FILSAFAT PENDIDIKAN
ALIRAN PERENILAISME
Dosen Pengampu : Dr. Dwi Septiwiharti, S.S, M.Phil
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
NELFI A32121038
FEBRIANI A32121043
SASMITA A32121052
ISHAK A32121046
FAKULTAS FKIP
UNIVERSITAS TADULAKO
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini, dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
Makalah ini dibuat untuk membahas Aliran Perenialisme. Tujuan dari penyusunan
makalah ini yaitu sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan,
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
demi tercapainya kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga Makalah ini
dapat bermanfaat untuk berbagai pihak dan perkembangan di Indonesia, khususnya
dalam konteks Aliran Perenialisme.
Penyusun,
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KESIMPULAN ....................................................................... 10
B. SARAN ................................................................................... 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum Perdata, dan untuk
menambah imu pengetahuan mengenai Hukum Perikatan.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Menurut Ali Saifullah, aliran perenialisme termasuk dalam kategori filsafat
pendidikan akademis-skolastik. Kategori ini meliputi dua kelompok yakni aliran
perenialisme sendiri, essensialisme, idealisme dan realisme, dan kelompok
progressif meliputi progresivisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
Perenialisme diambil dari kata perennial, yang diartikan sebagai continuing
throughout the whole yearatau lasting for a very long time, yang bermakna abadi
atau kekal. Dari makna tersebut mempunyai maksud bahwa Perenialisme
mengandung kepercayaan filsafat yang berpegang pada nilai-nilai dan norma-
norma yang bersifat kekal dan abadi (Khobir, 2009:62). Perenialisme
memberikan pemecahan dengan jalan regressive road to culture, yaitu jalan
kembali atau mundur kepada kebudayaan lama (masa lampau), kebudayaan yang
dianggap ideal dan telah teruji ketangguhannya. Disinilah pendidikan
mempunyai peranan yang penting dalam rangka mengembalikan keadaan
manusia modern kepada kebudayaan masa lampau yang ideal tersebut.
3
b) Proses mengembalikan keadaan manusia sekarang seperti dalam
kebudayaan ideal dimaksud, “education as cultural regression.”
Perenialisme tak melihat jalan yang meyakinkan selain kembali kepada
prinsip-prinsip yang telah sedemikian membentuk sikap kebiasaan, bahkan
kepribadian manusia selain kebudayaan dulu dan kebudayaan abad
pertengahan.
1) Plato
Plato (427-347 SM), hidup pada zaman kebudayaan yang sarat dengan
ketidakpastian, yaitu filsafat sofisme. Ukuran kebenaran dan ukuran moral
merupakan sofisme adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu
tidak ada kepastian dalam moral, tidak ada kepastian dalam kebenaran,
tergantung pada masing-masing individu. Plato berpandangan bahwa
realitas yang hakiki itu tetap tidak berubah. Realitas atau kenyataan-
kenyataan itu tidak ada pada diri manusia sejak dari asalnya, yang berasal
dari realitas yang hakiki. Menurut Plato, “dunia ideal”, bersumber dari ide
mutlak, yaitu Tuhan. Kebenaran, pengetahuan, dan nilai sudah ada sebelum
manusia lahir yang semuanya bersumber dari ide yang mutlak tadi. Manusia
tidak mengusahakan dalam arti menciptakan kebenaran, pengetahuan, dan
nilai moral, melainkan bagaimana manusia menemukan semuanya itu.
Dengan menggunakan akal dan rasio, semuanya itu dapat ditemukan
Kembali oleh manusia.
2) Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya
ia mereaksi terhadap filsafat gurunya, yaitu idealisme. Hasil pemikirannya
disebut filsafat realism (realism klasik). Cara berfikir Aristoteles berbeda
dengan gurunya, Plato, yang menekankan berfikir rasional spekulatif.
Aristoteles mengambil cara berfikir rasional empiris realitas. Ia
4
mengajarkan cara berfikir atas prinsip realitas, yang lebih dekat dengan
alam kehidupan manusia sehari-hari. Aristoteles hidup pada abad keempat
sebelum Masehi, namun ia dinyatakan sebagai pemikir abad pertengahan.
Karya-karya Aristoteles merupakan dasar berfikir abad pertengahan yang
melahirkan renaissance. Sikap positifnya terhadap inkuiry menyebabkan ia
mendapat sebutan sebagai Bapak Sains Modern. Kebajikan akan
menghasilkan kabahagiaan dan kebajikan, bukanlah pernyataan pemikiran
atau perenuangan pasif, melainkan merupakan sikap kemauan yang baik
dari manusia, Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan
rohani sekaligus. Sebagai materi, ia menyadari bahwa manusia dalam
hidupnya berada dalam kondisi alam materi dan sosial.
3) Thomas Aquina
Thomas Aquina ini mempunyai pandangan bahwa pendidikan adalah
menarik atau menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi
aktif dan nyata yang timbul dan bergantung dari kesadaran-kesadaran yang
mendukungnya pada tiap-tiap individu. Tuntunan yang berasal dari guru
kepada anak didik berwujud sebagai bahan pengajaran, yang berfungsi
untuk membantu substansi manusia untuk berkembang dan kaya akan
pengalaman-pengalaman yang berasal dari luar. Sedangkan tugas seorang
guru dapat dianalogikan dengan seorang dokter. Guru adalah penghubung
antara kebenaran-realita tertinggi dengan anak didik sebagai makhluk yang
selalu berusaha untuk mengerti dan menginsyafi perihal realita dengan
segala macam bentuk dan tingkat-tingkatnya. Dokter membantu organisme
yang sakit atau luka dalam tendensi herensinya untuk menyembuhkan diri
sendiri.
5
D. PRINSIP- PRINSIP PENDIDIKAN PERENIALISME
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, maka aspek jasmani, emosi yang
intelek harus dikenbangkan secara seimbang. Seperti halnya prinsip-prinsip
Plato dan Aristoteles, pendidikan yang dimaui oleh Thomas Aquinas adalah
sebagai ”Usaha mewujutkan kapasitas yang ada dalam individu agar menjadi
aktualitas” aktif dan nyata. Dalam hal ini peranan guru adalah mengajar –
memberi bantuan pada anak didik untuk mengembangkan potensi-potensi yang
ada padanya. Prinsip pendidikan perenialisme tersebut perkembangannya telah
mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian kurikulum untuk
sekolah dasar, menengah perguruan tinggi dan pendidikan orang dewasa.
6
E. KONSEP DASAR/ PANDANGAN ALIRAN PERENIALISME
7
karena manusia itu secara alamiah condong pada kebaikan.Menurut Plato,
manusia secara kodrat memiliki tiga potensi: nafsu, kemauan, dan pikiran.
8
1) Pendidikan Dasar dan (Sekolah) Menengah
a. Pendidikan sebagai persiapan
Perbedaan Progresivisme dengan Perenialisme terutama pada
sikapnya tentang “education as preparation”. Perenialisme berpendapat
bahwa pendidikan adalah persiapan bagi kehidupan di masyarakat. Dasar
pandangan ini berpangkal pada ontologi, bahwa anak ada dalam fase
potensialitas menuju aktualitas, menuju kematangan.
a. Kurikulum Universitas
Program “General Education” dipersiapkan untuk pendidikaan
tinggi dan adult education. Pendidikan tinggi sebagai lanjutan pendidikan
menengah dengan program general education yang telah selesai disiapkan,
bagi umur 21 tahun sebab dianggap telah cukup mempunyai kemampuan
melaksanakan program pendidikan tinggi.
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
10
DAFTAR PUSTAKA
https://azharb48.blogspot.com/2018/06/pengertian-aliran-perenialisme-dan.html
https://sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/files_dosen/modul/Pertemuan_11MPI04081
5.pdf
https://yahanu87.blogspot.com/2017/03/makalah-filsafat-pendidikan-
perenialisme.html?m=1
11