi psikomotor. Senada dengan ini, Mohammad Fadhli al-
Jamali menyebutkan, bahwa pendidik adalah orang yang mengarahkan
manusia kepada kehidupan yang lebih baik sehingga terangkat derajat
manusianya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiliki oleh manusia
(A. Tafsir, 1994:75).
15
sehingga mampu memotivasi peserta didik mengemukakan gagasan-
gagasan yang besar dari peserta didik.
Guru (pendidik) memiliki peran yang sangat penting. Peserta didik
sangat memerlukan bantuan guru untuk mengembangkan potensinya.
Dalam mengembangkan potensinya tersebut seorang guru memiliki peran
yang banyak. Peran-peran tersebut antara lain:
1. Sebagai pendidik;
2. Sebagai pengajar;
3. Sebagai pembimbing;
4. Sebagai pelatih
5. Sebagai penasihat;
6. Sebagai pembaharu;
7. Sebagai teladan;
8. Sebagai pribadi;
9. Sebagai peneliti.
16
BAB 5
HAKIKAT PESERTA DIDIK
17
B. Etika dan Kebutuhan Peserta Didik
18
c. Kebutuhan untuk mendapatkan status
Peserta didik pada usia remaja membutuhkan suatu yang menjadikan
dirinya berguna bagi masyarakat Kebanggaan terhadap diri.
d. Kebutuhan Mandiri
Peserta didik pada usia remaja ingin lepas dari batasan-batasan atau
aturan orang tuanya dan mencoba untuk mengarahkan dan
mendisiplinkan dirinya sendiri.
e. Kebutuhan untuk berprestasi
Kebutuhan untuk berprestasi erat kaitannya dengan kebutuhan
mendapat status dan mandiri. Artinya dengan terpenuhinya kebutuhan
untuk memiliki status atau penghargaan dan kebutuhan untuk hidup
mandiri dapat membuat peserta didik giat untuk mengejar prestasi.
BAB 6
HAKIKAT KURIKULUM
19
Dasar psikologis kurikulum menurut pendidikan Islam memandang
kondisi peserta didik berada pada dua posisi, yaitu sebagai anak yang
hendak dibina dan sebagai pelajar yang hendak mengikuti proses
pembelajaran.
4. Dasar Sosiologis Dasar ini berimplikasi pada kurikulum pendidikan
supaya kurikulum yang dibentuk hendaknya dapat membantu
pengembangan masyarakat.
5. Dasar Organisatoris
Dasar ini menjadi acuan dalam bentuk penyajian bahan pelajaran. Dasar
ini berpijak pada teori psikologi asosiasi yang menganggap keseluruhan
sebagai kumpulan dari bagian-bagiannya.
20
program pendidikan maupun dalam mengembangkan program
pengajaran
BAB 7
METO DE PENDIDIKAN ISLAM
21
Muhaimin dan Abdul Mujib (1993:234-240) merinci asas-asas
pelaksanaan metode pendidikan Islam sebagai berikut :
a. Asas motivasi
b. Asas aktivitas
c. Asas apersepsi
d. Asas peragaan
e. Asas ulangan
f. Asas kolerasi
g. Asas konsentrasi
h. Asas invidualisme
22
Tugas utama metode pendidikan adalah mengadakan aplikasi prinsip-
prinsip psikologis dan paedagogis sebagai kegiatan antar hubungan
pendidikan yang terealisasi melalui penyampaian keterangan dan
pengetahuan agar siswa mengetahui, memahami, menghayati dan meyakini
materi yang diberikan, serta meningkatkan keterampilan olah pikir.
Dalam prosedur pembuatan metode, hal yang harus diperhatikan
adalah tujuan pendidikan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi pendidik.
Dengan memperhatikan hal- hal tersebut efektivitas penggunaan metode akan
terbikti dan dapat menyampaikan kepada tercapainya tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan.
BAB 8
EVALUASI PENDIDIKAN
23
Menurut Abdul Mujib (2006:215) tujuan dari sistem evaluasi
pendidikan yang dikembangkan oleh Allah Swt dan rasul-Nya adalah sebagai
berikut;
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problem kehidupan yang dialami.
2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai di mana hasil pendidikan
wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasulullah Saw kepada umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan
seseorang seperti pengevaluasian Allah terhadap nabi Ibrahim yang
menyembelih Ismail putra yang dicintainya.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran yang telah
diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap nabi Adam as tentang
asma-asma (namanama) yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan
para malaikat.
5. Memberikan semacam tabsyir (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik,
dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas
buruk.
24
1. Penilaian formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil belajar yang
dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan program dalam
satuan materi pokok pada suatu bidang studi tertentu.
2. Penilaian Sumatif : yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik yang telah selesai mengikuti pembelajaran dalam
satu catur wulan, semester, atau akhir tahun.
3. Penilaian penempatan (placement) yaitu penilaian tentang pribadi
peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar
yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
4. Penilaian Dianostik Yaitu penilaian yang dilakukan terhadap hasil
penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik baik merupakan
kesulitan atau hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran.
25