Dosen Pengampu :
Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I.
Oleh :
Lailatus Syarifah
(D91219119)
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat
dan hidayahnya, sehingga kita dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Sholawat serta salam tak lupa saya curahkan kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita umat islam dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yakni Addinul Islam.
Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I. yang
telah memberikan materi dengan judul “Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada
Orang Dewasa Dan Usia Lanjut”, karena dengan disusunnya makalah ini saya
dapat mendalami tentang materi yang diberikan, tak lupa saya sampaikan terima
kasih juga kepada berbagai pihak yang telah menjadi sumber wawasan
pengetahuan kami.
Saya selaku penyusun makalah ini menyadari akan kesalahan baik dalam
penulisan maupun tatanan bahasa, dengan senang hati menerima saran dan
kritikan pembaca untuk menyempurnakan makalah saya. Semoga dengan
tersusunnya makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Lailatus Syarifah
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah.....................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
Kesimpulan............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna jika
dibandingkan dengan ciptaan Allah SWT. Yang lainnya. Kesempurnaan
tersebut dapat dilihat dari berbagai sisi diantaranya manusia adalah makhluk
yang eksploratif dan potensial. Dikatakan eksploratif karena manusia
memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun
psikis. Manusia disebut juga makhluk potensial karena pada diri manusia
tersimpan sejumlah kemampuan bawaan seperti potensi akal (pikiran),
potensi qolb (hati) dan potensi nafsu yang menghiasi kehidupan.
Sedangkan agama adalah bentuk pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus dipatuhi. Kekuatan
ghaib itu menguasai manusia dan mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia. Agama dapat juga berarti ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan
melalui perantara Nabi dan Rasul.
Jiwa keagamaan yang termasuk kedalam aspek rohani akan sangat
tergantung pada perkembangan aspek fisik. Demikian pula sebaliknya. Oleh
karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan mempengaruhi
kesehatan mental.
Dari uraian diatas, menarik bagi kami untuk membahas perihal
Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Orang Dewasa dan Usia Lanjut dan
dalam pengambilan judul makalah ini, kami bermaksud untuk memberikan
sedikit informasi mengenai perkembangan jiwa keagamaan kepada para
pembaca agar dapat mengetahui dan mengerti tentang materi yang saya
sampaikan ini. Sehingga pembaca dapat mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas penyusundengan ini
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja macam-macam kebutuhan?
2. Bagaimana sikap keberagamaan pada orang dewasa?
3. Bagaimana perlakuan terhadap usia lanjut?
C. Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas, penyusun membuat tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk menganalisis macam-macam kebutuhan.
2. Untuk memperjelas sikap keberagamaan pada orang dewasa.
3. Untuk menegaskan tentang perlakuan terhadap usia lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
3
5) Seks merupakan kebutuhan seks sebagai salah satu kebutuhann yang
timbul dari dorongan mempertahankan jenis. Sigmund Freud
menganggap kebutuhan ini sebagai kebutuhan vital manusia. Terutama
pada masa remaja kebutuhan ini demikian menonjolnya sehingga sering
mendatangkan pengaruh- pengaruh negative.1
b. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan sosial manusia tidak disebabkan pengaruh yang
datang dari luar (stimulus), seperti layaknya pada binatang. Kebutuhan
pada manusia berbentuk nilai. Jadi, kebutuhan itu bukan sematamata
kebutuhan biologis melainkan juga kebutuhan rohaniah. Bentuk
kebutuhan ini menurut Guilford terdiri dari:
1) Pujaan dan binaan Setiap manusia normmal membutuhkan pujian dan
hinaan. Kedua unsur ini menurut Guilford merupakan faktor yang
menentuka dalam pembentukan sistem moral manusia. Pujian
merangsang manusia untuk mengejar prestasi dan kedudukann yang
terpuji sedangkan hinaan menyadari manusia dari kekeliruan dan
pelanggaran terhadap etika sosial.
2) Kekuasaan dan mengalah Alferd Adler mengatakan, bahwa secara
naluriah manusia itu ingin berkuasa dan Nietrzche menyebutkan sebagai
motif primer dalam kehidupan manusia. Sedangkan Guilford berpendapat
bahwa kebutuhan kekuasaann dan mengalah ini tercermin dari adannya
perjuangan manusia yang tak henti- hentinya dalam kehidupan.
3) Pergaulan Kebutuhan yang mendodrong manusia untuk hidup dan
bergaul sebagai homo-socius (makhluk bermasyarakat) dan ZonPoliticon
(makhluk yang berorganisasi).
4) Imitasi dan simpati Kebutuhan manusia dalam pergaulannya yang
tercermin dalam bentuk meniru dan mengadakan respon emosional.
Tindakan tersebut menurutnya adalah sebagai akibat adanya kebutuhan
akan imitasi dan simpati.
1
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012. Hal. 86
4
5) Perhatian Kebutuhan akan perhatian merupakan salah satu kebutuhan
sosial yang terdapat pada setiap individu. Besar kecilnya perhatian
masyarakat terhadap seseorang akan mempengaruhi sikapnya. Hal ini
akan tampak dalam kehidupan sehari- hari.
5
Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari kekuatan
yang dapatmelindungi dan membimbingnya disaat- saat yang gawat.
Insan primitif telah menemukann apa yang dicarinya pada gejala alam itu
sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejalagejala alam tadi
diselaraskan dengan jalan kehidupanya dengan demikian timbullah
penyembahan terhadap api, matahari, bulan dan bendabenda lainnya dari
gejalagejala alam tersebut. Menurut Robert Nuttin, dorongan beragama
merupakan salah- satu dorongan yang bekerja pada diri manusia
sebagaimana dorongan- dorongan lainnya, seperti: makan, minum,
intelek, dan lain sebagainya.
6
Masa dewasa merupakan kelanjutan dari masa remaja dan pada
periode ini biasanya manusia sudah mapan secara psikologis. Dari segi
perkembangan jiwa keagamaan pada usia ini belum banyak diungkapkan
oleh para ahli, pada umumnya yang banyak dibahas secara fisik dalam
bentuk pertumbuhan sudah berakhir pada masa ini dan umumnya mereka
sudah meninggalkan bangku pendidikan menengah.4
b. Masa Dewasa Madya Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur 40
sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social anatara lain:
masa dewasa madya merupakan masa transisi, di mana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya memasuki
suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmanai dan perilaku yang
baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan pada masa
sebelumnya, dan kadangkadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan social. 7
4
HayatiNizar, Psikologi agama, Padang : IAIN IB Pres, 2003. Hal. 66
5
Elizabeth B. Hurlock. Psikologi Perkembangan, Jakarta : Erlangga, 1980. Hal. 51
6
HeniNarendranyHidayati, Psikologi Agama, Jakarat : UIN Jakarta Press, 2007. Hal. 133
7
HeniNarendranyHidayati, Psikologi Agama, Jakarat : UIN Jakarta Press, 2007. Hal. 133
7
c. Masa Usia Lanjut Periode selama usia lanjut, ketika kemunduran fisik dan
mental terjadi secara perlahan-lahan dan bertahap dikenal sebagai
“senescence” yaitu masa proses menjadi tua. Usia lanjut adalah periode
penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatuperiode di mana seorang
telah beranjak jauh dari pada periode terdahulu. Masa ini dimulai dari umur
60 sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik
dan psikologis yang semakin menurun.
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa dewasa itu terbagi atas tiga
bagian, yaitu masa dewasa awal, madya dan masa usia lanjut yang
masingmasaing terdapat kisaran umur yang berbeda-beda. Kematangan jiwa
orang dewasa setidaknya memberikan gambaran tentang
bagaimanasikapkeberagamaan orang dewasa. Mereka telah meiliki
tanggungjawab terhadap system nilai yang dipilihnya, baik system nilai
yang bersumber dari ajaran agama maupun bersumber dari norma norma
lain dalam kehidupan dan pemilihan nilai tersebut telah didasarkan kepada
pertimbangan pemikiran yang matang.8
8
Usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian
yang stabil. Stabilisasi sifat-sifat kepribadian antara lain terlihat dari cara
bertindak dan bertingkah laku yang agak bersifat tetap (tidak berubahubah).
Sebaliknya, jika seorang dewasa memilih nilai yang bersumber dari nilai-
nilai non-agama, itupun akan dipertahankannya sebagai pandangan
hidupnya. Kemungkinan ini akan memberi peluang bagi munculnya
kecendrungan sikap yang antiagama, bila menurut akal sehat (common
sense), terdapat kelemahankelemahan tertentu dalam ajaran agama yang
dipahaminya.
9
a. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
11
Bambang Syamsul Arifin. Psikologi Agama. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hal. 118
12
Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta : Kalam Mulia, 2002. Hal. 69
10
disebut “kesadaran beragama” sebagai hasil peranan fungsi kejiwaan
terutama motivasi, emosi, dan intelegensi.13
13
Abdul Aziz Ahyadi. Psikologi Agama. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2005. Hal. 49
11
Perlakuan terhadap manusia lanjut usia dianjurkan seteliti dan
setelaten mungkin. Perlakuan terhadap orang tua dibebankan kepada anak-
anak mereka, bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo.
Perlakuan terhadap orang tua menurut Islam berawal dari rumah tangga.
Allah mennyebutkan pemeliharaan secara khusus orang tua yang sudah
lanjut usia dengan memerintahkan kepada anak-anak mereka untuk
memperlakukan kedua orang tua mereka dengan kasih sayang. Firman Allah
dalam surah Al-Israa ayat 23 yang artinya :
14
Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012. Hal 110
12
BAB III
KESIMPULAN
15
kehidupan dan pemilihan nilai tersebut telah didasarkan kepada pertimbangan
pemikiran yang matang.
Perlakuan terhadap manusia lanjut usia dianjurkan seteliti dan setelaten
mungkin. Perlakuan terhadap orang tua dibebankan kepada anak-anak mereka,
bukan kepada badan atau panti asuhan, termasuk panti jompo. Perlakuan terhadap
orang tua menurut Islam berawal dari rumah tangga. Allah mennyebutkan
pemeliharaan secara khusus orang tua yang sudah lanjut usia dengan
memerintahkan kepada anak-anak mereka untuk memperlakukan kedua orang tua
mereka dengan kasih sayang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Aziz Ahyadi. Psikologi Agama. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2005.
Heni Narendrany Hidayati. Psikologi Agama. Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007.
17