Anda di halaman 1dari 45

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN

“Aliran Filsafat Pendidikan Progresivisme”

Dosen Pengampu:

Dr. A. M. Irfan Taufan Asfar, MT., M. Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Aliran
Filsafat Pendidikan Progresivsme” tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Filsafat Pendidikan dan sebagai alas pikir bagi para pembaca dan penulis.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. A.M. Irfan Taufan Asfar, M.T., M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengaharpkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pembaca.

Watampone, 27 Maret 2024

Penulis

i
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan..................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4

a) Menjelaskan Pengertian Progresivisme................................................4


b) Menjelaskan tokoh-tokoh dalam aliran progresivisme.........................16
c) Menjelaskan Tujuan pendidikan menurut aliran prograsivisme...........18
d) Menjelaskan Pandangan progresivisme dalam pembelajaran..............21

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN..........................................................31

A. Kesimpulan…………………………………………………………….31
B. Saran.....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................33

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang mencari
hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiranpenafsiran atas pengalaman-
pengalaman manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban
tersebut merupakan suatu hasil pemikiran yang mendasar dan digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan aspek kehidupan
manusia, termasuk aspek pendidikan. Pada prinsipnya, konsep filsafat
menempatkan sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang
merupakan tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya.
Filsafat sangat berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu memberikan
sebuah kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita
pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa. Oleh karena
itu,filsafat pendidikan pada suatu negara menjadi sebuah anutan. Filsafat
pendidikan yang lahir dan menjadi tumpuan konsep ilmu pendidikan, sebagai
ilmu pengetahuan yang normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan
kaidah-kaidah nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup
di tengahtengah masyarakat serta tugas dari pendidikan, sebagai aspek
kebudayaan yaitu menyalurkan nilai-nilai hidup, melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subjek didik yang
bersumber dari filsafat, kebudayaan, dan agama yang berlaku dalam suatu
masyarakat atau negara. Kaitannya dengan filsafat pendidikan pancasila, seluruh
aspek kehidupan suatu bangsa di ilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran
filsafat bangsa itu sendiri. Pancasila merupakan kebudayaan yang mengajarkan
bahwa hidup manusia akan mencapai puncak kebahagian jikadikembangkan
keselarasan dan keseimbangan, baik dalam

1
1

hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makluk sosial, Tuhannya maupun dalam
mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohani. Oleh karena itu, perlu
memahami, menghayati dan mengamalkan pancasila dalam segi kehidupan.

Hasil pemikiran para filsuf yang sangat panjang itu telah memperkaya
dunia keilmuan yang juga memengaruhi sistem ilmu dan budaya hidup
manusia, memengaruhi sistem sosial dan politik, sistem ideologi semua bangsa,
dan lain sebagainya. Berdasarkan kenyataan sejarah,filsafat telah banyak
membantu dunia dengan buah pikiran dengan para filsufnya.

Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka pendidikan harus


dirancang dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Artinya, pendidikan harus
dikembangkan menuju kearah yang lebih maju dengan memperhatikan berbagai
potensi peserta didik dan sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karena itu,
pendidikan hendaknya tidak hanya berpusat pada pendidik/guru, tetapi dipusatkan
pada peserta didik. Peran guru hanya sebatas sebagai pembimbing dan fasilitator
terhadap pengembangan potensi peserta didik.
Berkaitan dengan persoalan tersebut, terdapat salah satu aliran dalam filsafat
pendidikan yang mendukung adanya perubahan dalam pelaksananaan
pendidikan. Aliran filsafat yang dimaksud adalah progresivisme. Aliran ini
merupakan sebuah gerakan yang menentang pelaksanaan pendidikan secara
tradisional seperti halnya aliran esensialisme dan perennialisme. Aliran progresif
mendukung adanya pelaksanaan pendidikan yang dipusatkan pada peserta didik
dan mengembangkan berbagai kemampuannya sebagai bekal menghadapi
kehidupkan sosial di lingkungannya. Sejalan dengan itu, Jalaluddin dan Abdullah
Idi (2012:83) menjelaskan bahwa filsafat progresivisme Menaruh kepercayaan
terhadapap kekuatan alamiah manusia, yakni kekuatan yang diwarisi manusia
sejak lahir (man’s natural powers). Lebih lanjut mereka menjelaskan bahwa
manusia sejak lahir telah membawa bakat dan kemampuan atau potensi dasar,
terutama daya akalnya, sehingga manusia akan dapat mengatasi segala
problematika hidupnya, baik itu tantangan, hambatan, ancaman maupun gangguan
yang timbul dari lingkungan hidupnya.
2

Secara umum Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-
percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Dalam
pelajaran terdapat beberapa aliran salah satu diantaranya adalah aliran
progresivisme.
Filsafat Progresivisme ini dicetuskan oleh seorang filsuf Amerika yakni
John Dewey. Ia memberikan pandangan bahwa sekolah menggunakan
pendekatan progresivisme merupakan bentuk protes terhadap pendidikan
yang bersifat otorier (Retter, 2019:88-124). Filsafat Progresivisme berusaha
untuk mengedepankan pengembangan keterampilan dan kemampuan kognitif
dalam memecahkan masalah (Problem Solving) dan keterampilan berpikir
kritis agar siswa dapat menyadari karakter yang dimilikinya. Filsafat
Progresivisme dibangun di atas komunitas, kolaborasi, keadilan sosial,
pemahaman yang mendalam tentang masalah dunia nyata dan belajar aktif
(Drake dan Reid, 2020:1–10). Progresivisme dalam pendidikan memberikan
perubahan konstan, dan mengajarkan perubahan hidup kepada siswa (Ramadani,
2022: 1239-1251). Progresivisme menekankan kepemimpinan pendidikan,
memberikan kemandirian dan kebebasan kepada siswa. Dalam hal itu siswa
dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang tersembunyi dalam diri
mereka (Herdianto et alra, 2022:1765–1770). Progresivisme ini adalah sebuah
aliran filsafat pendidikan yang berkembang di awal abad ke 20, dan mempunyai
pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan terutama di Amerika Serikat.
Aliran progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan kebijaksaan konversional yang diwarisi dari
abad kesembilan belas.
3
4

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Progresivisme
2. Siapakah tokoh-tokoh dalam aliran progresivisme
3. Tujuan pendidikan menurut aliran prograsivisme
4. Pandangan progresovisme dalam pembelajaran
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari progresivisme
2. Untuk mengetahui siapa tokoh tokoh dalam aliran progresivisme
3. Untuk mengetahui tujuan dari aliran progresivisme
4. Untuk mengetahui bagaimana sudut pandang dunia pendidikan tentang
pembelajaran progresivisme
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Progresivisme
Secara bahasa, istilah progresivisme berasal dari kata progressive
yang artinya maju. Progresivisme juga dapat diartikan sebagai gerakan
perubahan menuju perbaikan(Wiguna et al., 2021:369–383). Pendapat lain
menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang mengingikan kemajuan-
kemajuan secara cepat (Muhmidayeli, 2011:151).

Aliran filsafat progresivisme berpijak pada aliran filsafat pragmatisme yaitu


filsafat yang berpandangan bahwa kebenaran segala sesuatu ada pada kegunaan
praktisnya. Menurut aliran filsafat ini bahwa kriteria kebenaran sesuatu ialah
apakah sesuatu itu memiliki kegunaan bagi kehidupan nyata. Paham
progresivisme berpandangan perlu adanya kemajuankemajuan dalam
pengetahuan, karena pengetahuan saat ini belum tentu berguna di masa
mendatang. Paham ini lebih mengutamakan perhatiannya ke masa depan, kurang
memperhatikan ke masa lalu. Nilai-nilai yang dikembangkan berorientassi ke
kemasa depan, meskipun nilai sekarang itu baik namun dikemudian hari tidak
akan mempunyai kegunaan praktis, maka nilai tersebut apabila diajarkan tidak ada
manfaatnya (Hakim dan Muttaqin, 2023:18-32). Filsafat Progresivisme
merupakan Aliran filsafat pendidikan yang menekankan kepada peningkatan
kemampuan peserta didik melalui pengalaman kemampuan diri peserta didik atau
kemandirian dan selalu menunjukkan perubahan dari masing-masing peserta
didik. Filsafat Progresivisme sangat berpengaruh besar dalam potensi
pengembangan peserta didik. Pengembangan yang dimaksud adalah peserta didik
memperoleh tambahan pengetahuan (keterampilan) tentang potensi dirinya dan
mampu mengembangkan potensi dirinya secara mandiri dan berkembang sendiri
untuk mencapai tujuan pendidikannya. Dengan kata lain, filosofi pendidikan
progresif menuntut kemajuan terus-menerus dan bertindak secara konstruktif,
inovatif dan proaktif (Mas’ud, 2022:77).
6

Progresivisme mulai berkembang dalam permulaan abad 20 terutama di


Amerika Serikat. Progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan terutama sebagai lawan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan
konvensional yang diwarisi dari abad kesembilan belas (Windiani, 2020:30–36).
Hal ini terlihat dari pemikiran filsuf zaman, seperti; Heraklitus (544-484) SM,
Protagoras (480-410) SM, Sokrates (469-399) SM, dan Aristoteles (383-322)
SM,yang berbicara tentang perubahan, artinya konsep ini mendasari konsep
progresivisme abad 20 yaitu “sifat utama realita adalah perubahan”. Pada abad
ke 16, muncul nama-nama yang berperan memberikan dasar perkembangan
progresivisme, seperti; Francis Bacon (1561-1626) M, John Locke (1632-
1704 ) M, Rousseau (1712-1778) M, Immanuel Kant (1724-1804) M dan
Hegel (1770-1831) M dengan konsep menjunjung tinggi martabat manusia
dengan pengembangan ilmu pengetahuan demi perubahan dan kemajuan(Aliran
Filsafat. Progesisvisme sebenarnya berkembang pada awal abad 20 di barat,
yang lahir sebagai pembaharu dalam dunia filsafat pendidikan terutama
ketikatampil sebagai lawan kebijakan konvesional yang diwarisi dari generasi
sebelumnyayaitu pada abad 19. Pandangan progresivisme dianggap the liberal
road to culture, dalam artian bahwa liberal berarti fleksibel, berani,
tolerandan bersikap terbuka.Maka, aliran progresivisme adalah transformasi
dari aliran pragmatisme yang dimunculkan oleh Peirce, terus James dengan
telaahnya terhadap pragmatisme melahirkan gagasan yang dikenal dengan
instrumentalisme, inilah juga yang dikembangkan oleh Dewey dengan
kosep dasarnya adalah pragmatisme, konsep inilah yang diformulasikan
dengan ide-ide sosial, tekanan dalam bidang sosial ini menyebabkan
pragmatismenya Dewey disebut dengan progresivisme(Najmuddin dan Syarkawi
2021:77–83).
Aliran Progresivisme juga berpandangan bahwa belajar adalah suatu
proses yang bertumpu pada akal manusia dalam memecahkan berbagai masalah
dalam kehidupannya. Karena kehidupan anak (peserta didik) selalu bergerak atau
berasal dari pengalaman-pengalaman dilingkungan sekitarnya, maka pendidikan
menurut aliran ini adalah proses sosialisasi yaitu suatu proses pertumbuhan dan
perkembangan potensi melalui pengalaman untuk mencapai kemajuan dan tujuan
7

pendidikan. Progresivisme berfokus pada mendidik siswa dengan cara yang


membuat mereka menjadi orang dewasa yang produktif fungsi cekatan dalam
dunia yang senantiasa berubah (Hadi, 2021:106-114). Progresivisme sebagai
aliran pendidikan ditopang oleh filsafat sosial John Dewey, yang menghendaki
implementasi sosial dalam dunia pendidikan. Gerakan pendidikan progresivisme
di satu pihak hadir sebagai protes, dan di pihak lain sebagai visi atau pandangan.
Pada awalnya, aliran ini hadir sebagai protes terhadap pendidikan yang bersifat
otoriter, resimentasi pemikiran, standarisasi metode pendidikan yang ditetapkan
oleh psikologi pendidikan (metode latihan dan disiplin formal). Semulanya,
pendidikan progresivisme melaksanakan pendidikan yang berpusat pada anak
dalam kehidupan riil. Mereka menganjurkan prosedur pendidikan yang
berdasarkan dorongan tumbuh kodrati dari dalam, perkembangan pribadi secara
merdeka, dan minat spontan anak.

Pandangan-pandangan dalam progresivisme menyangkut beberapa hal yang


mesti diketahui, yaitu sebagai berikut:
a. Pandangan mengenai realita dan pengalaman
Pernyataan Dewey dalam bukunya Creative Intellegence bahwa sifat
utama dari pragmatisme mengenai realita yang umum”. Kalimat tersebut
menunjukkan bahwa progresivisme mengandung pengertian dan kualitas
suatu perubahan. Oleh karena itu, pengalaman dapat diartikan sebagai ciri
proses perjalanan hidup, karena hidup merupakan perjuangan, tindakan,
dan perbuatan. Maka pengalaman bermakna perjuangan. Dewey
menjelaskan bahwa pengalaman adalah serangkaian kejadian dengan sifat-
sifat khusus yang terjadi dengan sebagaimana adanya. John Dewey
menyebut arus pengalaman itu sebagai experimental continum. Dalam
proses mencari pengalamannya manusia memiliki peranan jauh di atas
makhluk yang lain, ia dapat berhubungan dengan orang lain dan
lingkungan yang lebih luas. Hal ini berarti bahwa jiwa manusia merupakan
sumber sebab dan pendorong yang amat penting bagi adanya perbuatan.
b. Pandangan mengenai pengetahuan. Progresivisme merupakan teori yang
lebih mengutamakan pembahasan secara epistemologi daripada metafisika.
Seperti halnya mengenai tinjauantentang kecerdasan dan pengalaman yang
8

keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Maka tidak heran
jika kemudian progresivisme adalah teori pengetahuan.Konsep
pengetahuan dalam pandangan aliran progresivisme yaitu fakta yang
masih murni (belum diolah/disusun), untuk memperoleh pengetahuan itu
progresivisme menggunakan metode induktif, rasional dan empirik, jadi
pengalaman sebagai suatu unsur utama dalam epistemologi adalah semata-
mata bersifat khusus. Dalam hal ini progresivisme membedakan antara
pengetahuan dan kebenaran. Nilai pengetahuan manusia harus diuji dalam
kehidupan praktis, sedangkan teori pengetahuan dari aliran pragmatisme
merupakan strategi selanjutnya dari konsepsi kurikulum progresivisme itu
sendiri.
c. Pandangan mengenai nilai Progresivisme memberikan pandangan tentang
nilai bahwa nilai tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor
yang merupakan pra syarat, yaitu bahasa. Nilai timbul karena manusia
memiliki bahasa, penggunaan bahasa ini tentulah mendapat pengaruh yang
berasal dari golongan, kehendak, perasaan, dan kecenderungan dari
masing-masing orang tersebut (pengguna bahasa), maka arti nilai itu tidak
eksklusif, nilai memiliki kualitas sosial, sifat sosial, juga bersifat
individual, sifat perkembangan nilai ini berdasarkan pada dua hal, yaitu
untuk diri sendiri dan untuk lingkungan yang lebih luas. Sifat
perkembangan nilai berawal dari hubungan timbal balik antara dua sifat
nilai intrinsik dan instrumental yang menyebabkan adanya sifat
perkembangan dan perubahan pada nilai, memberikan nilai tambah kepada
beberapa aspek dari tujuan pendidikan, nilai-nilai itu merupakan
instrumen/alat.
d. Pandangan mengenai belajar. Pandangan progresivisme tentang konsep
belajar berlandaskan pada pandangannya tentang peserta didik. Peserta
didik merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
makhluk yang lain, yaitu akal dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan
merupakan bekal dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan.
Sehubungan dengan ini tugas utama dalam dunia pendidikan adalah
berusaha meningkatkan kecerdasan. Jasmani dan rohaniperlu untuk
9

difungsikan, artinya peserta didik berada aktif dalam lingkungannya dan


memanfaatkan sepenuhnya lingkungan tersebut. Oleh karena itu gagasan
yang menunjukkan adanya dinding pemisah antara sekolah dan
masyarakat perlu dihapuskan.Sekolah yang baik adalah masyarakat yang
baik dalam bentuk kecil, sedangkan pendidikan yang mencerminkan
keadaan dan kebutuhan masyarakat, perlu dilakukan secara teratur
sebagaimana halnya dalam lingkungan sekolah.
e. Pandangan mengenai kurikulum Pandangan mengenai kurikulum ini
progresivisme memandang bahwa kurikulum sebagai pengalaman yang
edukatif, bersifat eksperimental, dan adanya rencana serta susunan yang
teratur. Kurikulum yang baikmerupakan type “core curriculum” yaitu
sejumlah pengalaman belajar di sekitar kebutuhan umum. Kurikulum
harus terbuka dari kemungkinan untuk dilakukan peninjauan dan
penyempurnaan. Kurikulum memiliki sifat fleksibel yang dapat membuka
kemungkinan bagi pendidikan untuk memperhatikan tiap peserta didik
dengan sifat-sifat dan kebutuhannya masingmasing.Oleh karena sifat
kurikulum yang tidak beku dan dapat direvisi ini, maka jenis yang
memadai adalah kurikulum yang seharusnya berpusat pada pengalaman.
f. Pandangan mengenai pendidikan Menurut progresivisme proses
pendidikan mempunyai dua segi, yaitu psikologis dan sosiologis. Dari segi
psikologis, pendidik harus dapat mengetahui tenaga-tenaga atau dayaa
yang ada pada peserta didik yang akan dikembangkan. Sedangkan
psikologinya seperti yang berpengaruh di Amerika, yaitu psikologi dari
aliran Behaviorisme dan Pragmatisme. Kemudian dari segi sosiologis,
pendidik harus mengetahui ke mana tenaga-tenaga itu harus dibimbingnya.
John Dewey menjelaskan bahwa tenaga-tenaga itu harus diabdikan pada
kehidupan sosial, jadi memiliki tujuan sosial. Maka pendidikan merupakan
proses sosial dan sekolah adalah suatu lembaga sosial. Pendidikan adalah
alat kebudayaan yang paling baik. Dengan pendidikan sebagai alat maka
manusia dapat menjadi ”.
g. Pandangan tentang kebenaran Progresivissme memandang tentang
kebenaran itu sebagai peranan utama untuk mencapai kecerdasan di dalam
10

dunia ini. Kebenaran dipandang sebagai alat untuk pembuktian. Cara


untuk mencapai kebenaran sendiri adalah dengan metodologinya. Bahwa
alam semesta yang sulit rumit ini selalu saja dapat diketahui rahasia
persoalannya. Setelah menetapkan sesuatu kesulitan setepat mungkin dan
meneliti segala sumber untuk pemecahan masalah yang bisa didapatkan,
maka dikemukakan suatu hipotesa untuk pemecahannya. Setelah semua ini
secara sistematis dirumuskan di dalam pemikiran, lalu ditampilkan keluar
untuk di uji coba. Kemudian aktivitas secara terbuka dimulai di dalam
lingkungan yang sulit untuk melihat apakah hasilnya akan sesuai dengan
hipotesa yang telah ditentukan sebelumnya. Maka di sinilah kepentingan
dari suatu kurikulum yang berdasarkan aktivitas terpusat. Aktifitas ini
penting untuk menjadikan pendidikan hidup dan untuk membuat
kehidupan itu memberikan kebenaran (Wardani, 2020:).
Selain itu, progresivisme juga harus memiliki pandangan hidup yang
Fleksibel ( Tidak kaku, tidak menolak perubahan,dan tidak terikat oleh dokrin
tertentu ), Curious ( Ingin mengetahui, ingin menyelidiki ), Toleran dan open-
minded ( Mempunyai hati terbuka ).

Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:


1. Sifat Negatif
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progresivisme menolak
otoritarisme dan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya terdapat
dalam agama, politik, etika dan epistemologi.
2. Sifat Positif
Positif dalam arti, bahwa progresivisme menaruh kepercayaan terhadap
kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang diwarisi oleh manusia
sejak ia lahir – man’s natural powers. Terutama yang dimaksud adalah kekuatan
kekuatan manusia untuk terus-menerus melawan dan mengatasi kekuatan-
kekuatan, takhayul-takhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbul dari
lingkungan hidup yang selamanya mengancam.
Progresivisme yakin bahwa manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan
untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup meresapi
rahasia¬rahasia alam, sanggup menguasai alam. Namur disamping keyakinan-
11

keyakinan tersebut ada juga kesangian dimana apakah manusia itu sendiri mampu
belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu, tetapi meskipun demikian
progresivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat
menguasai seluruh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial (Adisel and Suryati, 2022:).
Adapun Prinsip Dasar Aliran Progresivisme yaitu menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi
pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif. Filsafat progresif berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar pada masa
mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa
depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan startegi-strategi
pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tentengan-tantangan
baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan
pada saat ini.
Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai the liberal road to
culture. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran
dan bersikap terbuka. Liberal di alam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi
penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga
selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan
pengalaman. Liberal dalam arti menghormati martabat manusia sebagai subjek di
dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan
prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada
padanya.
Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme
dan absolutisme dalam segala bentuk;
b. Positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas
kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi-potensi alamiah,
terutama kekuatan self-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi
semua problem hidupnya.
12

Pandangan Progresivisme juga harus didasarkan pada keyakinan bahwa


pendidikan harus berpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau
bidang muatan. Progresivisme didasarkan pada enam asumsi, yaitu:
1. Muatan kurikulum harus diperoleh dari minat-minat siswa bukannya dari
disiplin-disiplin akademik.
2. Pengajaran dikatakan efektif jika mempertimbangkan anak secara
menyeluruh dan minat-minat serta kebutuhan-kebutuhannya dalam
hubungannya dengan bidang-bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.
3. Pembelajaran pada pokoknya aktif bukannya pasif. Pengajaran/ guru yang
efektif memberi siswa pengalaman-pengalaman yang memungkinkan
mereka belajar dengan melakukan kegiatan.
4. Tujuan dari pendidikan adalah mengajar para siswa berpikir secara
rasional sehingga mereka menjadi cerdas, yang memberi kontribusi pada
anggota masyarakat.
5. Di sekolah, para siswa mempelajari nilai-nilai personal dan juga nilai-nilai
sosial.
6. Umat manusia ada dalam suatu keadaan yang berubah secara konstan, dan
pendidikan memungkinkan masa depan yang lebih baik dibandingkan
dengan masa lalu
Pandangan progresivisme diuraikan berdasarkan pandangan ontologi,
epistomologi, dan aksiologi.
1. Ontologi Progresivisme
Pandangan ontologi progresivisme bertumpu pada tiga hal yakni
asas hereby (asas keduniaan), pengalaman sebagai realita dan pikiran (mind)
sebagai fungsi manusia yang unik. Ontologi Progresivisme adalah sebagai berikut:
a) Asas Hereby ialah adanya kehidupan realita yang amat luas tidak terbatas
sebab kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia.
b) Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu. Manusia
punya potensi pikiran (mind) yang berperan dalam pengalaman. Eksistensi dan
realita mind hanyalah di dalam aktivitas, dalam tingkah laku. John Dewey
mengatakan, pengalaman adalah key concept manusia atas segala sesuatu.
13

Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi.
Pengalaman menurut Progresivisme:
1. Dinamis, hidup selalu dinamis, menuntut adaptasi, dan readaptasi dalam
semua variasi perubahan terus menerus.
2. Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
3. Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup
manusia;
4. Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana
individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu,
menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya degnan rasa, karsa, pikir
dan pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis.
Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena
fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi ini meliputi kemampuan
mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan
dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah
integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri.
Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang
manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman
(Purwosaputro, 2023:67-84).
2. Epistemologi Progresivisme
epistemologi pragmatisme adalah epistemologi empirik dan rasional.
Epistemologi inilah yang menjadi epistemologi progresivisme. Secara singkat
epistemologi progresivisme dapat dirumuskan dalam lima ajaran yakni sebagai
berikut:
1. Mengenai pengetahuan dan kebenaran.
2. Pengetahuan bersifat pasif.
3. Kebenaran bersifat aktif.
4. Kecerdasan dan operasionalisme.
5. Immediate dan Mediate Experience.
Lebih lanjut, antara filsafat pendidikan dan progresivisme serikali kali
terjadi perbedaan yang sangat kontras antara pengetahuan dan kebenaran. Secara
umum, perbedaan tersebut dimaksud dengan pengetahuan adalah kumpulan
14

kesan-kesan dan informasi-informasi yang terkumpul dalam pengalaman, yang


siap untuk digunakan. Sedang yang dimaksud dengan kebenaran, adalah hasil
tertentu dari usaha untuk mengetahui, memiliki dan mengarahkan beberapa bagian
pengetahuan supaya dapat menjadi petunjuk atau sarana untuk memecahkan
problem tertentu. Pandangan epistemologi progresivisme ialah bahwa
pengetahuan itu informasi, fakta, hukum, prinsip, proses, dan kebiasaan yang
terakumulasi dalam pribadi sebagai proses interaksi dan pengalaman. Pengetahuan
diperoleh manusia baik secara langsung melalui pengalaman dan kontak dengan
segala realita dalam lingkungan, ataupun pengetahuan diperoleh langsung melalui
catatan-catatan. Pengetahuan adalah hasil aktivitas tertentu. Makin sering kita
menghadapi tuntutan lingkungan dan makin banyak pengalaman kita dalam
praktik, maka makin besar persiapan kita menghadapi tuntutan masa depan.
Pengetahuan harus disesuaikan dan dimodifikasi dengan realita baru di dalam
lingkungan (Purwosaputro., 2023:).
3. Aksiologi Progresivisme
Dalam pandangan progresivisme di bidang aksiologi ialah nilai timbul
karena manusia mempunyai bahasa, dengan demikian menjadi mungkin adanya
saling hubungan. Jadi masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai-nilai. Bahasa
adalah sarana ekspresi yang berasal dari dorongan, kehendak, perasaan,
kecerdasan dari individu-individu. Nilai itu benar atau tidak benar, baik atau
buruk apabila menunjukkan persesuaian dengan hasil pengujian yang dialami
manusia dalam pergaulan. aksiologis dalam wacana filsafat mengacu pada
persoalan etika (moral) dan estetika (keindahan).
1. Etika
Pengertian secara etimologi, etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu berasal
dari kata ethikos atau ethos yang berarti adat, kebiasaan dan praktik . Secara
umum etika merupakan teori mengenai tingkah laku atau tindak-tanduk
perbuatan manusia yang dipandang dari aspek nilai baik dan burukyang
dapat ditentukan oleh akal. Dalam pandangan para ahli, etika secara garis
besar dapat diklasifikasi ke dalam tiga bidang studi yaitu: etika deskriptif,
etika normative, dan metaetika.
15

a. Etika deskriptif, menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan


pengalaman moral secara deskriptif yang digolongkan dalam bidang
ilmu pengetahuan empiris dan berkaitan dengan sosiologi.
b. Etika normative, memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil
keputusan yang menyangkut baik dan buruk atau benar dan salah.
c. Metaetika,merupakan studi terhadap di siplin etika yang menyelidiki
makna istilah-istilah normative yang diungkapkan lewat pernyataan etis
yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan
2. Estetika adalah ilmu yang membahas bagaimana keindahan dapat terbentuk,
serta bagaimana dapat merasakannnya. Sebuah keindahan yang sudah
terbentuk tentunya harus dapat dirasakan oleh banyak orang. Istilah estetika
berasal dari bahasa Yunani, aesthesis yang berarti pencerapan inderawi,
pemahaman intelektual atau pengamatan spiritual. Wacana aksiologi
merupakan salah satu bagian penting dari filsafat yang membahas dan
menerangkan terkait persoalan nilai, mengapa sesuatu itu dinilai baik atau
buruk, dan dinilai indah atau tidak indah serta berhubungan dengan nilai-
nilai, etika dan estetika. Jadi ilmu pengetahuan bukan hanya bersifat teoritis
semata melainkan juga berdampak praktis secara fungsional dalam
kehidupan umat manusia. Dalam wacana aksiologi, terdapat tiga macam
teori mengenai nilai suatu objek. Subjektivisme aksiologi cenderung
menghabiskan teori etika sebagai hedonisme, naturalisme. Hedonisme yaitu
sebuah teori yang menyatakan kebahagiaan sebagai kriteria nilai. Sedangkan
naturalism, meyakini bahwa suatu nilai dapat direduksi ke dalam sebuah
pernyataan psikologis. Nilai tergantung pada dan hubungan dengan
pengalaman manusia tentangnya, nilai tidak memiliki realitas yang
independent.
3. Relativisme nilai adalah pandangan yang memiliki beberapa prinsip sebagai
berikut:
a. Bahwa nilai-nilai bersifat relatif karena berhubungan dengan preferensi
(sikap, keinginan, ketidaksukaan, perasaan, selera, kecenderungan dan
sebagainya), baik secara social maupun pribadi yang dikondisikan oleh
lingkungan, kebudayaan, kebudayaan, atau keturunan;
16

b. Bahwa nilai-nilai berbeda secara radikal dalam banyak hal dari suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya;
c. Bahwa pernilaian-penilaian seperti benar atau salah, baik atau buruk,
tepat atau tidak tepat, tidak dapat diterapkan padanya; dan
d. Bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan
objektif manapun yang diterapkan pada semua orang pada segala waktu.
Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif. Tujuan
pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus
menerus. Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu
adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli
(Rosmanawati., 2021:).
Adapun ciri-ciri dalam progresivisme yaitu :
1. Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan
baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
2. Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
3. Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang
dapat menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian
utama dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu
alam.
4. Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi
kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor
daripada suatu kebudayaan yakni
a. perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi
dan dicapai dari masa ke masa
b. perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang
dalam proses pembinaan untuk masa depan.
5. Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat
digolongkan menjadi 2 kategori yaitu
17

a. negative and diagnostic yakni bersikap anti terhadap otoritarialisme dan


absolutisme dalam segala bentuk, seperti agama, moral, sosial, politik
dan ilmu pengetahuan,
b. positive and remedial yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas
kemampuan manusia sebagai subyek yang memiliki potensi alamiah,
terutama kekuatan-kekuatan self-regenarative (diperbaharui sendiri)
untuk menghadapi dan mengatasi semua problem hid
18

B. Tokoh-Tokoh Dalam Aliran Progresivisme


1. Wiliam james
William James adalah seorang filsuf perintis aliran paragmatisme dan filsuf
yang mempengaruhi filsafat progresivisme. Wiliam james sangat terkenal sebagai
tokoh psikologi dan filsuf yang berasal dari Amerika Serikat. James dilahirkan
pada tahun 1842 di New York, Amerika Serikat. Semasa hidup Wiliam James
menempuh Pendidikan di Universitas Harvard pada jurusan Pendidikan
kedokteran, serta belajar psikologi di Jerman dan prancis. Setelah lulus Wiliam
James mengajar di Universitas Havard pada bidang Anatomi, Fisiologi, Psikologi,
dan Filsafat sampai tahun 1907. Metode diskusi merupakan cara Wiliam James
dalam mendidik peserta didik yang di beri judul talks to teacher. William James
berpendapat bahwa penekanan dalam pengamatan belajar mengajar sangat penting
untuk meningkatkan Pendidikaan. William james merekomendasikan para
pendidik untuk mengajarkan pelajaran satu tingkat lebih tinggi dari tingkat
pengetahuan dan keterampilan anak agar anak dapat merentankan pikirannya.
James juga berpendapat bahwa fungsi dari otak atau pikiran harus dipelajari
didalam mata pelajaran pokok ilmu pengetahuan alam, karena james menekankan
para peserta didik untuk membebaskan ilmu jiwa dan menempatkan posisinya di
atas dasar ilmu perilaku (Rahma et al., 2022:219-242).
2. John dewey
Menurut John Dewey, progresivisme sebenarnya terjemahan dari gabungan
antara dua hal, yaitu antara pendidikan dan orientasi manusia berteknologi di
Amerika. Dewey, juga berpendapat bahwa pengalaman menjadi suatu hal yang
sangat penting karena pengalaman memaparkan hubungan manusia dengan
masyarakat, hubungan pikiran dengan benda. Jadi, menurut pendapat Dewey
pengalaman dalam pendidikan itu dapat dijadikan sebagai landasan menambah
pengetahuan agar membawa perubahan kepada diri peserta didik dan menjadikan
dia lebih maju. John Dewey juga beranggapan bahwa pendidikan harus bersifat
demokratis. Dalam konteks ini, pendidikan lebih berfungsi memberikan kemerdekaan dan
kebebasan kepada peserta didik, sehingga potensi-potensi yang dimiliki peserta didik
dapat berkembang dengan baik. Berangkat dari sini, pendidik hendaknya memandang
peserta didik sebagai komunitas yang selalu khas dan unik, sehingga pendidik diharapkan
mampu mengekplorasi kemampuan, kecerdasan, kecendrungan, minat, dan bakat peserta
19

didik yang sangat beragam. Oleh karena itu, salah satu ukuran penting untuk menilai
keberhasilan pendidikan adalah dengan lihat sejauh mana pendidikan itu mampu
mengekplorasi kecerdasan, minat dan bakat peserta didik, serta mengembangkan potensi-
potensi tersebut secara baik dan maksimal (Magfiroh, 2020:).
3. Hans Vaihinger
Hans Vaihinger berpendapat bahwa ukuran pemikiran adalah penggunaannya
dalam mengetahui dan memengaruhi peristiwa di alam nyata. Pengetahuan
memiliki arti praktis, yaitu orang dikatakan tahu atau telah menggunakan
pengetahuan (know) ketika mengetahui manfaatnya (Kormila Tria, 2021:1123).
4. George Santaya dan Ferdinant Schiller
George Santaya dan Ferdinant Schiller kedua tokoh ini amat sukar
untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena banyak
pengeruh yang bertentangan dengan apa yang dialaminya.
5. Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi
Mengemukakan beberapa pandangan yang dalam hal ini adalah.
a. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa pengethuan
merupakan fakta yang telah diolah dalam sebuah proses pendidikan.
b. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa pengetahuan
bukanlah kompilasi berbagai unsure atau fakta yang ditangkap oleh indra.
c. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa sikap yang
prigresif merupakan pengetahuan sehingga untuk memperoleh
pengetahuan diperlukan metode induktif, rasional, dan empiric.
d. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa ada
perbedaan mendasar antara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan
adalah kumpulan kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman
yang siap digunakan. Sementara kebenaran dapat dipahami sebagai hasil
dari upaya untuk mengetahui, memiliki dan mengarahkan beberapa
segmen pengetahuan agar dapat menimbulkan petunjuk penyelesaian pada
situasi tertentu.
e. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa nilai
pengetahuan harus diuji dalam kehidupan praktis dimana kebenarannya
tergantung dari hasil uji coba. Konsekuensinya, segala sesuatu yang
20

berguna maka hasilnya adalah benar sementara yang gagal dalam uji coba
adalah tidak benar (Sy and Wajo, 2020:131-134).
21

C. Tujuan Pendidikan Menurut Aliran Prograsivisme


Kata progresivisme berasal dari kata progresif, yang bermakna bergerak
maju, atau terus berkembang, bisa juga diartikan sebagai gerakan yang dilakukan
demi mencapai perubahan berdasarkan tujuan perbaikan, sehingga dapat diartikan
bahwa progresivisme ialah aliran filsafat yang berkeingan untuk mencapai suatu
kemajuan demi keterciptaan suatu perubahan, dan ada pendapat lain yang
menyatakan bahwa progresivisme adalah aliran yang mengharapakan perubahan
terjadi dengan sangat cepat. Progrisivisme merupakan salah satu gerakan yang
terdapat dalam dunia pendidikan, yang salah satunya di pelopori oleh Jhon
Dewey, dengan berusaha secara positif menanggapi perubahan-perubahan dalam
pada bidang pendidikan dan juga teknologi. Gerakan ini berfokus pada konsep
progress (Iqbal, 2022:278-285). Pendidikan merupakan bagian penting yang tak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Oleh karna itu, setiap manusia pasti
berpendidikan, tergantung apakah pendidikan yang diperolehnya itu diterima
secara formal atau non formal. Pendidikan berperan penting dalam kehidupan
bermasyarakat, dimana pendidikan menyumbang bagi perkembangan pola pikir
anggota masyarakat yang akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial masyarakat
itu sendiri. tulisan ini bertujuan melihat kondisi pendidikan di Indonesia dari sudut
pandang progresivisme, dengan harapan dapat memberi sedikit masukkan bagi
perkembangan pendidikan di Indonesia. Berkaitan dengan tujuan pendidikan,
maka aliran progresivisme lebih menekankan pada memberikan pengalaman
empiris kepada peserta didik, sehingga terbentuk pribadi yang selalu belajar dan
berbuat. Pendidikan dimaksudkan untuk memberikan banyak pengalaman kepada
peserta didik dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi di lingkungan
sehari-hari. Dalam hal ini, pengalaman yang dipelajari harus bersifat riil atau
sesuai dengan kehidupan nyata. Sejalan dengan itu, tujuan pendidikan
progresivisme harus mampu memberikan keterampilan dan alat-alat yang
bermanfaat untuk berinteraksi dengan lingkungan yang berbeda dalam proses
perubahan secara terus menerus.Yang dimakssud dengan alat-alat adalah
keterampilan pemecahan masalah (problem solving) yang dapat digunakan oleh
individu untuk menentukan, menganalisis, dan memecahkan masalah. Pendidikan
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan berbagai masalah
baru dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan sosial, atau dalam berinteraksi
dengan lingkungan sekitar yang berada dalam proses perubahan dan menekankan
pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari warisan budaya dan
dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang
memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini
menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran universal yang tidak terikat pada
tempat dan waktu, seperti norma agama dan susila. Aliran ini lebih berorientasi
pada masa lalu (Mahmud, Abidin, dan Malkan 2022:329–334). Aliran
progresivisme menekankan pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan
kepada peserta didik. Tujuan penyelenggaraan pendidikan dengan aliran
22

progresivisme ini karena ingin lebih menghargai serta mengembangkan segala


potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Jenis penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan atau library research. Dasar penelitian ini adalah untuk mengetahui
keefektifan penerapan konsep aliran progresivisme ini dalam pendidikan,
khususnya menurut para pelajar dan pendidik (Maharani dan Ediyono, 2020:131-
134).
Sebagai seorang pendidik, sudah semestinya bahwa kita seharusnya
menerapkan pendidikan yang humanis dan berkualitas bagi seluruh siswa yang
kita didik. Hal ini sejalan dengan aliran filsafat pendidikan progresivisme. Aliran
filsafat ini mengharapkan adanya perubahan dalam pelaksanaan pendidikan
menjadi lebih baik, berkualitas serta memberikan pembelajaran yang bermakna
(Fauziya dan Aziz, 2022:70–79). Oleh karena itu, aliran progresivisme mengarah
pada pembelajaran yang bermakna sehingga dapat menciptakan pengalaman baru
pada anak berkebutuhan khusus sehingga dapat mengembangkan potensi diri
mereka. Konsep aliran filsafat progresivisme, anak berkebutuhan khusus dan
pendidikan inklusif merupakan suatu hal yang menarik dibahas, karena anak
berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih supaya mereka dapat
mengikuti pembelajaran secara maksimal di sekolah reguler. Oleh karena itu
peneliti tertarik membahas kaitan pandangan aliran filsafat progresivisme dan
kaitannya untuk anak berkebutuhan khusus dalam setting pendidikan inklusi
(Masitoh dan Nursalim, 2023:30-36).
Pendidikan dalam aliran filsafat progresivisme dipandang sebagai sarana
atau alat untuk mempersiapkan dan mengembangkan kemampuan siswa agar
dapat menghadapi persoalan yang ada di masyarakat yang selalu berubah-ubah
(Anbiya et al, 2020:301–311). Filsafat Progresivime memberikan sumbangsih
terhadap sistem pendidikan Indonesia yakni dengan berpusat pada kemerdekaan
dan kebebasan peserta didik, baik dari ranah fisik ataupun ranah berfikir.
Sehingga dalam hal ini, filsafat progresivisme menolak sistem pembelajaran yang
otoriter dan indoktrinasi. Progresivisme lebih mengutamakan perhatian ke masa
depan daripada ke masa lalu. Kalau hal ini dikaitkan dengan spektrum
kesejahteraan, Progresivisme melihat keagungan atau kecemasan masa lampau
sebagai tamsil atau ibarat yang diterjemahkan bagi masa sekarang atau masa
depan. Hal ini selaras dengan yang diterapkan di Tamsisku bahwa tutor melihat
peserta didik sebagai makhluk yang bebas, aktif, kreatif, dan dinamis, sehingga
23

yang baik untuk dijadikan modal perjuangan, sedangkan yang kurang baik
digunakan sebagai dasar untuk mencegah agar tidak terulang di kemudian hari
(Progresivisme et al, 2022: 482–92).
Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus dan bersifat progresif. Dengan demikian, progresif merupakan sifat
positif dari aliran tersebut. Progres atau kemajuan, lingkungan dan pengalaman
menjadi perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-angan dalam dunia ide,
teori, dan cita-cita saja. Aliran progresivisme memandang bahwa masalah
pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia, bahkan keduanya adalah sebuah proses yang satu (Pujawardani Hasan
dan Saefurridjal 2023:). .
Proresivisme menekankan akan pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan
kebebasan kepada peserta didik. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa
terhambat aturan-aturan formal yang terkadang justru membelenggu kreativitas
dan daya pikirnya untuk menjadi lebih baik. Siswa dapat mengembangkan
kreativitasnya tanpa terhalang oleh belenggu yang menjadi penghalang dirinya
untuk bereksplorasi. Konsep merdeka belajar ini dapat menjadi tali penghubung
kekeluargaan antar pendidik dengan peserta didik yang menjadikan suasan
pembelajaran tersebut nyaman bagi kedua belah pihak. Guru atau pendidik dalam
hal ini sudah tidak lagi hanya sekedar memberikan ceramahnya sendiri dan peran
siswa yang pasif, namun guru sebagai pendamping dan siswa dibebaskan untuk
mengeluarkan ide-idenya sehingga interaksi dalam satu ruangan tersebut terjadi
dan terciptalah suasana belajar yang nyaman dan kompleks (Lestari 2022:1349).
Aliran progresivisme dalam konsep pendidikan lebih menekankan pada
pengalaman empiris untuk peserta didik. Hal ini bertujuan lebih banyak
memberikan pengalaman kepada peserta didik supaya dapat memecahkan masalah
yang dihadapi. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai makhluk yang
memiliki jasmani dan rohani saja, namun juga perlu memiliki pengalaman
terhadap perilaku dan perbuatannya. Artinya peserta didik secara kecerdasan
harus berfungsi aktif dalam pembelajaran dengan memberlakukan saling terbuka
24

dan tidak ada pemisah dengan masyarakat. Pendidikan dapat dijadikan sebagai
miniatur dari masyarakat yang diharapkan peserta didik dapat menghayati
kehidupan dari proses pembelajaran yang edukatif, merdeka baik di kelas maupun
luar kelas (Dian et al., 2023:1–12). Pendidikan juga sejatinya harus berubah
selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pola pikir progresivime sebagai filsafat pendidikan adalah kemajuan. Hal ini
karena konsep kemajuan yang dapat menjadikan manusia terus aktif, kreatif,
inovatif sehingga dapat memaksimalkan kecerdasannya untuk berpikir ilmiah
guna menyelesaiakan permasalahan hidup dan tantangan zaman (Richardo,
Eliana, dan Cahdriyana 2021:35–43). Siswa juga diharapkan dapat menggunakan
disiplin-tersebut untuk memecahkan masalah pribadi, sosial dan kemasyarakatan.
Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk
unsur-unsur yang inti dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar aka- demik yang tinggi, pengembangan intelektual atau
kecerdasan sehingga dapat mempersiapkan siswa dalam bermasyarakat yang
beradab (Habibah 2019: 31–44).
D. Pandangan Progresivisme dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan
mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di samping itu menipisnya dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat menjadi pijakan pengembangan ide-
ide pendidikan progresivisme. Peserta didik secara kodrati sudah memiliki potensi
akal dan kecerdasan. Dengan kecerdasan yang bersifat dinamis dan kreatif,
peserta didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan
problem-problem yang ada. Terkait dengan itu semua, untuk meningkatkan
kecerdasan dan kreativitas peserta didik menjadi tanggungjawab dunia
pendidikan. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai makhluk yang
berkesatuan jasmani dan rohani saja, tetapi perlu juga dilihat manifestasinya
terhadap tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya.
Kecerdasan peserta didik perlu difungsikan secara aktif dalam
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, lembaga pendidikan sebaiknya dapat
25

berlaku wajar, terbuka, dan tanpa adanya dinding pemisah dengan


masyarakat. Lembaga pendidikan merupakan miniatur dari masyarakat itu
sendiri. Dengan demikian, peserta didik diharapkan dapat menghayati
kehidupan melalui proses belajar yang edukatif. Belajar edukatif adalah belajar
yang merdeka, yang dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas untuk tujuan
itu, menurut John Dewey, pendidikan harus bersifat demokratis. Dalam
konteks ini pendidikan lebih berfungsi memberikan kemerdekaandan
kebebasan kepada peserta didik, sehingga potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dapat berkembang dengan baik. Berangkat dari sini,
pendidik hendaknya memandang peserta didik sebagai komunitas yang selalu
khas dan unik, sehingga pendidik diharapkan mampu mengekplorasi
kemampuan, kecerdasan, kecendrungan, minat, dan bakat peserta didik yang
sangat beragam. Oleh karena itu, salah satu ukuran penting untuk menilai
keberhasilan pendidikan adalah dengan melihat sejauh mana pendidikan itu
mampu mengekplorasi kecerdasan, minat dan bakat peserta didik, serta
mengembangkan potensi-potensi tersebut secara baik dan
maksimal.Progresivisme menekankan pada demokrasi. Ada lima hal
yangdibutuhkan di dalam proses pendidikan. Pertama, pendidik atau guru tidak
dibolehkan berlaku otoriter. Pendidik atau guruberperan sebagai fasilitator bagi
peserta didiksebagai subjek didik. Peran pendidikadalah membantu peserta
didik dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pendidik
mendampingi peserta didik yang sedang belajar dengan memberikan
penghayatan emosional dan motivasi agar peserta didik berkembang secara
mandiri. Kedua, dalam proses pendidikan tidak mengeksklusifkan pada metode
yang terlalu fokus pada buku. Hal ini dikarenakan fokus pendidikan adalah
pesertadidik. Ketiga, tidak menggunakan metode hafalan, karena hafalan
hanya membuat subjek didik atau peserta didikbersifat pasif atau tidak aktif.
Keempat, pendidikan harus terbuka dengan kenyataan sosial artinya bersikap
luwes sesuai dengan kenyataan sosial sehingga pengetahuan pun dapat
berubah-ubah. Kelimaatau yang terakhir, dalam pengajaran tidak
diperkenankan menggunakan hukuman fisik. Hukuman fisik akan
menimbulkan ketakutan bagi peserta didik sehingga dapat membuat peserta
26

didikberada dalam suasana ketakutan yang mengakibatkan peserta didiktidak


berkembang. Secara sederhana, prinsip-prinsip aliran pendidikan progresivisme
dapat dirumuskan sebagai berikut:
27

1. Progresivisme dalam Pendidikan


Dalam aliran progresif (Progresivisme) ini Proses belajar mengajar di kelas
ditandai dengan beberapa hal antara lain :
a) Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa ingin
tahu siswa.
b) Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam
misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.
c) Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang
siswa untuk berpikir.
d) Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk membangun
pemahaman sosial.
e) Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed)
terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial.
f) Pendidikan sebagai proses yang terns menerus memperkaya siswa umuk
tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan dewasa. Para
pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah tradisional, khususnya
dalam lima hal :
g) Guru yang otoriter,
h) Terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks,
i) Pembelajaran pasif dengan mengingat fakta
j) Filsafat empat tembok, yakni terisolasinya pendidikandari kehidupan nyata,
dan
k) Penggunaan rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan
disiplin pada siswa.
2. Proses Belajar
Filsafat progresivisme mempunyai konsep bahwa anak didik mempuyai akal
dan kecerdasan sebagai potensi yang merupakan suatu kelebihan dibandingkan
dengan makhluk-makhluk lain. Filsafat progresivisme mengakui anak didik
memiliki potensi akal dan kecerdasan untuk berkembang dan megakui individu
atau anak didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif dan dinamis dalam
menghadapi lingkungannya.
28

Filsafat progresivisme meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan kebebasan


kepada peserta didik. Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara
berfikir, guna mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang
terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang
lain. Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak menyetujui pendidikan yang
otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar
untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi
pelajaran, sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak
didik. Berdasarkan pandangan di atas maka sangat jelas sekali bahwa filsafat
progressivisme bermaksud menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan
terus maju (progres) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan zaman
peradaban baru.
3. Guru
Peran guru dalam suatu kelas yang berorientasi secara progresif adalah
berfungsi sebagai seorang pembimbing atau orang yang menjadi sumber, yang
pada intinya memiliki tanggung jawab untuk memfasilitasi pembelajaran siswa.
Guru berhubungan dengan membantu para siswa mempelajari apa yang penting
bagi mereka. Terhadap tujuan ini, guru progresif berusaha untuk memberi siswa
pengalaman –pengalaman yang mereplikasi/ meniru kehidupan keseharian
sebanyak mungkin. Para siswa diberi banyak kesempatan untuk bekerja secara
kooperatif di dalam kelompok, seringkali pemecahan masalah dipandang penting
dilakukan oleh kelompok itu, bukan oleh guru.
4. Sekolah
Sekolah yang baik itu adalah sekolah yang dapat memberi jaminan para
siswanya selama belajar. Maksudnya adalah sekolah harus mampu membantu dan
menolong siswanya untuk tumbuh dan berkembang serta memberi keleluasaan
tempat untuk para siswanya dalam mengembangkan bakat dan minatnya melalui
bimbingan guru dan tanggung jawab kepala sekolah. Sekolah yang ideal adalah
sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Artinya
sekolah adalah bagian dari masyarakat. Untuk itu sekolah harus dapat
mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar
atau daerah di mana sekolah itu berada. Untuk dapat melestarikan usaha ini,
29

sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan wawasan


kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau kekhususan daerah
itu. Untuk itulah filsafat progresivisme menghendaki isi pendidikan dengan
bentuk belajar “sekolah sambil berbuat” atau learning by doing. Tegasnya, akal
dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan baik. Perlu diketahui
bahwa sekolah bukan hanya berfungsi sebagai transfer of knowledge (pemindahan
pengetahuan) akan tetapi sekolah juga berfungsi sebagai transfer of value atau
pemindahan nila-nilai, sehingga anak menjadi trampil dan berintelektual baik
secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat antara sekolah dengan masyarakat
harus dihilangkan. Aliran progresif mengharapakan setiap sekolah memiliki
tujuan untuk meningkatkan kecerdasan praktis dan membuat siswa mampu
memecahkan masalah yang bersumber dari pengalaman siswa.
5. Kurikulum
Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan eksperimental (pengalaman). Jadi kurikulum bisa diubah dan
dibentuk sesuai dengan zamannya. W.H Kilpatrick mengatakan, suatu kurikulum
yang dianggap baik didasarkan atas tiga prinsip:
a. Meningkatkan kualitas hidup anak didik pada tiap jenjang.
b. Menjadikan kehidupan aktual anak ke arah perkembangan dalam suatu
kehidupan yang bulat dan menyeluruh.
c. Mengembangkan aspek kreatif kehidupan sebagai suatu uji coba atas
keberhasilan sekolah sehingga anak didik dapat berkembang dalam
kemampuannya yang aktual untuk aktif memikirkan hal-hal baru yang baik
untuk diamalkan.
Untuk itu sangat diperlukan kurikulum yang berpusat pada pengalaman atau
kurikulum eksperimental, yaitu kurikulum yang berpusat pada pengalaman, di
mana apa yang telah diperoleh anak didik selama di sekolah akan dapat diterapkan
dalam kehidupan nyatanya. Dengan metode pendidikan “Belajar Sambil Berbuat”
(Learning by doing) dan pemecahan masalah (Problem solving) dengan langkah-
langkah menghadapi problem, dan mengajukan hipotesa.
6. Prinsip Pendidikan
30

Menurut progresivisme, pendidikan selalu dalam proses pengembangan,


penekanannya adalah perkembangan individu, masyarakat, dan kebudayaan.
Pendidikan harus siap memperbaharui metode, kebijakannya, berhubungan
dengan perkembangan sains dan teknologi, serta perubahan lingkungan. John
Dewey ingin mengubah hambatan dalam demokrasi pendidikan dengan jalan:
a. Memberi kesempatan murid untuk belajar perorangan.
b. Memberi kesempatan murid untuk belajar melalui pengalaman.
c. Memberi motivasi, dan bukan perintah. Ini berarti akan memberikan tujuan
yang dapat menjelaskan ke arah kegiatan belajar yang merupakan kebutuhan
pokok anak didik,
d. Mengikut sertakan murid di dalam setiap aspek kegiatan belajar yang
merupakan kebutuhan pokok anak.
e. Menyadarkan murid bahwa hidup itu dinamis. Oleh karena itu murid harus
dihadapkan dengan dunia yang selalu berubah dengan ‘kebebasan
beraktivitas, dengan orientasi kehidupan masa kini.
Selain itu, Progresivisme menghendaki pendidikan yang progresif. Tujuan
pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus
menerus. Pendidikan bukanlah hanya menyampaikan pengetahuan kepada anak
didik saja, melainkan yang terpenting ialah melatih kemampuan berpikir secara
ilmiah. Semua itu dilakukan oleh pendidikan agar orang dapat maju atau
mengalami progress. Dengan demikian orang akan dapat bertindak dengan
intelegen sesuai dengan tuntutan dari lingkungan.sehingga dapat disimpulkan
bahwa asas progresivisme dalam belajar bertitik tolak dari asumsi bahwa anak
didik bukan manusia kecil, tetapi manusia seutuhnya yang mempunyai potensi
untuk berkembang, setiap anak didik berbeda kemampuannya, individu atau anak
didik adalah insan yang aktif kreatif dan dinamis dan anak didik punya motivasi
untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh pengetahuan yang benar,
kaum progresif sepakat dengan pandangan Dewey, yaitu menekankan pengalaman
indera, belajar sambil bekerja, dan mengembangkan intelegensi, sehingga anak
dapat menemukan dan memecahkan masalah yang dihadapi. Secara umum
terdapat beberapa prinsip pendidikan menurut pandangan progresivisme, yaitu:
31

a. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup.


Kehidupan yang baik adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang
mencakup interpretasi dan rekonstruksi pengalaman. Anak akan memasuki
situasi belajar yang disesuaikan dengan usianya dan berorientasi pada
pengalaman. Tidak ada tujuan umum dan akhir pendidikan.
b. Pendidikan harus berhubungan secara langsung dengan minat anak, minat
individu, yang dijadikan sebagai dasar motivasi belajar. Sekolah menjadi
“child center”, dimana proses belajar ditentukan terutama oleh anak.
Secara kodrati anak suka belajar apa saja yang berhubungan dengan
minatnya, atau untuk memecahkan masalahnya. Begitu pula pada dasarnya
anak akan menolak apa yang dipaksakan kepadanya. Anak akan belajar
dan mau belajar karena merasa perlu, tidak karena terpaksa oleh orang
lain. Anak akan mampu melihat relevansi dari apa yang dipelajari terhadap
kehidupannya, bahkan juga terhadap konsepsi kehidupan orang dewasa.
c. Belajar melalui pemecahan masalah akan menjadi presendenterhadap
pemberian subjeck matter. Jadi, belajar harus dapat memecahkan masalah
yang penting dan bermanfaat bagi kehidupan anak. Dalam memecahkan
suatu masalah, anak dibawa berfikir melewati beberapa ahapan, yang
disebut metode berfikir ilmiah, sebagai berikut:
1) Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah;
2) Menganalisis masalah tersebut, dan menduga atau menyusun hipoteis-
hipotesis yang mungkin;
3) Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah;
4) Memilih dan menganalisis hipotesis;
5) Mencoba, menguji, dan membuktikan.
d. Peranan guru tidak langsung, melainkan memberi petunjuk kepada siswa.
Kebutuhn dan minat siswa akan menentukan apa yang mereka pelajari.
Anak harus diizinkan untuk merencanakan perkembangan diri mereka
sendiri, dan guru harus membimbing kegiatan belajar.
e. Sekolah harus memberi semangat bekerja sama, bukan mengembangkan
persaingan. Manusia pada dasarnya sosial, dan keputusan yang paling
besar pada manusia karena berkomunikasi dengan yang lain.
32

Progresivisme berpandangan bahwa kasih sayang dan persaudaraan lebih


berharga bagi pendidikan dari pada persaingan dan usaha pribadi. Karena
itu, pendidikan adalah rekonstruksi pengalaman, mengarah kepada
rekonstruksi manusia dalam kehidupan sosial.
f. Kehidupan yang demokratis merupakan kondisi yang diperlukan bagi
pertumbuhan. Demokrasi, pertumbuhan, dan pendidikan saling
berhubungan. Untuk mengajar demokrasi, sekolah sendiri harus
demokratis.
Progresivisme dalam pendidikan adalah sebagai alat atau sarana yang
disiapkan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menghadapi segala
masalah yang notabene terus berkembang. Prinsip-prinsip pendidikan dalam
aliran progresivisme yaitu sebagai berikut:
1) Proses pendidikan dimulai dan diakhiri oleh siswa.
2) Siswa berperan aktif
3) Guru sebagai fasilitator
4) Sekolah harus kooperatif dan demokratis.
5) Fokus kegiatan pembelajaran pada penyelesaian masalah.
Sejalan dengan pendidikan di Indonesia saat ini, aliran pendidikan
progresivisme cukup berperan, terutama dalam memahami dan
mengimplementasikan pendidikan dalam kehidupan nyata. Dimana pendidikan
harus mempertimbangkan berbagai kemampuan siswa serta harus melakukan
sebuah upaya untuk mempersiapkan siswa dalam mengatasi dan memecahkan
masalah yang mungkin timbul di lingkungan sehari – hari.
Progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan yang modern telah
memberikan pandangan mengenai perubahan dalam proses pendidikan supaya
menjadi lebih maju. Aliran ini telah menentang konsep pendidikan yang
dilaksanakan secara tradisional seperti aliran esensialisme dan perenialisme.
Progresivisme berpandangan dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah harus
mengutamakan peserta didik (student center), dimana guru hanya sebagai
fasilitator, pembimbing, dan pengarah dalam pembelajaran. Hal ini dilakukan
bertujuan untuk merubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan otoriter atau
dogmatis menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dari kemampuan
33

peserta didik, serta mendorong untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih


banyak melibatkan peserta didik supaya lebih berkembang dan mampu
menghadapi perubahan zaman yang semakin kompleks. Progresivisme
menekankan bagaimana ke depannya peserta didik mampu menghadapi keadaan
yang mungkin akan berbeda dengan zaman saat ini. Filsafat pendidikan
progresivisme ini telah dicetuskan oleh seorang filsuf Amerika yakni John
Dewey, yang memberikan pandangan bahwa sekolah dengan menggunakan
pendekatan progresivisme merupakan bentuk protes terhadap pendidikan yang
bersifat otoriter. Filsafat progresivisme mengutamakan nilai-nilai humanisme,
bahwasannya seseorang di dalam pendidikan harus memiliki dorongan dari dalam
dirinya untuk belajar, memiliki rasa merdeka dalam belajar, belajar sesuai minat
yang dimiliki (Pendidikan dan Konseling 2023:1349).
Progresivisme memberikan prinsip-prinsip dalam pelaksanaan pendidikan
di antaranya:
a) Proses pendidikan diawali dan diakhiri oleh peserta didik.
b) Peserta didik sebagai objek yang aktif.
c) Peran guru hanya sebagai pembimbing, fasilitator, dan pengarah.
d) Sekolah harus mampu menciptakan iklim yang bersifat kooperatif dan
demokratif.
e) Aktivitas pembelajaran berfokus pada pemecahan masalah bukan untuk
mengajarkan materi kajian saja.
Prinsip tersebut, menegaskan dalam pendidikan diharapkan mampu
menghendaki adanya perubahan pada diri peserta didik guna mejadi pribadi yang
tangguh dan mampu menghadapi persoalan serta dapat menyesuaikan dengan
kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, progresivisme sangat
menghendaki adanya pemecahan masalah dalam proses pendidikan, bagi
progresivisme segala sesuatu itu dipadang ke depan (Meliniasari dan Jalmo 2023:
204–912.), serta sebagai sarana atau alat untuk mempersiapkan dan
mengembangkan kemampuan siswa agar dapat menghadapi persoalan yang ada di
masyarakat yang selalu berubah-ubah. Progresivime memberikan sumbangsih
terhadap sistem pendidikan Indonesia yakni dengan berpusat pada kemerdekaan
dan kebebasan peserta didik, baik dari ranah fisik ataupun ranah berfikir.
34

Sehingga dalam hal ini, filsafat progresivisme menolak sistem pembelajaran yang
otoriter dan indoktrinasi (Badiah et al., 2023:30–36).
Pendidikan progresivisme ini telah dicetuskan oleh seorang filsuf Amerika
yakni John Dewey, yang memberikan pandangan bahwa sekolah dengan
menggunakan pendekatan progresivisme merupakan bentuk protes terhadap
pendidikan yang bersifat otoriter yang mengedepankan nilai humanisme yang
berlandaskan bahwa, pendidikan harus didorong atas kodrati dari dalam,
perkembangan pribadi secara merdeka dan minat peserta didik. Pendidikan
progresivisme memiliki filosofi yang mengedepankan berbagai jenis kompetensi
dan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam mencetak individu
yang dewasa, produktif, dan cakap (Sopacua dan Fadli 2022:1).
35

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Filsafat Progresivisme merupakan Aliran filsafat pendidikan yang menekankan


kepada peningkatan kemampuan peserta didik melalui pengalaman
kemampuan diri peserta didik atau kemandirian dan selalu menunjukkan
perubahan dari masing-masing peserta didik. Filsafat Progresivisme sangat
berpengaruh dalam potensi pengembangan peserta didik. Peserta didik
mendapatkan pengetahuan tambahan dari potensi yang dimiliki, dapat
mengembangkan potensi secara mandiri, dan dapat menjadi progres atau
kemajuan untuk diri peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan. Filsafat
pendidikan Progresivisme juga menuntut peserta didik untuk selalu melakukan
kemajuan(progres), bertindak secara konstruktif, inovatif, dan aktif. Filsafat
progresivisme memiliki dampak besar pada pengembangan potensi siswa.
Pengembangan yang dimaksud adalah peserta didik memperoleh tambahan
pengetahuan (keterampilan) tentang potensi dirinya dan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara mandiri dan berkembang sendiri untuk
mencapai tujuan pendidikannya. Dengan kata lain, filosofi pendidikan
progresif menuntut kemajuan terus-menerus dan bertindak secara konstruktif,
inovatif dan proaktif.
2. Ada beberapa Tokoh-Tokoh/filsuf dalam Aliran Progresivisme yang
mengungkapkan pendapatnya tentang filsafat progresivisme diataranya adalah:
a. Wiliam james
b. John dewey
c. Hans Vaihinger
d. Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi
3. Aliran progresivisme dalam konsep pendidikan lebih menekankan pada
pengalaman empiris untuk peserta didik. Aliran progresivisme bertujuan lebih
banyak memberikan pengalaman kepada peserta didik supaya dapat
memecahkan masalah yang dihadapi. Peserta didik tidak hanya dipandang
36

sebagai makhluk yang memiliki jasmani dan rohani saja, namun juga perlu
memiliki pengalaman terhadap perilaku dan perbuatannya. Artinya peserta
didik secara kecerdasan harus aktif dalam pembelajaran dengan
memberlakukan saling terbuka dan tidak ada pemisah dengan masyarakat.
Pendidikan dapat dijadikan sebagai miniatur dari masyarakat yang diharapkan
peserta didik dapat menghayati kehidupan dari proses pembelajaran yang
edukatif, merdeka baik di kelas maupun luar kelas. Pendidikan juga sejatinya
harus berubah selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pola pikir progresivime sebagai filsafat pendidikan adalah
kemajuan. Hal ini karena konsep kemajuan yang dapat menjadikan manusia
terus aktif, kreatif, inovatif sehingga dapat memaksimalkan kecerdasannya
untuk berpikir ilmiah guna menyelesaiakan permasalahan hidup dan tantangan
zaman.
4. Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan
mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. . Di samping itu menipisnya
dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat menjadi pijakan
pengembangan ide-ide pendidikan progresivisme. Peserta didik secara kodrat
sudah memiliki potensi akal dan kecerdasan. Dengan kecerdasan yang
bersifat dinamis dan kreatif, peserta didik mempunyai bekal untuk
menghadapi dan memecahkan problem-problem yang ada.

B. SARAN

Sebagai saran agar lebih memahami prinsip-prinsip Profgresivisme dalam


pendidikan seperti fokus pada pengalaman nyata, pembelajaran yang
menekankan daya pikir kritis, serta nilai-nilai sosial dan kemanusiaan yang
lebih universal sehingga tercipta lingkungan pendidikan yang inklusif dan
respontif menyesuaikan dengan kebutuhan siswa dengan tetap mengikuti
perkembangan zaman.
Selain itu, upaya untuk memperkuat keterlibatan orang tua dan pemangku
pendidikan, sehingga pendidikan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah
dan guru, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama. Sehingga siswa dapat
37

memahami konteks sosial dan budaya yang universal.


Diperlukan juga pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran yang
lebih relevan dengan tuntutan zaman, seperti penggunaan IPTEK dan
pendekatan pembelajaran berbasis proyek yang dapat membantu meningkatkan
motivasi siswa sehingga terjadi pengembangan potensi dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengahadapi tantangan perkembangan zaman di era 5.0.
38

DAFTAR PUSTAKA

Nursikin, M. (2016). Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan Dan Implementasinya


Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. ATTARBIYAH:
Journal of Islamic Culture and Education, 1(2), 303-334.
Anbiya, B. F., Nurdin, E. S., dan Rizal, A. S. (2020). Filsafat Progresivisme dan
Implikasinya terhadap Pendidikan Kewarganegraan Sebagai General
Education di Indonesia. Civic-Culture: Jurnal Ilmu Pendidikan PKn Dan
Sosial Budaya, 4 (1):301–311.
Drake, S. M., dan Reid, J. L. (2020). 21st Century Competencies in Light of the
History of Integrated Curriculum Foundations of Progressive Education in.
Faculty of Education, Brock University, St. Catharines ON Canada, 5
(July):1–10.

Dian, Ragil, Purnama Putri, Sri Tutur, and Mulyo Prabowo. 2023. “Jurnal
Fundadikdas ( Fundamental Pendidikan Dasar ) Konsep Merdeka Belajar
Pada Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perspektif Filsafat Progresivisme The
Concept of Independent Learning in Elementary Schools Reviewed from
the Perspective of the Philosophy of Progressivism.” 6 (1):1–12.
Fauziya, Septi Nur, dan Tian Abdul Aziz. 2022. “Kaitan Pandangan Aliran
Filsafat Progresivisme Terhadap Siswa Slow Learners Dalam Proses
Pembelajaran.” Griya Journal of Mathematics Education and Application
2 (1):70–79.
Herdianto Wahyu Pratomo, Yeti Kuswati, Suklani, A. H. (2022).
Educational Leadership: Islamic Religious, Philosophy, Psychology, and
Sociology Perspectives. International Journal of Social Science and
Human Research, 05 (05):1765–1770.

Hakim, C. L. H. C. L., dan Muttaqin, A. Z. M. A. Z. (2023). Konvergensi filsafat


progresivisme dan perenialisme dalam praktik pendidikan islam. Jurnal
Fakultas Ilmu Keislaman Kuningan, 4 (1):18-32.

Hadi, N. F. (2021). Analysis of the Relationship between “merdeka belajar” and


the progressivism philosophy. Almufi Journal of Measurement,
Assessment, and Evaluation Education, 1 (2):106-114.
39

Habibah, Sulhatul. 2019. “Kritik Dan Komentar Pendidikan Esensialis.” Al-


Riwayah: Jurnal Kependidikan 11 (1):31–44.
Iqbal, M. Anwar, S. Maliki, M. dan Sari, R. (2022). Kurikulum dan Pendidikan
(Merdeka Belajar Menurut Perspektif Humanism Arthur W
Combs). Jurnal Pendidikan, 10 (2):278-285.
Lestari, Sevi. 2022. “Jurnal Pendidikan Dan Konseling 4:1349.
Mas’ud Muhammadiah, M. S. (2022). BAB 7 ALIRAN PENDIDIKAN
PROGRESIVISME. Teori Belajar dan Aliran-Aliran Pendidikan, 77.

Mahmud, Mahmud, Abidin Abidin, dan Malkan. 2022. “Prosiding Kajian Islam
Dan Integrasi Ilmu Di Era Society Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Datokarama Palu 2022, Volume 1 Perkembangan Fitur Al-Quran Digital
Masa Kini.” 1:329–334.
Meliniasari, Fitri, dan Tri Jalmo. 2023. “Filsafat Aliran Progresivisme Dan
Perspektifnya Terhadap Pembelajaran IPA Pada Kurikulum Merdeka.”
8:204–912.
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran
progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3
(1):141-147.
Malik, A. S., dan Latifah, E. D. (2022). Merdeka Belajar: Kajian Filsafat Tujuan
Pendidikan dan Implikasinya. Azmina: Jurnal Perbankan
Syariah, 1(2):99-117.
Maharani¹, A. E., dan Ediyono, S. (2020). keefektifan pengimplementasian aliran
progresivisme dalam dunia pendidikan. Jurnal pendidikan 2 (1), 131-134.
Masitoh, S. dan Nursalim, M. (2023). Filsafat aliran progresivisme dan kitannya
untuk anak berkebutuhan khusus dalam setting pendidikan
inklusi. helper: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 40(1):30-36.
Najmuddin, Najmuddin, dan Syarkawi . 2021. “Progresivisme (Konsepsi Tentang
Realita Dan Pengetahuan).” VARIASI : Majalah Ilmiah Universitas
Almuslim 13 (2):77–83.
Purwosaputro, S. (2023). analisis filsafati pendidikan berbasis liberal-
progresivisme. civis: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan, 12 (1):67-84.
40

Pendidikan, Jurnal, Dan Konseling. 2023. “Konsep Merdeka Belajar Menurut


Pandangan Filsafat Progretivisme John Dewey.” 5:3010–14.
Progresivisme, Filsafat Pendidikan, Annas Fitria Saadah, Rufus Goang
Swaradesy, and Danang Prasetyo. 2022. “penguatan pendidikan karakter
di ‘ tamsisku ’( Perspektif It Is Very Important to Instill Character
Education from an Early Age . Strengthening Character Education Can Be
Done in Various Ways . One of the Media in the Formation of a Child ’ s
Character Is.” 9 (2):482–92.
Retter, H. (2019). How William H. Kilpatrick’s project method came to
Germany." Progressive Education" against the background of American-
German relations before and after 1933. International Dialogues on
Education. Past and Present, 6 (1):88-124.
Ramadani, F. R. F. (2022). Konsep kurikulum merdeka belajar terhadap
pandangan filsafat progresivisme. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Dasar, 7 (2):1239-1251.

Richardo, Rino, Hasna Ulayya Eliana, and Rima Aksen Cahdriyana. 2021.
“Progresivisme Dan Perspektifnya Terhadap Pembelajaran Di Era
Pandemi Covid-19.” Idealmathedu: Indonesian Digital Journal of
Mathematics and Education 8 (1):35–43.
Rosnawati, R. Syukri, A. S. A., Badarussyamsi, B. dan Rizki, A. F. R. A. F.
(2021). Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya bagi
Manusia. Jurnal Filsafat Indonesia, 4 (2):186-194.
Rahma, A. N., Rohmah, H., dan Bakar, M. Y. A. (2022). Implementasi Aliran
Progresivisme dalam Pembelajaran Menurut Filsafat Pendidikan dan
Perkembangan Kurikulum di Indonesia. An-Nidzam: Jurnal Manajemen
Pendidikan dan Studi Islam, 9 (2):219-242.
Sy, Ahmad Imran, and Kabupaten Wajo. 2020. “Al Waraqah:” 1 (2):1–10.
Sopacua, Jems, and Muhammad Rijal Fadli. 2022. “Konsep Pendidikan Merdeka
Belajar Perspektif Filsafat Progresivisme (The Emancipated Learning
Concept of Education in Progressivism Philosophy Perspective).” Potret
Pemikiran 26 (1):1.
41

Tria, Kormila. 2021. "Jurnal Pengertian Filsafat Pendidikan Progresivisme."


6:1123.
Wiguna, P. D. Andalas, R. A. Lestari, D. A. S. Agustina, L. Sari, N. H., dan
Nalim. The Concept of Independent Learning John Dewey’S
Progressivism Genre Perspective in Learning Mathematics. Proceeding
of Iconie 2021:369–383.

Widiani, N. (2020). Progresivisme Peningkatan Mutu Pendidikan Terhadap Siswa


(Analisis Sejarah Periode Pendidikan Di Indonesia). PINTU: Jurnal
Penjaminan Mutu, 1(1).Badiah, Lutfi Isni, Program Studi, Teknologi
Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Siti Masitoh, Program Studi,
Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya, Mochamad Nursalim,
Program Studi, Teknologi Pendidikan, dan Universitas Negeri Surabaya.
2023. “Aliran Filsafat Progresivisme Dan Kaitannya Dengan Pendidikan
Inklusi Untuk Anak Berkebutuhan Khusus.” 40 (1):30–36.

Anda mungkin juga menyukai