Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PANDANGAN FILSAFAT DALAM PRAKTIK PENDIDIKAN


Mata Kuliah: Wawasan Kependidikan
Dosen Pengampu: Prof. Dr. I Wayan Kertih, M.Pd.
Ni Nyoman Asri Sidaryanti, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:

Gede Aditya Pratyastoma (2314041012)

I Putu Agus Febriana Putra Wijaya (2314041004)

Yohana Agnes Dewi Anantasya (2314041008)

Ni Made Mahysa Pradnyantari (2314041026)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL
PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan anugerah, kesempatan, dan pemikiran kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Pandangan Filsafat dalam Praktik Pendidikan”
tepat pada waktunya, semua materi dirangkum dalam makalah ini, agar pemahaman
terhadap permasalahan lebih mudah dipahami, lebih singkat, dan akurat. Pada kesempatan
kali ini juga kami mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr. I Wayan Kertih, M.Pd.
selaku Dosen mata kuliah Wawasan Kependidikan yang telah membimbing kami, serta
peranan teman-teman dalam memberikan kritik, saran maupun pertanyaan yang nantinya
membuat kami menjadi termotivasi untuk lebih giat lagi dalam mencari informasi yang
berkaitan dengan materi yang kami dapatkan.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun masih belum sempurna, untuk
menjadi lebih sempurna lagi kami membutuhkan kritik dan saran dari pihak lain untuk
membagikannya kepada kami demi memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin memperluas pemahamannya
mengenai Pandangan Filsafat dalam Praktik Pendidikan.

Singaraja, 16 September 2023


Penulis,

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................1
1.3 Tujuan .....................................................................................................................2

BAB 2. PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Filsafat Pendidikan..................................................................................................3
2.2 Pandangan Filsafat...................................................................................................3
2.3 Implementasi Pandangan Filsafat dalam Praktik Pendidikan..................................8

BAB 3. PENUTUP..............................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................10
3.2 Saran........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan tidak lagi menjadi kebutuhan
sekunder, melainkan menjadi kebutuhan primer bagi setiap individu. Filsafat memegang
peranan penting dalam pengembangan kurikulum dalam pendidikan, sama halnya seperti
dalam filsafat pendidikan. Pemahaman tentang filsafat pendidikan akan membantu kita
agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang dapat mengarahkan kita ke kurikulum
yang dapat menyesatkan siswa. Filsafat pendidikan ini melibatkan pemikiran kritis
tentang aspek-aspek pendidikan, termasuk epistemologi (teori pengetahuan), ontologi
(teori tentang realitas), etika (teori tentang tindakan yang benar atau salah), serta teori-
teori tentang manusia dan masyarakat. Pendekatan filsafat pendidikan mencoba untuk
menentukan landasan teoritis yang mendasari praktek-praktek pendidikan dan
mengidentifikasi prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam mencapai tujuan
pendidikan yang diinginkan.
Dengan memahami peran penting filsafat dalam praktik pendidikan, kita dapat
mengembangkan wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana pendidikan dapat menjadi
alat untuk mencapai tujuan-tujuan filosofis yang lebih luas, seperti kebijakan publik yang
adil, kebebasan individu, dan masyarakat yang beradab. Untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut, ada beberapa aliran pemikiran dalam filsafat pendidikan yang telah berkembang
sepanjang sejarah. Beberapa di antaranya adalah positivisme, progresivisme, humanistik,
dan pancasila.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang keempat hal tersebut.
Sehingga makalah ini dapat menjadi kontribusi penting dalam mendalami hubungan
antara filsafat dan pendidikan, serta mengidentifikasi implikasi praktis dari pandangan
filsafat dalam meningkatkan kualitas pendidikan di masa depan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang sudah disampaikan di atas masalah yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Apa definisi Filsafat Pendidikan?
2. Apa pengertian dari Pandangan Positivisme, Progresivisme, Humanistik, dan
Pancasila?

1
3. Bagaimana implementasi dari keempat pandangan filsafat tersebut dalam praktik
pendidikan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Filsafat Pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian dari pandangan Positivisme, Progresivisme, Humanistik,
dan Pancasila.
3. Untuk mengetahui bagaimana implementasi dari keempat pandangan filsafat tersebut
dalam praktik pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat Pendidikan

Ada beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli. Pertama, pengertian
filsafat ahli menurut John Dewey, filsafat pendidikan adalah suatu pembentukan
kemampuan dasar fundamental baik yang menyangkut daya pikir intelektual maupun
daya perasaan emosional menuju tabiat manusia. Kedua, pengertian filsafat menurut
Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara menyeluruh dengan tanpa ada
batas atau implikasinya, ia tidak hanya melihat tujuannya saja, metode atau alat-alatnya
tapi juga meneliti dengan seksama hal-hal yang dimaksud. Namun, dari itu semua
pengertian dari filsafat pendidikan adalah teori atau ideologi pendidikan yang muncul dari
sifat filsafat dari seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan
dan kehidupan dari kajianya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan pendidikan,
dengan begitu pendidik dapat mengetahui perkembangan sekolahnya.

Filsafat pendidikan ini ada, digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah


pendidikan. Sedangkan pendidikan sendiri juga memiliki pengertian sebagai upaya untuk
mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi akademik, potensi
nonakademik, potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu dapat menjadi
kenyataan dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar dari pendidikan adalah
cita-cita yang dimiliki oleh manusia sendiri. Pendidikan ini bertujuan untuk menyiapkan
pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dan dinamis. Yang berguna
mencapai tujuan hidup manusia dimasa yang akan datang.

Ruang lingkup dari kajian filsafat pendidikan untuk merumuskan secara tegas sifat
hakiki pendidikan (the nature of education). Lalu, merumuskan sifat hakikat manusia,
sebagai objek dan subjek pendidikan (the nature of man), meurumuskan secara tegas
hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, agama, dan kebudayaan. Selain itu, juga
merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori pendidikan.
Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi), filsafat pendidikan, dan filsafat
politik pendidikan (sistem pendidikan). Serta merumuskan sistem nilai norma atau isi
moral pendidikan yang merupakan tujuan pendidikan.

2.2 Pandangan Filsafat

Filsafat mempunyai pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga

3
menjadikan manusia berkembang, hal ini yang dituangkan dalam sistem pendidikan, agar
dapat terarah untuk mencapai tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini ada dalam
bentuk kurikulum. Dengan kurikulum itu sistem pengajarannya dapat terarah, lebih dapat
mempermudah para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan peserta
didik. Ada empat pandangan filsafat yaitu positivisme, progresivisme, humanistik, dan
pancasila. Berikut penjelasannya:
1) Positivisme berasal dari bahasa Inggris, yakni positivism atau positivus yang
berarti meletakkan. Peletak dasar pemikiran positivisme ialah August Comte.
Pemikiran Comte tentang positivisme ia tuangkan dalam karyanya dengan judul
The Course of Positive Philosophy 11. Pemikiran Comte kemudian disebut
dengan aliran filsafat postivisme yang mana aliran ini disebut sebagai aliran yang
menekankan aspek faktual pengetahuan. Aliran positivisme yang berkembang
pada abad 19 ini juga diartikan dengan aliran filsafat yang meyakini bahwa ilmu-
ilmu alam adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang benar, sehingga studi
filosofis atau metafisik akan ditolak dalam aliran ini memberi jasa yang besar
terhadap dunia dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam waktu
sekitar 400 tahun. Adapun peran filsafat positivisime terhadap pendidikan di
Indonesia yaitu rasa keingintahuan seseorang saat berfilsafat, maka akan
memunculkan teori ilmiah yang nantinya akan berkembang menjadi sebuah ilmu
pengetahuan. Ketika aliran sebuah aliran filsafat sangat menekankan pada aspek
empiris, maka ilmu pengetahuan yang diperoleh pun cenderung menjadi ilmu
pengetahuan yang bersifat empiris pula. Ilmu yang ia lahirkan dapat dibuktikan
secara ilmiah. Begitulah gambaran umum tentang filsafat positivisme. Sebagai
proses yang berusaha memahamkan ilmu kepada peserta didik, tentu pendidikan
akan punya kaitan yang sangat erat dengan ilmu tersebut. Di satu sisi ia berperan
sebagai proses yang mengajarkan ilmu dan di sisi lain dengan adanya ilmu maka
akan lahir sebuah proses pendidikan. Sebab, dalam pendidikan tersebut akan
didapati mengenai kurikulum, metode mengajar dan evaluasi pembelajaran yang
menjadi acuan dalam menjalankan proses pendidikan. Inilah beberapa aspek yang
termasuk dalam kajian ilmu pendidikan. Secara lebih rinci, peran filsafat
positivisme yang sangat menekankan pada hal empiris terlihat dalam beberapa
aspek penting proses pendidikan, yakni kurikulum dan metode mengajar.

4
2) Progresivisme adalah sebuah aliran filsafat pendidikan yang berkembang di awal
abad ke 20, dan mempunyai pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan
terutama di Amreka Serikat. Aliran ini betul-betul kelahiran bumi Amerika,
sedangkan yang lainnya, adalah paham filsafat yang tumbuh dan berkembang di
eropa. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan konvensional yang
diwarisi dari abad kesembilan belas. Progresivisme menurut bahasa dapat
diartikan sebagai aliran yang menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat.
Dalam konteks filsafat pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang
menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan
pengetahuan kepada subjek didik, beberapa progresif berusaha menggunakan
pendidikan untuk reformasi sosial, kaum progresif lainnya, terutama
administrator, berkonsentrasi untuk membuat sekolah lebih efisien dan hemat
biaya. Progresif administratif berusaha membangun sekolah yang lebih besar
yang dapat menampung lebih banyak kelas dan menciptakan lebih banyak
keragaman kurikulum. Pendidikan dalam progresivisme didasarkan pada
keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan
pada guru atau bidang muatan. Tulisan-tulisan John Dewey pada penyebaran
gagasan-gagasan progresif. Progresivisme pengikut John Dewey didasarkan pada
kelima asumsi berikut ini:

a) Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat-minat siswa bukannya dari


disiplin-disiplin akademik.

b) Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara


menyeluruh dan minat-miinat serta kebutuhan-kebutuhannya dalam
hubungannya dengan bidang-bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

c) Pembelajaran pada pokoknya aktif, bukannya pasif. Pengajar/guru yang


efektif memberikan siswa pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
mereka belajar dengan melakukan kegiatan.

d) Tujuan dari pendidikan adalah mengajar para siswa berfikir secara


rasional sehingga mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada
anggota masyarakat.

5
e) Disekolah, para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga nilai-nilai
sosial. Umat manusia ada dalam suatu keadaan yang berubah depan
konstan, dan pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik
dibandingkan dengan masa lalu.

3) Pandangan humanistik dalam praktik pendidikan adalah pandangan yang


memfokuskan pada pengembangan diri individu dengan cara yang sesuai dengan
potensi diri. Teori belajar humanistik menyatakan bahwa manusia berhak
mengenali dirinya sendiri sebagai langkah untuk belajar, sehingga diharapkan
mampu mencapai aktualisasi diri. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar
dinilai lebih penting dari pada hasil belajar itu sendiri. Pengertian tersebut juga
berlaku jika teori ini diterapkan di kegiatan pembelajaran. Artinya, pengertian
teori belajar humanistik bisa disamakan dengan pengertian teori pembelajaran
humanistik. Menurut Rogers, pada proses belajar dibutuhkan sikap saling
menghargai dan tanpa prasangka antara individu yang sedang belajar dan pihak
yang memberi pembelajaran.
Menurut Gramedia, berikut ini adalah kelebihan dari teori belajar humanistik
yang mampu membawa manfaat bagi setiap individu:
a) Meningkatkan minat belajar individu
b) Membantu membentuk kepribadian, perubahan sikap kearah yang positif
dan hati nurani.
c) Membantu meningkatkan kreativitas setiap orang.
d) Membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik.
e) Mampu menghadirkan sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada
setiap individu.
f) Mengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi
diri.

Dari pendapat ahli dan kelebihan teori belajar humanistik di atas, dapat
disimpulkan bahwa pandangan humanistik dalam praktik pendidikan
memfokuskan pada pengembangan diri individu dengan cara yang sesuai dengan
potensi diri. Teori belajar humanistik menekankan pada peran individu dalam
mengatur proses belajarnya sendiri dan menganggap bahwa proses belajar dinilai
lebih penting dari pada hasil belajar itu sendiri. Pandangan ini juga membantu
meningkatkan minat belajar individu, membentuk kepribadian, perubahan sikap

6
kearah yang positif dan hati nurani, meningkatkan kreativitas setiap orang,
membentuk pola pikir yang cerdas dan luas, serta sikap yang baik, menghadirkan
sebuah pengalaman yang baru dan menarik pada setiap individu, dan
mengembangkan individu dan membantu mereka mencapai aktualisasi diri.
4) Pandangan Pancasila pada praktik pendidikan adalah pandangan yang
menekankan pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dalam pembentukan karakter
dan kepribadian peserta didik. Pendidikan Pancasila bertujuan untuk membentuk
warga negara yang memiliki karakter dan kepribadian yang baik, serta mampu
mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah
pendapat ahli terkait pandangan Pancasila pada praktik pendidikan:
a) Menurut Binus University, untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia khususnya pada pendidikan karakter, nilai-nilai Pancasila
hendaknya diresapi dan diimplementasikan secara nyata. Setiap sila yang
terkandung dalam Pancasila merupakan modal dasar pendidikan karakter.
Nilai-nilai yang dapat diambil dari Pancasila untuk menguatkan
pendidikan karakter adalah toleransi beragama, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Di era modern saat ini, Pancasila tetap harus menjadi pedoman
utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apabila nilai-nilai
tersebut diterapkan oleh seluruh elemen bangsa maka dapat
menyelamatkan bangsa dari konflik serta membangun karakter kuat yang
dapat menyatukan seluruh masyarakat Indonesia.
b) Menurut Direktorat SMP Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset,
dan Teknologi, program penguatan karakter peserta didik melalui Profil
Pelajar Pancasila dapat membantu memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam
praktik pendidikan. Nilai utama karakter yang menjadi fokus dari
kebijakan PPK adalah religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong
royong, dan integritas. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat membentuk
karakter peserta didik yang baik dan mampu mengamalkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
c) Menurut Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia memiliki peran penting dalam menumbuhkan kesadaran
masyarakat dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Pemahaman
historisitas menjadi kunci agar nilai-nilai Pancasila mengakar kuat dan
betul-betul menjadi ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Peran

7
dunia pendidikan salah satu strategi penanaman nilai-nilai Pancasila dalam
m asyarakat.

Dari pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pandangan Pancasila pada
praktik pendidikan menekankan pada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dalam
pembentukan karakter dan kepribadian peserta didik. Pendidikan Pancasila
bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki karakter dan
kepribadian yang baik, serta mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Program penguatan karakter peserta didik melalui Profil
Pelajar Pancasila dapat membantu memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam praktik
pendidikan. Pancasila juga memiliki peran penting dalam menumbuhkan
kesadaran masyarakat dan meningkatkan ketahanan pangan nasional. Oleh karena
itu, Pancasila harus menjadi pedoman utama dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
2.3 Implementasi Pandangan Filsafat Dalam Praktik Pendidikan
Implementasi pandangan filsafat positivisme, progresivisme, humanistik, dan
Pancasila dalam praktik pendidikan dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan
tujuan pendidikan yang diinginkan. Berikut ini adalah penjelasan tentang masing-masing
filsafat dan bagaimana mereka dapat diimplementasikan dalam praktik pendidikan:
1) Positivisme adalah pandangan filsafat yang menekankan pada penggunaan
metode ilmiah dan observasi empiris dalam memperoleh pengetahuan. Dalam
praktik pendidikan, implementasi positivisme dapat melibatkan pendekatan yang
berfokus pada pengamatan, pengukuran, dan pengujian. Guru dan siswa dapat
menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari dan memahami fenomena alam,
sosial, dan individu. Pendidikan berbasis positivisme juga menekankan
pentingnya pengembangan keterampilan analisis kritis dan pemecahan masalah
berdasarkan bukti empiris.
2) Progresivisme adalah filsafat pendidikan yang menekankan pentingnya
pengalaman dan kegiatan siswa dalam pembelajaran. Implementasi progresivisme
dalam praktik pendidikan melibatkan pendekatan yang berpusat pada siswa, di
mana mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Guru berperan
sebagai fasilitator dan pengarah, sementara siswa berpartisipasi dalam proyek,
diskusi, dan eksperimen. Pendidikan progresivisme juga menekankan
pengembangan keterampilan sosial, pemikiran kritis, dan kreativitas siswa.

8
3) Humanistik menekankan pada pentingnya pengembangan pribadi dan potensi
individu. Dalam praktik pendidikan, implementasi humanistik melibatkan
pendekatan yang berfokus pada kebutuhan, minat, dan perkembangan siswa
secara holistik. Guru berperan sebagai fasilitator dan mendukung siswa dalam
mencapai potensi mereka melalui interaksi personal, penghargaan yang positif,
dan lingkungan belajar yang inklusif. Kurikulum dan metode pengajaran dalam
pendidikan humanistik berorientasi pada pengembangan keterampilan hidup,
pemecahan masalah, dan empati sosial.
4) Pancasila adalah dasar filsafat negara Indonesia yang mencakup lima prinsip:
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia. Implementasi Pancasila dalam praktik pendidikan di Indonesia
melibatkan pembelajaran dan pengembangan nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum, metode pengajaran, dan kehidupan sehari-hari di sekolah. Pendidikan
berdasarkan Pancasila bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki
sikap kebangsaan, toleransi, dan menghargai keragaman budaya serta
mengamalkan nilai-nilai keadilan sosial.
Penting untuk dicatat bahwa implementasi filsafat-filsafat ini dalam praktik
pendidikan dapat bervariasi dan bergantung pada konteks lokal, kebijakan
pendidikan, dan tujuan pendidikan yang diinginkan. Selain itu, pendekatan
pendidikan yang efektif mungkin menggabungkan elemen-elemen dari beberapa
filsafat ini untuk mencapai hasil yang optimal.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ada beberapa pengertian filsafat pendidikan menurut para ahli. Pertama, pengertian
filsafat ahli menurut John Dewey, filsafat pendidikan adalah suatu pembentukan
kemampuan dasar fundamental baik yang menyangkut daya pikir intelektual maupun
daya perasaan emosional menuju tabiat manusia. Kedua, pengertian filsafat menurut
Thompson, filsafat artinya melihat suatu masalah secara menyeluruh dengan tanpa ada
batas atau implikasinya, ia tidak hanya melihat tujuannya saja, metode atau alat-alatnya
tapi juga meneliti dengan seksama hal-hal yang dimaksud. Filsafat mempunyai
pandangan hidup yang menyeluruh dan sistematis sehingga menjadikan manusia
berkembang, hal ini yang dituangkan dalam sistem pendidikan, agar dapat terarah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Penuangan pemikiran ini ada dalam bentuk kurikulum.
Dengan kurikulum itu sistem pengajarannya dapat terarah, lebih dapat mempermudah
para pendidik dalam menyusun pengajaran yang akan diberikan peserta didik. Ada empat
pandangan filsafat yaitu positivisme, progresivisme, humanistik, dan pancasila.
Implementasi pandangan filsafat positivisme, progresivisme, humanistik, dan Pancasila
dalam praktik pendidikan dapat berbeda-beda tergantung pada konteks dan tujuan
pendidikan yang diinginkan. Dalam praktik pendidikan, implementasi positivisme dapat
melibatkan pendekatan yang berfokus pada pengamatan, pengukuran, dan pengujian.
Guru dan siswa dapat menggunakan metode ilmiah untuk mempelajari dan memahami
fenomena alam, sosial, dan individu. Implementasi progresivisme dalam praktik
pendidikan melibatkan pendekatan yang berpusat pada siswa, di mana mereka secara
aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan pengarah,
sementara siswa berpartisipasi dalam proyek, diskusi, dan eksperimen. Pendidikan
progresivisme juga menekankan pengembangan keterampilan sosial, pemikiran kritis,
dan kreativitas siswa. Filsafat humanistik menekankan pada pentingnya pengembangan
pribadi dan potensi individu. Implementasi Pancasila dalam praktik pendidikan di
Indonesia melibatkan pembelajaran dan pengembangan nilai-nilai Pancasila dalam
kurikulum, metode pengajaran, dan kehidupan sehari-hari di sekolah.
3.2 SARAN
Diharapkan seluruh pihak memahami dan mengerti tentang pengertian dari filsafah
pendidikan, pengertian dari pandangan positivisme, progresivisme, humanistik, dan
pancasila. Serta implementasi dari keempat pandangan tersebut dalam praktik

10
pendidikaan. Karena dengan mempelajarinya kita akan tahu bahwa hal tersebut sangat
penting untuk proses pendidikan bagi seluruh peserta didik, sehingga segala kemampuan
dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik dapat terasah dan ditemukan. Sehingga peserta
didik dapat menjadi generasi muda yang tidak hanya berpikiran sempit akan adanya
perbedaan dalam masyarakat. Namun, juga berpikiran terbuka tentang kemampuan dan
bakat yang dimiliki serta meningkatkan rasa toleransi, nasionalisme, dan cinta tanah air.
Walaupun negara kita Indonesia ini merupakan msyarakat yang beragam ras, agama,
suku, dan antargolongan. Demikian makalah yang kami buat ini, semoga dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan para pembacanya. Kami mohon
maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan ejaan dan kata-kata yang kami
pergunakan serta kalimat yang kurang jelas dalam makalah ini. Kami juga hanyalah
manusia biasa yang tak luput dari kesalahan dan kami juga mengharapkan adanya kirtik
dan saran yang membangun dari seluruh pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima dihati, dan kami ucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

David, D., 2018. PENDIDIKAN DARI FILSAFAT POSITIVISME, PROGESIVISME,


HUMANIST. [Online]
Available at: https://prezi.com/cqt5rykjhaxx/pendidikan-dari-filsafat-positivisme-
progesivisme-humanist/
[Accessed 16 September 2023].
Nouval, S., 2021. Teori Belajar Humanistik: Pengertian dan Implementasinya. [Online]
Available at: https://www.gramedia.com/literasi/teori-belajar-humanistik/
[Accessed 16 September 2023].
school, S. e., 2022. Empat Landasan Pancasila Dalam Pendidikan. [Online]
Available at: https://smarteschool.id/berita/empat-landasan-pancasila-dalam-pendidikan
[Accessed 8 September 2023].
Sereliciouz, 2021. Teori Belajar Humanistik – Pengertian, Manfaat, Langkah. [Online]
Available at: https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/teori-belajar-humanistik/
[Accessed 16 September 2023].
University, P., 2012. Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Dalam Menumbuhkembangkan
Kesadaran Masyarakat Dapat Meningkatkan Ketahanan Pangan Nasional. [Online]
Available at: https://fh.unpatti.ac.id/implementasi-nilai-nilai-pancasila-dalam-
menumbuhkembangkan-kesadaran-masyarakat-dapat-meningkatkan-ketahanan-
pangan-nasional/
[Accessed 16 September 2023].

12

Anda mungkin juga menyukai