TUGAS KOMPREHENSIF
OLEH
NIM: 11910523065
RIAU 2020
RESUME BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Cetakan : Kedua
BAB I
A. Hakikat Manusia
1) Pengertian Manusia Secara Umum
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia manusia diartikan sebagai “makhluk yang
berakal budi”. Berikut diuraikan pendapat para filosof tentang pengertian manusia ini sebagai
berikut:
a) Plato memandang manusia pada hakikatnya sebagai suatu kesatuan pikiran, kehendak, dan
nafsu-nafsu;
b) Aristoteles memandang manusia sebagai makhluk rasional yang memiliki kesatuan organik
antara tubuh dan jasad;
c) Sartre mendefinisikan manusia sebagai “nol yang me-nol-kan” pour soi yang bukan
merupakan objek melainkan subjek, yang kodratnya bebas.
d) Socrates mengatakan tentang hakikat bahwa manusia adalah makhluk yang dalam dirinya
tertanam jawaban mengenai berbagai persoalan dunia.
e) Ibnu Khaldun mengatakan bahwa manusia adalah makhluk sosial, pernyataan ini
mengandung arti bahwa seorang manusia tidak bisa hidup sendirian.
Berbicara hakikat manusia berarti berbicara mengenai apa manusia itu, ada empat aliran
yang dikemukakan yaitu:
a) Aliran Serba Zat, aliran ini mengatakan bahwa alam ini adalah zat atau materi dan
manusia adalah unsur alam, maka dari itu manusia adalah zat atau materi.
b) Aliran Serba Ruh, aliran ini berpendapat bahwa segala hakikat manusia adalah ruh adapun
zat itu adalah manifestasi dari pada ruh di atas dunia ini.
c) Aliran Dualisme, aliran ini menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari
dua substansi yaitu jasmani dan rohani. Kedua substansi ini masing-masing merupakan
unsur asal, yang adanya tidak tergantung satu sama lain.
d) Aliran Eksistensialisme, aliran ini tentang hakikat manusia itu yaitu apa yang menguasai
manusia secara menyeluruh.
2) Pengertian Manusia Dalam Islam
Menurut Al-Qur‟an, manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT. Al-Qur‟an
menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur jasmani (material) yang dibuktikan dalam
Surah Al-A‟raf ayat 31. Akal adalah salah satu aspek penting dalam hakikat manusia. Akal
adalah alat untuk berpikir. Jadi, salah satu hakikat manusia ialah ia ingin, ia mampu, dan ia
berpikir. Aspek lainn manusia ialah ruh atau rohani yang dibuktikan dalam Al-Qur‟an Surah
Shaad ayat 72. Tuhan memilih manusia sebagai khalifah-Nya karena memiliki potensi yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Dalam Islam, potensi bawaan manusia, antara lain:
a) Al-Fitrah (sifat alamiyah). Fitrah merupakan citra asli manusia, yang berpotensi baik atau
buruk dimana aktualisasinya tergantung pilihan. Fitrah manusia yang paling esensial
adalah penerimaan terhadap amanah untuk menjadi khalifah dan hamba Allah di muka
bumi. Jenis fitrah memiliki banyak dimensinya, dimensi yang terpenting ialah;
1. Fitrah agama adalah potensi manusia yang memiliki naluri atau insting beragama;
2. Fitrah intelek adalah potensi manusia yang memiliki daya pengetahuan;
3. Fitrah sosial adalah kecenderungan manusia untuk hidup bermasyarakat;
4. Fitrah susila adalah kemampuan manusia untuk mempertahankan diri dari sifat amoral;
5. Fitrah ekonomi adalah fitrah manusia untuk mempertahankan hidup;
6. Fitrah seni adalah kemampuan manusia untuk menimbulkan daya estetika.
7. Fitrah kemajuan, keadilan, kemerdekaan, kesamaan, dan kebutuhan lainnya.
b) Stuktur Manusia. Struktur tersebut meliputi jasmani, rohani, nafsani, kalbu, akal dan hawa
nafsu.
c) Al-Hayah. Al-Hayah adalah daya, tenaga, energi atau vitalitas hidup manusia karena
dengannya manusia dapat bertahan hidup. Al-hayah terbagai menjadi dua macam;
1. Jasmani yang tersusun dari tubuh, panca indra, susunan sel dan syaraf dan lainnya.
2. Rohani yang intinya berupa amanat dari Tuhan.
d) Al-Khuluq (karakter). Akhlak berakar kata khuluq yang berarti perangai atau tingkah laku.
e) Al-Sajiyah (bakat). Faktor ini terdapat dalam individu seseorang sejak awal kehidupannya.
f) Al-Amal (prilaku). Tingkah laku lahiriah individu yang tergambar dalam perbuatan nyata.
B. Hakikat Masyarakat
1) Pengertian Masyarakat Secara Umum
Secara umum masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam
suatu kawasan dan saling berinteraksi dengan sesama untuk mencapai tujuan. Anggota
masyarakat terdiri dari berbagai ragam pendidikan, profesi, keahlian, suku bangsa, agama,
maupun lapisan sosial sehingga menjadi masyarakat yang majemuk. Secara langsung dan
tidak langsung setiap anggota masyarakat tersebut telah menjalin komunikasi, mengadakan
kerjasama dan saling mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan. Selanjutnya masyarakat
juga dapat didefinisikan sebagai berikut:
a) Pengalaman kita dengan orang lain di sekitar kita;
b) Tingkah laku kelompok, hubungan-hubungan diantara manusia, dan faktor-faktor yang
termasuk dan terjadi dalam hubungan antara manusia;
c) Interaksi-interaksi dan interelasi-interelasi manusia;
d) Sebuah sistem yang terbentuk dari cara, prosedur, kekuasaan dan bantuan timbal balik,
pengelompokan dan pembagian, pengawasanpengawasan dan kebebasan;
e) Sebuah kelompok dengan suatu budaya yang terorganisasi untuk memberikan kepuasan
bagi kebutuhan dan kepentingan semua orang, dalam arti sempit adalah struktur sosial.
2) Pengertian Masyarakat Dalam Islam
Masyarakat dalam Islam sering diistilahkan dengan ummat atau umma. Istilah ummah
berasal dari kata „amma, artinya bermaksud (qashada) dan berniat keras („azima). Kata umat
diartikan sebagai semua kelompok yang dihimpun oleh sesuatu, seperti agama yang sama,
waktu atau tempat yang sama baik perhimpunannya secara terpaksa atau kehendak mereka
sendiri. Kata umat dalam al-Qur‟an disebut sebanyak 52 kali dalam bentuk tunggal. Menurut
Surah Ali-Imran ayat 110 ada tiga syarat utama untuk menjadi masyarakat model (ideal
society) yang dijanjikan oleh Allah itu, yaitu sanggup menaburkan kebaikan, dan membasmi
kemungkaran di atas bumi.
C. Hakikat Alam dan Ilmu Pengetahuan
1) Hakikat Alam Semesta
Dalam bahasa latin, dunia atau alam semesta disebut dengan kosmos. Kosmologi adalah
cabang metafisika yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai asal dan susunan
alam raya, penciptaan dan kekekalannya, mekanisme waktu, ruang dan kausalitas. Imam Al-
Ghazali membagi alam ini menjadi dua bagian, alam syahadah dan alam Ghaib. Alam
Syahadah adalah alam benda, berkembang dan berubah-ubah. Sedangkan alam ghaib yaitu
alam pertengahan antara benda dan roh.
Keseluruhan alam semesta muncul dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam
sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan “Big Bang”, membentuk keseluruhan alam
semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk
akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam
semesta muncul.
2) Hakikat Ilmu Pengetahuan
a) Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ilmu berasal dari bahasa latin scientia (pengetahuan). Di samping itu, ilmu
pengetahuan mempunyai kedudukan tinggi dalam pandangan Islam, diantaranya adalah:
1. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran;
2. Ilmu pengetahuan sebagai prasyarat amal shaleh;
3. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk mengelola sumber alam guna mencapai ridha Allah;
4. Ilmu pengetahuan adalah alat untuk pengembangan daya pikir.
Al-Ghazali membagi ilmu berdasarkan kepentingannya menjadi dua bagian, yaitu:
1. Ilmu farldu „ain, yaitu ilmu untuk diketahui semua orang muslim;
2. Ilmu farldu kifayah, yaitu ilmu untuk dipelajari oleh sebagian muslim saja.
b) Sumber Ilmu Pengetahuan
Al-Qur‟an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang utama. Al-Quran juga
menunjukkan sumber-sumber pengetahuan lain di samping apa yang tertulis di dalamnya,
yang dapat melengkapi kebenaran wahyu. Pada dasarnya sumber-sumber itu diambil dari
sumber yang sama, yaitu Allah Swt. Namun, karena pengetahuan tidak diberikan langsung
oleh Allah Swt kepada manusia, dan karena keterbatasan metodologis dan aksiologis dari
ilmu non-wahyu tersebut, maka ilmu-ilmu tersebut di dalam Islam memiliki kedudukan
yang tidak sama dengan ilmu pengetahuan yang langsung diperoleh dari wahyu. Sehingga,
di dalam Islam tidak ada satupun ilmu yang berdiri sendiri dan terpisah.
c) Pendekatan dan Metode Perolehan Ilmu Pengetahuan
Macam-macam pendekatan antara lain:
1. Skeptisme. Dimana tidak ada suatu cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan mengingat
kemampuan panca indra dan akal manusia terbatas.
2. Aliran keraguan. Dimana cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan berpangkal dari
keraguan sebagai jembatan perantara menuju sebuah kepastian.
3. Empirisme. Dimana cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan melalui pancaindra,
karena indra tersebut yang menjadi instrument untuk menghubungkan ke alam.
4. Rasionalisme. Cara pencaharian ilmu pengetahuan melalui akal, karena akal dapat
membedakan antara yang baik dan buruk, yang benar dan salah.
5. Aliran empirisme dan rasionalisme. Dimana cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan
itu melalui pengertian dan pengindraan.
6. Intuisi. Dimana cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan berkaitan dengan jiwa yang
tidak mungkin dituduhkan dengan pengalaman atau analogi.
7. Wahyu. Dimana cara unuk memperoleh ilmu pengetahuan berkaitan bersifat metafisik
yang bercirikan supra rasio. Wahyu khusus diberikan pada Nabi dan rasul.
d) Etika Penggunaan Ilmu (Aksiologi)
Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ilmu, para ilmuawan terbagi
kepada dua golongan. Golongan pertama menginginkan ilmu harus bersifat netral terhadap
nilai baik. Dalam hal ini, tugas ilmuwan adalah untuk menemukan pengetahuan kemudian
nanti terserah kepada manusia untuk menggunakannya apakah mau dipergunakan untuk
tujuan baik ataukan jelek. Golongan kedua berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap
nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisika sedangkan dalam penggunaannya, bahkan
pemilikan objek pengetahuan maka kegiatan keilmuan harus berdasarkan moral.
BAB III
Hakikat Pendidikan