FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd.
Dr. Mintarsih Arbarini, M.Pd.
Disusun oleh:
1. Anik Hariyastuti NIM 2399010014
2. Vivit Triana NIM 2399010015
i
KATA PENGANTAR
1. Allah SWT, yang atas izin karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai
dengan panduan pembuatan dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
2. Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd. dan ibu Dr.
Mintarsih Arbarini, M.Pd., selaku dosen pengampu dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan
yang telah memberikan banyak pengetahuan kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
3. Tak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang sekiranya mendukung
kami dalam penulisan makalah maupun pengumpulan materi.
Penulis mohon maaf atas segala kekurangan makalah ini karena penulis masih dalam tahap
pembelajaran yang membutuhkan bimbingan dan motivasi dalam penulisan maupun
pengumpulan materi dari bapak, ibu dan teman-teman sekalian. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi kita semua, Amin. Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah Pendidikan. Tujuan filsafat pendidikan adalah
memberikan inspirasi bagaimana mengorganisasikan proses pembelajaran
yang ideal. Teori pendidikan bertujuan menghasilkan pemikiran tentang
kebijakan dan prinsip-rinsip pendidikan yang didasari oleh filsafat pendidikan.
Praktik pendidikan atau proses pendidikan menerapkan serangkaian
kegiatan berupa implementasi kurikulum dan interaksi antara guru dengan
peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan dengan menggunakan rambu-
rambu dari teori-teori pendidikan.Peranan filsafat pendidikan memberikan
inspirasi, yakni menyatakan tujuan pendidikan negara bagi masyarakat,
memberikan arah yang jelas dan tepat dengan mengajukan pertanyaan tentang
kebijakan pendidikan dan praktik di lapangan dengan menggunakan rambu-
rambu dari teori pendidik.
Seorang guru perlu menguasai konsep-konsep yang akan dikaji serta
pedagogi atau ilmu dan seni mengajar materi subyek terkait, agar tidak terjadi
salah konsep atau miskonsepsi pada diri peserta didik. Tugas filsafat adalah
melaksanakan pemikiran rasional analisis dan teoritis (bahkan spekulatif)
secara mendalam dan memdasar melalui proses pemikiran yang sistematis,
logis, dan radikal (sampai keakar-akarnya), tentang problema hidup dan
kehidupan manusia. Produk pemikirannya merupakan pandangan dasar yang
berintikan kepada “trichotomi” (tiga kekuatan rohani pokok) yang berkembang
dalam pusat kemanusiaan manusia (natropologi centra).
1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat kita rumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari filsafat pendidikan?
2. Apa saja ruang lingkup filsafat pendidikan?
3. Apa hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan?
4. Apa hubungan kurikulum dengan filsafat pendidikan?
5. Apa saja aliran-aliran filsafat pendidikan?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan,
2. Mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan.
3. Mengetahui hubungan filsafat dengan filsafat pendidikan.
4. Mengetahui hubungan kurikulum dengan filsafat pendidikan.
5. Mengetahui aliran-aliran filsafat pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pendidikan adalah mencari konsep-konsep yang dapat menyelaraskan
gejala yang berbeda-beda dalam pendidikan dan suatu rencana
menyeluruh, menjelaskan intilah-istilah pendidikan, mengajukan
asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus
mengenai pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi
yang berhubungan antara pendidikan dan bidang-bidang kepribadian
manusia.
2. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan, mengharmoniskan, dan penerapan nilai-
nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
3. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik
dan filsuf-filsuf untuk menjelaskan proses pendidikan
menyelaraskan, mengkritik dan mengubahnya berdasar pada
masalah-masalah budaya.
4. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideology pendidikan yang
muncul dari sikap filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-
pengalamannya dalam pendidikan dan kehidupan dari kajiannya
tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan, dan
berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.
Sementara Dewey (dalam Jalaludin & Idi, 2015:20) menyampaikan
bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar
yang fundamental, baik yang menyangkut daya pikir (intelektual) maupun
daya perasaan (emosional), menuju tabiat manusia.
Lebih jauh Barnadib (dalam Jalaludin & Idi, 2015:20), menyatakan
bahwa filsafat pendidikan merupakan ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan.
Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis filosofis
terhadap bidang pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita tarik pengertian bahwa filsafat
pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah norma dan atau ukuran tingkah laku perbuatan
yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.
4
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Menurut Jalaludin & Idi (2015:24) secara mikro yang menjadi
ruang lingkup filsafat pendidikan meliputi:
Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of
education);
Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan
(the nature of man);
Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan;
Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan;
Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat
pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan);
Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang
merupakan tujuan pendidikan.
5
Filsafat merupakan suatu cara pendekatan yang dipakai untuk
memecahkan problematika pendidikan dan menyususn teori-teori
pendidikan.
Filsafat berfungsi memberi arah terhadap teori pendidikan yang memiliki
relevansi dengan kehidupan yang nyata.
Filsafat, dalam hal ini fisafat pendidikan, mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori
pendidikan menjadi ilmu pendidikan.
Adapun hubungan filsafat umum dan filsafat pendidikan terdapat batasan-
batasan sebagai berikut:
Filsafat pendidikan merupakan pelaksana pandangan filsafat dan kaidah
filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut pendidikan.
Kajian tentang filsafat pendidikan sangat penting karena merupakan upaya
dalam pengembangan pandangan terhadap proses pendidikan dalam upaya
memperbaikai keadaan pendidikan.
Filsafat pendidikan memiliki prinsip-prinsip, kepercayaan, konsep andaian
yang kontinuansi satu sama lainnya.
Dari uraian di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa antara filsafat
pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali dan tak
terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman
dasar bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh
bagi tegaknya sistem pendidikan.
6
Filsafat pendidikan memberikan inspirasi bagi siapa pun dalam
melaksanakan ide tertentu dalam pendidikan. Melalui pendidikan filosof–
filosof pendidikan memperkenalkan idenya tentang bagaimana pendidikan
itu, kemana diarahkan pendidikan itu, siapa saja yang patut menerima
pendidikan, dan bagaimana cara mendidik serta peran pendidik. Sudah
tentu, ide–ide ini didasari oleh asumsi–asumsi tertentu tentang anak
manusia, masyarakat atau lingkungan, dan negara. Dengan demikian,
maka halnya ini dapat menjadi sumber inspirasi dalam mengembangkan
kurikulum.
Salah satu filsafat pendidikan berfungsi mengispirasi adalah Buku
Emile (Emile adalah nama anak yang menerima pendidikan) karya J.J
Rousseau, yang terdiri dari
Buku I menekankan perkembangan tubuh dan alat–alat indra bagi
anak yang baru lahir sampai berumur 2 tahun,
Buku II mengutamakan perkembangan alat–alat indra bagi anak
yang berumur 2-12 tahun,
Buku III mengutamakan perkembangan intelek bagi anak yang
berumur 12–15 tahun,
Buku IV mengutamakan pendidikan watak dan agama bagi anak
yang berumur 15–20 tahun
Buku V bercerita tentang Sophia calon istri Emile adalah pendidikan
wanita dan kesusilaan.
7
validitasnya. Hal ini penting agar dalam menyusun konsep pendidikan
pada umumnya maupun kurikulum pada khususnya tidak terjadi
kerancuan, tumpang tindih, serta arah yang simpang siur. Dengan
demikian ide–ide yang kompleks dapat dijernihkan, tujuan pendidikan
atau tujuan kurikulum menjadi jelas dan alat–alat bantu pendidikan juga
dapat ditentukan dengan tepat.
3. Fungsi memdreskriptifkan
Filsafat pendidikan dapat memberikan petunjuk, penjelas atau
pengarah. Yang dijelaskan dapat berupa harikat manusia, aspek–aspek
peserta didik yang patut dikembangkan, proses perkembangan itu sendiri
batas–batas bantuan yang dapat diberikan dalam proses perkembangan,
batas–batas keterlibatan pendidik, arah pendidikan yang jelas, target–
target pendidikan, perbedaan arah pendidikan bila diperlukan sesuai
dengan kemampuan, bakat, dan minat anak–anak.
4. Fungsi menginvestigasi
Memeriksa atau meneliti kebenaran suatu teori pendidikan untuk
mengembangkan materi atau konten kurikulum melainkan harus mendapat
evaluasi secara cermat dari filsafat pendidikan yang dianut.Nasution
(dalam Dadang Sukirman dan Asra) mengidentifikasi beberapa manfaat
filsafat pendidikan yaitu:
1) Filsafat pendidikan dapat menentukan arah akan dibawa kemana
anak–anak melalui pendidikan disekolah. Sekolah ialah suatu
lembaga yang didirikan untuk mendidik anak–anak kearah yang
dicita–citakan oleh masyarakat, bangsa, dan Negara.
2) Dengan adanya tujuan pendidikan yang diwarnai oleh filsafat
pendidikan yang dianut kita mendpatkan gambaran yang jelas
tentang hasil yang dicapai. Manusia bagaimankah yang harus
diwujudkan melalui usaha–usaha pendidikan itu.
3) Filsafat dan tujuan pendidikan memungkinkan si pendidik menilai
segala usaha pendidikan.
4) Tujuan pendidikan memungkinkan si pendidikan menilai usahanya,
sejauh manakah tujuan yang dicapai.
8
5) Tujuan pendidikan memberikan motivasi atau dorongan bagi
kegiatan–kegiatan pendidikan.
9
mencari hidup baru. Nilai-nilai abadi tidak ada, yang ada adalah jiwa
perubahan, relativitas, kebebasan, dinamika, ilmiah dan perbuatan nyata.
Menurut filsafat ini tidak ada tujuan yang pasti, demikian pula tidak ada
kebenaran yang pasti. Tujuan dari kebenaran bersifat relative. Apa yang
sekarang dipandang benar karena dituju dalam kehidupan, belum tentu
tahun depan masih tetap benar. Ukuran kebenaran adalah berguna bagi
kehidupan manusia hari ini.
Yang dipentingkan dalam pendidikan adalah mengembangkan
peserta didik untuk melatih berpikir. Metode pembelajaran yang tepat
adalah pemecahan masalah. Pendidikan berpusat kepada anak dan
perbedaan individual peserta didik sangat diperhatikan. Untuk mempercepat
proses pengembangan peserta didik, maka dengan cara menanamkan prinsip
mendisiplinkan diri sendiri, sosialisasi dan demokratisasi. Filsafat ini
merupakan gerakan pendidikan progresif yang bertujuan mengembangkan
teori pendidikan, antara lain : (1) anak harus bebas untuk berkembang secara
wajar, (2) pengalaman langsung merupakan cara terbaik untuk merangsang
minat belajar. (3) guru harus menjadi seorang peneliti dan pembimbing
kegiatan belajar. (4) sekolah progresif harus merupakan suatu laboratorium
untuk melakukan reformasi pedagogis dan eksperimental.
4. Filsafat eksistensialisme
Eksistensialisme yaitu manusia bukan hanya ada tetapi mengada :
aktif untuk tidak dikuasai oleh kodrat. Filsafat ini berrpendapat bahwa
kenyataan atau kebenaran adalah eksistensi atau adanya individu manusia
itu sendiri. Adanya manusia di dunia ini tidak punya tujuan dan kehidupan
menjadi terserap karena adanya manusia. Manusia adalah makhluk bebas.
Akan menjadi apa orang itu ditentukan oleh keputusan dan komitmennya
sendiri. Oleh karena itu kurikulum tidak boleh besifat statis tetapi dinamis.
Dari yang mudah sampai yang sukar sampai terus menerus.
Menurut filsafat ini, kebenaran adalah relative bergantung kepada
keputusan masing-masing, begitu pula pada nilai-nilai ditentukan oleh
setiap individu. Pendidikan menurut filsafat ini berrtujuan mengembangkan
kesadaran individu, memberikan kebebasan untuk bebas memilih etika,
mendorong pengembangan pengetahuan dirri sendiri, bertanggung jawab
10
sendiri, baik dalam bekerja individual maupun kelompok. Materi yang
dipelajari ditekankan pada kebutuhan langsung dalam kehidupan manusia.
Peserta didik perlu mendapat pengalaman sesuai dengan teknik mengajar
secara tidak langsung.
5. Filsafat rekonstruksionisme
Filsafat ini ingin merombak tata susunan kebudayaan lama dan
membangun tata susunan hidup dengan kebudayaan yang sama sekali baru
dan mencita-citakan terwujudnya suatu dunia baru dengan satu kebudayaan
dibawah satu kedaulatan dunia dalam control mayoritas umat manusia.
Rekonstruksionisme merupakan variasi filsafat progresivisme yang
menginginkan kondisi manusia pada umumnya harus diperbaiki dan
bercita-cita merekonstuksi kehidupan manusia secara total. Semua bidang
kehidupan harus diubah dan dibuat baru. Mereka berusaha secara ekstrim
merombak tata susunan masyarakat lama dan membangun tata susunan
hidup yang baru sama sekali melalui lembaga dan proses pendidikan. Proses
belajarr dari segala sesuatu yang bertalian dengan pendidikan tidak banyak
berbeda dengan filsafat pogresivisme.
6. Pedagogik kritis
Pedagogi kritis dapat dimaknai dengan pendidikan kritis, yaitu
pendidikan yang selalu mempertanyakan mengkritisi pendidikan itu sendiri
dalam hal-hal fundamental tentang pendidikan baik dalam tataran filosofis,
teori, sistem, kebijakan maupun dalam implementasinya. Dalam pemikiran
filsafat ini berpikir kritis diartikan sebagai suatu proses berpikir reflektif
yang berfokus untuk memutuskan apa yang diyakini untuk diperbuat. Hal
ini berarti di dalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang
memenuhi criteria tertentu untuk diperbuat. Singkatnya pedagogic kritis
adalah pedagogic yang menggunakan pendekatan sosio-politik, dan
membudayakan peserta didik.
Tujuan dari proses pendidikan pedagogik kritis adalah menyadarkan
akan keberadaan dan peranan peserta didik di dalam kehidupan sosial
politik, ekonomi dan budaya masyarakat. Berpikir kritis dipandang
memiliki peran penting dalam pendidikan, yaitu: (1) sebagai upaya
memberikan penghargaan bagi peserta didik sebagai pribadi untuk
11
mengembangkan kepribadiannya (2) sebagai tujuan ideal berpikir kritis
dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk berkembang menjadi
dewasa (3) berpikir kritis merupakan cita-cita tradisional untuk mencapai
apa yang diinginkan peserta didik dan (4) berpikir kritis sangat dibutuhkan
dalam kehidupan yang demokratis, baik dalam lapangan politik, sosial
maupun ekonomi.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat pendidikan sebagai ilmu pengetahuan normatif dalam bidang
pendidikan merumuskan kaidah-kaidah norma dan atau ukuran tingkah laku
perbuatan yang sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan
kehidupannya. Ruang lingkup filsafat pendidikan ialah semua aspek yang
berhubungan dengan upaya manusia untuk mengerti dan memahami hakikat
pendidikan itu sendiri, yang berhubungan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu dapat dicapai seperti yang
dicita-citakan.
Filsafat pendidikan dan pendidikan terdapat suatu hubungan yang erat sekali
dan tak terpisahkan. Filsafat pendidikan mempunyai peranan yang amat penting
dalam sistem pendidikan karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar
bagi usaha-usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.
B. Saran
Setelah membaca makalah yang sederhana ini, penulis mengharapkan agar
pembaca dapat memahami dan dapat memilih filsafat yang baik untuk kita terapkan
dan aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari supaya kita menjadi insan yang
memahami akan makna kehidupan ini dan supaya bisa menjadi teladan bagi peserta
didik kita.
Akan tetapi, penulis juga menyarankan agar tidak hanya fokus pada makalah
ini, pembaca dapat mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi ini, guna
untuk lebih memahami tentang filsafat pendidikan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin & Idi. (2015). Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat Dan Pendidikan
Press
UNY Press
14