Puji dan syukur kami panjat kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahnya, sehingga kelompok kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan”
dengan baik dan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak sekali kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun dari susunan
penulisannya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan krik dan saran yang
bersifat membangun demi perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya. Akhir
kata kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aliran Perenialisme
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang dalam Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English diartikan sebagai “continuing
throughout the whole year” atau “Lasting for a very long time” - abadi atau
kekal. Dari makna yang terkandung dalam kata itu aliran Pernnialisme
mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang kepada nilai-nilai dan
norma yang bersifat kekal abadi.
Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad
ke dua puluh. Perennialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan
progresif. Perennialisme menentang pandangan Progresivisme yang
menekankan perubahan dan sesuatu-sesuatu yang baru. Perennialisme
memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan, ketidakpastian dan
ketidak teraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual, dan sosio
cultural. Oleh karena itu, perlu ada usaha untuk mengamankan
ketidakberesan tersebut.
Perennilisme melihat bahwa akibat dari kehidupan jaman modern telah
menimbulkan banyak krisis diberbagai bidang kehidupan umat manusia.
Untuk mengatasi krisis ini Pernnialisme memberikan jalan keluar berupa
kembali kepada kebudayaan masa lampau, “regressive road to culture”.
Oleh sebab itu Perennialisme memandang penting peranan pendidikan
dalam proses mengembalikan keadaan manusia jaman modern ini kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan yang telah terpuji
ketangguhannya.
Perennialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu
keyakinan ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang
berlangsung dalam ruang dan waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-
dasar pendidikan yang diterima manusia dalam kesejarahannya. Robert M.
Hutchins, salah seorang tokoh perennialisme menyimpulkan bahwa tugas
pokok pendidikan adalah pengajaran. Pengajaran menunjukkan pengetahuan
sedangkan pengetahuan itu sendiri adalah kebenaran. Kebenaran pada setiap
4
manusia adalah sama, oleh karena itu, dimanapun dan kapanpun ia akan
selalu sama.
Pola dasar pendidikan perennialisme hanya dibatasi pada prinsip-prinsip
umum dari teori dan praktek pendidikan yang dilaksanakan oleh penganut
Perennialisme. Bahkan harus diakui bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan
pendidikan Perennialisme tidak selalu secara mutlak konsisten dengan asas-
asas filosofis yang menjadi dasar pandangannya.
Perennialisme memandang kebenaran sebagai hal yang konstan, abadi atau
perennial. Tujuan dari pendidikan, menurut pemikir perenialis, adalah
memastikan bahwa para siswa memperoleh pengetahuan tentang prinsip-
prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak berubah.1[6] Pikiran Plato
tentang pola dasar pendidikan aliran ini adalah bahwa essensi ilmu
Pengetahuan dan nilai-nilai ialah manifestasi daripada hukuman universal
yang abadi dan sempurna, yakni idea (yang supernatural).
5
adalah membekali mereka dengan strategi-strategi pemecahan masalah yang
memungkinkan mereka mengatasi tantangan-tantangan baru dalam
kehidupan dan untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang relevan pada
saat ini. Melalui analisis diri dan refleksi yang berkelanjutan, individu dapat
mengidentifikasi nilai-nilai yang tepat dalam waktu yang dekat.
Progresivisme didasarkan pada keyakinan bahwa pendidikan harus berpusat
pada anak (child-centered) bukannya memfokuskan pada guru atau bidang
muatan. Tulisan-tulisan John Dewey pada tahun 1920-an dan 1950-an
berkontribusi cukup besar pada penyebaran gagasan-gagasan progresif.
6
guru besar pada ”Teacher College”, Columbia University. Ia yakin bahwa
fungsi utama sekolah adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
kepada generasi muda.
Gerakan back to basics yang dimulai pertengahan tahun 1970-an adalah
dorongan skala besar yang mutakhir untuk menerapkan program-program
esensialis di sekolah-sekolah dan tidak semua teori aliran ini berasal dari
filsafat esensialisme. Tujuan pendidikan aliran ini adalah untuk meneruskan
warisan budaya dan warisan sejarah melalui pengetahuan inti yang
terakulmulasi dan telah bertahan dalam kurun waktu yang lama, serta
merupakan suatu kehidupan yang telah teruji oleh waktu dan dikenal oleh
semua orang.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perennialisme diambil dari kata perennial, yang berarti abadi atau kekal.
Perennialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad
ke dua puluh. Pola dasar pendidikan perennialisme hanya dibatasi pada
prinsip-prinsip umum dari teori dan praktek pendidikan yang dilaksanakan
oleh penganut Perennialisme. Perennialisme memandang kebenaran sebagai
hal yang konstan, abadi atau perennial. Tujuan dari pendidikan, menurut
pemikir perenialis, adalah memastikan bahwa para siswa memperoleh
pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau gagasan-gagasan besar yang tidak
berubah.
Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran yang
berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan kumpulan yang
didirikan pada tahun 1918. Filsafat progresif berpendapat bahwa pengetahuan
yang benar pada masa kini tidak mungkin benar dimasa mendatang.
Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari gerakan progresivisme.
Gerakan dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930,
ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang
pelopornya, seperti William C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan
Isac L. Kandell. Pada tahun 1938 mereka membentuk suatu lembaga yang
disebut “The Esensialist Commite for the Advancement of American
Education”.
Saran
Tidak ada yang sempurna didunia ini kecuali ciptaan-Nya. Apalagi
manusia tidak ada daya apa-apa untuk menciptakan sesuatu. Demikian juga
dengan karya ilmiah ini yang jauh dari kesempurnaan. Penulis harap karya
ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak yang telah membantu dan para
8
pembaca. Kritik dan saran senantiasa saya terima demi penyempurnaan karya
ilmiah selanjutnya.
9
DAFTAR PUSTAKA
Noor Syam, Muhammaad. 1984. Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat
Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
Sadulloh, Uyoh. 2008. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Muhmidayeli. 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Zuhairini, dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT Bumi Aksara.
http://www.totosimandja.co.cc/2012/06/makalah-filsafat-pendidikan-tentang.html
10