Anda di halaman 1dari 7

Pengertian dan Ruang Lingkup Bahasan Filsafat Pendidikan Islami

Makalah

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata kuliah Filsafat Kritis Pendidikan Islam

Dosen: Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi

Pada Jurusan Tadris Matematika

Tahun Akademik 2017/2018

Disusun Oleh :

Kelompok : 1

Wulan Marlina (1608105076)

Sa’adah Nurjanah (1608105073)

Vany Pazriyani (1608105056)

Kelas/Semester : B/III

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON


A. Pendahuluan

Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yamg


mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak
hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama islam, melainkan menuntut kita
untuk mempelajari ilmu-ilmu pengetahua lain yang relevan. Melakukan pemikiran
filosofis pada hakikatnya adalah usaha menggerakkan semua potensi psikologis manusia
seperti pikiran, kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra
tentang gejala kehidupan, mengatasi manusia dan alam oleh teori-teori dari berbagai
disiplin ilmu dan pengalaman-pengalaman dalam alam raya, dan dalam diri sendiri.

Sebagai hasil pemikiran bercorak khas Islam, Filsafat Pendidikan Islam pada
hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau
berlandaskan ajaran agama islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat
dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran islam , dan mengapa manusia harus dibina menjadi hamba
Allah yang berkepribadian demikian. Sarana dan upaya apa sajakah yang bisa
mengantarkan pencapaian cita-cita dan sebagainya. Bila dilihat dari fungsinya, maka
Filsafat Pendidikan Islam merupakan pemikiran dasar yang melandasi dan mengarahkan
proses pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan
gambaran tentang sampai di mana proses ini dapat direncanakan dan dalam ruang lingkup
serta dimensi bagaimana proses tersebut dilaksanakan.

Masih dalam aspek fungsionalnya, Filsafat Pendidikan Islam juga bertugas melakukan
kritik-kritik tentang metode-metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam
sekaligus memberikan pengarahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus
didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian, Filsafat Pendidikan Islam seharusnya bertugas dalam 3 dimensi,


yakni sebagai berikut.

1. Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan pada proses pelaksanaan pendidikan


yang berdasarkan ajaran Islam.

2. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.

3. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.


Ketiga dimensi tugas tersebut berjalan di atas landasan berpikir yang bersifat
sistematis, logis, menyeluruh, radikal dan universal, serta terpadu.

Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan seperti abad ke-20 ini,
kegunaan fungsional dari Filsafat Pendidikan Islam adalah semakin penting, karena
filsafat ini menjadi landasan strategi dan kompas jalannya pendidikan Islam.
Kemungkinan-kemungkinan yang menyimpang dari tujuan pendidikan Islam akan dapat
diperkecil. Sebaliknya, kemampuan dan kedayagunaan pendidikan Islam dapat lebih
dimantapkan dan diperbesar, karena gangguan, hambatan serta rintangan yang bersifat
mental/spiritual serta teknis operasional akan dapat diatasi dengan lebih mudah.

B. Pengertian

Filsafat Pendidikan pada umumnya dan Filsafat Pendidikan Islam pada khususnya,
adalah bagian dari Ilmu Filsafat maka dalam mempelajari filsafat ini perlu memahami
lebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam hubungannya dengan masalah
pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Secara harfiah, filsafat berarti "cinta kepada
ilmu''. Filsafat berasal dari kata Philo yang artinya cinta dan Sophos artinya ilmu/hikmah.
Secara historis, filsafat menjadi induk segala ilmu pengetahuan yang berkembang sejak
zaman Yunani kuno sampai zaman modern sekarang.

Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan pendidikan pada
umumnya dari beberapa ahli pikir sebagai berikut :

1. John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan


dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan
(emosional), menuju ke arah tabiat manusia dan manusia biasa. Dari itu maka filsafat
pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan. John Dewey juga
memandang bahwa ada hubungan yang erat antara filsafat dengan pendidikan. Oleh
karena itu, tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama memajukan
hidup manusia. Ahli filsafat lebih memperhatikan tugas yang berkaitan dengan strategi
pembentukan manusia, sedang ahli pendidikan bertugas untuk lebih memperhatikan taktik
(cara) agar strategi itu menjadi terwujud dalam kehidupan sehari-hari melalui proses
kependidikan.
2. Menurut Thomson, filsafat berarti "melihat seluruh masalah tanpa ada batas atau
implikasinya. melihat tujuan-tujuannya, tidak hanya melihat metodenya atau alat-alatnya
serta meneliti dengan saksama hal-hal yang disebut kemudian dalam kaitan arti dengan
yang terdahulu. Hal itu mengandung arti bahwa perlu bersikap ragu terhadap sesuatu
yang diterima oleh kebanyakan orang sebagai hal yang tak perlu dipermasalahkan dan
perlu menangguhkan dalam pemberian penilaian sampai seluruh persoalan telah
dipikirkan secara matang. Hal itu memerlukan usaha untuk berpikir secara konsisten
dalam pribadinya (self consistency) serta tentang hal-hal yang dipikirkannya itu tidak
mengenal kompromi.

Jadi, di sini filsafat dipandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen, tanpa
kenal kompromi tentang hal-hal yang harus diungkap secara menyeluruh dan bulat.
Keseluruhan dan kebulatan masalah yang dipikirkan oleh filsafat itu tidak lain adalah
untuk menemukan hakikat dari masalah itu. Sedang suatu hakikat tidak dapat ditetapkan
melalui kompromi

3. Van Cleve Morris menyatakan, "Secara ringkas kita mengatakan bahwa pendidikan
adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk
mengalihkan cara hidup secara menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi
agen (lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan mencapai hari
depan yang lebih baik.”

Jadi, dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat menyerap, mengolah, dan
menganalisis serta menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat. Pendidikan harus
mampu mengalihkan dan menanamkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu ke dalam
jiwa generasi penerusnya. Untuk itu, pendidikan harus menggali dan memahaminya
melalui pemikiran filosofis secara menyeluruh, terutama tentang problemanya.

4. Brubacher, ahli filsafat pendidikan Amerika, berpendapat bahwa,"Ada pendapat yang


menyatakan tidak ada filsafat pendidikan sama sekali Menganggap filsafat yang
berpredikat pendidikan, sebenarnya seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda.
Filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggang pendidikan. Pendapat
lainnya menyatakan bahwa filsafat pendidikan itu dapat berdiri sendiri secara bebas. Ia
memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat umum, meskipun kaitan
demikian tidak penting. Oleh karenanya ada pendapat yang menyatakan bahwa telah
terjadi perpaduan antara pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan. Oleh karenanya,
filsafat diartikan sebagai teori pendidikan dalam segala tahap.

Dengan demikian, jelaslah filsafat pendidikan itu adalah filsafat yang memikirkan
tentang masalah kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat
diartikan sebagai teori pendidikan dengan segala tingkat. Sebenarnya, masalah ada atau
tidaknya filsafat pendidikan tidak perlu dipersoalkan lagi, karena masa sekarang ia telah
berkembang menjadi suatu disiplin keilmuan yang ada di dalam kubu ilmu pendidikan.
Bahkan, ilmu- ilmu pengetahuan selain pendidikan pun hampir semuanya memiliki
filsafatnya sendiri. Karena dengan memahami filsafatnya, orang akan dapat
mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang dipelajari. Filsafat
mengkaji dan memikirkan tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis,
terpadu, universal, dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari
perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan.

Untuk menyelesaikan permasalahan kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang


membantu filsafat pendidikan, yaitu :

l) etika atau teori tentang nilai

2) teori ilmu pengetahuan atau epistimologi, dan

3) teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik kenyataan, yang disebut
metafisika.

Permasalahan yang diidentifikasikan dalam ketiga disiplin ilmu ini menjadi materi
yang dibahas dalam filsafat pendidikan.

Oleh karena filsafat pendidikan mempunyai ruang lingkup pemikiran yang mendasar
tentang permasalahan fundamental manusia dihubungkan dengan ketiga disiplin ilmu di
atas, maka menurut W.H. Kilpatrick, filsafat pendidikan mempunyai tiga tugas pokok,
yaitu sebagai berikut :

a) Memberikan kritik terhadap asumsi yang dipegang oleh para pendidik.

b) Membantu memperjelas tujuan-tujuan pendidikan

c) Melakukan evaluasi secara kritis tentang berbagai metode pendidikan yang


dipergunakan untuk mencapai tujuan-tujuan kependidikan yang telah dipilih.
Dalam kaitannya dengan filsafat pendidikan islam, pemikiran para ahli filsafat
pendidikan pada umumnya, seperti telah disebutkan di atas, perlu kita jadikan bahan
acuan yang memberikan ruang lingkup pemikiran filsafat pendidikan Islam. Kita
berpendirian bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan filsafat
pendidikan Islam harus kita ambil untuk bahan memperdalam dan memperluas studi kita.
Dari mana pun datangnya hikmah itu, kita ambil dan kita manfaatkan. Demikian perintah
Nabi Besar Muhammad saw. Untuk itulah kita harus bersikap lapang dada.

C. Ruang lingkup

Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan
demikian, bagaimanapun sederhananya peradaban masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering dinyatakan bahwa pendidikan
telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha
manusia melestarikan hidupnya.

Dalam hal ini, tim dosen FIP IKIP Malang menyimpulkan pengertian pendidikan
adalah:

1. Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan


membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran,rasa, karsa, cipta, dan budi
nurani) dengan jasmani (pancaindera serta keterampilan-keterampilan).
2. Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi,
sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah,
dan masyarakat (negara).
3. Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-
lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. Pendidikan dalam arti ini merupakan
tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.

Dalam pembahasan Filsafat Pendidikan Islam, titik beratnya terletak pada kata benda
yang pertama, yaitu filsafat. Ini bukan berarti bahwa yang lain-lainnya diabaikan atau
dianggap tidak perlu. Tidak demikian, semuanya penting, semuanya akan dibahas secara
berurutan, agar tidak membingungkan. Sesungguhnya filsafat itu tidak tergolong dalam
ajaran ilmu pengetahuan karena pemikiran filsafat tidak dilengkapi dengan riset dan
eksperimen. Tegasnya: hanya mengandalkan kemampuan berpikir, sehingga ada sebagian
orang beranggapan bahwa filsafat itu sama dengan berpikir, artinya memecahkan masalah
untuk mencari kebenaran dengan jalan berpikir.

Menurut Prof. Dr. Muchtar Jahja arti filsafat adalah berpikir sedalam-dalamnya
dengan bebas dan teliti, tentang segala yang masuk dalam pikiran, baik yang di luar
maupun yang di dalam diri.

D. Tujuan
E. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai