Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN JIWA KEAGAMAAN PADA ORANG DEWASA DAN

USIA LANJUT

(Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan)

Dosen Pengampu : Hj.Euis Komala, M.Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Cahyani 18122012
Dara Ananda 18122024
Finkan Sukmawati 18122030
Ikmal Alghifari 18122014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH AT-TAQWA CIPARAY
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji syukur Alhamdulillah semoga senantiasa kita panjatkan


kehadirat AIlah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
yang berjudul “Psikologi Agama Pada Usia Dewasa dan Usia Lanjut” telah selesai
kami susun. Salah satu tujuan kami adalah agar yang membaca makalah kami  dapat
mengerti dan memahami tentang Psikologi Agama Pada Usia Dewasa dan Usia
Lanjut . Dan dengan tujuan yang demikian, kami harap makalah ini bermanfaat bagi
semua orang yang membaca.

Kekurangan dan kesalahan tentu akan terjadi dalam pembuatan makalah ini, maka
tegur sapa dan koreksi dari para ahli sangat kami harapkan. Dan kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan yang terjadi. Dan tak lupa kami
ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada  :

1. Allah SWT, karena atas izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu.
2. Kepada Dosen Hj. Euis Komala, M.Ag selaku dosen mata kuliah Psikologi
Agama sekaligus pembimbing dalam membuat makalah ini.
3. Kepada orang tua yang telah memberikan dukungan moral dan do’a kepada
kami.
4. Dan kepada teman-teman juga yang telah memberikan dukungan moral dan
koreksi bagi kami.

Dan kami juga memohon kepada Allah semoga makalah ini bermanfaat dan
menjadi salah satu amal yang diridhio-Nya. Amin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................i
B. Rumusan Masalah....................................................................................ii

BAB II PEMBAHASAN

A. Macam-macam Kebutuhan.......................................................................2
B. Sikap Keberagamaan pada Orang Dewasa...............................................5
C. Manusia Usia Lanjut dan Agama.............................................................6
D. Perlakuan terhadap Usia Lanjut Menurut Islam......................................12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan..................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan psikologi pada dewasa dan usia lanjut sangat variasi dan perlu
pemahaman yang extra untuk mengikutinya. Psikologi pada masa dewasa dan
usia lanjutt sangat mempengaruhi terhadap karakter dan sifat dalam
kehidupannya. Karena pada masa dewasa dan usia lanjut seseorang sangatv
dipengaruhi oleh faktor dari luar, baik lingkungan maupun tempat dia berinteraksi
dengan sosial.

Pada masa dewasa dan usia lanjut seseorang juga mengalami perubahan
dalam sikap, karakteristik dan keagamaannya. Sehingga psikologi agama juga
sangat berpengaruh dalam keberlangsungan hidup seseorang dalam tatanan sosial.

Dalam makalah ini akan membahas ciri-ciri orang dewasa, sikap keagamaan,
perkembangan jiwa Agama pada usia lanjut dan perlakuan pada usia lanjut
menurut Islam. Semoga makalah ini mampu menambah wacana dan wawasan
ilmiah psikologi Agama pada masa dewasa dan usia lanjut.

B. Rumusan Masalah
1. Macam-macam Kebutuhan
2. Sikap Keberagamaan pada Orang Dewasa
3. Manusia Usia Lanjut dan Agama
4. Perlakuan terhadap Usia Lanjut Menurut Islam
2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Kebutuhan

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakkan makhluk


hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) bagi setiap individu
untuk berusaha. Pada dasarnya, manusia bekerja mempunyai tujuan tertentu,
yaitu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Kebutuhan tidak terlepas dari
kehidupan sehari-hari, tentunya selama hidup manusia membutuhkan bermacam-
macam bentuk kebutuhan yang mesti dipenuhi. Dalam bukunya Pengantar
Psikologi Kriminal Drs.Gerson W. Bawengan, S.H. mengemukakan pembagian
kebutuhan manusia berdasarkan pembagian yang dikemukakan oleh J.P. Guilford
sebagai berikut:

a. Kebutuhan Individual Terdiri Dari:


1. Homeostatis, yaitu kebutuhan yang dituntut tubuh dalam proses
penyesuaian diri dan lingkungan.dengan adanya pertimbangan ini maka
tubuh akan tetap berada dalam keadaan mantap, stabil,dan harmonis.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan tubuh akan zat, protein, air, garam
mineral, vitamin, oksigen, dan lainnya.
2. Regulasi temperatur adalah penyesuaian tubuh dalam usaha mengatasi
kebutuhan akan perubahan temperatur badan. Pusat pengaturannya berada
dibagian otak yang disebut hypothalmus. Gangguan regulasi temperatur
akan menyebabkan tubuh mengalami gangguan.
3. Tidur merupakan kebutuhan manusia yang perlu dipenuhi agar terhindar
dari gejala halusinasi.
4. Lapar adalah kebutuhan kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk
membangkitkan energi tubuh sebagai organis. Lapar akan menyebabkan
gangguan pada fisik maupun mental.
3

5. Seks merupakan kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhann yang


timbul dari dorongan mempertahankan jenis. Sigmund Freud menganggap
kebutuhan ini sebagai kebutuhan vital manusia. Terutama pada masa
remaja kebutuhan ini demikian menonjolnya sehingga sering mendatangkan
pengaruh- pengaruh negatif (Jalaluddin, 2012:86).
b. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang datang dari luar
(stimulus), seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan pada manusia
berbentuk nilai. Jadi, kebutuhan itu bukan semata-mata kebutuhan biologis
melainkan juga kebutuhan rohaniah. Bentuk kebutuhan ini menurut Guilford
terdiri dari:
1. Pujaan dan binaan.
Setiap manusia normal membutuhkan pujian dan hinaan. Kedua unsur ini
menurut Guilford merupakan faktor yang menentukan dalam pembentukan
sistem moral manusia. Pujian merangsang manusia untuk mengejar
prestasi dan kedudukann yang terpuji sedangkan hinaan menyadari
manusia dari kekeliruan dan pelanggaran terhadap etika sosial.
2. Kekuasaan dan mengalah
Alferd Adler mengatakan, bahwa secara naluriah manusia itu ingin
berkuasa dan Nietrzche menyebutkan sebagai motif primer dalam
kehidupan manusia. Sedangkan Guilford berpendapat bahwa kebutuhan
kekuasaann dan mengalah ini tercermin dari adannya perjuangan manusia
yang tak henti-hentinya dalam kehidupan.
3. Pergaulan
Kebutuhan yang mendodrong manusia untuk hidup dan bergaul sebagai
homo-socius (makhluk bermasyarakat) dan Zon-Politicon (makhluk yang
berorganisasi).
4. Imitasi dan simpati
4

Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang tercermin dalam bentuk


meniru dan mengadakan respon emosional. Tindakan tersebut menurutnya
adalah sebagai akibat adanya kebutuhan akan imitasi dan simpati.
5. Perhatian
Kebutuhan akan perhatian merupakan salah satu kebutuhan sosial yang
terdapat pada setiap individu. Besar kecilnya perhatian masyarakat
terhadap seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Hal ini akan tampak
dalam kehidupan sehari- hari.
c. Kebutuhan manusia akan agama
Manusia adalah makhluk yang religius yang dianugrahi ajaran-ajaran yang
dipercayainya. Ajaran tersebut akan ada apabila didapatkan bimbingan nabi.
Manusia akan mendapatkan pelajaran agama dari orang tua, guru agama dan
orang – orang yang mengerti agama. Karena itu wajib memiliki agama untuk
keselamatan hidup dan ketentraman hati. Beragama merupakan kebutuhan
manusia karena manusia adalah makluk lemah sehingga memerlukan tempat
bertopang dan tempat mengadu (Djamaluddin dan Fuat, 1994:177).
Dalam ajaran Islam bahwa adanya kebutuhan terhadap agama disebabkan
manusia sebagai makhluk tuhan dibekalin dengang berbagai potensi (fitrah)
yang dibawa sajak lahir salah satu fitrah itu adalah kecendrungan terhadap
agama. Prof .Dr.Hasan Langgulung mengatakan bahwa salah satu fitrah adalah
bahwa manusia menerima Allah sebagai tuhan, dengan kata lain manusia itu
adalah dari asal mempunyai kecendrungan beragama, sebab agama itu
sebagian dari fitrah Nya. Manusia selalu mem-butuhkan pegangan hidup
yang disebut agama. Manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan
yang mengakui adanya Yang Maha kuasa tempatnya berlindung dan
memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang dan tentram di kala mereka
mendekatkan diri dan mengabdi kepada Yang Maha kuasa.Allah Swt.
Berfirman:
٢٨ ُ‫وا َوت َۡط َمئِ ُّن قُلُوبُهُم بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ۗ ِ أَاَل بِ ِذ ۡك ِر ٱهَّلل ِ ت َۡط َمئِ ُّن ۡٱلقُلُوب‬
ْ ُ‫ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
5

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi
tenteram”
B. Sikap Keberagamaan pada Orang Dewasa

Pada usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari
makna hidup. Dengan kata lain, orang dewasa sudah memahami nilai-nilai yang
dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Orang
dewasa sudah memiliki identitas yang jelas dan kepribadian yang mantap.

Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan terhadap


kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai berfikir tentang
tanggung jawab sosial moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada masa adolesen anak-
anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang abstrak. Di usia dewasa biasanya
seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang stabil.

kemantapan jiwa orang dewasa ini setidaknya memberikan gambaran tentang


bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa. Mereka sudah memiliki
tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya. Baik yang bersumber dari
ajaran agama maupun yang bersumber dari norma-norma lain dalam kehidupan.
Pemilihan nilai-nilai tersebut telah didasarkan atas pertimbangan pemikiran yang
matang. Berdasarkan hal ini maka sikap keberadaan seseorang di usia dewasa sulit
untuk diubah. jika pun terjadi perubahan mungkin proses itu terjadi setelah
didasarkan atas pertimbangan yang matang. dan sebaliknya, jika seorang dewasa
memiliki nilai yang bersumber dari nilai-nilai non agama itu pun akan
dipertahankannya sebagai pandangan hidupnya dan jika nilai-nilai agama yang
mereka pilih dijadikan pandangan hidup maka sikap keberagamaan akan terlihat pada
dalam pola kehidupan mereka. Sikap keberagaman seorang dewasa cenderung
didasarkan atas pemilihan terhadap ajaran agama yang dapat memberikan kepuasan
batin atas dasar pertimbangan akal sehat. beragama bagi orang dewasa sudah
6

merupakan sikap hidup 2 dan bukan sekedar ikut-ikutan, sejalan dengan tingkat
perkembangan usianya, maka sikap keberagamaan pada orang dewasa antara lain
memiliki ciri sebagai berikut

1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang


matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realistis sehingga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkah ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan lebih luas.
6. bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemampuan
sehingga kemantapan beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran
juga didasarkan atas pertimbangan hati nurani
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antara sikap keberagamaan dengan kehidupan
sosial sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial keagamaan
sudah berkembang..
C. Manusia Usia Lanjut dan Agama
A. Pengertian dewasa

Istilah dewasa berasal dari kata latin yaitu adults yang berarti telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Oleh karena
itu, orang dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersamaan dengan orang dewasa
lainnya. Usia dewasa adalah usia ketenangan
7

jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Masa dewasa menurut konsep Islam
adalah fase dimana seseorang telah memiliki tingkat kesadaran dan kecerdasan
emosional, moral, spiritual dan agama secara mendalam. Saat telah menginjak usia
dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk
apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah

memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.

B. Ciri-ciri Manusia Dewasa

Dilihat dari pandangan psikologis, maka orang yang dewasa memiliki ciri-
ciri kematangan yang mengacu kepada sikap bertanggung jawab. Ciri-ciri pada orang
yang dewasa dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1) Dewasa secara fisik

Dimana organ-organ reproduksi telah berfungsi secara optimal yang ditandai


dengan reproduksi sperma yang baik pada pria dan reproduksi sel telur yang
menandai pada wanita. Selain perkembangan sel-sel otot tubuh yang menandakan
sekaligus yang membedakan pria dan wanita.

2) Dewasa secara psikologis

Ini ditandai dengan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dankonflik-


konflik yang terjadi dalam kehidupan.

3) Dewasa secara sosial ekonomi

Ditampakkan dalam kemampuan seseorang untuk mandiri, membiayai


kebutuhan hidup sendiri dan menangani berbagai hal dengan kemampuan sendiri.
Selain 3 point diatas kedewasaan juga dapat dilihat dari beberapa kemampuan seperti:

 Kemampuan mengenali dan menerima diri sendiri


 Kemampuan menerima keberadaan orang lain
8

 Kemampuan mengarahkan kehidupan dengan orang lain


 Kemampuan berpikir dan bertindak mandiri, menyuruh dan melarang diri
sendiri mengetahui tugas dan tanggung jawabnya, serta mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang benar.
C. Karakteristik Perkembangan pada Fase Dewasa

Setiap kebudayaan memuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai


Status dewasa secara resmi. Masa dewasa dapat dikatakan sebagai masa yang paling
lama dalam rentang hidup. Selama masa yang panjang ini, perubahan fisik dan
psikologis terjadi pada waktu-waktu yang dapat diramalkan yang menimbulkan
masalah-masalah penyesuaian diri, tekanan-tekanan, serta harapan- harapan. Saat
terjadinya perubahan-perubahan fisik dan psikis tertentu, masa dewasa biasanya
dibagi menjadi tiga periode yang menunjuk pada perubahan- perubahan tersebut.

Ketiga periode tersebut adalah Masa dewasa dini, Masa dewasa madya dan
Masa dewasa akhir ( usia lanjut), namun yang menjadi focus

a. Masa dewasa dini (dewasa awal)

Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola- pola
kehidupan baru dan harapan-harapan baru. Periode ini secara umum berusia sekitar
18-25 dan berakhir sekitar 35-40 thun. Dewasa Dini, memiliki ciri-ciri yaitu :

• Psikis : fungsi organ-organ berjalan dengan sempurna dan mengalami masa


produktifitas yang tinggi

• Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang maksimal dan mereka dapat
menggunakan kemampuan ini dalam situasi tertentu dan lebihluas.

• Fungsi psikomotorik :Kemampuan kaki : mampu berjalan dan meloncat secara


maksimal, biasanya atlit yang berprestasi mencapai puncak kejayaannya atau
klimaknya pada usia dewasa muda.
9

• Intelegensi : Kemampuan berfikir lebih realistis dan berfikir jauh kedepan, strategis
dan selalu bersemangat untuk berwawasan luas.

• Emosional : stabilitas emosi masih mengalami naik turun, namun tetap terkontrol
dan cendrung mengarah ketitik ketitik keseimbangan dan bisa mnerima tanggung
jawab.

• Moralitas dan keagamaan : masa dewasa dini selalu memiliki keinginan untuk bisa
mengikuti nilai-nilai norma yang berlaku, begitu pula dengan nilai keagamaan yang
memiliki tempat tersendiri dihati orang dewasa, namun seringkali dewasa muda
belum bisa mengikuti nilai-nilai tersebut secara sempurna.

b. Masa Dewasa Madya ( dewasa tengah)

Usia madya berusia sekitar 35-40 tahun & berakhir sekitar 60 tahun. Masa
tersebut pada akhirnya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun
biasannya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diiringi oleh penurunan daya
ingat. Usia madya merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan
manusia, biasannya usia tersebut dibagi kedalam dua sub bagian, yaitu : Usia madya
dini dari sekitar 35-50 tahun. usia madya

lanjut dari 50-60 tahun. Kemudian perubahan fisik dan psikis menjadi lebih kelihatan.
Ciri-ciri dari masa dewasa madya yaitu :

1. Psikis : fungsi organ-organ berjalan sempurna namun mulai mengalami


gangguan-gangguan, seperti penyakit pada saluran pencernaan dll.
2. Fungsi motorik : memiliki kecepatan respon yang baik, tetapi diakhir usia
dewasa madya kecepatan respon mengalami penurunan.
3. Fungsi psikomotorik : mampu berjalan dan meloncat, diakhir usia madya
kemampuan kaki mulai mengalami keterbatasan.4. Bahasa : keterampilan
berbahasa lebih sopan, agak bijak dan lebih dewasa.
4. Intelegensi : kemampuan berfikir masih realistis.
10

5. Emosional : stabilitas emosi masih sudah seimbang terkontrol.


6. Sosial : masa dewasa madya awal biasannya lebih giat bermasyarakat
7. dan mengenal tetangga.
8. Moralitas dan keberagamaan : sangat menghargai adat istiadat dan daya tarik
kearah religi mulai terlihat apalagi diusia madya akhir.4
D. Perkembangan Keberagamaan pada Orang Dewasa

Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat


proses kematangan dan pengalaman, perkembangan bukan sekedar perubahan
beberapa centimeter tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang
melainkan suatu proses integrasi dan banyak stuktur dan fungsi yang komplek.
Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju
kearah yang lebih maju dan sempurna. Kesadaran beragama meliputi rasa
keagamaan, pengalaman ketuhanan, keimanan, sikap, dan tingkah laku keagamaan,
yang terorganisasi dalam sistem mental dari kepribadian.

Manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena


manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya
yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Hal
semacam ini terjadi pada masyarakat moderen, maupun masyarakat primitif. Dari
segi ilmu jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan jiwa agama pada orang
dewasa bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula
merupakan pertumbuahan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang
didahului oleh suatu proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari.
Perkembangan jiwa agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan
konversi Agama.

Dalam rangka menuju kematangan beragama terdapat beberapa hambatan.


Karena tingkat kematangan beragama juga merupakan suatu perkembangan individu,
11

hal itu memerlukan waktu, sebab perkembangan kepada kematangan beragama tidak
terjadi secara tiba-tiba.

E. karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa

Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung
dari perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering
dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu
perkembangan di tentukan oleh tingkat usia.Sikap keberagamaan orang dewasa
memiliki perspektif yang luas didasarkan atas nilai- nilai yang dipilihnya. Selain itu
sikap keberagamaan ini umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan
perluasan pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan. Kestabilan
dalam pandangan hidup beragama dan tingkah laku keagamaan seseorang, bukanlah
bukan lagi pada kesetabilan yang statis, melainkan kestabilan yang dinamis, di mana
pada suatu ketika ia mengenal juga adanya perubahan-perubahan. Adanya perubahan
itu terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan
mungkin karena kondisi yang ada. Sejalan dengan tingkat perkembangan usiannya,
maka sikap keberagamaan pada orang dewasa memiliki ciri-ciri :

1) Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang


matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2) Cenderung bersifat realistis (nyata), sehingga norma-norma agama lebih
banyak diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3) Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4) Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab
diri hingga sikap keberagamaan merupakan realis (nyata) dari sikap hidup.
12

D. Perlakuan terhadap Usia Lanjut Menurut Islam

Manusia usia lanjut dalam peni- laian banyak orang adalah manusia yang
sudah tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun, sehingga dalam
kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap untuk menggerogoti mereka.
Dengan demikian di usia lanjut ini ter- kadang muncul semacam pemikiran bahwa
mereka berada pada sisa-sisa umur dan hanya menunggu kematian saja. Dengan
begitu pula, terkadang muncul gejolak batin yang sulit untuk diatasi oleh mereka
sendiri. Jika tidak dapat di atasi, bukan tidak mungkin akan muncul teka- nan batin
dan gangguan jiwa lainnya se- perti stress, putus asa, dan pada akhirnya mereka
akan mengasingkan diri sebagai wujud dari rasa rendah diri.
Dalam kondisi sebagaimana di atas, menurut Jalaluddin (2010) agama dapat
difungsikan dan diperankan sebagai penyelamat. Sebab, melalui pengamalan ajaran
agama, lansia merasa memperoleh tempat bergantung. Menurut ajaran agama,
perlakuan terhadap lansia harus dilakukan dengan seteliti dan setelaten mungkin.

Perawatan terhadap lansia sejati- nya dilakukan oleh anak-anak, bukan ke- pada
badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Perlakukan terhadap orang- tua
menurut tuntunan Islam, berawal dari rumah tangga. Allah menyebutkan pe-
meliharaan secara khusus orangtua yang telah lanjut usia dengan memerintahkan
kepada anak-anak mereka untuk mem- perlakukan anak-anak mereka dengan
penuh kasih sayang. Sebagaimana firman Allah, yang artinya:

“Jika salah seorang di antara kedua atau kedua-duanya sampai berumur


lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia”(QS. Al-Isra’: 23)

Thoha Abdullah Al-Afifi (1987) ketika menafsirkan kata “uff”dalam ayat


di atas mengatakan bahwa perkataan itu biasanya diucapkan bagi sesuatu yang
13

ditolak. Menurutnya, jika ada perkataan yang lebih buruk dari kata uff itu tentulah
Allah akan menyebutkannya. Oleh karena itu, perkataan uff untuk kedua orang tua
adalah perkataan yang paling buruk.
Al-Qur’an telah memberikan tun- tunan kepada umat manusia bagaimana
seharusnya mereka memperlakukan orangtua, sebagaimana firman-Nya, yang
artinya:

“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh


kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka berdua,
sebagaimana mereka berdua telah mengasihi dan mendidikku sejak aku
masih kecil” (QS. Al-Isra’: 24)

Menurut ibnu Jarir dan Ibnu Munzir yang dimaksud dengan rendahkanlah
dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan adalah tunduk kepada
kedua orangtua sebagaimana tunduknya kepada tuannya yang bengis dan keras.
Pengertian ini memberikan kiasan bagai- mana seharusnya seorang anak bersikap di
hadapan orangtua (Thoha Abdullah Al- Afifi; 1987).
Sebagai gambaran tentang hal itu adalah pernyataan Aisyah ra tentang
bagaimana perilaku anak kepada orang- tua, adalah dialog Rasulullah dengan
seorang laki-laki. Rasulullah bertanya: “siapakah yang bersamamu?” Laki-laki itu
menjawab: “ayahku”. Beliau berkata: “jangan berjalan di depannya dan jangan
duduk sebelum dia, jangan memanggilnya dengan namanya dan jangan berbuat
sesuatu yang menyebabkan orang lain memakinya”.
Perlakuan kepada orangtua de- ngan baik dikaitkan sebagai kewajiban
agama. Menurut Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:

“Barang siapa membuat ridha kedua orangtuanya di waktu pagi dan sore,
maka iapun mendapat dua pintu surga yang terbuka, dan jika membuat
ridha salah satu di antaranya, maka akan terbuka satu pintu surga.
14

Barangsiapa pada waktu pagi dan sore membuat amarah


orangtuanya, maka ia akanmendapat dua pintu neraka yang terbuka,
dan jika ia membuat marah salah satunya, maka tebuka satu pintu
neraka untuknya”.

Dalam subuah hadits yang sangat populer dinyatakan oleh Rasulullah,


seba- gaimana sabdanya: “Ridha Allah tergan- tung kepada ridha orangtunya dan
kemur- kaan Allah tergantung kepada kemurkaan orangtuanya”
Islam mengajarkan bahwa dalam perkembangannya, manusia mengalami
penurunan kemampuan sejalan dengan pertambahan usia mereka. Sebagaimana
firman-Nya:

“Barangsiapa kami panjangkan umurnya niscaya kami kembalikan ia kepada


kejadian (nya), maka apakah mereka tidak memikirkannya” (QS.

36: 68).

Dari penjelasan di atas tergambar bagaimana perlakukan terhadap manusia


lanjut usia menurut Islam. Lansia di- pandang tak ubahnya seorang bayi yang
memerlukan pemeliharaan dan perawatan serta perhatian khusus dengan penuh
kasih sayang. Perlakuan yang demikian itu tidak dapat diwakilkan kepada
siapapun, melainkan menjadi tanggung jawab anak- anak mereka. Perlakuan yang
baik dan penuh kesabaran serta kasih sayang dinilai sebagai kebaikan. Sebaliknya,
per- lakuan tercela dinilai sebagai sebuah ke- durhakaan.

Penjelasan ini menunjukkan bah- wa perlakuan terhadap manusia usia lanjut


menurut Islam merupakan kewajiban agama, maka sangat tercela dan dipan- dang
durhaka apabila seorang anak tega menempatkan orangtuanya di tempat pe-
nampungan atau panti jompo. Alasan apa- pun tidak bisa diterima bagi perlakuan
seperti itu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan psikologi (jiwa) keagamaan berangsur-angsur mulai semakin


membutuhkan hal-hal yang akhirnya mempengaruhi dari sifat dan sikap keagamaan
pada usia dewasa dan usia lanjut. Hal-hal tersebut tidak lepas dari ciri-ciri usia
dewasa dan sikap keagamaan orang dewasa. Sehingga perkembangan keagamaan
tersebut juga berfariasi sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kemudian dari perkembangan jiwa agama pada usia dewasa juga nantinya akan
mempengaruhi terhadap karakteristik keagamaan pada usia lanjut. Oleh karena itu,
sikap keagamaan pada usia dewasa juga tidak jauh beda dengan apa yang dialami
pada usia remaja. Dengan demikian, perkembangan psikologi agama pada usia
dewasa dan usia lanjut saling behubungan dan saling terkait satu sama lain.

B. Saran

Segala kekurangan tentunya terdapat dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kepada teman-teman koreksi dan sarannya terhadap makalah ini.
Harapan kami semoga dengan adanya koreksi dan saran dari teman-teman,
kedepannya makalah kami lebih baik dan lebih bermanfaat. Amin yaa Robbal
‘Aalamin.

15
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin, dkk, Psikologi Agama dalam Perspektif Islam, Malang: UIN-Malang

Prof Dr.H.Jalaluddin, 2019, Psikologi Agama PT Rajagrafindo persada, Depok.

https://media.neliti.com/media/publications/324464-perkembangan-jiwa-
keberagamaan-pada-oran-1cc1fc39.pdf

Anda mungkin juga menyukai