Anda di halaman 1dari 13

INDIKATOR KEMATANGAN BERAGAMA DAN

MANIFESTASINYA DALAM PERILAKU KEBERAGAMAN

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu : Drs. H. Joko Sarjono, MSI

Disusun Oleh :

Abidzar Al Ghifari X.03/20.21/K/02.1960


Selvia Meidiana X.03/20.21/K/02.1964
Ghodatul Adila 2230022462
Yumnaa Fathimah A. 2230022480
Handrini 2230022350

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM SURAKARTA
2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhaanahu wa Ta’aala,


karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Indikator Kematangan Beragama dan
Manifestasinya dalam Perilaku Keberagaman” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah untuk melatih kami agar mampu
menyusun karya ilmiah secara benar dan cermat, sehingga menjadi semakin menarik dan
mudah untuk dicerna oleh pembacanya, serta untuk memenuhi tugas kami pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan dengan dosen pengampu Bapak Drs. H. Joko Sarjono, MSI. Selain itu
juga untuk menambah wawasan bagi para pembaca serta penulis.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung dan
ikut berkontribusi dalam proses penulisan makalah ini, baik berupa sumbangan ide dan gagasan
maupun materi.

Dalam proses penyusunan makalah ini pun, tentu penulis berusaha untuk dapat
menyusun Makalah ini dengan baik dan benar, namun penulis juga menyadari bahwa sebagai
manusia biasa, penulis memiliki keterbatasan dan tidak luput dari kekeliruan. Oleh karena itu
jika didapati adanya kekeliruan baik dari segi penulisan, maupun dari segi isi makalah, maka
penulis memohon maaf dan mengharap kritik serta saran yang membangun dari dosen
pengampu maupun seluruh pembaca, dengan harapan dapat menjadi koreksi bagi penulis untuk
dapat menyempurnakan makalah ini dan juga dalam rangka menambah pengetahuan bersama.

Surakarta, 30 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN .................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

C. Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3

A. Pengertian Kematangan Beragama ........................................................................... 3

B. Indikator dan Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Beragama ......................... 3

B. Karakteristik Kematangan Beragama ....................................................................... 5

C. Manifestasi Kematangan Beragama dalam Perilaku Keberagaman ........................ 5

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 8

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 8

B. Kritik dan Saran ......................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang kematangan beragama erat kaitannya dengan kematangan
usia manusia. Perkembangan keagamaan seseorang untuk sampai pada tingkat
kematangan beragama dibutuhkan proses yang panjang. Proses tersebut, boleh jadi
karena melalui proses konversi agama pada diri seseorang atau karena berbarengan
dengan kematangan kepribadiannya. Sebagai hasil dari konversi, seringkali seseorang
menemukan dirinya mempunyai pemahaman yang baik akan kemantapan
keagamaannya hingga ia dewasa atau matang beragama. Demikian halnya dengan
perkembangan kepribadian seseorang, apabila telah sampai pada suatu tingkat
kedewasaan, maka akan ditandai dengan kematangan jasmani dan rohani. Pada saat
inilah seseorang sudah memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap dan kuat terhadap
pandangan hidup atau agama yang harus dipegangnya. Manusia mengalami dua macam
perkembangan, yaitu perkembangan jasmani dan perkembangan rohani. Perkembangan
jasmani diukur berdasarkan umur kronologis. Puncak perkembangan jasmani yang
dicapai manusia disebut kedewasaan. Sebaliknya, perkembangan rohani diukur
berdasarkan tingkat kemampuan (abilitas). Pencapaian tingkat abilitas tertentu bagi
perkembangan rohani disebut istilah kematangan beragama.
Kedewasaan jasmani belum tentu berkembang setara dengan kematangan
rohani. Secara normal, memang seseorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan
akan memiliki pula kematangan rohani seperti kematangan berpikir, kematangan
kepribadian maupun kematangan emosi. Tetapi perimbangan antara kedewasaan
jasmani dan kematangan rohani ini adakalanya tidak berjalan sejajar. Secara fisik
(jasmani) seseorang mungkin sudah dewasa, tetapi secara rohani ia ternyata belum
matang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kematangan beragama?
2. Apa saja indikator dan faktor dalam kematangan beragama?
3. Apa saja karakteristik kematangan beragama?

iv
4. Bagaimana manifestasi kematangan beragama dalam perilaku keberagaman?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui definisi kematangan beragama.
2. Dapat mengetahui indikator dan faktor dalam kematangan beragama.
3. Dapat mengetahui karakteristik kematangan beragama.
4. Dapat mengetahui manifestasi kematangan beragama dalam perilaku keberagaman.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kematangan Beragama


Kematangan beragama yang dimiliki oleh setiap manusia, merupakan perilaku
yang baik yang diperlihatkan dalam kehidupan sehari-hari dan akan dirasakan oleh orang-
orang sekitarnya. Apabila dari anggota masyarakat berperilaku baik, kehidupan pada
masyarakat tersebut akan menjadi damai dan sejuk.
Kematangan atau kedewasaan seorang dalam beragama biasanya diperlihatkan
dengan kesadaran dan keyakinan yang kuat dan teguh karena menganggap benar akan
agama yang dianutnya dan dia memerlukan agama dalam hidupnya. Seseorang yang
matang dalam beragama bukan saja memegang teguh pemahaman keagamaan yang
dianutnya dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab,
melainkan dibarengi juga dengan pengetahuan keagamaan yang cukup mendalam. Jika
kematangan beragama telah ada pada diri seseorang, segala perbuatan dan tingkah laku
keagamaannya senantiasa dipertimbangkan betul-betul dan dibina atas rasa tanggung
jawab.1
Jadi, kematangan beragama dapat dipahami sebagai watak keberagamaan yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman hidup seseorang yang terkumpulkan kedalam
pola sikap dan perilaku sehari-hari.

B. Indikator dan Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Beragama


1. Indikator Kematangan Beragama
Kematangan perilaku beragama meliputi 3 aspek, yaitu : pikiran, perasaan dan
tindakan. Setiap aspek dari kematangan perilaku beragama terdiri dari beberapa
indikator, berikut uraiannya :
a. Aspek pikiran, indikatornya meliputi : pemahaman prinsip dasar agama, kesadaran
atas keterbatasan dalam ilmu agama dan keimanan.
b. Aspek perasaan, indikatornya meliputi : motivasi beragama, syukur, sabar,
perasaan dekat dengan Tuhan, dan toleran.

1
Sururin, “Ilmu Jiwa Agama”, Jakarta : Rajawali Press, 2004, hlm. 90-91.

6
c. Aspek tindakan, indikatornya meliputi : praktek ibadah dan kepedulian.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kematangan Beragama.
Menurut Dr. Singgih D. Gunarsa faktor yang mempengaruhi kematangan
beragama sama dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi seseorang,
kematangan beragama seseorang juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal
dan eksternal.
1. Faktor internal.
Faktor Internal yaitu sesuatu yang berasal dari seseorang tersebut.
Faktor internal yang dapat mempengaruhi perkembanagan kematangan beragama
seseorang antara lain :
a. Kondisi fisik.
b. Koordinasi motorik.
c. Kemampuan mental yang meliputi kecerdasan.
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yaitu sesuatu yang berasal dari lingkungan seseorang
tersebut. Mulai dari lingkungan keluarga sampai dengan lingkungan dimana
seseorang tersebut hidup sehingga membentuk karakter. Selain itu ada faktor lain
yang juga mempengaruhi perkembangan kepribadian seseorang yaitu kebudayaan
tempat dimana seseorang itu dibesarkan. Kebudayaan turut mempengaruhi
pembentukan pola tingkah laku serta berperan dalam pembentukan kepribadian.
Kebudayaan yang menekankan pada norma yang didasarkan kepada nilai-nilai luhur
seperti kejujuran, loyalitas, kerja sama bagaimanapun akan memberi pengaruh
dalam pembentukan pola dan sikap yang merupakan unsur dalam kepribadian
seseorang.
Dalam kehidupan normal seorang yang sudah mencapai tingkat kedewasaan
akan memiliki pola kematangan rohani seperti kematangan berpikir, kematangan
kepribadian, kematangan emosi ataupun kematangan beragama. Tetapi dalam
praktek yang terjadi adakalanya antara kedewasaan jasmani dan kematangan rohani
ini tidak berjalan sejajar. Secara fisik (jasmani) seseorang mungkin sudah dewasa,
tetapi secara rohani ia ternyata belum matang.
Selain itu dalam kehidupan tidak jarang dijumpai seseorang yang taat
beragama dilatar belakangi oleh berbagai pengalaman agama serta tipe kepribadian
masing-masing. Kondisi seperti ini mempengaruhi sikap keagamaan seseorang.
Dengan demikian pengaruh tersebut secara umum memberi ciri-ciri tersendiri dalam

7
sikap keberagamaan masing-masing. Selanjutnya yang termasuk pengaruh faktor
eksternal yaitu lingkungan, lingkungan di sini bisa meliputi lingkungan keluarga dan
sekolah.

C. Karakteristik Kematangan Beragama


Adapun beberapa karakteristik dari kematangan beragama, yaitu:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, bukan
sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak diaplikasikan
dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha untuk
mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung jawab diri
hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.2

Dalam bukunya The Varieties Of Religious Experience, William James menilai


secara garis besar sikap dan prilaku keagamaan itu dapat dikelompokkan menjadi dua tipe,
yaitu tipe orang yang sakit jiwa dan tipe orang yang sehat jiwa. Kedua tipe ini
menunjukkan perilaku dan sikap keagamaan berbeda.3

D. Manifestasi Kematangan Beragama dalam Perilaku Keberagaman


Dalam pandangan Islam, manusia dilahirkan dengan diberikan potensi
keberagamaan (fitrah) . seiring dengan pertumbuhan fisik dan psikis (mental) yang dialami
oleh setiap orang fase ke fase, maka perkembangan tingkat keberagamaanya pun berbeda-
beda. Selain itu, perbedaan keberagamaan dalam beragama juga berawal dari perbedaan
kedudukan dan derajat mempengaruhi pula kehidupan sosial, ekonomi, dan politik mereka.
Dalam manifestasinya perilaku keberagamaan diukur dari aspek aqidah, ibadah
dan akhlaknya. Tetapi, karena aqidah merupakan hal yang bersifat abstrak dan
penelusurannya sangat sulit melalui indra, maka pengukuran tingkat keberagamaan
seseorang dapat ditelusuri melalui rutinitas pelaksanaan ibadahnya dan penampilannya
melalui akhlaknya.

2
Jalaludin, ”Psikologi Agama”, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 107-108.
3
Ibid, hlm. 127.

8
1. Manifestasi kematangan beragama secara individu
a) Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan.
Ajaran dalam agama memiliki nilai-nilai bagi kehidupan manusia. Nilai
nilai inilah yang dijadikan sebagai acuan dan sekaligus sebagai petunjuk bagi
manusia. Firman Allah yang artinya “kitab (Al-Qur’an) tidak ada keraguan
padanya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa”. (Qs. Al-Baqarah: 2)
Agama menjadi kerangka acuan dalam berfikir, bersikap, dan berperilaku
agar sejalan dengan keyakinan yang dianutnya. McQuire memposisikan sistem
nilai yang berdasarkan agama dapat memberi pedoman bagi individu dan
masyarakat. Sistem nilai tersebut dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam
kehidupan individu dan masyarakat.
b) Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi
Manusia mempunyai kebutuhan dalam kehidupan ini, mulai dari kebutuhan
fisik seperti; makanan, ketenteraman, istrirahat, dan seksual, sampai kebutuhan
psikis seperti; keamanan batin, ketenteraman batin, persahabatan, penghargaan,
dan kasih sayang. Pengamatan psikologis menunjukkan bahwa keadaan frustasi itu
dapat menimbulkan tingkah laku keagamaan. Orang yang mengalami frustasi tidak
jarang bertingkah laku religius atau keagamaan untuk mengatasi frustasinya.
c) Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan
Ketakutan yang dimaksud dalam kaitannya dengan agama adalah bahwa
agama dianut sebagai sarana untuk mengatasinya, fokusnya pada ketakutan yang
tidak ada objek. Kita sering menemukan ketika seseorang medapatkan musibah
maka ibadahnya semakin meningkat karena meminta kepada Allah Ta’ala supaya
masalah yang dihadapinya segera selesai. Fungsi agama adalah untuk menemukan
jalan keluar atau ketenangan dalam menghadapi masalah tersebut.
d) Agama sebagai sarana untuk memuaskan keingintahuan
Agama mampu memberi jawaban atas kesadaran intelektual kognitif,
sejauh kesukaran itu diresapi oleh keinginan eksistensial dan psikologi, yaitu oleh
keinginan dan kebutuhan manusia akan orientasi dalam kehidupan, agar dapat
menempatkan diri secara berarti dan bermakna di tengah-tengah alam semesta ini.
Manusia tidak mampu menjawab pertanyaan yang sangat mendasar dalam
kehidupan tanpa agama, yaitu dari mana manusia datang, apa tujuan manusia hidup

9
di dunia, dan mengapa manusia ada dan ke mana manusia kembalinya setelah
mati.4

2. Manifestasi kematangan beragama secara kelompok (bermasyarakat).


a) Berfungsi edukatif
Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyeluruh dan melarang. Kedua
unsur suruhan dan larangan ini mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan
agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut
ajaran agama masing-masing.
b) Berfungsi penyelamat
Keselamatan yang meliputi bidang secara luas adalah keselamatan yang
diajarkan oleh agama. Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada
penganutnya adalah keselamatan yang meliputi dua alam yaitu: dunia dan akhirat.
Agama mengajarkan para penganutnya untuk mengenal terhadap sesuatu bersifat
sakral yang disebut supranatural.
c) Berfungsi sebagai perdamaian
Seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin
melalui tuntutan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang
dari batinnya apabila seseorang yang bersalah telah menebus dosanya melalui
taubat, pensucian jiwa, atau pun penebusan dosa.
d) Berfungsi sebagai sosial control
Ajaran agama oleh penganutnya dianggap sebagai norma-norma dalam
kehidupan, sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawas, baik
secara individu maupun secara kelompok, karena secara instansi, agama
merupakan norma yang harus dipatuhi oleh para pengikutnya.
e) Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
Para penganut agama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan
dalam satu-kesatuan pada iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan
menimbulkan rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan
kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Rasa persaudaraan
(solidaritas) itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.5

4
Mar’atus Sholihah, ”Kedewasaan Beragama Pada Anak Usia Dasar”, Jurnal Falasifa, Vol. 6 No. 1, 2018,
hlm. 103-104.
5
Ramayulis, ”Psikologi Agamar”, Jakarta : Radar Jaya, 2007, hlm. 227-233.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kematangan atau kedewasaan seorang dalam beragama biasanya diperlihatkan
dengan kesadaran dan keyakinan yang kuat dan teguh karena menganggap benar akan
agama yang dianutnya dan dia memerlukan agama dalam hidupnya. Seseorang yang
matang dalam beragama bukan saja memegang teguh pemahaman keagamaan yang
dianutnya dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh tanggung jawab,
melainkan dibarengi dengan pengetahuan keagamaan yang cukup mendalam. Dan
begitu juga kriteria kematangan beragama diantaranya: Bersikap positif terhadap ajaran
dan norma-norma agama, dan berusaha untuk mempelajari dan memperdalam
pemahaman keagamaan, Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan
tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup,
Bersikap lebih terbuaka dan wawasan yang lebih luas. Dalam manifestasinya perilaku
keberagamaan diukur dari aspek aqidah, ibadah dan akhlaknya. Tetapi, karena aqidah
merupakan hal yang bersifat abstrak dan penelusurannya sangat sulit melalui indra,
maka pengukuran tingkat keberagamaan seseorang dapat ditelusuri melalui rutinitas
pelaksanaan ibadahnya dan penampilannya melalui akhlaknya.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan juga bahwa kematangan beragama
mempunyai peranan yang amat penting dalam keberagaman di masyarakat. Sebaik
apapun komponen pendukung dalam bermasyarakat, jika tidak di sertai dengan
kematangan dalam beragama terutama secara individu maka akan berdampak besar
pada proses membentuk kerukunan di lingkungan sekitar.

B. Kritik dan Saran


Demikian pembahasan mengenai materi tentang Indikator Kematangan
Beragama dan Manifestasinya dalam Perilaku Keberagaman, Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan
kritik yang membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga kekurangan pada makalah ini tidak mengurangi nilai-nilai dan manfaat untuk

11
mempelajari materi tentang Psikologi Agama bagi para pembaca terkhusus bagi
penulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

Casim, Abdurrahman dkk. (2019).”Analisis Skala Kematangan Perilaku Beragama pada


Siswa Sekolah Menengah Pertama Berasrama”. Jurnal of Innovative Counseling :
Theory, Practice & Research. Vol. 3 No. 1.

Jalaludin. (2007). “Psikologi Agama”. Jakarta : PT. Raja Grafindo.

Ramayulis. (2007). “Psikologi Agama”. Jakarta : Radar Jaya.

Sholihah, Mar’atus. (2018). “Kedewasaan Beragama Pada Anak Usia Dasar”. Jurnal Falasifa.
Vol. 6 No. 1.

Sururin. (2004). “Ilmu Jiwa Agama”. Jakarta : Rajawali Press.

13

Anda mungkin juga menyukai