Anda di halaman 1dari 20

Latar Belakang Timbulnya Filsafat Pendidikan Islam

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Makalah Filsafat Pendidikan Islam pada


Jurusan Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:
Kelompok VII
Muh. Jusril Ihza Mahendra : 17062014037
Munasirah S : 17062014066

DOSEN PENGAMPU:
Dr. H. ZAINUDDIN HAMKA, M.Ag

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang memberikan nikmat-

Nya  sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah Filsafat

Pendidikan Islam “Latar Belakang Timbulnya Filsafat Pendidikan Islam”.

Shalawat dan salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW karena berkat

beliaulah kita dapat merasakan pendidikan seperti saat sekarang ini.

            Dalam penulisan dan penyelesaian makalah ini, kami tidak terlepas dari

bantuan dan dorongan dari berbagai pihak terutama dosen pembimbing yaitu Dr.

H. Zainuddin Hamka, M.Ag. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih

kepada beliau dan terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang

terlibat dalam penyelesaian makalah ini.

            Mudah-mudahan segala bantuan dan dorongan yang diberikan mendapat

imbalan dari Allah SWT. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan

juga bagi penulis.

Wallahul Muwaffieq IlaaAqwamithTharieq

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Maros, April 2020

Kelompok VII

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1

B. Rumusan Masalah.....................................................................................2

C. Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Penegertia Filsafat Pendidikan Islam........................................................3

B. Pemikiran Filsafat Pendidikan Yunani......................................................5

C. Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam.........................................................8

BAB III PENUTUP.............................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................16

B. Saran..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran

yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan,

yang tidak hanya dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan agama Islam, melainkan

menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Melakukan pemikiran

filosofis pada hakikatnya adalah menggerakkan semua potensi psikologis manusia

seperti pikiran kecerdasan, kemauan, perasaan, ingatan serta pengamatan panca

indra tentang gejala kehidupan, terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai

ciptaan Tuhan.

Seluruh proses pemikiran tersebut didasari pengalaman yang mendalam

serta luas tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam

dirinya sendiri. Sebagai hasil pemikiran bercorak khas Islam, pada hakikatnya

adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan

ajaran agama Islam, tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan

dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim.

Bila dilihat dari fungsinya, maka filsafat pendidikan Islam merupakan

pemikiran yang mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses pelaksanaan

pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga memberikan gambaran tentang

latar belakang timbulnya filsafat Pendidikan Islam masih dalam aspek fungsional,

1
2

filsafat pendidikan Islam juga bertugas melakukan kritik-kritik tentang metode-

metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam itu sendiri sekaligus

memberikan Pengarahan mendasar bagaimana metode tersebut harus

didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Filsafat Pendidikan Islam?

2. Bagaimana pemikiran Filsafat Yunani

3. Bagaimana pemikiran Filsafat Pendidikan Islam ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Filsafat Pendidikan Islam.

2. Mengetahui pemikiran Filsafat Yunani

3. Mengetahui pemikiran Filsafat Pendidikan Islam ?


BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan pada umumnya dan filsafat pendidikan Islam pada

khususnya, adalah bagian dari ilmu filsafat maka dalam mempelajari filsafat itu

perlu memahami lebih dahulu tentang pengertian filsafat terutama dalam

hubungannya dengan masalah pendidikan, khususnya pendidikan Islam. Secara

harfiah, filsafat Pendidikan berarti “cinta kepada ilmu” atau yang memikirkan

tentang masalah kependidikan, sedangkan pendidikan Islam itu sendiri adalah

usaha mengubah tingkah laku seseorang dengan dilandasi nilai-nilai islami.

Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam kaitannya dengan

pendidikan pada umumnya dari beberapa ahli pikir sebagai berikut:

1. John dewey

Memandang pendidikan sebagai suatu proses pembentukan kemampuan

dasar yang fundamental, baik menyangkut daya pikir (intelektual) maupun

daya perasaan dasar (emosional), menuju kearah tabiat manusia dan manusia

biasa. Tugas filsafat dan pendidikan adalah seiring, yaitu sama-sama

memajukan hidup manusia.

2. Thomson

Filsafat di pandang sebagai suatu bentuk pemikiran yang konsekuen, tanpa

mengenal kompromi tentang hal-hal yang di ungkap secara menyeluruh dan

bulat.

3
4

3. Van Cleve Morris

Menyatakan, secara ringkas mengatakan bahwa Pendidikan adalah studi

filosofis, karena ia pada dasarnya bukan alat sosial semata untuk mengalihkan

cara hidup secara menyeluruh. pendidikan harus dapat menyerap, mengolah,

dan menganalisis dan menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat.

4. Brubacher

Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memikirkan masalah

kependidikan. Oleh karena ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan

sebagai teori pendidikan.

Dengan segala tingkat karena dengan memahami filsafatnya, orang akan

dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-ilmu pengetahuan yang di pelajari.

Filsafat mengkaji dan memikirkan hakikat segala sesuatu secara menyeluruh,

sistematis, terpadu, universal, dan radikal, yang hasil nya menjadi pedoman dan

arah dari perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan. Untuk menyelesaikan

masalah kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu filsafat pendidikan

yaitu :

1. Etika atau teori tentang nilai

2. Teori ilmu pengetahuan atau epistemologi, dan

3. Teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik kenyataan,

yang disebut metafisika.

Filsafat pendidikan Islam adalah ilmu yang memikirkan masalah

kependidikan dalam mengubah tingkah laku seseorang dengan nilai-nilai islami.

Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala
5

pertanyaan dan permasalahan mulai dari masalah-masalah yang sehubungan

dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segala problematika dan

kehidupannya.

B. Perkembangan Pemikiran Filsafat Pendidikan Yunani

Dalam sejumlah literatur yang membahas tentang filsafat dijelaskan,

bahwa filsafat berkembang dari munculnya kesadaran manusia terhadap potensi

dirinya, khususnya akal budi. Awal pemikiran filsafat muncul sebagai reaksi

terhadap kungkungan mitologi, dimana manusia dibelenggu oleh kepercayaan

bahwa kehidupan alam dikuasai yang dimunculkan oleh mitos.

Penelitian merupakan bagian dari upaya manusia untuk menemukan apa

yang disebut kebenaran. Sementara kebenaran itu telah ada sebelum manusia itu

ada. Ia berada diluar alam manusia. Kebenaran itu sendiri bukanlah sesuatu yang

statis melainkan terus berkembang. Dorongan ingin tahu yang ada pada dirinya,

selalu mendorong manusia untuk terus mengembangkan “pencaharian” tersebut.

Dengan demikian, upaya untuk menemukan kebenaran itu sendiri merupakan

aktivitas tanpa henti.

Perkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran

atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari

kebenaran karna rasa ingin tahunya.

1. Perkembangan  pemikiran Filsafat Spiritualisme Kuno

Dari uraian diatas dapat diketahui filsafat mulai berkembang dan berubah

fungsi, dari sebagai induk ilmu pengetahuan menjadi semacam pendekatan

kembali sebagai ilmu pengetahuan yang telah berkembang pesat dan terpisah
6

satu dengan lainnya. Jadi, jelaslah bagi kita bahwa filsafat berkembang sesuai

perputaran zaman. Paling tidak, sejarah filsafat lama membawa manusia untuk

mengetahui cerita dalam katagori filsafat spiritualisme kuno.

a. Timur Jauh

Di India berkembang filsafat Spiritualisme, Hinduisme, dan

Budhisme. Sedangkan Jepang berkembang Shintoisme. Begitu juga di

China, berkembang Toisme dan Komfusianisme.

b. Timur Tengah

Yang berkembang adalah di Yahudi danKristen.

c. Romawi danYunani: Antromornisme

Antromornisme merupakan suatu paham yang menyamakan sifat-

sipat Tuhan dengan sifat-sifat manusia (yang di ciptakan). Misalnya

tentang tuhan di samakan dengan tangan manusia. Paham ini muncul

zaman patristik dan skolastik, pada akhir zaman kuno atau zaman

pertengahan filsafat barat di pengaruhi oleh pemikiran Kristian.

2. Reaksi Terhadap Spritualisme Di Yunani

Spritualisme merupakan suatu aliran filsafat yang mementingkan

kerohanian, lawan dari materialisme. Namun demikian, ternyata ada beberapa

filosof yang merasa kurang puas dengan aliran spritualisme, mereka

menganggap aliran ini tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan ilmiah. Maka

lahirlah aliran materialism. Diantara tokonya adalah Leukipos dan Demokritus

(460-370 SM), yang menyatakan bahwa semua kejadian alam adalah atom,

dan semuanya adalah materi.


7

a. Idealisme

Aliran ini memandang dan menganggap yang nyata hanyalah

nyata. Nyata selalu tetap tidak mengalami perubahan dan pergeseran yang

mengalami gerak tidak di kategorikan.

b. Materialisme

Mereka berpendapat bahwa kejadian seluruh alam terjadi karena

atom kecil, yang menpunyai bentuk dan bertubuh, jiwa pun dari atom kecil

yang mempunyai bentuk bulat dan mudah bereaksi untuk mengadakan

gerak.

c. Rasionalisme

Aliran rasionalisme memandang akal di anggap sebagai perantara

khusus untuk menentukan kebenaran dalam ilmu pengetahuan.

3. Pemikiran Filsafat Yunani Kuno Hingga Abad Pertengahan

Pada masa ini, keterangan-keterangan mengenai alam semesta dan

penghuninya masih berdasarkan kepercayaan. Dan karena para filsuf belum

puas atas keterangan itu, akhirnya mereka mencoba mencari keterangan

melalui budinya. Oleh karena itu filsuf-filsuf berusaha mencari inti alam,

maka mereka di sebut filsuf alam dan filsafat mereka disebut filsafat alam. 

Masa pra-socrates di warnai pula oleh munculnya kaum sofisme.

4. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Socrates (470-399 SM)

Prinsip dasar pendidikan, menurut Socrates adalah metode dialektis.

Meode ini di gunakan Socrates sebagai dasar teknis pendidikan yang di


8

rencanakan untuk mendorong seseorang berpikir cermat, untuk menguji coba

diri sendiri dan untuk memperbaiki pengetahuannya.

5. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Plato ( 427-347 SM )

Menurut Plato, idealnya dalam sebuah Negara pendidikan memperoleh

tempat yang paling utama dan mendapatkan perhatian yang yang sangat mulia,

maka ia harus di selenggarakan oleh Negara.

6. Pemikiran filsafat pendidikan menurut Aristoteles (367-345 SM)

Pendidikan bukanlah soal akal semata-mata, melainkan soal memberi

bimbingan kepada perasaan-perasaan yang lebih tinggi yaitu akal guna

mengatur nafsu-nafsu. Akal sendiri tidak berdaya, sehingga ia memerlukan

dukungan perasaan yang lebih tinggi agar di arahkan secara benar.

C. Pemikiran Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat pendidikan yang membahas permasalahan pendidikan Islam tidak

berarti membatasi membahas diri pada permasalahan yang ada di dalam ruang

lingkup kehidupan beragama umat Islam yang luas yang berkaitan dengan

pendidikan bagi umat Islam. Semua permasalahan bukan nonregilius yang

menyangkut permasalahan sosial dan ilmu pengetahuan serta teknologi itu

dianalisis secara mendalam, sehingga diperoleh hakikatnya.

Dari segi pandangan Islam karena filsafat bertugas pokok mencari hakikat

dari segala sesuatu. Dan dari hakikat itulah timbul pemikiran teori yang pada

gilirannya menimbulkan pemikiran tentang strategi dan taktik atau

operasionalisasi kependidikan Islam. Dari sinilah timbul pemikiran tentang cara


9

yang tepat untuk melaksanakan ide-ide kependidikan Islam yang dituangkan ke

dalam apa yang disebut “Sistem Pendidikan Islam”.

Agama menjadi sumber inspirasi serta motivasi untuk berpikir,

menyelidiki, menilai, menyimpulkan, serta menemukan suatu hakikat dari alam

raya ini yang bermanfaat bagi umat Islam, yaitu ilmu pengetahuan yang luas dan

dalam, meskipun ilmu yang telah di ungkapkan itu belum seberapa dibanding

ilmu Allah itu sendiri.

Islam telah mampu mendorong seseorang untuk menyelidiki,

menganalisis, menemukan, mengembangkan, serta memperluas ilmu

pengetahuan, baik yang berasal dari sumbernya yang asli ajaran Islam, maupun

dari kebudayaan lain yang diolah sejalan dengan nilai-nilai Islami. Kemudian

hasil-hasil penemuan yang baru atas analisis keilmuan mereka dapat

mempengaruhi dunia Barat.

Jika kita memperhatikan pemikiran orang barat yang membahas filsafat

mereka sama sekali lepas dari apa yang dikatakan agama. Bagi mereka titik berat

filsafat adalah mencari hikmah. Hikmah itu dicari untuk mengetahui suatu

keadaan yang sebenarnya apa itu, dari mana itu, hendak kemana, dan bagaimana.

Namun pertayaan filosofis itu kalau diteruskan, akhirnya akan sampai dan

berhenti pada sesuatu yang disebut agama. Baik filosofis Timur maupun Barat

mereka memiliki pandangan yang sama bila sudah sampai pada pertanyaanya “

bisakah permulaan yang ada ini , dan apakah yang sesuatu yang pertama kali

terjadi, apakah yang terakhir sekali bertahan didalam ini”. Akan tetapi mereka
10

akan berusaha. Untuk mencari hikmah yang sebenarnya supaya sampai puncak

pengetahuan yang tinggi, yaitu Tuhan Yang Maha Mengetahui dan Mahakuasa.

Di antara permasalahan yang tidak dapat dijawab oleh filsafat adalah

permasalahan yang terjadi di lingkungan pendidikan. Padahal menurut John

Dewey, seorang filsuf Amerika, filsafat merupakan teori umum dan landasan dari

semua pemikiran mengenai pendidikan. Tugas filsafat adalah mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki faktor-faktor realitas dan pengalaman

yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.

Salah satu masalah atau persoalan yang terjadi dalam era pendidikan

ialah  analisis terhadap berbagai metode, pendekatan, dan produk-produk

pemikiran sejak era klasik hingga abad modern. Konsep-konsep normatif Islam

yang terdapat dalam kedua sumber Islam yakni Al-Qur’an dan Sunnah,

merupakan sumber sebagai paradigma dalam memotret segala persoalan. Beragam

pemaknaan yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim terhadap kedua sumber

fundamental Islam tersebut sehingga melahirkan puspa ragam wacana keagamaan,

sosial, ekonomi, politik, budaya, dan bahkan membentuk peradapan pada zaman

klasik Islam.

Pendidikan islam dipengaruhi oleh multifikator, kondisi, dan problem

yang kompleks. Maju mundurnya teori dan praktik pendidikan islam diakibatkan

oleh komplektifitas problem tersebut. Problem dimaksud berupa segala persoalan

yang inhern  dalam pendidikan, yakni problem internal, maupun berada di luar

jangkauan bidang pendidikan, yakni problem eksternal yang secara tak langsung

berpengaruh, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, etos kerja, stabilitas


11

politik, lemahnya penegakkan hukum dan lain-lain terkait dengan bidang hukum,

sosial, ekonomi, dan politik.problem eksternal ini amat rumit dan karena

keterbatasan ruang, maka analisi problem pendidikan islam yang hendak

diuraikan dalam tulisan ini difokuskan pada problem internal saja.

Problem internal yang dihadapi oleh pendidikan islam meliputi lemahnya

visi atau tidak jelasnya arah pendidikan yang dilaksanakan, penekanan yang tidak

seimbang antara pembentukan kepribadaan yang utama dalam diri seorang

muslim dengan peranan sosialnya ditengah umat, di mana hal ini menyebabkan

timbulnya kesalahan individual dan mengesampingkan tekologi yang

dianggapnya tidak ada hubungan sama sekali dengan kesalehan dan ketaqwaan.

Problem paradigma berpikir normatif-deduktif masih lazim dijumpai dalam

pendidikan islam secara umum, bukan hanya di indonesia, tetapi juga di negara-

negara islam lainnya. , tetapi juga di negara-negara islam lainnya. Berikut ini

adalah penjelasannya :

1. Lack Of Vision

Ismail Raji al-Faruqi menilai bahwa problem yang belum terselesaikan

dari gejala rendahnya standar kelembagaan di dunia islam adalah

konsekuensidari lemahnya visi ini. Lemahnya visi ini menyebabkan mereka

sebagai alat jiplakan. Secara tak sadar, materi dan metodologi tanpa spirit ini

terus menerus menimbulkan proses de-Islamisasi yang memengaruhi para

pelajar dengan anggapannya bahwa hal tersebut merupakan pendidikan Islam

alternatif, atau sebagai agen perubahan dan modernisasi.

2. Kesalehan Individual dan Ketertinggalan Teknologi


12

Penyempitan makna kepribadian menimbulkan dampak yang besar atas

sikap mereka terhadap sains dan teknologi. Seolah-olah sains dan teknologi

tidak ada kaitannya dengan kesalehan dan ketakwaan. Padahal, justru di

bidang dengan negara-negara lain. Sampai saat ini umat Islam masih jauh

tertinggal dengan negara-negara lain dalam hal ini ilmu teknologi modern

praktis di semua penganut agama besar di muka bumi ini, para pemeluk Islam

adalah yang paling rendah dalam sains dan teknologi.

3. Problem Epistemologis : Dikotomi Ilmu

Akibat berangkai dari pola pikir pendidikan yang dikotomis ini adalah

terjadi disharmoni relasi antara pemahanayat-ayat ilahiah dengan ayat-ayat

kauniyah, antara iman dengan ilmu, antara ilmu dengan amal, antara dimensi

duniawi dengan ukhrawi, dan relasi antara dimensi ketuhanan (teosentris)

dengan kemanusiaan (antroposentris).

4. Tradisi Berpikir Normatif-Deduktif

Bilamana pendidikan Islam dewasa ini lebih mengarah pada pola mengajar

tersebut, maka dampaknya bisa dirasakan pada proses dan hasilnya. Proses

pengajaran agama Islam cendrung dilaksanakan dalam bentuk hafalan dan

penguasaan materi sebanyak-banyaknya. Bergesernya praktik pendidikan

menjadi lebih identik dengan mengajar ini menimbulkan penekanan yang

tidak seimbang pada aspek pengetahuan (kognitif) semata.

Namun, justru dengan melakukan kajian secara historis-sosiologis

terhadap berbagai pemikiran Islam dengan sumber Al-Qur’an dan Sunnah Nabi,
13

dapat ditemukan sejumlah kendala atau problematika bagi kemajuan umat Islam

secara umum dan khususnya pula bagi kemajuan dalam dunia pendidikan Islam.

Para sejarahwan filsafat percaya bahwa pemikiran paling kuno yang murni

atau sebagian besarnya filosofis yang berasal dari kalangan Yunani, kira-kira

enam abad yang lalu. Para sejarahwan juga menyebutkan nama-nama mereka

yang berupaya mengenal wujud, permulaan dan keberakhiran alam raya. Socrates

dialah orang yang menamai dirinya denganphilosophus, pecinta kebijaksaaan.

Ungkapan ini lantas di Arabkan menjadi failasuf dan darinya pula

kata falsafah diambil. Sejak pertama kali Socrates menyebut dirinya sebagai

filosof, dan istilah filsafat digunakan semenjak itu.

Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai kepercayaan

bahwa kebenaran yang diterima semuanya bersumber dari mitos ke logos. Ini

berarti kebenaran yang dapat diterima akal tidak berlaku. Namun sesudah abad

ke-6 SM muncullah sejumlah ahli pikir yang menentang mitos tersebut, sehingga

misteri alam semesta jawabannya dapat diterima oleh akal. Hal ini sekaligus

merupakan cikal bakal filsafat.

Filsafat dan pendidikan memiliki hubungan hakiki dan timbal balik, maka

berdirilah filsafat pendidikan yang berusaha menjawab dan memecahkan

persoalan-persoalan pendidikan yang bersifat filosofis dan memerlukan jawaban

secara filosofis pula. Dengan kata lain, kemunculan filsafat pendidikan ini

disebabkan banyaknya perubahan dan permasalahan yang timbul di lapangan

pendidikan yang tidak mampu dijawab oleh ilmu filsafat. Ditambah dengan
14

banyaknya ide-ide baru dalam dunia pendidikan yang berasal dari tokoh-tokoh

filsafat Yunani.

Tanpa sikap kritis untuk memisahkan mana yang baik dan mana yang

buruk. Jadi ada sikap terhadap tradisi dalam konsep tradisonalitas. Namun tradisi,

belum tentu semua unsurnya tidak baik, maka harus dilihat dan diteliti mana yang

baik untuk dipertahankan dan diikuti. Sikap tradisionalitas itulah salah satu faktor

penyebab munculnya ilmu-ilmu filsafat pendidikan islam mengalami kemajuan

dari tradisi tradisional ke modern dalam dunia pendidikan Islam, yang mana

masalahnya yang bercorak hanya bersifat penghafalan, pengulangan, dan

komentar-komentar terhadap pendidikan Islam.

Sehingga perlunya pembaharuan di bidang metode dan pendekatan

pendidikan Islam, yaitu beralih dari metode mengulang-ulang dan mengahafal

pelajaran ke metode memahami dan manganalisis. Selama ini, sistem pendidikan

Islam lebih cenderung berkonsentrasi pada buku-buku ketimbang subjek. Peserta

didik hanya belajar menghafal, bukan mengelolah pikiran secara kreatuf.

Sehubungan dengan praktik ini, pertumbuhan konsep pengetahuan menjadi rusak.

Ilmu pengetahuan bukan merupakan sesuatu yang kreatif, melainkan sesuatu yang

diperoleh, karena itulah metode menghafal harus diganti dengan metode

memahami dan menganalisis secara krisis-konstruktif.

Sehingga itulah kajian filsafat pendidikan Islam muncul untuk menjawab

persoalan atau permasalahan atau pendapat-pendapat baru yang terjadi dari era

kependidikan mulai dari masalah metode, pendekatan, komentar-komentar dll,


15

karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut

khususnya masalah didalam pendidikan Islam.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Filsafat pendidikan Islam adalah ilmu yang memikirkan masalah

kependidikan dalam mengubah tingkah laku seseorang dengan nilai-nilai islami.

Berkembangnya filsafat itu sendiri berkembang saat munculnya kesadaran

atau pemikiran-pemikiran manusia terhadap potensi dirinya dan mencari

kebenarannya. Ada pun pemikiran-pemikiran tersebut mulai dari pemikiran

spiritualisme Kuno, Yunani, Yunani Kuno abad pertengahan, hingga para tokoh

seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles.

Latar belakang dari timbulnya filsafat pendidikan Islam karna banyaknya

persoalan dan perubahan baru yang timbul didalam dunia pendidikan tersebut dan

berusaha untuk menjawab serta memecahkanya, rasa ingin tahu, dan ditambahnya

ide-ide baru dalam dunia pendidikan. Mulai dari masalah metode, pendekatan,

komentar-komentar dll, karena filsafat berpikir dan mencari solusi untuk

mengatasi masalah tersebut khususnya masalah didalam pendidikan Islam.

B. Saran

Semoga maklah ini dapat menjadi referensi bagi para pembaca dan besar

harapan kami bila ada tanggapan terkait isi makalah ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Muzayyin. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Mizan IKAPI.

Jalaludin. 2013. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rajawali Pers.

Jalaluddin, dan Abdullah Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT


RajaGrapindo Persada.
Nata, Abudin. 2010. sejarah Pendidikan Islam.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

17

Anda mungkin juga menyukai