Anda di halaman 1dari 21

PARADIGMA PENDIDIKAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : Fanzal Pamungkas, M.Pd.

Disusun oleh :

1. Muhammad Nasrudin 23020200002

2. Naufal Luthfiansyah Rizal 23020200003

3. Satria Bintang Ramadhan 23020200004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2021

I
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
berjudul “ Paradigma Pendidikan Dalam Filsafat Pendidikan Islam.”

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Tiada gading yang tak retak, tiada pula ciptaan manusia yang sempurna. Akhir
kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi
terhadap pembaca.

Salatiga, 11 Maret 2021

Penulis

II
DAFTAR ISI

Halaman Judul............................................................................................................................I

KATA PENGANTAR...............................................................................................................II

DAFTAR ISI............................................................................................................................III

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................5

1.3 Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan Islam......................................................................6

2.2 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam..............................................................9

2.3 Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam.........................................................................11

2.4 Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam..................................................12

2.5 Ontologis dalam Filsafat Pendidikan Islam............................................................14

2.6 Epistemologis dalam Filsafat Pendidikan Islam...................................................15

2.7 Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan Islam..........................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................19

3.2 Saran.......................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dunia pendidikan islam di Indonesia khususnya, dan dunia islam pada umumnya masih
dihadapkan pada berbagai persoalan mulai dari soal rumusan tujuan pendidikan yang kurang
sejalan dengan tuntutan masyarakat, sampai kepada persoalan guru metode, kurikulum dan
sebagainya. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut masih terus dilakukan dengan berbagai
upaya. Penataran guru, pelatihan tenaga pengelola pendidikan dan lain sebagainya harus
dilakukan, namun masalah pendidikan terus bermunculan.

Upaya untuk memperbaiki kondisi kependidikan yang demikian itu tampaknya perlu
dilacak pada akar permasalahannya yang bertumpu pada pemikiran filosofis. Filsafat pendidikan
islam secara umum akan mengkaji berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan,
mulai dari visi misi, dan tujuan pendidikan, dasar-dasar dan asas-asas pendidikan islam, konsep
manusia, guru, anak didik, kurikulum, dan metode sampai dengan evaluasi dalam pendidikan
secara filosofis. Dengan kata lain, ilmu ini akan mencoba mempergunakan jasa pemikiran.
Kenyataan menunjukan adanya kiblat-kiblat pendidikan islam yang belum jelas.

Pendidikan islam masih belum menemukan format dan bentuknya yang khas sesuai
dengan agama islam hal ini selain karena banyaknya konsep pendidikan yang ditawarkan para
ahli yang belum jelas keislamannya, juga karena belum banyak pakar pendidikan islam yang
merancang pendidikan islam secara seksama.

Dengan demikian dalam makalah ini akan dibahas lebih rinci tentang pengertian, ruang
lingkup, dan kegunaan filsafat pendidikan Islam.

4
1.2  Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :

A. Apakah yang dimaksud dengan Filsafat, Pendidikan, dan Islam ?


B. Apakah yang dimaksud dengan filsafat pendidikan islam ?
C. Apakah ruang lingkup filsafat pendidikan islam ?
D. Apakah kegunaan filsafat pendidikan islam ?
E. Bagaimana metode pengembangan filsafat pendidikan islam ?
F. Bagaimana Ontologis dalam Filsafat Pendidikan Islam ?
G. Bagaimana Epistemologis dalam Filsafat Pendidikan Islam ?
H. Bagaimana Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan Islam ?

1.3 Tujuan

A. Agar mengetahui pengertian dari Filsafat, Pendidikan, dan Islam


B. Agar mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan islam
C. Agar mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan islam
D. Agar mengetahui kegunaan filsafat pendidikan islam
E. Agar mengetahui metode pengembangan filsafat pendidikan islam
F. Agar mengetahui Ontologis dalam Filsafat Pendidikan Islam
G. Agar mengetahui Epistemologis dalam Filsafat Pendidikan Islam
H. Agar mengetahui Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan Islam

5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat,


pendidikan, dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih
baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk
selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tadi dengan kerangka pikir
sebagai berikut: Filsafat menurut Sutan Zanti Arbi (1988) berasal dari kata benda Yunani
Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna
kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan
dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher (1962)
berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan
dan ilmu pengetahuan”. (Syar’I,2005)

Secara istilah, filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli
bersangkutan, diantaranya :
a.       Mohammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas
berfikir murni atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala
sesuatu.
b.      Menurut Hasbullah Bakry (dalam Prasetya, 1997) filsafat adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mengetahui pengetahuan itu. (Syar’I,2005)
c.       Harun Nasution (1973), menyatakan bahwa inti sari dari filsafat itu sendiri adalah
berpikir menurut tata tertib (logika) dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma dan
agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai kedasar-dasarnya.
d.      Menurut Jujun S Suriasumantri (1982), berpikir filsafat merupakan berpikir yang
mendasar, menyeluruh, dan spekulatif.

6
Kajian dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber
pengetahuan. Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari istilah
filsafat, yaitu : Pertama, aktivitas berfikir manusia secara menyeluruh, mendalam dan
spekulatif terhadap sesuatau baik mengenai ketuhanan, alam semesta maupun manusia itu
sendiri guna menemukan jawaban hakikat sesuatu itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang
mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat sesuatu yang berhubungan dengan
ketuhanan, manusia dan alam semesta secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif
dalam rangka memperoleh jawaban tentang hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu
menjadi pengetahuan. (Syar’I,2005)

Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta
didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya
maupun segala sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar
mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer pengetahuan dan keterampilan,
bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan pembinaan
kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik, tidak hanya
diartikan manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara biologis dan
psikologis tetapi manusia dewasa yang sedang mempelajari pengetahuan dan
keterampilan tertentu guna memperkaya kemampuan, pengetahuan dan keterampilan
dirinya juga dikualifikasikan sebagai peserta didik.

Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir
mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian
menyeluruh, mendalam dan spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari
sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok
yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam :
a.       Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-
Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar pendidikan islam. Artinya, Filsafat
Pendidikan Islam memberikan jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai
dengan tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan bagaimana
aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan tantangan millenium II, maka Filsafat

7
Pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan
konsep pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.
b.      Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai
probelam yang dihadapi pendidikan islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan
islam diterapkan dan ternyata dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu
dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi. Aktivitas melakukan kajian
menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi problem pendidikan islam  tersebut
merupakan makna dari Filsafat Pendidikan Islam.

Sebenarnya antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif merumuskan konsep


dasar pendidikan islam dengan pikiran mengatasi problematika pendidikan Islam sulit
untuk dapat dipisahkan secara tegas, sebab ketika suatu problem pendidikan islam
dipecahkan melalui hasil sebuah kajian mendasar menyeluruh,  maka hasil tersebut
sesungguhnya menjadi konsep dasar pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya.
Sebaliknya ketika suatu rumusan pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep
pendidikan di era globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep
yang dihasilkan tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di era
millenium III yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan kualitatif. (Syar’I,2005)

Perpaduan antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk menjelaskan persoalan
khusus (misalnya tentang universalisme), pemikiran pengakuan, dan menjawab
keberatan-keberatan utama yang ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu dengan
menyempurnakan metode skolastiknya. (Tedd,2001)

Jadi dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang
mengkaji, mencari, menganalisa, membahas secara filosofis tentang hakikat pendidikan
islam, baik secara konseptual, maupun operasional, serta menggunakan jasa filosofis
dalam mencari alternatif paling efektif bagi pemecahan problema pendidikan islam yang
berdasar dan bersandar pada sistem kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan al-Hadits
serta pandangan filosofis muslim sehingga dapat memberikan perbaikan dan
pengembangan terhadap pendidikan Islam.

8
2.2 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok,
yaitu: penelaahan tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena itu,
setiap orang yang berminat dan menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan Islam
seharusnya memahami dan memiliki modal dasar tentang filsafat, pendidikan dan Islam.

Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang
sangat luas dan menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan atau kehidupan umat
manusia, khususnya umat islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran
mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat
manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya dalam rangka mencapai
tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam sebetulnya
sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba (1989)
sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim.

Sebagaimana filsafat pendidikan pada umumnya, maka filsafat pendidikan islam juga
menyangkut pemikiran-pemikiran yang terkait dengan masalah pendidikan, yakni
pendidikan Islam. Filsafat pendidikan islam adalah pedoman bagi perancang dan orang-
orang yang berkerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran. (Omar Mohammad al-
Toumy al-Syaibany,1973)

Filsafat pendidikan Islam yang bertumpu pada pemikiran mengenai masalah


pendidikan tak dapat dilepaskan dari tugas dan misi kerasulan, yakni untuk
menyempurnakan akhlak. Kemudian penyempurnaan akhlak terkait pula dengan hakikat
penciptaan manusia, yakni menjadi pengabdi Allah yang setia, maka manusia juga tak
dapat melepaskan statusnya selaku khalifah Allah di muka bumi. (Jalaludin,2011)

Filsafat pendidikan Islam pada hakikat berada pada permasalahan-permasalahan dari


ketiga faktor yaitu: (1) hakikat penciptaan, (2) akhlak mulia, dan (3) tugas khalifah yang
diamatkan pada manusia. Disini terlihat, bahwa filsafat pendidikan Islam tak dapat

9
dilepaskan kaitannya dengan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Menurut Khursyid
Ahmad, pendidikan adalah suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat dan sebagai alat untuk memajukan masyarakat itu sendiri. Pada dasarnya
setiap system pendidikan terdiri dari seperangkat cita-cita kemasyarakatan, norma dan
nilai-nilai tertentu, dan didasarkan pada pandangan hidup dan kebudayaan tertentu.

Dalam pandangan Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, filsafat pendidikan ialah


pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam pendidikan. Titik berat filsafat
pendidikan adalah pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan-kepercayaan yang
menjadi dasar filsafat dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara praktis.
Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam mencakup prinsip dan
kepercayaan yang menjadi dasar filsafat itu sendiri, serta faktor-faktor yang berhubungan
dengan upaya penyelesaian pendidikan Islam.

Selanjutnya Omar Mohhammad al-Toumy al-Syaibany (1979), mengemukakan lima


prinsip dasar dalam kajian filsafat pendidikan Islam. Kelima prinsip dasar tersebut
mencakup: (Jlaludin,2011)
1. Pandangan Islam terhadap jagat raya.
2. Pandangan Islam terhadap manusia.
3. Pandangan Islam terhadap masyarakat.
4. Pandangan Islam terhadap pengetahuan manusia.
5. Pandangan Islam terhadap akhlak.

Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang
berhubungan dengan sistem pendidikan itu sendiri. Adapun komponen-komponen yang
termasuk dalam sistem pendidikan Islam itu, antara lain dasar yang melandasi
pembentukan sistem tersebut. Lalu tujuan yang akan dicapai oleh pendidikan Islam.
Untuk mencapai tujuan dimaksud, maka perlu ada rumusan mengenai siapa yang dididik,
siapa pelaksannya, bagaimana cara penyelengaraannya, sarana dan prasarana apa yang
diperlukan, materi apa yang diberikan, bagaimana caranya, kondisi apa yang perlu
diciptakan, serta bagaimana mengukur tingkat pencapainya. (Jalaludin,2011)

10
Dengan demikian ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam adalah identik
dengan Islam itu sendiri. Mencakup semua aspek kehidupan manusia secara menyeluruh
yang terkait dengan maslah pendidikan.

2.3 Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam

Semestinya, bahwa setiap ilmu mempunyai kegunaan, menurut Omar Mohammad al-
Toumy al-Syaibani misalnya mengemukakan tiga manfaat dari mempelajari filsafat
pendidikan Islam, antara lain:
1.      Filsafat pendidikan itu dapat menolong para perancang pendidikan dan yang
melaksanakannya dalam suatu negara untuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses
pendidikan.
2.      Filsafat pendidikan dapat menjadi asas yang terbaik untuk penilaian pendidikan
dalam arti menyeluruh.
3.      Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran
bagi factor-faktor spiritual, kebudayaan, social, ekonomi dan politik di negara kita.

Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah
menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At
Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu : (Sudrajat,2009)
1.      Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa
pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2.       Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak
hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi keduniaan
saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
3.      Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar
menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
4.      Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat
mengusai profesi tertentu, teknis tertentu, dan perusahaan tertentu, supaya bisa hidup
dengan mulia di samping memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.

11
5.      Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-
mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan,
kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa
memadukan antara agama dan ilmu pengetahuan.

Selain kegunaan yang tersebut di atas filsafat pendidikan Islam juga sebagai proses
kritik-kritik tentang metode –metode yang digunakan dalam proses pendidikan Islam,
sekaligus memberikan arahan mendasar tentang bagaimana metode tersebut harus
didayagunakan atau diciptakan agar efektif untuk mencapai tujuan. Lebih lanjut
Muzayyin Arifin menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam harus bertugas dalam 3
dimensi, yakni: (Abdulloh,2010)
1.      Memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan kepada proses pelaksanaan
pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam.
2. Melakukan kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan tersebut.
3. Melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan tersebut.

2.4 Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam

Cara atau metode merupakan syarat untuk efisiensinya usaha atau pekerjaan demi
tercapai tujuan, juga merupakan syarat suatu ilmu. Bahkan cara atau metode adalah suatu
ciri pekerjaan atau ilmu yang baik (valid). Tanpa metode tertentu, maka arah pekerjaan
itu tidak menjamin tercapainya tujuan (Moh. Noor Syam, 1987).

Secara teknis, Runes menerangkan seperti dikutip (Moh. Noor Syam, 1897), metode
berasal dari perkataan Yunani Methodus. 1) sesuatu prosedur yang dipakai untuk
mencapai suatu tujuan; 2) sesuatu teknik mengetahui yang dipakai dalam proses mencari
ilmu pengetahuan dari suatu materi tertentu; 3) suatu ilmu yang merumuskan aturan-
aturan dari suatu  prosedur.

12
Dalam dunia Islam, filsafat menimbulkan pada garis besarnya dua sistem filsafat,
yaitu 1) Madzhab tradisional yang sistem filsafatnya berpegang teguh pada nash al-
Qur'an dan Sunnah Rasul, yang tentunya tidak bisa dipisahkan dengan aliran madzhab
yang pernah berkembang dalam dunia Islam. Mereka disebut Ahlu Al-Sunnah, Ahlu Al-
Naqli. 2) Madzhab rasional yang banyak menggunakan akal dalam ijtihadnya tetapi tidak
berarti meninggalkan al-Qur'an dan Hadits Nabi. Mereka menggunakan ta'wil bila terjadi
pertentangan antara akal dan nash. Disamping menggunakan metode-metode Filsafat
Pendidikan Islam yang telah berkembang dalam dunia Islam, juga menggunakan metode
filsafat pendidikan pada umumnya, dan mereka disebut ahli ar-ra'yi dan ahlu al-aqli.
(Zuhairini, 1992)

Kedua madzhab filsafat dalam Islam tersebut, telah menggunakan cara atau metode
ijtihadnya seperti sistem filsafat Islam. Metode-metode ijtihad seperti ijma', Qiyash,
Istihsan, Maslahah Mursalah, Al-'Adah Muhakkamah, semuanya adalah berdasarkan
penggunaan akal. Cara penafsiran al-Qur'an dan ta'wil, merupakan dasar dari analisa
bahasa (linguistik analisis) dalam sistem filsafat modern. Penggunaan Hadits dan Atsar
sahabat sebagai sumber secara rasional, tidak lain kecuali analisa histories (histortical
analisis) dalam filsafat khusus masa kini. Metode analisis kritis, ilmiah rasional, empiris
sampai kepada yang bersifat eksperimental pun sudah dikenal oleh filsafat Islam dalam
sejarahnya. (Zuhairini,1992)

Menurut Abudin Nata (1997) dalam pengembangan filsafat Pendidikan Islam


memerlukan empat metode, yaitu: (Maulana,2013)
1.      Bahan-bahan yang akan digunakan untuk pengembangan filsafat pendidikan, baik
berupa bahan tertulis yaitu al-Qur'an dan al-Hadits yang diserta pendapat para ulama serta
para filosof dan lainnya dan bahan yang diambil dari pengalaman empirik dalam praktek
kependidikan.
2.       Metode pencarian bahan, yaitu melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang
masing-masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
3.      Metode pembahasan, yaitu dengan melalui metode analisis sitesis. Untuk menggali
hakikat kependidikan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan metode

13
berfikir induktif. Cara ini tepat sekali digunakan untuk membahas bahan-bahan yang
didapat dari hasil pengalaman. Di samping itu, dapat pula digunakan metode berfikir
deduktif, cara ini dapat digunakan untuk membahas bahan-bahan kajian yang bersumber
dari bahan tertulis.
4.      Pendekatan, yang biasanya diperlukan dalam analisa dan berhubungan dengan teori-
teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk mengetahui fenomena tertentu pula. Ia
semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu
fenomena yang selanjutnya erat dengan disiplin keilmuan. Adapaun pendekatan yang
digunakan untuk mengkaji masalah filsafat pendidikan Islam adalah perpaduan dari
ketiga disiplin ilmu tersebut, yaitu filsafat, ilmu pendidikan dan ilmu tentang keislaman
yang dilakukan secara logis, sistematis, radikal, mendalam, dan universal.

2.5 Ontologis dalam Filsafat Pendidikan Islam

Ontologi dalam bahasa inggris “ontology”; berasal dari bahasa Yunani, yaitu ontos
(ada, keberadaan) dan logos (studi, ilmu tentang). Dari pengertian tersebut bisa
disimpulkan bahwa ontologi mengandung pengertian “pengetahuan tentang yang ada”.
Ontologi menyangkut teori tentang ada ( being ), sebagai objek sains. Di dalam ontologi,
diupayakan penjelasan mengenai sifat-sifat objek dan hubungannya dengan subjek.
Dimana ada beberapa pertanyaan pokok yang diajukan untuk memahami ontologi, yaitu :
a. Objek apa yang ditelaah
b. Bagaimana bentuk yang hakiki dari sebuah objek
c. Bagaimana hubungan antara objek dengan daya tangkap manusia (berfikir, merasa, dan
mengindera ) yang nantinya membuahkan pengetahuan.1

Ontologi merupakan salah satu objek garapan filsafat ilmu tentang hakikat realitas
yang ada, baik berupa wujud fisik maupun metafisik.2
1
Syafaruddin, Filsafat Ilmu ( Bandung : Cita Pustaka media Perintis, 2008 )

2
Hadi Masruri dan Imran Rossidi, Filsafat Sains dalam Alquran ( Malang : UIN Malang Press,
2007 )

14
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengertian ontologi dalam filsafat pendidikan islam
adalah menjelaskan apa hakikat dan sumber dan seluk beluk dari pendidikan islam yang
bersumber dari Alquran dan Hadist. Yang mana di dalamnya mencakup:
1. Hakikat para pendidik dan peserta didik,
2. Hakikat materi pendidikan,
3. Hakikat metode penyampaian,
4. Hakikat tujuan pendidikan,
5. Hakikat system pendidikan, dll.3

Dalam perspektif ontologis kedudukan ilmu pengetahuan dalam filsafat pendidikan


islam adalah sebagai hasil dari olah jiwa, indera, dan daya penalaran manusia yang dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber kebenaran ilmiah. Dan di dalam Alquran juga
disebutkan bahwa kedudukan orang yang berilmu lebih tinggi dari pada orang yang tidak
berilmu. Jadi di dalam islam, sangat ditekankan dalam mencari ilmu pengetahuan, yaitu
melalui pendidikan, baik secara formal, informal dan nonformal. Karna dengan adanya
ilmu, dapat membedakan mana yang baik dan buruk, serta membedakan derajat manusia
sebagai khalifah di muka bumi ini.

2.6 Epistemologis dalam Filsafat Pendidikan Islam

Naquib Al-Attas menawarkan satu istilah kunci dalam memahami konsep pendidikan
Islam yaitu istilah adab. Karena adab adalah disiplin tubuh, jiwa dan ruh; disiplin yang
menegaskan pengenalan dan pengakuan tempat yang tepat dalam hubungannya dengan
kemampuan dan potensi jasmaniah, intelektual dan ruahniah. Pendidikan Islam
menitikberatkan kepada bimbingan jasmani-rohani berdasarkan ajaran Islam dalam
membentuk akhlak mulia. Masalah mendasar yang dihadapi manusia saat ini adalah
problema ilmu dan adab. Karena ilmu dipisahkan dari nilai-nilai adab, sehingga
berdampak pada munculnya the loss of adab (hilangnya adab).

3
Hasan Basri, Filsafat pendidikan Islam ( Bandung : Pustaka setia, 2009 )

15
Realitas tersebut berefek luas pada berbagai krisis adab dan akhlak tidak hanya pada
individu, masyarakat dan negara. Padahal antara ilmu dan adab harus bersinergis, dalam
konteks filsafat Islam bahwa berilmu tanpa adab dimurkai (al-maghdhubi alaihim), dan
beradab tanpa ilmu adalah kesesatan (al-dhallin). Sebagaimana disebut oleh Imam Syafi‟i
(w. 820 M), “laisa al-ilm makhufidza walakin al-ilmu ma nafa’a” (bukanlah tidak sebut
ilmu, apa yang hanya dihafal, tetapi ilmu adalah apa yang aktualisasikan dalam bentuk
adab yang memberikan manfaat). Lebih lanjut dapat dikatakan bahwa epistemologi
pendidikan Islam adalah objek pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan dan cara
mengukur benar tidaknya pengetahuan yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian,
akhlak, mengembangkan fitrah dan semua potensi manusia secara maksimal sehingga
menjadi muslim yang baik, memiliki pola pikir logis-kritis, beriman, bertaqwa, berguna
bagi diri dan lingkungannya, dan dapat mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat
sesuai dengan ajaran Islam. Epistemologi tersebut menuntut segera dibangun oleh para
pemikir pendidikan Islam, karena ia berfungsi mengembangkan pendidikan secara
konseptual, kemudian secara aplikatif.

Pendidikan Islam dalam kajian Islam selama ini, belum dikembangkan di atas
kerangka epistemologinya yang jelas. Tidak terlalu berlebihan, jika dikatakan bahwa
hingga kini belum ada tawaran konseptual mengenai bangunan epistemologi pendidikan
Islam sebagai sarana atau pendekatan dalam pengembangan pendidikan Islam. Al-Attas
mengeritik Barat tentang kebahagiaan (happiness) yang mengikuti pemikiran Aristotelian
hanya menyentuh aspek duniawi yang sampai saat ini menjadi konsep manusia modern.
Paparan al-Attas tentang konsep epistemologi Islam serta tantangan konsep Barat modern
menunjukkan bahwa memang, konsepkonsep kelimuan yang dikembangkan peradaban
Barat sekuler merupakan tantangan terbesar umat Islam. karena itu, al-Attas menegaskan
bahwa secara konseptual, antara Islam dan Barat terdapat perbedaan yang fundamental
sehingga akan menimbulkan konflik yang bersifat permanen. Hasan Langgulung
mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam dalam hal ini memainkan peran penting
bagaimana menguraikan problematika mendasar dalam pendidikan Islam.

16
Adapun filsafat pendidikan Islam berasal dari filsafat hidup Islam, hal itu mencakup
kebenaran (truth) yang bersifat spekulatif dan praktikal yang menolong untuk
menafsirkan tentang manusia, sifat-sifat ilahiyah-Nya, nasib kesudahannya, dan
keseluruhan hakikat (reality). Hal tersebutberdasarkan pada prinsip- prinsip tertinggi dan
tidak berubah pada kesalahan bagi tingkah laku individu dan masyarakat. Senada dengan
al-Attas dan Langgulung, Zuhairini mengatakan bahwa filsafat pendidikan Islam
memiliki peran yang cukup penting sebagai bagian dari filsafat Islam dan ilmu
pendidikan. Secara teoritis, filsafat pendidikan Islam mampu memperkaya konsep dan
teori-teori secara filosofis dan Islami.

Kemudian secara praktis, filsafat pendidikan Islam berperan memberikan alternatif


pemecahan berbagai macam problem yang dihadapi oleh pendidikan Islam. Karena itu,
pada konteks lebih luas filsafat pendidikan Islam memberikan kontribusi ke arah
pengembangan konsep-konsep filosofis dari pendidikan Islam, yang secara otomatis akan
menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam, dan kedua kea rah perbaikan
pemahaman dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.14 Oleh sebab
itu, disinilah pentingnya landasan epistemologi dalam pendidikan Islam yang mengakui
tidak hanya empirisme dan rasionalisme sebagai pilarnya. Akan tetapi juga mengakui
indra, akal, intuisi dan yang paling penting adalah wahyu sebagai kerangka dan sumber
keilmuannya. Jika paradigma ini diperpegangi maka konsepsi dan teori-teori filsafat
pendidikan Islam yang teraplikasi pada tujuan, materimateri pendidikan yang akan
ditularkan pada peserta didik akan dipahami, dimengerti kemudian diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

2.7 Aksiologi dalam Filsafat Pendidikan Islam

Aksiologi pendidikan yang memiliki hakikat nilai, maksud nilai disini adalah nilai
nilai kebaikan dan keindahan yang tertinggi dari nilai –nilai etika dan estetika. Implikasi
aksiologi dalam filsafat pendidikan tidaklah asing karena aksiologi salah satu cabang
filsafat yang dapat menguji dan mengintegrasikan semua nilai-nilai dalam kehidupan
manusia khususnya tentang kajian etika.

17
Demikian juga dengan nilai estetika tentang pengalaman keindahan yang dimiliki
oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena disekelilingnya. Aksiologi juga dapat
menaruh perhatian tentang baik dan buruk dan dapat dijadikan sebagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Etika dari bagian filsafat nilai dan penilaian manusia adalah cara
memandangnya dari sudut baik dan tidak baik karena etika merupakan filsafat tentang
perilaku manusia. Adapun estetika adalah filsafat keindahan yang dimiliki oleh manusia
lebih menitik beratkan kepada predikat keindahan yang diberikan pada hasil seni. Ajaran
Islam merupakan perangkat sistem nilai yaitu pedoman hidup secara islami swsuai
dengan tuntunan Allah SWT. Sehingga aksiologi pendidikan Islam berkaitan dengan
nilai-nilai tujuan dan target yang akan dicapai dalam pendidikan Islam kerena tujuan
pendidikan islam mengandung petunjuk Allah, meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia baik didunia maupun diakhirat, mengandung usaha keras untuk meraih
kehidupan yang baik dan mengandung nilai yang dapat memadukan antara kepentingan
kehidupan dunia dan akhirat.

18
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat adalah proses perpikir yang mendalam, menyeluruh tentang suatu  gejala dan
tanda yang terjadi di lingkungan hidup manusia. Kajian dan telaah filsafat sangat luas,
karena itu filsafat disebut sebagai pokok pangkalnya ilmu pengetahuan. Pada dasarnya
setiap orang memiliki filsafat tapi mungkin ia tidak menyadari akan hal itu. Berpikir
filsafat berusaha memecahkan suatu persoalan dan memandang persoalan dari
ensensinya.

Pendidikan ialah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang
yang lebih muda atau orang yang belum bisa berpikir secara dewasa. Melalui proses suatu
pendidikan perserta didik akan bisa berpikir secara mandiri dan diharapkan dapat
terbentuk suatu karakter akhlak yang mulia.

Agama merupakan suatu kepercayaan yang dianut oleh setiap individu. Jika kita
berbicara agama maka menyangkut kebenaran, karena agama adalah kebenaran yang
paling tua. Islam merupakan agama dari Allah. Dalam Islam kita berpegang pada Al-
Qur’an dan Hadits.

Dari arti kata filsafat, pedidikan, dan Islam maka dapat disimpulkan bahwa filsafat
pendidikan Islam adalah suatu ilmu yang mengkaji, mencari, menganalisa, membahas
secara filosofis tentang hakikat pendidikan islam, baik secara konseptual, maupun
operasional, serta menggunakan jasa filosofis dala mencari alternatif paling efektif bagi
pemecahan problema pendidikan islam yang berdasar dan bersandar pada sistem
kebenaran yang mutlak yaitu al-Qur'an dan al-Hadits serta pandangan filosofis muslim
sehingga dapat memberikan perbaikan dan pengembangan terhadap pendidikan Islam.

19
Ruang lingkup kajian filsafat pendidikan Islam juga meliputi masalah-masalah yang
berhubungan dengan sistem pendidikan itu sendiri, yaitu pendidikan Islam. Pemikiran-
pemikiran mengambarkan cakupan teori mengambarkan rumusan mengenai perserta
didik, pendidik, manajemen, institusi, kurikulum, metode, alat, evaluasi pendidikan.

Kegunaan filsafat Pendidikan Islam yaitu, sebagai berikut:


(1) untuk membantu  perancang dan pelaksana pendidikan, (2) untuk membantu
mengetahui ketercapaian dalam pendidikan (evaluasi pendidikan, (3) memberikan kritik
dan koreksi terhadap pelaksanaan, (4) membantu pemecahan masalah-masalah dalam
pendidikan, (5) memberikan kritik terhadap metode dan alat dalam proses pendidikan.

Metode pengembangan filsafat pendidikan Islam ada tiga yaitu:


(1) bahan tertulis (tekstual) al-Qur’an, al-Hadits, (2) metode pencarian bahan, (3) metode
pembahasan (penyajian); bisa dengan cara berpikir yang menganalisa fakta-fakta, (4)
pendekatan (approach); pendekatan sangat diperlukan dalam sebuah analisa, yang bisa
dikategorikan sebagai cara pandang (paradigm) yang akan digunakan untuk menjelaskan
suatu fenomena.

3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami buat. Kami menyadari dalam penulisan makalah
ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
konstruktif sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan sedikit manfaat bagi pembaca pada umumnya
dan pemakalah pada khususnya. Aamiin.

20
DAFTAR PUSTAKA

Abdulloh, N. (2010). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober Jumad, 2013, from


wordpress.com: http://nurwahidabdulloh.wordpress.com/pengetahuan/fisafat/filsafat-pendidikan-
islam
Abidin, Z. (2011). pengantar filsafat barat. jakarta: rajawali press.
aL-Syaibani, O. M.-T. (1973). Falsafat Pendidikan Islam. .terj. Hasan Laggulung.1979.Jakarta:
Bulan Bintang.
Arifin, M. (1992). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Jalaludin. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Langulung, H. (1992). Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru.
Mahmud. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Marimba, A. D. (1989). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Bumi Aksara.
Maulana. (2013, Januari). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober 20, 2013, from
blogspot.com: http://maulanajurnalis.blogspot.com/2013/01/makalah-filsafat-pendidikan-
islam.html
Nasution, H. (1973). Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.Jakarta: Bulan Bintang.
Sudrajat, A. (2009, Mei). Filsafat Pendidikan Islam. Retrieved Oktober Jumad, 2013, from
wordpress.com: http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2009/05/25/filsafat-pendidikan-islam/
Syah, M. (1997). Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru.
Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung : Rosda Karya.
Syam, N. M. (1989). Filsafat Pendidikan dan Dasar Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha
Nasional.
Syar'I, A. (2005). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.
Tedd, B. (2001). Paradigma Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Riora Cipta.

21

Anda mungkin juga menyukai