Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Landasan Filosofi Pragmatisme dan Scholatisisme“

(Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Landasan Pendidikan di SD)

Dosen Pengampu : Dr. Tazkiyatunnafs Elhawwa, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Suhaibatul Aslamiah (19.23.021553)
2. Diah Safitri (19.23.021549)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat dan Anugrah yang di limpahkan-Nya. Sehingga Penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Filosofi Pragmatisme dan
Scholatisisme” ini tepat pada waktunya tanpa ada halangan yang berarti.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan
dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak
untuk itu dalam kesempatan ini. Penulis menghaturkan rasa hormat dan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih dari
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian,
penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca.

Palangka Raya, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Landasan Filosofi Pragmatisme ...................................................................... 3
2.2 Hubungan Pragmatisme Terhadap Pendidikan ............................................ 6
2.3 Landasan Filosofi Scholatisisme ...................................................................... 7
2.4 Hubungan Scholatisisme Terhadap Pendidikan ............................................ 8
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 10
3.2 Saran ................................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 11

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Landasan filosofi merupakan landasan yang berkaitan dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-masalah
pokok seperti: Apakah pendidikan itu, mengapa pendidikan itu diperlukan,
apa yang seharusnya menjadi tujuannya, dan sebagainya. Landasan filosofi
adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafat, falsafah).
Kata filsafat (philosophy) bersumber dari bahasa Yunani, philein berarti
mencintai, dan sophos atau sophis berarti hikmah, arif, atau bijaksana.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat memecahkan permasalahan
hidup individual atau sosial. Tidak ada tujuan akhir pendidikan. Kurikulum
pendidikan hendaknya berisi pengalaman-pengalaman yang telah teruji,
yang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa (child centered) dan
berpusat pada aktifitas siswa (actifity centered). Adapun kurikulum tersebut
mungkin berubah. Pragmatisme mengutamakan metode pemecahan
masalah (problem solving method) serta metode penyelidikan dan
penemuan (inquiry and discovery method). Guru hendaknya berperan
sebagai fasilitator, yaitu membimbing dan memimpin siswa belajar tanpa
ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa. Adapun siswa
berperan bebas untuk mengembangkan minat dan bakatnya. Pragmatisme
bersifat plural, dan terus menerus berubah. Manusia adalah hasil evolusi
biologis, psikologis, dan sosial. Pengetahuan di peroleh manusia melalui
pengalaman (metode sains), pengetahuan bersifat relatif teori di uji
kebenaran pengetahuan dikenal sebagai pragmatisme / instrumentalisme,
sebab pengetahuan di katakan benar apabila dapat di aplikasikan.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia
secara penuh, meliputi potensi intelektual, fisikal, vokasional agar manusia
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Isi kurikulumnya
meliputi agama dan humanities. Matematika, retorika, logika, dan bahasa
juga di pandang penting. Kurikulumnya meliputi pendidikan liberal yang
mencakup mata pelajaran-mata pelajaran fundamental berkenaan dengan

1
pengembangan nilai-nilai kemanusiaan dan intelektual. Metode pendidikan
yang di utamakan adalah metode mendisiplinkan pikiran (disciplining the
mind), latihan formal (formal drill), persiapan jiwa dan cathekisme. Dalam
pendidikan guru harus menjadi teladan bagi para siswanya. Guru
mempunyai wewenang untuk pengembangkan pengetahuan, keterampilan
berpikir, dan agar siswa mampu berbuat kebajikan. Orientasi pendidikan
scholatisme adalah Parennialisme. Scholatisme menganut teori
hyllemorphe dan prinsip essentia-eksistentia. Terdapat realitas fana dan
realitas abadi di akhirat. Sejalan dengan konsep di atas, manusia adalah
ciptaan Tuhan, manusia adalah kesatuan badan-jiwa. Manusia diakui
sebagai makhluk alamiah, berfikir, beramasyarakat, dan sebagai makhluk
spiritual.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa landasan filosofi pragmatisme?
2. Bagaimana hubungan pragmatisme terhadap pendidikan?
3. Apa landasan filosofi scholatisisme?
4. Bagaimana hubungan scholatisisme terhadap pendidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui landasan filosofi pragmatisme.
2. Untuk mengetahui hubungan pragmatisme terhadap pendidikan.
3. Untuk mengetahui filosofi scholatisisme.
4. Untuk mengetahui hubungan scholatisisme terhadap pendidikan.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Landasan Filosofi Pragmatisme


Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika yang
terkenal dalam kurun satu abad terakhir. Pragmatisme merupakan aliran
filsafat yang mencerminkan dengan kuat sifat-sifat kehidupan di Amerika.
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat–akibat yang
memuaskan. Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma”
yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti
ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan. Pragmatisme adalah
aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-
akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis. Dengan demikian,
bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting melainkan
bagaimana kegunaan praktis dari pengetahuan kepada individu-individu.
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa
segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis; dengan kata
lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar, atau ukuran
kebenaran didasarkan pda kemanfaatan dari sesuatu itu harus benar. Atau
ukuran kebenaran didasarkan kepada kemanfaatan dari sesuatu itu kepada
manusia..
Aliran ini juga disebut dengan aliran instrumentalisme atau
utilitarianisme dan berpendapat bahwa kebenaran adalah buatan manusia
berdasarkan pengalamannya. Tidak ada kebenaran mutlak, kebenaran
adalah tentative dan dapat berubah. Yang baik, ialah yang berakibat baik
bagi masyarakat. Tujuan hidup ialah mengabdi kepada masyarakat dengan
peningkatan kesejahteraan manusia. Tugas guru bukan mengajar dalam arti
menyampaikan pengetahuan, melainkan memberi kesempatan kepada anak
untuk melakukan berbagai kegiatan guna memecahkan masalah, atas dasar

3
kepercayaan bahwa belajar itu hanya dapat dilakukan oleh anak sendiri,
bukan karena “dipompakan ke dalam otaknya”. Yang penting ialah bukan
“what to think” melainkan “how to think” yakni melalui pemecahan
masalah.Pengetahuan diperoleh bukan dengan mempelajari mata pelajaran,
melainkan karena digunakan secara fungsional dalam memecahkan
masalah.
Salah satu kemungkinan yang mendasari lahirnya filsafat
pragmatisme adalah perdebatan tanpa ujung antara idealisme dan realisme.
Idealisme yang bertumpu pada ide sebagai pondasi utama pemikirannya,
merupakan pemikiran filosofis yang dikenalkan oleh Plato. Sedangkan
realisme berkeyakinan bahwa substansi itu bisa didapat dari alam
nyata/real, yang dari situ kemudian menciptakan ide dalam diri manusia.
Perdebatan ini kemudian diteruskan oleh rasionalisme yang mendukung
idealisme, dan empirisme yang mendukung realisme. Pragmatisme melihat
perdebatan ini kemudian tidak memberikan jawaban atau implikasi yang
memuaskan dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu kalangan pragmatis
menawarkan filsafat sebagai tindakan praktis, tidak hanya sekedar teoritis
atau tidak bisa dipraktikkan
Adapun kelebihan dan kekurangan filosofi pragmatisme:
1. Kelebihan filosofi pragmatism
a) Kemunculan pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan
kontemporer, khususnya di Amerika Serikat, telah membawa
kemajuan-kemnjuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan maupun
teknologi. Pragmatisme telah berhasil membumikan filsafat dari corak
sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir metafisis, idealis,
abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang memikirkan
atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia,
bukan nnati di akhirat. Dengan demikan, filsafat pragmatisme
mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar mempercayai
(belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang memanfaatnya
bisa di nikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.

4
b) Pragmatisme telah berhasil mendorong berfikir yag liberal, bebas dan
selalu menyangsikan segala yang ada. Barangkali dari sikap skeptis
tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi
semangat pada seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu
konsep lewat penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan
eksperimen-eksperimen sehingga munculllah temuan-temuan baru
dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu mendorong secara
dahsyat terhadap kemajuan di badang sosial dan ekonomi.
c) Sesuai dengan coraknya yang sekuler, pragmatisme tidak mudah
percaya pada “kepercayaan yang mapan”. Suatu kepercyaan yang
diterima apabila terbukti kebenarannya lewat pembuktian yang praktis
sehingga pragmatisme tidak mengakui adanya sesuatu yang sakral dan
mitos, Dengan coraknya yang terbuka, kebanyakan kelompo
pragmatisme merupakan pendukung terciptanya demokratisasi,
kebebasan manusia dan gerakan-gerakan progresif dalam masyarakat
modern.
2. Kekurangan filosofi pragmatisme
a) Karena pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang bersifat
metafisika dan kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya
mengakui kebenaran apabilaa terbukti secara alamiah, dan percaya
bahwa duna ini mampu diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak
langsung pragmatisme sudah mengingkari sesuatu yang transendental
(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada
perkembangan lanjut, pragmatisme sangat mendewakan kemepuan
akal dalam mencapai kebutuhan kehidupan, maka sikap-sikap
semacam ini menjurus kepada ateisme.
b) Karena yang menjadi kebutuhan utama dalam filsafat pragmatisme
adalah sesuatu yang nyata, praktis, dan langsung dapat di nikmati
hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola pikir
masyarakat yang matrealis. Manusia berusaha secara keras untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang bersifat ruhaniah. Maka dalam

5
otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit
matrealisme.
c) Untuk mencapai matrealismenya, manusia mengejarnya dengan
berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya merupakan anggota
dari masyarakat sosialnya. Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu
sekedar memenuhi kebutuhan materinya, maka dalam struktur
masyarakatnya manusipa hidup semakin egois individualis. Dari sini,
masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanisme.

2.2 Hubungan Pragmatisme Terhadap Pendidikan


Dalam pandangan pragmatisme, kurikulum sekolah seharusnya
tidak terpisahkan dari keadaan- keadaan masyarakat.dalam pendidikan
materi pembelajaran adalah alat untuk memecahkan masalah–masalah
individual,dan siswa secara perorangan di tingkatkan atau di konstruksi,dan
secara bersamaan masyarakat di kembangkan.karena itu masalah–masalah
masyarakat demokratis harus menjadi bentuk dasar kurikulum; dan makna
pemecahan ulang masalah-masalah lembaga demokrasi juga harus dimuat
dalam kurikulum karena itu kurikulum harus menjadi:
1. Berbasis pada masyarakat.
2. Cita-cita demokratis.
3. Pemecahan demokratis pada setiap tingkat pendidikan
4. Kelompok batasan tujuan-tujuan umum masyarakat
5. Bermakna kreatif untuk pengembangan keterampilan-
keterampilan baru.
Peserta didik dalam pandangan pragmatis bukanlah individu yang
pasif, namun aktif. Peserta didik sebagaimana manusia yang lain, hidup dan
betumbuh kembang dengan dan dalam interaksi aktif dengan kondisi
lingkungan yang ada disekitarnya. Realitas dalam pandangan pragmatisme
bukan sesuatu yang stagnan, jumud, tanpa perubahan, melainkan esensi
yang terus menerus mengalami perubahan. Maka dari itu pendidikan harus
menekankan pada kondisi peserta didik dan membuatnya peka dengan
kondisi perubahan yang ada dalam lingkungan sekitarnya. Sehingga tidak
ada kebijakan dan metode pendidikan yang stagnan. Kebijakan dan metode

6
pendidikan harus selalu berkembang sebagaimana kondisi lingkungan yang
selalu berkembang. Pendidik dalam pengertian kalangan pragmatism
bukanlah sebagaimana Pendidik dalam pengertian tradisional.
Pendidik bukanlah subyek yang “maha tahu” dengan apa yang
dibutuhkan oleh peserta didik di masa depannya dan karenanya Pendidik
mempunyai fungsi memberi/menanamkan unsur esensial pengetahuan pada
diri peserta didik. Hal ini karena dalam pandangan kalangan pragmatis,
tidak ada seorangpun mengetahui apa yang dibutuhkan peserta didik, karena
pendidik dan peserta didik hidup dalam dunia yang terus menerus
berubah/dinamis. Kenyataan ini sejalan dengan gagasan bahwa tidak ada
kebenaran yang bersifat apriori dan absolut.
Pendidik dalam pandangan pragmatis dapat dilihat sebagai
pendamping peserta didik dalam pengalaman pendidikan, karena seluruh
aktivitas kelas dalam setiap harinya menghadapi dunia yang berubah.
Namun bukan pendampingan Pendidik bukan ala kadarnya, pendidik
merupakan pendamping yang mempunyai pengalaman yang lebih
dibanding peserta didik, yang maka dari itu dipandang sebagai
pemandu/pengarah. Pendidik merupakan orang yang menasehati dan
memandu aktivitas-aktivitas peserta didik dalam konteks yang lebih luas
daripada karena keluasan pengalamannya tadi.
Dalam praktik pembelajarannya, kalangan pragmatisme
menyaratkan pendidik untuk mempunyai sifat-sifat seperti: 1) permissive
(memberi kesempatan); friendly (menjadi sahabat yang baik); 3) a guide
(menjadi pembimbing); enthusiastic (mempunyai jiwa antusias); 4) open
minded (mempunyai pemikiran terbuka); 5) creative; 6) social aware
(mempunyai kesadaran bersosial/bermasyarakat); 7) alert (siap
sedia/siaga); 8) cooperative and sincere (kooperatif dan bersunggung-
sungguh) (Callahan dan Clark, 1983: 89)s.
2.3 Landasan Filosofi Scholatisisme
Scholatisisme adalah hasil penyatuan pemikiran falsafah dan
pemikiran teologi. Scholatisisme merupakan aliran filsafat yang muncul dan
berkembang pada abad pertengahan. Filsafat ini disebut scholastic menurut

7
Harun Hadiwijono (1992) sebutan scholastic mengungkapkan bahwa
pengetahuan abad pertengahan di usahakan oleh sekolah–sekolah, dan
bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di sekolah–sekolah itu.
Semula scholastik timbul di biara–biara tertua di Gallia selatan, tempat
pengusiran ketika ada perpindahan bangsa–bangsa.
Scholastisisme berpandangan bahwa kenyataan sebenarnya terdiri atas
kenyataan fisik dan material serta kenyataan rohaniah dan cita yang lebih
tinggi daripada kenyataan fisik dan material.
Pada hakikat realitas, scholatisme menganut prinsip hylemorphe
(hyle: materi, morphe: bentuk). Prinsip ini menyatakan bahwa segala
sesuatu kecuali Allah dan malaikat merupakan kesatuan dari materi dan
bentuk. Prinsip ini memungkinkan kita memahami terjadinya perubahan.
Sedangkan pada hakikat manusia, manusia merupakan kesatuan badan-jiwa.
Karena hubungan antara badan dan jiwa sebagai bentuk dan materi maka
jiwa bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Jiwa tidak dapat binasa
bersamaan dengan tubuh, jiwa tidak dapat mati. Manusia di ciptakan Tuhan
dengan tujuan agar manusia mencapai kebahagiaan yang sempurna yang
melalui dengan cara sesuai dengan petunjuk Tuhan. Oleh itu, scholatisme
adalah aliran falsafah yang berusaha menghubungkan dan menggabungkan
akal dengan cara yang terbaik dengan iman, tetapi selalu meletakkan
kepercayaan di atas akal.
2.4 Hubungan Scholatisisme Terhadap Pendidikan
Pendidikan harus bertujuan untuk mengembangkan potensialitas
manusia secara penuh menurut doktrin-doktin scholastic. Karena manusia
adalah rational being/ animal rational, keseluruhan potensialnya meliputi
potensi intelektual, fisikal, volisional (kemauan), dan juga vocasional.
Konsekuensinya sekolah harus menyediakan kesempatan-kesempatan bagi
setiap siswa untuk mengembangkan akal/pikiranya dan memperkuat
kemauanya. Pendidikan adalah lengakap hanya jika tujuannya memuat
eksistensi umat manusia di masa depan dalam surga dan juga eksistensi
lahiriah di muka bumi.

8
Kurikulum pendidikan isi pendidikan harus meliputi agama dan ilmu
kemanusian (humanities). Disiplin matematika, logika, bahasa, dan teorika
juga di pandang penting.dalam konteks ini isi pendidikannya meliputi
pendidikan liberal yang mencakup pengembangan mata pelajaran –mata
pelajaran fundamentalyang berkenaan dengan pengembangan nilai-nilai
kemanusiaan dan kemampuan –kemampuan intelektual.adapun bagi orang-
orang tertentu di berikan pula studi mata pelajaran-mata pelajaran
instrumental yang di butuhkan untuk hidup.isi kurikulum bersumber dari
buku-buku sumber (the great book)dan doktrin-doktrin yang di pandang
memuat pengetahuan dan nilai-nilai yang universal dan abadi.
Guru harus menjadi teladan yang baik bagi para siswanya. Suru
mempunyai wewenang untuk mengatur kelas(pengelolaan kelas perpusat
pada guru);dalam hal ini struktur pembelajaran yang di rancang guru
hendaknya di arahkan untuk membantu pengembangan pengetahuan,
keterampilan berpikir, dan untuk berbuat kebajikan.
Orientasi pendidikan scholatisme adalah perennialisme. Hal ini
dapat di pahami karena pendidikan scholatisme menekankan pengetahuan
dan nilai-nilai kebenaran yang bersifat universal, absolut, menetap atau
abadi, serta prinsipnya yang religious. Terdapat perennialisme yang
secular,namun mereka hanya merupakan minoritas dalam perennialisme
.perennialisme mengganggap tugas pendidikan adalah untuk memberi
pengetahuan tentang nilai-nilai kebenaran yang pasti, universal, abadi atau
menetap tersebut di atas ayang terdapat kebudayaan masa lampau yang di
akui sebagai kebudayaan yang ideal.

9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika yang
terkenal dalam kurun satu abad terakhir. Pragmatisme merupakan aliran
filsafat yang mencerminkan dengan kuat sifat-sifat kehidupan di Amerika.
Menurut Kamus Ilmiah Populer, Pragmatisme adalah aliran filsafat yang
menekankan pengamatan penyelidikan dengan eksperimen (tindak
percobaan), serta kebenaran yang mempunyai akibat – akibat yang
memuaskan. Istilah Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani “ Pragma”
yang berarti perbuatan ( action) atau tindakan (practice). Isme sendiri berarti
ajaran atau paham. Dengan demikian Pragmatisme itu berarti ajaran yang
menekankan bahwa pemikran itu menuruti tindakan. Pragmatisme adalah
aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu
yang membuktikan dirinya sebagai benar dengan melihat kepada akibat-
akibat atau hasilnya yang bermanfaat secara praktis.
Sedangkan scholatisisme merupakan aliran filsafat yang muncul dan
berkembang pada abad pertengahan. Filsafat ini disebut scholastic menurut
Harun Hadiwijono (1992) sebutan scholastic mengungkapkan bahwa
pengetahuan abad pertengahan di usahakan oleh sekolah–sekolah, dan
bahwa ilmu itu terkait pada tuntutan pengajaran di sekolah–sekolah itu.
Semula scholastik timbul di biara–biara tertua di Gallia selatan, tempat
pengusiran ketika ada perpindahan bangsa–bangsa.
Scholastisisme berpandangan bahwa kenyataan sebenarnya terdiri atas
kenyataan fisik dan material serta kenyataan rohaniah dan cita yang lebih
tinggi daripada kenyataan fisik dan material
3.2 Saran
Dari makalah yang telah dibuat penulis menyarankan agar pembaca
dapat mengambil hal-hal positif yang terkandung dalam makalah ini dan
dapat lebih memahami lagi mengenai landasan filosofi pragmatisme dan
scholatisisme.

10
DAFTAR PUSTAKA

Callahan J. F., dan Clark, L.H.. 1983. Foundation Of Education. New York:
Macmillan Publishing Co.Inc.

Falah, Riza Zahriyal. 2017. Landasan Filosofis Pendidikan Perspektif Filsafat


Pragmatisme dan Implikasinya dalam Metode Pembelajaran. 5(2): 374-392.

Filsafatpendidikans.wordpress.com. 2016. Landasan Filosofis Pendidikan


Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme. Diakses pada 19 September 2021,
dari https://filsafatpendidikans.wordpress.com/2016/11/07/landasan-
filosofis-pendidikan-idealisme-realisme-dan-pragmatisme-2/

Hardi, Rahmat Sultan, dkk. 2020. Landasan Filosofis Buku Dunia Kata Karya M.
Fauzil Adhim. 5(1): 14-25.

Rasid, Abdul. 2018. Implikasi Landasan-Landasan Pendidikan. 1(1): 1-15.

Rinitarosalinda.com 2019. Pengertian Landasan Filosofi Pragmatisme dan


Scholatisme. Diakses pada 19 September 2021, dari
https://rinitarosalinda.blogspot.com/2019/06/pengertian-landasan-
filosofi.html

11

Anda mungkin juga menyukai