Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN KEBERAGAMAAN INDIVIDU PADA USIA 30-50

TAHUN

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama
Dosen Pengampu: Andri Sungkowo, M.Pd.I

Disusun oleh :
Wahyu Eka Nur Tati (2117053)
Sari Restu Pamuji (2117070)

KELAS/SEMESTER: D/IV (EMPAT)


PROGEAM STUDI S-1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLOTUL ULAMA (STAINU)


TEMANGGUNG

i
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabil ‘alamin, puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas kelompok yang berjudul
“Perkembangan Keberagamaan Individu Pada Usia 30-50 Tahun” tanpa suatu
halangan apapun.
Terima kasih penyusun ucapkan kepada Bapak Andri Sungkowo, M.Pd. I
selaku dosen mata kuliah Administrasi Pendidikan, yang telah memberikan
pengarahaan dan bimbingannya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Dan tak
lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
terselesainya tugas ini. Penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Sekalipun demikian tak ada gading yang tak retak, begitu pula Peta
Konsep ini jauh dari kesempurnaan, dalam Peta Konsep ini masih banyak terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca
senantiasa penyusun harapkan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Banjarnegara, 20 Februari 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………….. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………... 1
C. Tujuan Masalah…………………………………………………………... 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………….. 2
A. Pengertian Dewasa Dan Ciri-Ciri Kedewasaan………………………….. 2
B. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa…………………. 3
C. Masalah-Masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa…………………... 4
D. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa……………………………… 4
BAB III KESIMPULAN……………………………………………………….. 6
A. Kesimpulan………………………………………………………………. 6
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...…. 7

iii
BAB I
PENDAHULULAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan berakhirnya masa remaja, maka berakhir pulalah kegoncangan
kegoncangan jiwa yang menyertai pertumbuhan remaja itu. Yang berarti bahwa
orang yang telah melewati usia remaja, mempunyai ketentraman jiwa,
ketetapan hati dan kepercayaan yang tegas, baik dalam bentuk positif, maupun
negatif.Kendatipun demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari, masih
banyak orang yang merasakan kegoncangan jiwa pada usia dewasa. Bahkan
perubahan-perubahan kepercayaan dan keyakinan kadang-kadang masih terjadi
saja. Keadaan dan kejadian-kejadian itu, sangat menarik perhatian ahli agama,
sehingga mereka berusaha terus-menerus mengajak orang untuk beriman
kepada Allah dan berusaha memberikan pengertian-pengertian tentang agama.
Menurut H. Carl Witherington, diperiode adolesen ini pemilihan
terhadap kehidupan mendapat perhatian yang tegas. Sekarang mereka mulai
berfikir tentang tanggung jawab social moral, ekonomis, dan keagamaan. Pada
masa adolesen anak-anak berusaha untuk mencapai suatu cita-cita yang
abstrak. Diusia dewasa biasanya seseorang sudah memliki sifat kepribadian
yang stabil.
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup. Dengan kata lain, orang dewasa berusaha untuk mempertahankan nilai-
nilai yang dipilihnya.
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu sikap keberagamaan ini
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekadar ikut-ikutan.
B. Rumusan Masalah
Adapunrumusanmasalahdarimakalahiniyaitu:
1. Apapengertian dewasa dan ciri-ciri kedewasaan?
2. Apakarakteristik sikap keberagamaan pada masa dewasa?
3. Apasajamasalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa?
4. Bagaimanperkembangan agama pada masa dewasa?
5. Bagaimanasikap keberagamaan pada masa dewasa?
C. Tujuan
Adapuntujuandaripembuatanmakalahiniyaitu:
1. Mengetahuipengertian dewasa dan ciri-ciri kedewasaan
2. Mengetahuikarakteristik sikap keberagamaan pada masa dewasa
3. Mengetahuimasalah-masalah keberagamaan pada masa dewasa
4. Mengetahuiperkembangan agama pada masa dewasa
5. Mengetahuisikap keberagamaan pada masa dewasa

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dewasa dan Ciri-ciri Kedewasaan
Usia dewasa dimulai sejak berakhirnya kegoncangan-kegoncangan
kejiwaan yang menimpa masa remaja. Dengan demikian, usia dewasa bisa
dikatakan ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Walaupun
demikian, dalam kenyataan hidup sehari-hari terkadang dijumpai orang-orang
dewasa masih merasakan kegoncangan jiwa. Tentunya tidak sehebat yang
terjadi pada masa remaja. Hal itu wajar terjadi karena persoalan-persoalan
hidup tetap saja timbul, sekalipun mereka telah mencapai usia dewasa.
Dari segi biologis atau pisikologis dewasa dapat diartikan sebagai suatu
keadaan bertumbuhnya ukuran-ukuran tubuh dan mencapai kekuatan maksimal
serta siap “berproduksi”. Dewasa juga dapat diartikan sebagai individu-
individu yang telah memiliki kekuatan tubuh secara maksimal dan siap
bereproduksi dan telah dapat diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif
dan psikomotor, serta dapat diharapkan memainkan peranannya bersama
dengan individu-individu lain dalam masyarakat.
Rumusan di atas itu mengundang untuk memperhatikan apa yang
ditekankan yaitu istilah diharapkan. Penekanan ini dimaksudkan bahwa orang
dewasa itu, baru memiliki kemungkinan-kemungkinan untuk memiliki sesuatu
sifat atau sesuatu keadaan atau sesuatu cirri. Kalau orang dewasa dapat
senyatanya melaksanakan apa yang diharapkan itu, maka sebagian ciri
kematangan telah mereka miliki.
Adapun pengertian dari masa dewasa yaitu masa pencaharian
kemantapan dan masa reproduktif, yaitu suatu masa yang penuh masalah dan
ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa
ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas, dan penyesuaian diri pada
pola hidup yang baru. Masa dewasa dini, dari umur delapan belas hingga lebih
kurang empat puluh tahun.1
Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa
mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia
dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna
hidup2. Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan
berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya. Elizabeth B.
Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:
1. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa
reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan,

1
http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/keberagamaan-pada-masa-dewasa-dan-usia.html
2
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 105.

2
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang
baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.
2. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai
enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain;
masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita
meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki
suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang
baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa
sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini
dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
3. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang.
Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai
dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin
menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan
sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan
motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis,
perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan3.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut
dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai
kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama
orang dewasa lainnya. Umumnya psikolog menetapkan sekitar usia 20 tahun
sebagai awal masa dewasa dan berlangsung sampai sekitar usia 40-45 tahun,
dan pertengahan masa dewasa berlangsung dari sekitar usia 40-45 sampai
sekitar usia 65 tahun, serta masa dewasa lanjut atau masa tua berlangsung dari
sekitar usia 65 tahun sampai meninggal.4
B. Karakteristik Sikap Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Sejalan dengan tingkat perkembangan usianya, maka sikap
keberagamaan pada orang dewasa antara lain memiliki ciri sebagai berikut:
1. Menerima kebenaran agama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang
matang, bukan sekedar ikut-ikutan.
2. Cenderung bersifat realitas, sehinggga norma-norma agama lebih banyak
diaplikasikan dalam sikap dan tingkah laku.
3. Bersikap positif terhadap ajaran dan norma-norma agama, dan berusaha
untuk mempelajari dan memperdalam pemahaman keagamaan.
4. Tingkat ketaatan beragama didasarkan atas pertimbangan dan tanggung
jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi dari sikap hidup.
5. Bersikap lebih terbuka dan wawasan yang lebih luas.

3
Sururin, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal. 83.
4
Irma Zakiah, Psikologi agama pada irang dewasa. https://irmazakiah24.wordpress.com/makalah-
psikologi-agama-pada-orang-dewasa/. Diakses pada pukul 09.47, Hari Jumat 15 Februari 2019

3
6. Bersikap lebih kritis terhadap materi ajaran agama sehingga kemantapan
beragama selain didasarkan atas pertimbangan pikiran, juga didasarkan atas
pertimbangan hati nurani.
7. Sikap keberagamaan cenderung mengarah kepada tipe-tipe kepribadian
masing-masing, sehingga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam
menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama yang diyakininya.
8. Terlihat adanya hubungan antar sikap keberagamaan dengan kehidupan
social, sehingga perhatian terhadap kepentingan organisasi sosial
keagamaan sudah berkembang.5
C. Masalah-masalah Keberagamaan Pada Masa Dewasa
Seorang ahli psikologi Lewis Sherril, membagi masalah-masalah
keberagamaan pada masa dewasa sebagai berikut;
1. Masa dewasa awal, masalah yang dihadapi adalah memilih arah hidup yang
akan diambil dengan menghadapi godaan berbagai kemungkinan pilihan.
2. Masa dewasa tengah, masalah sentral pada masa ini adalah mencapai
pandangan hidup yang matang dan utuh yang dapat menjadi dasar dalam
membuat keputusan secara konsisten.
3. Masa dewasa akhir, ciri utamanya adalah ‘pasrah’. Pada masa ini, minat dan
kegiatan kurang beragama. Hidup menjadi kurang rumit dan lebih berpusat
pada hal-hal yang sungguh-sungguh berarti. Kesederhanaan lebih sangat
menonjol pada usia tua.
D. Perkembangan Agama Pada Masa Dewasa
Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa perubahan
keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah suatu hal
yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan pertumbuhan
yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh berbagai
proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari. Perkembangan jiwa
agama pada orang dewasa, yang terpenting ialah yang dinamakan “Konversi
Agama”, keyakinan yang berupa mistik; dan perubahan ke arah acuh tak acuh
terhadap ajaran agama.
Pada masa dewasa dini, agama mulai dipandang sebagai bagian
terpenting dalam hidupnya. Sedangkan pengkajian nilai diharapkan untuk
menjadi pedoman yang lebih kokoh untuk menghadapi tugas-tugas didunia dan
jadi pedoman utama menghadapi kematian dan hidup di akhirat kelak.
Pekerjaan, ideology, kegiatan sosial, biasanya akan dikaitkan dengan tuntunan
agama. Kwalitas ibadah saat ini akan terlihat secara jelas. Sedangkan yang nilai
agamanya kurang disebabkan pendidikan dasar agama yang diperoleh
sebelumnya rendah, dan akan mewujudkan tingkah laku agama yang rendah
pula. Orang dewasa dini lebih memperhatikan hal-hal keagamaan jika
tetangga-tetangga dan teman-temannya aktif dalam organisasi-organisasi
keagamaan. Dan pada masa ini kegagalan-kegagalan hidup mulai diatasi

5
Jalaludin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 107- 108.

4
dengan bantuan agama, sekalipun dia selama hidupnya kurang mengamalkan
agama atau kurang keyakinannya.
Orang-orang dewasa yang cemas akan kematian atau mereka yang
sangat memikirkan hal kematian cenderung lebih memperhatikan agama
daripada orang yang bersikap lebih realistic. Semakin otoriter pola kepribadian
seseorang, semakin banyak perhatiannya pada agama dan semakin kaku
sikapnya terhadap agama-agama lainnya. Sebaliknya, orang yang memiliki
pribadi yang berpandangan seimbang lebih luwes terhadap agama-agama lain
dan biasanya lebih aktif dalam kegiatan agamanya.
(Tumanggor,2001:72;Hurlock,1980:258)
Pada masa dewasa madya adalah masa keinginan yang sangat tinggi
untuk beribadah. Banyak orang berusia madya (laki-laki dan perempuan) yang
tertarik kepada tempat ibadah (seperti: masjid) dan kegiatan yang berhubungan
dengan keagamaan daripada yang pernah mereka kerjakan pada waktu masih
muda. Walaupun keinginannya ini mungkin bukan karena alasan keagamaan.
Contohnya banyak orang usia madya, terutama wanita menganggap bahwa
kegiatan keagamaan atau sosial dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Keinginannya untuk lebih terlibat dengan kegiatan keagamaan
akan semakin besar setelah seseorang kehilangan anggota keluarga atau teman
dekatnya6.

6
http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/keberagamaan-pada-masa-dewasa-dan-usia.html

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa seseorang dapat disebut
dewasa apabila telah sempurna pertumbuhan fisiknya dan mencapai
kematangan psikologis sehingga mampu hidup dan berperan bersama-sama
orang dewasa lainnya. Dari segi Ilmu Jiwa Agama, dapat dikatakan bahwa
perubahan keyakinan atau perubahan jiwa agama pada orang dewasa bukanlah
suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula merupakan
pertumbuhan yang wajar, akan tetapi adalah suatu kejadian yang didahului oleh
berbagai proses dan kondisi yang dapat diteliti dan dipelajari.
Sikap keberagamaan orang dewasa memiliki perspektif yang luas
didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Selain itu, sikap keberagamaan ini
umumnya juga dilandasi oleh pendalaman pengertian dan perluasan
pemahaman tentang ajaran agama yang dianutnya. Beragama, bagi orang
dewasa sudah merupakan sikap hidup dan bukan sekedar ikut-ikutan.

6
DAFTAR PUSTAKA
Jalaludin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004
Humaira. 2011. Keberagaman pada masa dewasa.
http://kauhumairah.blogspot.com/2011/02/keberagamaan-pada-masa-
dewasa-dan-usia.html. Diakses pada pukul 09.38, Hari Rabu, 20 Februari
2019
Akalgi. 2009. Perkembangan Jiwa Beragama pada Orang.
http://www.akalgi.co.cc/2009/08/perkembangan-jiwa-beragama-pada-
orang.html. Diakses pada pukul 09.38, Hari Rabu, 20 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai