FILSAFAT PENDIDIKAN
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Aliran
Filsafat Pendidikan Progresivsme” tepat pada waktu yang telah di tentukan.
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Filsafat Pendidikan dan sebagai alas pikir bagi para pembaca dan penulis.
Ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. A.M. Irfan Taufan Asfar, M.T., M.Pd.
selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengaharpkan saran dan kritik yang
membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhirnya kami berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pembaca.
Penulis
i
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................4
A. Kesimpulan…………………………………………………………….31
B. Saran.....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................33
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang mencari
hakikat sesuatu, berupaya melakukan penafsiranpenafsiran atas pengalaman-
pengalaman manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban
tersebut merupakan suatu hasil pemikiran yang mendasar dan digunakan untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan aspek kehidupan
manusia, termasuk aspek pendidikan. Pada prinsipnya, konsep filsafat
menempatkan sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar manusia, yang
merupakan tolok ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan sesudahnya.
Filsafat sangat berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu memberikan
sebuah kerangka acuan bidang filsafat pendidikan guna mewujudkan cita-cita
pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa. Oleh karena
itu,filsafat pendidikan pada suatu negara menjadi sebuah anutan. Filsafat
pendidikan yang lahir dan menjadi tumpuan konsep ilmu pendidikan, sebagai
ilmu pengetahuan yang normatif, merupakan disiplin ilmu yang merumuskan
kaidah-kaidah nilai yang akan dijadikan ukuran tingkah laku manusia yang hidup
di tengahtengah masyarakat serta tugas dari pendidikan, sebagai aspek
kebudayaan yaitu menyalurkan nilai-nilai hidup, melestarikan dan
mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subjek didik yang
bersumber dari filsafat, kebudayaan, dan agama yang berlaku dalam suatu
masyarakat atau negara. Kaitannya dengan filsafat pendidikan pancasila, seluruh
aspek kehidupan suatu bangsa di ilhami dan berpedoman pada ajaran-ajaran
filsafat bangsa itu sendiri. Pancasila merupakan kebudayaan yang mengajarkan
bahwa hidup manusia akan mencapai puncak kebahagian jikadikembangkan
keselarasan dan keseimbangan, baik dalam
1
1
hidup manusia sebagai pribadi, sebagai makluk sosial, Tuhannya maupun dalam
mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohani. Oleh karena itu, perlu
memahami, menghayati dan mengamalkan pancasila dalam segi kehidupan.
Hasil pemikiran para filsuf yang sangat panjang itu telah memperkaya
dunia keilmuan yang juga memengaruhi sistem ilmu dan budaya hidup
manusia, memengaruhi sistem sosial dan politik, sistem ideologi semua bangsa,
dan lain sebagainya. Berdasarkan kenyataan sejarah,filsafat telah banyak
membantu dunia dengan buah pikiran dengan para filsufnya.
Secara umum Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan
pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-
percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi
untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Dalam
pelajaran terdapat beberapa aliran salah satu diantaranya adalah aliran
progresivisme.
Filsafat Progresivisme ini dicetuskan oleh seorang filsuf Amerika yakni
John Dewey. Ia memberikan pandangan bahwa sekolah menggunakan
pendekatan progresivisme merupakan bentuk protes terhadap pendidikan
yang bersifat otorier (Retter, 2019:88-124). Filsafat Progresivisme berusaha
untuk mengedepankan pengembangan keterampilan dan kemampuan kognitif
dalam memecahkan masalah (Problem Solving) dan keterampilan berpikir
kritis agar siswa dapat menyadari karakter yang dimilikinya. Filsafat
Progresivisme dibangun di atas komunitas, kolaborasi, keadilan sosial,
pemahaman yang mendalam tentang masalah dunia nyata dan belajar aktif
(Drake dan Reid, 2020:1–10). Progresivisme dalam pendidikan memberikan
perubahan konstan, dan mengajarkan perubahan hidup kepada siswa (Ramadani,
2022: 1239-1251). Progresivisme menekankan kepemimpinan pendidikan,
memberikan kemandirian dan kebebasan kepada siswa. Dalam hal itu siswa
dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang tersembunyi dalam diri
mereka (Herdianto et alra, 2022:1765–1770). Progresivisme ini adalah sebuah
aliran filsafat pendidikan yang berkembang di awal abad ke 20, dan mempunyai
pengaruh sangat besar dalam dunia pendidikan terutama di Amerika Serikat.
Aliran progresivisme lahir sebagai pembaharuan dalam dunia (filsafat)
pendidikan, terutama sebagai lawan kebijaksaan konversional yang diwarisi dari
abad kesembilan belas.
3
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Progresivisme
2. Siapakah tokoh-tokoh dalam aliran progresivisme
3. Tujuan pendidikan menurut aliran prograsivisme
4. Pandangan progresovisme dalam pembelajaran
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari progresivisme
2. Untuk mengetahui siapa tokoh tokoh dalam aliran progresivisme
3. Untuk mengetahui tujuan dari aliran progresivisme
4. Untuk mengetahui bagaimana sudut pandang dunia pendidikan tentang
pembelajaran progresivisme
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Progresivisme
Secara bahasa, istilah progresivisme berasal dari kata progressive
yang artinya maju. Progresivisme juga dapat diartikan sebagai gerakan
perubahan menuju perbaikan(Wiguna et al., 2021:369–383). Pendapat lain
menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang mengingikan kemajuan-
kemajuan secara cepat (Muhmidayeli, 2011:151).
keduanya tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. Maka tidak heran
jika kemudian progresivisme adalah teori pengetahuan.Konsep
pengetahuan dalam pandangan aliran progresivisme yaitu fakta yang
masih murni (belum diolah/disusun), untuk memperoleh pengetahuan itu
progresivisme menggunakan metode induktif, rasional dan empirik, jadi
pengalaman sebagai suatu unsur utama dalam epistemologi adalah semata-
mata bersifat khusus. Dalam hal ini progresivisme membedakan antara
pengetahuan dan kebenaran. Nilai pengetahuan manusia harus diuji dalam
kehidupan praktis, sedangkan teori pengetahuan dari aliran pragmatisme
merupakan strategi selanjutnya dari konsepsi kurikulum progresivisme itu
sendiri.
c. Pandangan mengenai nilai Progresivisme memberikan pandangan tentang
nilai bahwa nilai tidak timbul dengan sendirinya, akan tetapi ada faktor
yang merupakan pra syarat, yaitu bahasa. Nilai timbul karena manusia
memiliki bahasa, penggunaan bahasa ini tentulah mendapat pengaruh yang
berasal dari golongan, kehendak, perasaan, dan kecenderungan dari
masing-masing orang tersebut (pengguna bahasa), maka arti nilai itu tidak
eksklusif, nilai memiliki kualitas sosial, sifat sosial, juga bersifat
individual, sifat perkembangan nilai ini berdasarkan pada dua hal, yaitu
untuk diri sendiri dan untuk lingkungan yang lebih luas. Sifat
perkembangan nilai berawal dari hubungan timbal balik antara dua sifat
nilai intrinsik dan instrumental yang menyebabkan adanya sifat
perkembangan dan perubahan pada nilai, memberikan nilai tambah kepada
beberapa aspek dari tujuan pendidikan, nilai-nilai itu merupakan
instrumen/alat.
d. Pandangan mengenai belajar. Pandangan progresivisme tentang konsep
belajar berlandaskan pada pandangannya tentang peserta didik. Peserta
didik merupakan makhluk yang memiliki kelebihan dibandingkan
makhluk yang lain, yaitu akal dan kecerdasan. Akal dan kecerdasan
merupakan bekal dalam menghadapi dan memecahkan permasalahan.
Sehubungan dengan ini tugas utama dalam dunia pendidikan adalah
berusaha meningkatkan kecerdasan. Jasmani dan rohaniperlu untuk
9
keyakinan tersebut ada juga kesangian dimana apakah manusia itu sendiri mampu
belajar bagaimana mempergunakan kesanggupan itu, tetapi meskipun demikian
progresivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat
menguasai seluruh lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan
sosial (Adisel and Suryati, 2022:).
Adapun Prinsip Dasar Aliran Progresivisme yaitu menekankan pada
pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi
pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif. Filsafat progresif berpendapat bahwa
pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar pada masa
mendatang. Karenanya, cara terbaik mempersiapkan para siswa untuk suatu masa
depan yang tidak diketahui adalah membekali mereka dengan startegi-strategi
pemecahan masalah yang memungkinkan mereka mengatasi tentengan-tantangan
baru dalam kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan
pada saat ini.
Pandangan-pandangan progresivisme dianggap sebagai the liberal road to
culture. Dalam arti bahwa liberal dimaksudkan sebagai fleksibel, berani, toleran
dan bersikap terbuka. Liberal di alam arti lainnya ialah bahwa pribadi-pribadi
penganutnya tidak hanya memegang sikap seperti tersebut di atas, melainkan juga
selalu bersifat penjelajah, peneliti secara kontinue demi pengembangan
pengalaman. Liberal dalam arti menghormati martabat manusia sebagai subjek di
dalam hidupnya dan dalam arti demokrasi, yang memberi kemungkinan dan
prasyarat bagi perkembangan tiap pribadi manusia sebagaimana potensi yang ada
padanya.
Progresivisme sebagai aliran filsafat mempunyai watak yang dapat
digolongkan sebagai berikut:
a. Negative and diagnostic yang berarti bersikap anti terhadap otoritarianisme
dan absolutisme dalam segala bentuk;
b. Positive and remedial, yakni suatu pernyataan dan kepercayaan atas
kemampuan manusia sebagai subjek yang memiliki potensi-potensi alamiah,
terutama kekuatan self-regenerative untuk menghadapi dan mengatasi
semua problem hidupnya.
12
Pengalaman ialah suatu realita yang telah meresap dan membina pribadi.
Pengalaman menurut Progresivisme:
1. Dinamis, hidup selalu dinamis, menuntut adaptasi, dan readaptasi dalam
semua variasi perubahan terus menerus.
2. Temporal (perubahan dari waktu ke waktu);
3. Spatial yakni terjadi disuatu tempat tertentu dalam lingkungan hidup
manusia;
4. Pluralistis yakni terjadi seluas adanya hubungan dan antraksi dalam mana
individu terlibat. Demikian pula subyek yang mengalami pengalaman itu,
menangkapnya, dengan seluruh kepribadiannya degnan rasa, karsa, pikir
dan pancainderanya. Sehingga pengalaman itu bersifat pluralistis.
Pikiran (mind) sebagai fungsi manusia yang unik. Manusia hidup karena
fungsi-fungsi jiwa yang ia miliki. Potensi intelegensi ini meliputi kemampuan
mengingat, imaginasi, menghubung-hubungkan, merumuskan, melambangkan
dan memecahkan masalah serta komunikasi dengan sesamanya. Mind ini ialah
integrasi di dalam kepribadian, bukan suatu entity (kesatuan lahir) sendiri.
Eksistensi dan realita mind hanyalah di dalam aktivitas. Mind adalah apa yang
manusia lakukan. Mind pada prinsipnya adalah berperan di dalam pengalaman
(Purwosaputro, 2023:67-84).
2. Epistemologi Progresivisme
epistemologi pragmatisme adalah epistemologi empirik dan rasional.
Epistemologi inilah yang menjadi epistemologi progresivisme. Secara singkat
epistemologi progresivisme dapat dirumuskan dalam lima ajaran yakni sebagai
berikut:
1. Mengenai pengetahuan dan kebenaran.
2. Pengetahuan bersifat pasif.
3. Kebenaran bersifat aktif.
4. Kecerdasan dan operasionalisme.
5. Immediate dan Mediate Experience.
Lebih lanjut, antara filsafat pendidikan dan progresivisme serikali kali
terjadi perbedaan yang sangat kontras antara pengetahuan dan kebenaran. Secara
umum, perbedaan tersebut dimaksud dengan pengetahuan adalah kumpulan
14
b. Bahwa nilai-nilai berbeda secara radikal dalam banyak hal dari suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya;
c. Bahwa pernilaian-penilaian seperti benar atau salah, baik atau buruk,
tepat atau tidak tepat, tidak dapat diterapkan padanya; dan
d. Bahwa tidak ada, dan tidak dapat ada nilai-nilai universal, mutlak, dan
objektif manapun yang diterapkan pada semua orang pada segala waktu.
Pandangan pendidikan progresivisme menghendaki yang progresif. Tujuan
pendidikan hendaklah diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang terus
menerus. Pendidikan hendaklah bukan hanya menyampaikan pengetahuan kepada
peserta didik untuk diterima saja, melainkan yang lebih penting daripada itu
adalah melatih kemampuan berpikir dengan memberikan stimuli-stimuli
(Rosmanawati., 2021:).
Adapun ciri-ciri dalam progresivisme yaitu :
1. Pendidikan dianggap mampu merubah dalam arti membina kebudayaan
baru yang dapat menyelamatkan manusia bagi masa depan.
2. Percaya bahwa manusia sebagai subyek yang memiliki kemampuan untuk
menghadapi dunia dengan skill dan kekuatan mandiri.
3. Progress yang menjadi inti perhatiannya, maka ilmu pengetahuan yang
dapat menumbuhkan kemajuan dipandang merupakan bagian-bagian
utama dari kebudayaan, yaitu ilmu hayat, antropologi, psikologi dan ilmu
alam.
4. Progresivisme adalah satu filsafat transisi antara dua konfigurasi
kebudayaan yang besar. Progresivisme adalah rasionalisasi mayor
daripada suatu kebudayaan yakni
a. perubahan yang cepat dari pola-pola kebudayaan Barat yang diwarisi
dan dicapai dari masa ke masa
b. perubahan yang cepat menuju pola-pola kebudayaan baru yang sedang
dalam proses pembinaan untuk masa depan.
5. Progresivisme sebagai ajaran filsafat merupakan watak yang dapat
digolongkan menjadi 2 kategori yaitu
17
didik yang sangat beragam. Oleh karena itu, salah satu ukuran penting untuk menilai
keberhasilan pendidikan adalah dengan lihat sejauh mana pendidikan itu mampu
mengekplorasi kecerdasan, minat dan bakat peserta didik, serta mengembangkan potensi-
potensi tersebut secara baik dan maksimal (Magfiroh, 2020:).
3. Hans Vaihinger
Hans Vaihinger berpendapat bahwa ukuran pemikiran adalah penggunaannya
dalam mengetahui dan memengaruhi peristiwa di alam nyata. Pengetahuan
memiliki arti praktis, yaitu orang dikatakan tahu atau telah menggunakan
pengetahuan (know) ketika mengetahui manfaatnya (Kormila Tria, 2021:1123).
4. George Santaya dan Ferdinant Schiller
George Santaya dan Ferdinant Schiller kedua tokoh ini amat sukar
untuk memberikan sifat bagi hasil pemikiran mereka, karena banyak
pengeruh yang bertentangan dengan apa yang dialaminya.
5. Umi Machmudah dan Abdul Wahab Rosyidi
Mengemukakan beberapa pandangan yang dalam hal ini adalah.
a. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa pengethuan
merupakan fakta yang telah diolah dalam sebuah proses pendidikan.
b. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa pengetahuan
bukanlah kompilasi berbagai unsure atau fakta yang ditangkap oleh indra.
c. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa sikap yang
prigresif merupakan pengetahuan sehingga untuk memperoleh
pengetahuan diperlukan metode induktif, rasional, dan empiric.
d. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa ada
perbedaan mendasar antara pengetahuan dan kebenaran. Pengetahuan
adalah kumpulan kesan dan penerangan yang terhimpun dari pengalaman
yang siap digunakan. Sementara kebenaran dapat dipahami sebagai hasil
dari upaya untuk mengetahui, memiliki dan mengarahkan beberapa
segmen pengetahuan agar dapat menimbulkan petunjuk penyelesaian pada
situasi tertentu.
e. Aliran filsafat pendidikan progresivisme memandang bahwa nilai
pengetahuan harus diuji dalam kehidupan praktis dimana kebenarannya
tergantung dari hasil uji coba. Konsekuensinya, segala sesuatu yang
20
berguna maka hasilnya adalah benar sementara yang gagal dalam uji coba
adalah tidak benar (Sy and Wajo, 2020:131-134).
21
yang baik untuk dijadikan modal perjuangan, sedangkan yang kurang baik
digunakan sebagai dasar untuk mencegah agar tidak terulang di kemudian hari
(Progresivisme et al, 2022: 482–92).
Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus dan bersifat progresif. Dengan demikian, progresif merupakan sifat
positif dari aliran tersebut. Progres atau kemajuan, lingkungan dan pengalaman
menjadi perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-angan dalam dunia ide,
teori, dan cita-cita saja. Aliran progresivisme memandang bahwa masalah
pendidikan adalah masalah hidup dan kehidupan manusia. Proses pendidikan
berada dan berkembang bersama proses perkembangan hidup dan kehidupan
manusia, bahkan keduanya adalah sebuah proses yang satu (Pujawardani Hasan
dan Saefurridjal 2023:). .
Proresivisme menekankan akan pentingnya dasar-dasar kemerdekaan dan
kebebasan kepada peserta didik. Peserta didik diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya tanpa
terhambat aturan-aturan formal yang terkadang justru membelenggu kreativitas
dan daya pikirnya untuk menjadi lebih baik. Siswa dapat mengembangkan
kreativitasnya tanpa terhalang oleh belenggu yang menjadi penghalang dirinya
untuk bereksplorasi. Konsep merdeka belajar ini dapat menjadi tali penghubung
kekeluargaan antar pendidik dengan peserta didik yang menjadikan suasan
pembelajaran tersebut nyaman bagi kedua belah pihak. Guru atau pendidik dalam
hal ini sudah tidak lagi hanya sekedar memberikan ceramahnya sendiri dan peran
siswa yang pasif, namun guru sebagai pendamping dan siswa dibebaskan untuk
mengeluarkan ide-idenya sehingga interaksi dalam satu ruangan tersebut terjadi
dan terciptalah suasana belajar yang nyaman dan kompleks (Lestari 2022:1349).
Aliran progresivisme dalam konsep pendidikan lebih menekankan pada
pengalaman empiris untuk peserta didik. Hal ini bertujuan lebih banyak
memberikan pengalaman kepada peserta didik supaya dapat memecahkan masalah
yang dihadapi. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai makhluk yang
memiliki jasmani dan rohani saja, namun juga perlu memiliki pengalaman
terhadap perilaku dan perbuatannya. Artinya peserta didik secara kecerdasan
harus berfungsi aktif dalam pembelajaran dengan memberlakukan saling terbuka
24
dan tidak ada pemisah dengan masyarakat. Pendidikan dapat dijadikan sebagai
miniatur dari masyarakat yang diharapkan peserta didik dapat menghayati
kehidupan dari proses pembelajaran yang edukatif, merdeka baik di kelas maupun
luar kelas (Dian et al., 2023:1–12). Pendidikan juga sejatinya harus berubah
selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pola pikir progresivime sebagai filsafat pendidikan adalah kemajuan. Hal ini
karena konsep kemajuan yang dapat menjadikan manusia terus aktif, kreatif,
inovatif sehingga dapat memaksimalkan kecerdasannya untuk berpikir ilmiah
guna menyelesaiakan permasalahan hidup dan tantangan zaman (Richardo,
Eliana, dan Cahdriyana 2021:35–43). Siswa juga diharapkan dapat menggunakan
disiplin-tersebut untuk memecahkan masalah pribadi, sosial dan kemasyarakatan.
Keterampilan-keterampilan, sikap-sikap, dan nilai-nilai yang tepat, membentuk
unsur-unsur yang inti dari sebuah pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk
mencapai standar aka- demik yang tinggi, pengembangan intelektual atau
kecerdasan sehingga dapat mempersiapkan siswa dalam bermasyarakat yang
beradab (Habibah 2019: 31–44).
D. Pandangan Progresivisme dalam Pembelajaran
Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan
mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Di samping itu menipisnya dinding
pemisah antara sekolah dan masyarakat menjadi pijakan pengembangan ide-
ide pendidikan progresivisme. Peserta didik secara kodrati sudah memiliki potensi
akal dan kecerdasan. Dengan kecerdasan yang bersifat dinamis dan kreatif,
peserta didik mempunyai bekal untuk menghadapi dan memecahkan
problem-problem yang ada. Terkait dengan itu semua, untuk meningkatkan
kecerdasan dan kreativitas peserta didik menjadi tanggungjawab dunia
pendidikan. Peserta didik tidak hanya dipandang sebagai makhluk yang
berkesatuan jasmani dan rohani saja, tetapi perlu juga dilihat manifestasinya
terhadap tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya.
Kecerdasan peserta didik perlu difungsikan secara aktif dalam
mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang ada dan terjadi di
lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini, lembaga pendidikan sebaiknya dapat
25
Sehingga dalam hal ini, filsafat progresivisme menolak sistem pembelajaran yang
otoriter dan indoktrinasi (Badiah et al., 2023:30–36).
Pendidikan progresivisme ini telah dicetuskan oleh seorang filsuf Amerika
yakni John Dewey, yang memberikan pandangan bahwa sekolah dengan
menggunakan pendekatan progresivisme merupakan bentuk protes terhadap
pendidikan yang bersifat otoriter yang mengedepankan nilai humanisme yang
berlandaskan bahwa, pendidikan harus didorong atas kodrati dari dalam,
perkembangan pribadi secara merdeka dan minat peserta didik. Pendidikan
progresivisme memiliki filosofi yang mengedepankan berbagai jenis kompetensi
dan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam mencetak individu
yang dewasa, produktif, dan cakap (Sopacua dan Fadli 2022:1).
35
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
sebagai makhluk yang memiliki jasmani dan rohani saja, namun juga perlu
memiliki pengalaman terhadap perilaku dan perbuatannya. Artinya peserta
didik secara kecerdasan harus aktif dalam pembelajaran dengan
memberlakukan saling terbuka dan tidak ada pemisah dengan masyarakat.
Pendidikan dapat dijadikan sebagai miniatur dari masyarakat yang diharapkan
peserta didik dapat menghayati kehidupan dari proses pembelajaran yang
edukatif, merdeka baik di kelas maupun luar kelas. Pendidikan juga sejatinya
harus berubah selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Pola pikir progresivime sebagai filsafat pendidikan adalah
kemajuan. Hal ini karena konsep kemajuan yang dapat menjadikan manusia
terus aktif, kreatif, inovatif sehingga dapat memaksimalkan kecerdasannya
untuk berpikir ilmiah guna menyelesaiakan permasalahan hidup dan tantangan
zaman.
4. Pandangan progresivisme mengenai belajar bertumpu pada pandangan
mengenai peserta didik sebagai makhluk yang memiliki kelebihan
dibandingkan dengan makhluk lainnya. . Di samping itu menipisnya
dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat menjadi pijakan
pengembangan ide-ide pendidikan progresivisme. Peserta didik secara kodrat
sudah memiliki potensi akal dan kecerdasan. Dengan kecerdasan yang
bersifat dinamis dan kreatif, peserta didik mempunyai bekal untuk
menghadapi dan memecahkan problem-problem yang ada.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Dian, Ragil, Purnama Putri, Sri Tutur, and Mulyo Prabowo. 2023. “Jurnal
Fundadikdas ( Fundamental Pendidikan Dasar ) Konsep Merdeka Belajar
Pada Sekolah Dasar Ditinjau Dari Perspektif Filsafat Progresivisme The
Concept of Independent Learning in Elementary Schools Reviewed from
the Perspective of the Philosophy of Progressivism.” 6 (1):1–12.
Fauziya, Septi Nur, dan Tian Abdul Aziz. 2022. “Kaitan Pandangan Aliran
Filsafat Progresivisme Terhadap Siswa Slow Learners Dalam Proses
Pembelajaran.” Griya Journal of Mathematics Education and Application
2 (1):70–79.
Herdianto Wahyu Pratomo, Yeti Kuswati, Suklani, A. H. (2022).
Educational Leadership: Islamic Religious, Philosophy, Psychology, and
Sociology Perspectives. International Journal of Social Science and
Human Research, 05 (05):1765–1770.
Mahmud, Mahmud, Abidin Abidin, dan Malkan. 2022. “Prosiding Kajian Islam
Dan Integrasi Ilmu Di Era Society Pascasarjana Universitas Islam Negeri
Datokarama Palu 2022, Volume 1 Perkembangan Fitur Al-Quran Digital
Masa Kini.” 1:329–334.
Meliniasari, Fitri, dan Tri Jalmo. 2023. “Filsafat Aliran Progresivisme Dan
Perspektifnya Terhadap Pembelajaran IPA Pada Kurikulum Merdeka.”
8:204–912.
Mustaghfiroh, S. (2020). Konsep “merdeka belajar” perspektif aliran
progresivisme John Dewey. Jurnal Studi Guru Dan Pembelajaran, 3
(1):141-147.
Malik, A. S., dan Latifah, E. D. (2022). Merdeka Belajar: Kajian Filsafat Tujuan
Pendidikan dan Implikasinya. Azmina: Jurnal Perbankan
Syariah, 1(2):99-117.
Maharani¹, A. E., dan Ediyono, S. (2020). keefektifan pengimplementasian aliran
progresivisme dalam dunia pendidikan. Jurnal pendidikan 2 (1), 131-134.
Masitoh, S. dan Nursalim, M. (2023). Filsafat aliran progresivisme dan kitannya
untuk anak berkebutuhan khusus dalam setting pendidikan
inklusi. helper: Jurnal Bimbingan dan Konseling, 40(1):30-36.
Najmuddin, Najmuddin, dan Syarkawi . 2021. “Progresivisme (Konsepsi Tentang
Realita Dan Pengetahuan).” VARIASI : Majalah Ilmiah Universitas
Almuslim 13 (2):77–83.
Purwosaputro, S. (2023). analisis filsafati pendidikan berbasis liberal-
progresivisme. civis: Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Pendidikan
Kewarganegaraan, 12 (1):67-84.
40
Richardo, Rino, Hasna Ulayya Eliana, and Rima Aksen Cahdriyana. 2021.
“Progresivisme Dan Perspektifnya Terhadap Pembelajaran Di Era
Pandemi Covid-19.” Idealmathedu: Indonesian Digital Journal of
Mathematics and Education 8 (1):35–43.
Rosnawati, R. Syukri, A. S. A., Badarussyamsi, B. dan Rizki, A. F. R. A. F.
(2021). Aksiologi Ilmu Pengetahuan dan Manfaatnya bagi
Manusia. Jurnal Filsafat Indonesia, 4 (2):186-194.
Rahma, A. N., Rohmah, H., dan Bakar, M. Y. A. (2022). Implementasi Aliran
Progresivisme dalam Pembelajaran Menurut Filsafat Pendidikan dan
Perkembangan Kurikulum di Indonesia. An-Nidzam: Jurnal Manajemen
Pendidikan dan Studi Islam, 9 (2):219-242.
Sy, Ahmad Imran, and Kabupaten Wajo. 2020. “Al Waraqah:” 1 (2):1–10.
Sopacua, Jems, and Muhammad Rijal Fadli. 2022. “Konsep Pendidikan Merdeka
Belajar Perspektif Filsafat Progresivisme (The Emancipated Learning
Concept of Education in Progressivism Philosophy Perspective).” Potret
Pemikiran 26 (1):1.
41