Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa yang telang
melimpahkan rahmat dan hadiratnya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul “FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM ALIRAN
EMPIRISME”
Penulis
DAFTAR ISI
MAKALAH.................................................................................................................1
KATA PENGANTAR....................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
1.1. Latar Belakang...............................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3. Tujuan...........................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................6
2.1. Sejarah Filsafat Pendidikan dalam aliran EMPIRISME...................................6
2.2. Tokoh-Tokoh Aliran EMPIRISME..................................................................10
2.3. Konsep Filsafat Pendidikan dalam Aliran Empirisme...................................16
2.4. Keunggulan dan Kelemahan Filsafat dalam Aliran Empirisme.....................18
2.5. Implementasi di masa kini / di Indonesia....................................................20
A. PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME...................................................................20
B. Konsep Manajemen Pendidikan Islam dan Karakteristiknya..........................21
C. Penerapan Manajemen Pendidikan Islam di Pesantren.................................25
BAB III.....................................................................................................................29
PENUTUP................................................................................................................29
3.1. Kesimpulan..................................................................................................29
3.2. Saran...........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................31
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.3. Tujuan
Filsafat berasal dari dua kata yaitu philo dan shophia. Filsafat dapat
diartikan sebagai proses berfikir secara mendalam untuk mencari sebuah
kebenaran tentang sesuatu. Dengan adanya filsafat manusia bisa berfikir
secara kritis dan sistematis, serta bisa memecahkan permasalahan yang
berhubungan dengan aspek kehidupan manusia. Tidak hanya dalam
kehidupan manusia saja, namun filsafat ini juga mempunyai peranan
penting dalam dunia pendidikan.
1
Muti Syarofani.“ Impementasi Pemikiran Filsafat Empirisme dalam Pendidikan”
www.kompasiana.com/muti63249/61d32e7116671714d0539c42/implementasi-
pemikiran-filsafat-empirisme-dalam-pendidikan-anak?page=2&page_images=1 (diakses
pada 4 januari 2022)
Empirisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris
empiricism dan experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani
(empeiria) dan dari kata experieti yang berarti “berpengalaman dalam”,
“berkenalan dengan”, “terampil untuk”. Empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau
parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indera.
2
Muji Gunarto, Aliran Filsafat : “EMPIRISME”
https://mujigunarto.wordpress.com/2017/10/09/aliran-filsafat-empirisme/(diakses pada 9
oktober 2017).
rasionalisme, yang menempatkan rasio sebagai sumber utama pengetahuan,
empirisme justru memilih
1. Jhon Locke(1632-1704 M)
7
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/21/pemikiran-john-locke diaksess 1
April 2016
8
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2… Hal.37
sebagai benda yang riil dan hidup. Pengakuannya bahwa “aku” merupakan
suatu substansi rohani. Tuhan adalah asal-usul ide itu ada yang
menunjukkan ide-ide pada kita dan Tuhanlah yang memutarkan film pada
batin kita.
Hume tidak mengakui adanya kausalitas atau hukum sebab akibat. Banyak
orang berpendapat bahwa penyimpulan soal – soal yang nyata tampaknya
didasarkan atas hubungan sebab akibat. Sebagai contoh, kita menuangkan air
dalam bejana, kemudian di bawah bejana tersebut kita nyalakan api, setelah
beberapa menit, air pun mendidih. Kesan gejala pertama adalah air bejana. Setelah
beberapa waktu pengamatan, mendapat gejala yang kedua yaitu air mendidih.
Kesan akan terus menerus diterima jika ada api diletakkan dibawah bejana yang
berisi air yang mana akan timbul asosiasi tertentu yang menjadikan akal kita
cenderung berpendapat seolah api itu yang menghubungkan air dingin dengan air
mendidih. Hubungan ini kita angap sebagai suatu yang pasti,dimana kepastian
disini adalah hanya mengungkapkan harapa kita saja dan tidak boleh dimengerti
lebih dari berpeluang. Maka Hume menolak kausalitas sebab sesuatu mengikuti
yang lain, tidak melakat pada hal – hal itu sendiri, namun hanya dalam gagasan
kita. Jika kita bicara tentang hukum alam atau sebab akibat, sebenarnya kita
membicarakan apa yang kita harapkan, yang merupakan gagasan kita saja, yang
lebih didikte leh kebiasaan atau perasaan kita saja.
10
Afid Burhsnuddin, PENERAPAN ALIRAN EMPIRISME DALAM PENDIDIKAN,Prngantar
Pendidikan,07 (Nov.),2013
1. Menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan
Pendidikan itu sendiri tidak lain adalah ilmu yang dapat berkembang
dari waktu ke waktu. Dengan filosofi ilmu dan pendidikan dapat membantu
setiap peneliti yang ikut serta dalam penelitian dan menjadi salah satu
pemerhati di bidang pendidikan untuk lebih mengembangkan ilmu
pendidikan yang ada. Mulai dari pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana
menjadi landasan utama filsafat.
Hal ini dapat membantu para peneliti dan juga mereka yang terlibat dalam
dunia pendidikan mampu mengembangkan dan menyempurnakan ilmu
pendidikan yang sudah ada
11
Dr. Muhammad Kristiawan M.Pd. Konsep Filsafat Pendidikan, English
Development,University of Bengkulu, September 2020
Pertanyaan filosofis mengenai pendidikan, seperti mengapa
pendidikan itu penting dapat memberikan jawaban kepada mereka yang
ingin mengabdi menjadi tenaga pendidik. Dengan adanya filsafat
pendidikan, maka tujuan pengabdian dari setiap insan pendidik akan
menjadi jelas, dan hal ini tentu saja sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan
juga pengimplementasian mengenai filsafat pendidikan.
12
Dr. Muhammad Kristiawan M.Pd. Konsep Filsafat Pendidikan, English
Development,University of Bengkulu, September 2020
2.4. Keunggulan dan Kelemahan Filsafat dalam Aliran Empirisme
A. Keunggulan
B. Kelemahan
13
Abd. Gafur, Filsafat Ilmu, (Malang: Kantor Jaminan Mutu (KJM) UIN Malang: 2007),
59
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya.
Kata manajemen berasal dari bahasa Inggris dari kata kerja “to
manage” yang sinonimnya antara lain; “to hand’ berarti mengurus, “to
control” berarti memeriksa, “to guide” berarti memimpin. Dalam kamus
istilah populer, kata manajemen mempunyai arti pengelolaan usaha,
kepengurusan, ketatalaksanaan, penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran yang di inginkan direksi.
Menurut Abduh, tujuan pendidikan dalam Alquran adalah membina
manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjalankan
fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna membangun dunia
ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan oleh Allah. Keberhasilan
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan tujuan tergantung
pada proses manajerial yang terdapat di dalamnya.
Manajemen sebagai suatu disiplin ilmu pertama kali diperkenalkan
oleh Frederick W. Taylor dengan bukunya The Principle of Scientific
Management (1914) dan Henry Fayol dalam General dan Industral
Management (1945). Namun jauh sebelumnya keduanya, ajaran-ajaran
Alquran dan Hadits telah lebih dulu menjelaskan pokok-pokok dan prinsip-
prinsip manajemen yang jika diperbandingkan dengan teori-teori
14
Feby Alifia Rachmawati,Filsafat, Penerapan Pemikiran Filsafat Empirisme dalam Dunia
Pendidikan.https://www.kompasiana.com/febyalifiarchmwti/61b978e43991aa4ff0750312
/penerapan-pemikiran-filsafat-empirisme-dalam-dunia-pendidikan?
page=2&page_images=1 diakses pada 18 Desember 2021
manajemen para ahli masa kini tidaklah kurang bobotnya, karena ajaran itu
juga merupakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar manajemen sekalipun
dengan istilah lain.
15
Mujamil Qomar et, al, Meniti Jalan Pendidikan Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2003), hlm. 23.
16
Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan Ala Rasulullah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), hlm. 35.
17
Marno & Triyo Supriyatno, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam
19
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), hlm. 260.
manajemen pendidikan secara umum.
Dan berbagai sandaran yang bersifat ilahi, rasio dan ilmiah akan
menimbulkan keyakinan yang berdasar pada kebenaran ketuhan, berdasar
akal fikiran, berdasar data yang akurat yang dipraktekkan berkali-kali
dalam pengelolaan pendidikan. Dapat dipahami bahwa manajemen
pendidikan Islam yang karakteristik Islami akan lebih unggul dibanding
dengan manajemen pendidikan yang bersifat umum, baik secara personal
maupun lembaga. Satu lagi yang perlu kita cermati apakah kelebihan
manajemen pendidikan Islam yang unggul secara teori sudah diwujudkan
unggul secara riil dalam dunia atau lembaga pendidikan di negeri ini?
20
Taliziduku Ndzaha, Manajemen Perguruan Tinggi (Jakarta: Bina Aksara,
1988), hlm. 112.
Pendidikan sebagai sebuah sistem terdiri dari berbagai kompenen
yang antara satu dan yang lainnya saling berkaitan. Dalam Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana digunakan sebagai acuan oleh BAN-PT,
kompenen pendidikan terdiri dari visi, misi, tujuan, kurikulum, proses
belajar mengajar, pendidik, peserta didik, manajemen pengelolaan, sarana
prasarana, pembiayaan, sistem komunikasi, lingkungan dan evaluasi
pendidikan. Dalam berbagai kompenen pendidikan tersebut telah terjadi
paradigma baru sebagai akibat dari pengembangan era globalisasi,
reformasi, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ideologi
sebuah bangsa dan perkembangan politik.
23
Muhammad Nafi, Pendidik dalam Konsepsi Imam Al-Ghazali (Yogyakarta: Depublis
Publisher, 2017), hlm. 68.
bersamaan. Orientasi ini menghendaki suatu rumusan tujuan pendidikan
yang jelas karena itu program pembelajarannya harus diproyeksikan ke
masa depan dari pada masa kini atau masa lampau. Meskipun masa lampau
dan kini tetap dijadikan khasanah kekayaan empiris yang amat berharga
bagi batu loncatan ke masa depan. Untuk menjawab tantangan era
globalisasi tersebut, pendidikan Islam perlu melakukan perubahan-
perubahan yang signifikan terutama berkaitan dengan Visi dan
Orientasinya serta dituntut untuk menerapkan pendekatan dan orientasi
baru yang relevan dengan tuntutan zaman.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
24
Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: LKis, 2009), hlm. 56.
Dalam paham empirisme, pengalaman sebagai sumber utama
pengetahuan, baik pengalaman lahiriyah yang menyangkut dunia maupun
pengalaman batiniyah yang menyangkut pribadi manusia. Pengalaman yang
dimaksud adalah pengalaman atauempiri melalui alat indera. Paham
empirisme ini dipertentangkan dengan paham rasionalisme yang
mengatakan akal (rasio) sebagai sumber pengetahuan.