Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROFESI KEPENDIDIKAN

(SMK NEGERI 3 PALU)

Dosen Pengampu : Shofia Nurun Alanur S, S.Pd.,M.Pd

Oleh : Kelompok 5

1. Alnawati A 321 21 059


2. Nirmaya sasnitasari A 321 21 060
3. Fatima az-zahra A 321 21 062
4. Nia silvia balino A 321 21 064
5. Isra A 321 21 065
6. Lisdayani A 321 21 066

PRODI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat, karunia serta kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini, dengan baik dalam waktu yang telah ditentukan.
Laporan ini dibuat untuk membahas Hasil Wawancara kepada salah satu guru di
SMK Negeri 3 Palu. Tujuan dari penyusunan laporan ini yaitu untuk memenuhi
salah satu tugas dalam mata kuliah Profesi Kependidikan. Kami menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi tercapainya
kesempurnaan laporan ini.

Palu, 15 November 2022

Kelompok 5
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
D. Manfaat
BAB II KAJIAN TEORI
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
DOKUMENTASI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
wawancara ini bertujuan untuk memenuhi tugas Profesi Kependidikan dan kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Profesi Kependidikan yakni
ibu Shofia Nurun Alanur S, S.Pd, M.Pd yang telah memberikan tugas ini dan
kami berharap tugas ini mendapatkan nilai yang memuaskan. Dalam penyelesaian
tugas laporan hasil wawancara ini, kami meminta ma’af apabila dalam penulisan
masih ada terdapat kesalahan. Dan semoga dalam penulisan ini bermanfaat dan
dapat menambah wawasan bagi kita semua.

Pendidikan yang berkualitas membawa perubahan yang besar dalam dunia


pendidikan sehingga guru-guru pada masa yang telah berlalu, masa kini, maupun
masa akan datang menjadi guru yang punya peran dalam dunia pendidikan
sehingga guru yang mempunyai profesi kependidikan harus menjaga moral anak-
anak bangsa Indonesia sehinga bisa menjadi anak-anak yang berbakat dan
mempunyai keterampilan. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Maju-mundurnya
suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan bangsa itu.
Mengingat sangat pentingnya bagi kehidupan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil yang diharapkan. Untuk
melaksanakan pendidikan harus dimulai dengan pengadaan tenaga pendidikan
sampai pada usaha peningkatan mutu tenaga kependidikan. Kemarnpuan guru
sebagai tenaga kependidikan, baik secara personal, sosial, maupun profesional,
harus benar-benar dipikirkan karena pada dasarnya guru sebagai tenaga
kependidikan merupakan tenaga lapangan yang langsung melaksanakan
kependidikan dan sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan. Untuk itu, ilmu
pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan ilmu yang
mempersiapkan tenaga ke pendidikan yang profesional, sebab kemampuan
profesional bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar merupakan
syarat utama. Ilmu pendidikan merupakan salah satu bidang pengajaran yang
harus ditempuh para siswa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK)
dalam rangka mempersiapkan tenaga guru dan tenaga ahli kependidikan lainnya
yang profesional. Seorang guru memerlukan pengetahuan tentang ilmu
pendidikan secara general. Itu sebabnya dalam perkembangan kurikulurn terakhir
untuk IKIP/FKIP /STKIP, ilmu pendidikan merupakan suatu bidang pengajaran
yang pokok-pokoknya meliputi kurikulum, program pengajaran, metodologi
pengajaran, media pendidikan, pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, dan
evaluasi pendidikan.

Jabatan guru dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan tenaga guru.


Kebutuhan ini meningkat dengan adanya lembaga pendidikan yang menghasilkan
calon guru untuk menghasilkan guru yang profesional.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara menghadapi pembelajaran di masa pasca
pembelajaran daring?
2. Bagaimana mengembangkan soft skills menghadapi pembelajaran?
3. Bagaimana menghadapi siswa di kelas ketika mereka tidak
memberikan perhatian kepada guru?
4. Apa saja cara guru dalam menghadapi konsep merdeka mengajar?
5. Apakah di SMKN 3 Palu masih menggunakan platform daring/e-
learning dalam pembelajaran?
6. Metode apa saja yang guru gunakan dalam pembelajaran? Apakah
bapak mengunakan metode gamifikasi (permainan) dalam
pembelajaran ?
7. Apakah guru melakukan survei kepada siswa terhadap pembelajaran
yang telah guru lakukan ?
8. Masalah pembelajaran seperti apa yang bapak alami ?
9. Tantangan pendidikan apa saja yang bapak hadapi?
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Kependidikan
2. Untuk memahami proses kegiatan mengajar guru disekolah SMKN 3
PALU
3. Untuk memperoleh informasi mengenai proses kegiatan mengajar guru di
SMKN 3 PALU
4. Untuk melatih mahasiswa dalam berinteraksi dengan guru yang ada
disekolah SMKN 3 PALU.

D. Manfaat
BAB II
KAJIAN TEORI

Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6, pendidik adalah tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan
kata lain, dapat dikatakan bahwa guru adalah pendidik.

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam pembelajaran. Peserta didik
memerlukan peran seorang guru untuk membantunya dalam proses perkembangan
diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Tanpa
adanya seorang guru, mustahil seorang peserta didik dapat mewujudkan tujuan
hidupnya secara optimal. Hal ini berdasar pada pemikiran manusia sebagai
makhluk sosial yang selalu memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi
semua kebutuhannya.

Menurut Suparlan (2008: 146), guru merupakan salah satu unsur masukan
instrumental yang amat menentukan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan. Untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan
baik, guru harus memiliki standar kualifikasi, kompetensi, dan kesejahteraan yang
memadai.

Proses pembelajaran disekolah tidak akan berjalan dengan lancar apabila


tidak didukung dengan komponen-komponen dalam pembelajaran, karena antara
proses pembelajaran dengan komponen pembelajaran saling berkaitan dan
membutuhkan. Komponen dalam pembelajaran sangat penting keberadaannya
karena dengan pembelajaran diharapkan perilaku siswa akan berubah ke arah
yang positif dan diharapkan dengan adanya proses belajar mengajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada diri siswa. Keberhasilan pelaksanaan proses
pembelajaran merupakan indikator pelaksanaan kurikulum yang telah dibuat oleh
lembaga bimbingan belajar, sehingga dalam proses pembelajaran guru dituntut
untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif sehingga memungkinkan dan
mendorong siswa untuk mengembangkan segala kreatifitasnya dengan bantuan
guru. Peranan guru di sini sangatlah penting, yaitu guru harus menyiapkan materi
dan metode pembelajaran, serta guru juga harus mengetahui dan memahami
keadaan siswanya demi kelancaran pembelajaran. Guru merupakan salah satu
komponen yang sangat berpengaruh pada proses pembelajaran, karena guru
memegang peranan yang sangat penting antara lain menyiapkan materi,
menyampaikan materi, serta mengatur semua kegiatan belajar mengajar dalam
proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran musik, peran seorang guru
diperlukan untuk memberikan pembelajaran dan mengatur serta membentuk siswa
dalam kelas band guna tercapai sumber daya manusia yang potensial. Menurut
(Susanto 2013), menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang
dirancang untuk memudahkan peserta didik dalam mengembangkan potensi
yang \ dimiliki secara maksimal. Pembelajaran yang telah diterapkan didalam
kelas tidak semata-mata guru hanya menjelaskan pembelajaran namun harus
memiliki tanggung jawab untuk membantu peserta didik dalam mengkondisikan
kelas, bagaimana cara menyampaikan materi, dan media pembelajaran yang
digunakan sangat berpengaruh bagi perserta didik oleh karena itu, media
pembelajaran sangat berperan penting dalam pendidikan. Media pembelajaran
merupakan suatu sarana yang membatu proses pembelajaran karena berkaitan
dengan indra pendengaran dan pengelihatan. Dalam penggunaan media
pembelajaran dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran
serta dapat membantu peserta didik dalam memahami sesuatu yang abstrak
menjadi lebih konkret. Jika media pembelajaran difungsikan dengan tepat maka
proses pembelajaran dapat belajar efektif sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik. Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi
pengembangan sumber daya manusia. Pendidikan juga merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat, kualitas pendidikan yang bagus akan
menentukan sumber daya manusia yang bagus juga.
Menurut Prastowo (2013: 24) kebermaknaan belajar ditandai dengan
adanya hubungan antara aspek-aspek, konsep-konsep, informasi, ataupun situasi
baru dengan komponen-komponen yang relevan dalam struktur kognitif siswa,
baik dalam bentuk hubungan yang bersifat derivatif, elaboratif, korelatif, suortif,
maupun hubungan kualilatif atau representasional tentang pengaruh
perkembangan teknologi dengan pendidikan, Simbolon (2017:1) menyatakan
bahwa “globalisation process continues in accordance with the of science and
technology”. Proses globalisasi berlanjut sesuai dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Reigeluth & Moore (1999) mengemukakan bahwa salah satu tantangan
terbesar dalam dunia pendidikan sekarang ini adalah menciptakan suasana belajar
yang mampu membuat siswa dengan kemampuan kognitif untuk melakukan
analisis, sintesis dan membuat simpulan dari materi pembelajaran yang diberikan.
Sedangkan penelitian dari Sumiyati dkk (2017) dan Khotimah dkk (2017)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai karakteristik yaitu dapat
meningkatkan hasil belajar siswa termasuk kemampuan komunikasi melalui
aktivitas antar siswa yang melibatkan proses berpikir kritis dan kreatif, kerja sama
dalam kelompok, serta toleransi antar siswa.
Wahyuningrum (2004) mengatakan bahwa, sarana pendidikan adalah
segala fasilitas yang diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat meliputi
barang bergerak maupun barang tidak bergerak agar tujuan pembelajaran tercapai.
Sedangkan Roestiyah (2017), sarana belajar diparkannya sebagai peralatan belajar
yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Pendapat lain disampaikan oleh E. Mulyasa, bahwa sarana belajar
merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan
menunjang proses pembelajaran, khususnya proses belajar, mengajar, seperti
bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran (N,
Mappincara, & Habibah, 2019).
Wahyuningrum (2004:4), menyatakan bahwa fasilitas adalah “segala
sesuatu yang dapat mempermudah dan melancarkan pelaksanaan tata usaha”.
Fasilitas pendidikan artinya segala sesuatu (alat dan barang) yang memfasilitasi
(memberikan kemudahan) dalam menyelenggarakan kegiatan pendidikan. “Sarana
pendidikan sebagai segala macam alat yang digunakan secara langsung dalam
proses pendidikan sedangkan prasarana pendidikan adalah macam alat yang tidak
secara langsung digunakan dalam proses pendidikan”.
Dalam Undang-Undang System Pendidik Nasional No. 20 Tahun 2003
bab III Pasal 45 tentang sarana dan prasarana pendidikan, dinyatakan bahwa;
Setiap satuan pendidikan formal maupun non formal menyediakan saranna dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan secara fisik, kecerdasan intelektual social, emosional, dan
kejiwaann peserta didik.Ketentuan mengenai penyedian sarana dan prasarana
pendidikan pada semua satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dengan pengaturan pemerintah. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang baik yang dapat menunjang
dan membantu serta mempermudah proses belajar mengajar di sekolah demi
tercapainya tujuan dari pendidikan. Juga agar tiap-tiap sekolah menyediakan
sarana dan prasarana pembelajaran yang memadai sehingga peserta didik
termotivasi untuk belajar karena sarana dan prasana sudah tersedia dan memadai.
Syaiful Bahri (2002: 150) mengemukakan bahwa yang dimaksud fasilitas belajar
merupakan kelengkapan belajar yang harus diiliki oleh sekolah yang memudahkan
dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha, ini dapat berupa benda-benda maupun
uang. Menurut The Liang Gie (2002: 33), untuk belajar yang baik hendaknya
tersedia fasilitas belajar yang memadai, antara lain ruang tempat belajar,
penerapan cukup, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan belajar.
Fasilitas belajar pada prisnsipnya adalah segala sesuatu yang emudahkan untuk
belajar (Inayah dkk, 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode penelitian kualitatif juga menjadi
metode yang akan digunakan dalam penelitian ini. Jenis penelitian kualitatif ini
adalah penelitian deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Landasan teori
menjadi pedoman agar fokus penelitian sejalan dengan fakta di lapangan. Selain
itu landasan teori juga dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang latar
belakang penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Jenis metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu metode yang meneliti
keadaan kerumunan, objek, kondisi, sistem berpikir, atau kategori kejadian
terkini. Penelitian kualitatif pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan
maksud untuk menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai
instrumen, pengambilan sampel sumber data dilakukan dengan teknik
pengumpulan data dengan metode wawancara. Metode yang dilakukan dengan
cara wawancara mengumpulkan informasi dan data faktual dari narasumber yang
bersangkutan. Kami menggunakan wawancara dan memaparkan data, fakta dan
informasi melalui pendeskripsian. Sukses tidaknya wawancara ditentukan dari
perilaku, penampilan, dan sikap wartawan. Komunikasi yang baik terjalin antara
pewawancara dengan narasumber. Wawancara ini dilakukan dengan tatap muka
secara langsung di Sekolah narasumber.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Sekolah merupakan lembaga publik yang mempunyai tugas untuk


memberikan pelayanan kepada publik, khususnya pelayanan untuk peserta didik
yang menuntut pendidikan.Sekolah berfungsi sebagai tempat pembinaan dan
pengembangan semua potensiindividu terutama pengembangan potensi fisik,
intelektual dan moral peserta didik. Selain guru dan peserta didik, sarana dan
prasarana jugamerupakan salah satu faktor yang menunjang dalam proses
pembelajaran. Sarana pendidikan, yaitu perlengkapan yang secara langsung
dipergunakan untuk proses pendidikan, seperti meja, kursi dan media pengajaran.
Sarana pendidikan adalah segala fasilitas yang diperlukan dalam proses
pembelajaran, yang dapat meliputi barang bergerak maupun barang tidak bergerak
agar tujuan pembelajaran tercapai.Sarana belajar diparkannya sebagai peralatan
belajar yang dibutuhkan dalam proses belajar agar pencapaian tujuan belajar dapat
berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Sarana belajar merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pembelajaran, khususnya proses
belajar, mengajar, seperti bangunan, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan
media pengajaran.
Berdasarkan pendapat di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa sarana
pendidikan itu merupakan fasilitas sebagai alat penunjang agar proses
pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien sehingga tercapainya suatu tujuan
pembelajaran. Karena, jika seorang pendidik mengajar siswa tanpa adanya sarana
atau perlengkapan lainnya maka pembelajaran itu kurang efektif.Sehingga,
membuat peserta didik menjadi lebih mudah bosan. Misalnya jika disuatu sekolah
tidak memiliki kursi dan meja untuk belajar, maka peserta didik tidak akan tertarik
untuk belajar, dikarenakan sarana di sekolah tidak memadai. Dan mereka
beranggapan itu akanmenyulitkan diri mereka sendiri.
Prasarana pendidikan merupakan fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun, dan taman.
Sarana dan prasarana merupakan fasilitas pendukung sebagai menunjang proses
kegiatan dalam organisasi apa saja termasuk didalamnya adalah satuan
pendidikan, sekolah atau madrasah.
Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu sumber daya yang
penting untuk menunjang proses pembelajaran di sekolah. Program pendidikan
yang berhasil sangat dipengaruhi oleh kondisi sarana dan prasarana pendidikan
yang dimiliki sekolah dan oleh optimalisasi pengelolaan dan pemanfaatannya.
Menurut penulis tujuan dari sarana dan prasarana adalah menjaga dan
mengembangkan fasilitas untuk kebutuhan peserta didik, agar peserta didik
dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran, agar pembelajaran dapat
tercapai dengan baik dan benar serta efektif dan efisien.
Selain itu kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan proses
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam
membantu guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang
dimiliki sebuah sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya
sebagai tenaga pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan
pembelajaran. Sarana pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang
proses belajar mengajar. Ada beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam
menunjang proses belajar mengajar: 1) Perpustakaan; 2) Sarana penunjang
kegiatan kurikulum; 3) Prasarana dan sarana kegiatan ekstra kurikuler dan mulok.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
banyak sekali sekolah-sekolah yang sangat terkendala dengan fasilitas yang
seharusnya dipergunakan untuk kegiatan belajar mengajar, terutama di SMK
Negeri 3 Palu, tidak semua sekolah mampu memberikan fasilitas kepada
siswanya, yang paling umum fasilitas yang terkadang juga tidak dimiliki di suatu
sekolah adalah kurangnya sumber bacaan. Terkadang di beberapa sekolah masih
ada yang kekurangan bahkan ada yang tidak memiliki sumber bacaan sekali pun.
Tidak hanya sumber bacaan, bahkan fasilitas lainnya seperti meja dan kursi juga
menjadi kendala untuk melakukan kegiatan pembelajaran.

B. Pembahasan

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication


Technologies (ICT) terdiri dari konsep teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi menekankan pada proses, manipulasi, dan
pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana
mentrasfer informasi kepada sasaran melalui berbagai perangkat atau media
komunikasi. Terkait dengan aspek sarana atau peralatan dan berbagai sumber
yang digunakan untuk melakukan kegiatan komunikasi, pengolahan, diseminasi,
penyimpanan, dan pengelolaan informasi. Oleh karena itu, pendayagunaan TIK
untuk pendidikan tidak hanya berbasis pada internet saja. Pemanfaatan TIK untuk
pendidikan bisa berbasis teknologi online, offline, atau teknologi broadcast,
misalnya: audio, radio, video, televisi, web, mutimedia, dan bentuk lainnya.
Dalam perkembanganya, TIK tercatat dalam sejarah telah berhasil mengatasi
masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran, baik di negara maju maupun
negara-negara berkembang.
Karakteristik Kurikulum saat ini, memang diarahkan untuk menjawab tantangan
perubahan zaman terutama di abad 21. Abad 21 ditandai adanya globalisasi dan
perdagangan bebas. Globalisasi yang mengutamakan sektor ekonomi ini telah
melahirkan tingkat persaingan yang semakin ketat serta sikap individualis. Di sisi
lain, globalisasi telah memprorakporandakan berbagai tatanan alam, sosial,
budaya, serta kearifan-kearifan lokal yang ada di masyarakat. Globalisasi
seharusnya membawa peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, untuk dapat menangkal dampak buruk globalisasi serta agar
mampu hidup layak dan sejahtera di abad ini diperlukan berbagai kompetensi.
Kompetensi peserta didik dituntut lebih komprehensif, yaitu tidak sekedar
memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi saja, tetapi berbagai kompetensi seperti
kemampuan berpikir, kreatif dan inovatif, kerjasama (networking), agama, budaya
dan kearifan lokal, sikap teloransi, komunikasi, dan aspekaspek lainnya. Untuk itu
substansi kurikulum juga perlu menyesuaikan dengan kebutuhan tersebut. Untuk
membentuk kompetensi tersebut, dalam proses pembelajaran perlu dilakukan
tidak sekedar penyadaran, tetapi perlu pembiasaan, pembentukan perilaku baru
sesuai yang diharapkan. Pembelajaran perlu dilakukan sebuah proses trasformasi
perilaku yang diharapkan. Itulah perlunya pendekatan proses baik dalam proses
pembelajaran maupun dalam aspek penilaianya. Dengan pemikiran tersebut,
kurikulum saat ini contohnya kurikulum 2013 sesungguhnya adalah kurikulum
yang sangat dibutuhkan dalam era zaman sekarang. Kurikulum saat ini diharapkan
mampu menangkal dampak negatif dari gempuran era globalisasi, sekaligus
mampu menyiapkan generasigenerasi yang memiliki daya saing, mandiri, serta
memiliki jati diri sebagai bangsa yang bermartabat.
Tuntutan perubahan model dan inovasi pembelajaran kurikulum saat ini tersebut
di antaranya: pembelajaran tematik terintegrasi, pendekatan proses, menanamkan
pendidikan karakter yang terintegrasi dalam setiap mata pelajaran, melatih atau
membiasakan berpikir kritis, inovatif, implementasi pendekatan scientific-
approach atau pendekatan ilmiah dalam pembelajaran di kelas, menanamkan pada
peserta didik untuk mampu menghargai pendapat dan perbedaan termasuk sikap
teloransi, membangun kemandirian, menanamkan kemampuan kerjasama
(netrworking), menanamkan kemampuan berkomunikasi, pemanfaatan media
massa yang sehat dan mendidik, evaluasi pembelajaran yang menyeimbangkan
proses dan hasil.
a. penggunaan teknologi pembelajaran masa pasca pembelajaran
daring/tatap muka terbatas
Sebagai sarana pendukung pada pelaksanaan pembelajaran dalam jaringan
(daring) merupakan suatu hal yang utama untuk menunjang dalam
mencapai hasil yang diharapkan melalui pembelajaran dalam jaringan.
Dalam hal ini sebagai sarana dalam pemanfaatan penggunaan teknologi,
gadget mempunyai kontribusi besar dalam lembaga pendidikan, termasuk
di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran daring. Sistem
pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran tanpa adanya kegiatan
tatap muka secara langsung antarguru dan siswa, tetapi dilakukan secara
online yang ditunjang dengan pemanfaatan teknologi, telekomunikasi dan
informasi, misalnya internet, CD ROOM. Guru dan siswa dalam
pelaksanaannya bisa menggunakan berbagai aplikasi, seperti WhatsApp,
Zoom Meeting, Telegram, Google Classroom, Google Meet, Quiepper
School, Ruang Guru, dan aplikasi lainnya. Selama ini smartphone sering
dianggap memberikan pengaruh negatif dan tidak banyak digunakan
dalam pembelajaran. Tetapi di era pendemi smartphone adalah salah satu
sarana sebagai media pembelajaran yang cocok bagi siswa dalam belajar
yang berdasarkan belajar jarak jauh di antara alat teknologi informasi dan
komunikasi lainnya. salah satunya adalah teknologi yang di kenal dalam
pembelajaran daring berupa aplikasi seperti Google classroom Kelebihan
dari teknologi pembelajaran Google classroom yaitu tidak menghabiskan
banyak kuota sehingga tidak begitu membebankan kepada siswa yang
menggunakannya, dan dapat membuat siswa lebih disiplin dalam
mengumpulkan tugas karena dalam Google classroom terdapat batas
waktu pengumpulan tugas. Sedangkan kelemahannya yakni tidak dapat
menggunakan tatap muka secara virtual dengan guru sehingga
pembelajaran menjadi kurang menarik. Teknologi dengan menggunakan
platform konferensi video juga tersedia seperti Zoom Cloud Meeting dan
Google Meet kelebihan teknologi ini siswa dapat tatap muka secara virtual
dengan guru dengan menggunakan videocall yang tersedia, kedua
teknologi ini juga dapat memuat banyak peserta dalam aplikasinya
sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat bergabung. Sedangkan
kelemahan utama dari teknologi ini terlalu banyak menghabiskan kuota,
sehingga siswa terbebani oleh itu biaya untuk pembelian kuota internet.
Sementara teknologi yang sering digunakan yaitu platform berupa pesan
instan atau WhatsApp. Teknologi ini banyak digunakan karena sudah
masyarakat sudah merasa familiar dan relatif tidak terlalu membutuhkan
banyak kuota dalam menjalankan aplikasinya, walaupun sebenarnya
memiliki kelemahan terbatas dalam jumlah peserta yang bergabung dalam
video call. Pembelajaran daring tentunya memiliki dampak positif dan
dampak negatif. Dampak positif dari pembelajaran daring adalah dengan
adanya pembelajaran jarak jauh tentunya siswa tidak merasakan yang
namanya kepanasan dan kehujanan saat berangkat sekolah, sebab semua
pembelajaran berada di rumah masing-masing. Namun dampak negatif
dari pembelajaran daring adalah siswa kurang memahami materi yang di
sampaikan oleh pengajar dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana
yang dapat menunjang pembelajaran daring. Internet merupakan
penunjang yang harus ada dalam pembelajaran jarak jauh. Tanpa adanya
internet maka pembelajaran jarak jauh tidak akan bisa dilaksanakan. Oleh
sebab itu bukan hanya orang dewasa yang menggunakan internet namun
semua kalangan baik dari orang dewasa hingga anak-anak semuanya sudah
berselancar di dunia internet.
b. Fasilitas guru dalam mengembangkan soft skills menghadapi
pembelajaran
Kompetensi mengajar seorang pendidik (guru) tidak hanya bergantung
pada bahwa ia menguasai materi yang diajarkan tetapi juga bergantung
apakah ia mempunyai niat untuk mengajar, memiliki motivasi mengajar,
dan memiliki dorongan untuk mengajar dengan baik. Pendidik yang
profesional dan berkualitas diharapkan memiliki kompetensi yang baik
untuk keperluan itu. Kompetensi bukanlah hanya kemampuan, tetapi orang
yang kompeten harus memiliki kemampuan dan motivasi untuk
melaksanakan kemampuan itu. Motivasi sendiri merupakan dorongan
untuk bertindak. Jadi pendidik yang kompeten adalah pendidik yang
memiliki kemampuan mendidik dan memiliki dorongan untuk
melaksanakannya. Kompetensi terbentuk dari lima karakteristik yaitu: 1)
pengetahuan (knowledge), 2) keterampilan (skill), 3) motif (motive);
sesuatu yang dipikirkan dan diinginkan, 4) watak (traits); karakteristik
mental, dan 5) konsep diri (self concept); sikap terhadap sesuatu. Jadi,
seorang yang kompeten harus memiliki kelima karakteristik tersebut. Jika
hanya sebagian yang dimiliki, maka kompetensi yang dimilikinya tidak
lengkap. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa UndangUndang
No. 14 tahun 2005 menganjurkan pengembangan dan pembinaan untuk
guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan
kompetensi guru agar menjadi guru profesional perlu dilakukan secara
berkesinambungan dan komprehensif. Pembinaan guru atau supervisi
sangat penting sebagai bentuk layanan terhadap peningkatan kualitas
kompetensi guru khususnya dalam pembelajaran. Guru dapat
mengembangkan diri melalui program penataran, workshop, seminar dan
pertemuan ilmiah, e-learning atau program-program formal yang lain
disesuaikan dengan kebutuhan guru. Pembinaan guru merupakan bentuk
layanan kepada guru terkait pembelajaran yang dilakukan.
Pembinaan soft skill pada guru sangat penting karena akan memberikan
dampak positif pada kualitas kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru.
Soft skill yang diserap guru akan mewarnai dan secara inheren akan
tercermin pada penguasaan guru tentang pengetahuan terhadap peserta
didik, penguasaan metode, penguasaan materi dan pendukung
pembelajaran. Selanjutnya, jika soft skill mampu tercermin pada
perencanaan pembelajaran maka akan tercipta pelaksanaan pembelajaran
yang lebih berkualitas. Soft skill juga meliputi perilaku pribadi, sosial,
komunikasi, dan perilaku manajemen diri. Mereka mencakup beragam
kemampuan dan sifat: sadar diri, dapat dipercaya, hati nurani, kemampuan
beradaptasi, berpikir kritis, sikap, inisiatif, empati, kepercayaan diri,
integritas, pengendalian diri, kesadaran organisasi, pengaruh, pengambilan
risiko, pemecahan masalah, kepemimpinan, manajemen waktu, dan yang
lain.
c. Sikap guru menghadapi siswa di kelas ketika mereka tidak
memberikan perhatian
peserta didik yang malas belajar adalah tergolong perilaku
manusiawi,semua pribadi manusia mengalaminya.maka uraian diatas yang
senantiasa dimiliki oleh para pendidik di sekolah. Namun demikian, ada
rasa malas belajar yang berlebih-lebihan dan menetap secara rutinitas akan
mempengaruhi kecerdasan peserta didik. Bukan hanya itu, rasa malas pun
akan membunuh kreativitas. Permasalahan ini juga akan memberi dampak
negatif terhadap interaksi belajar-mengajar di kelas. Karena itu, perlu
dilakukan strategi untuk mengatasi peserta didik yang malas belajar.
Strategi yang dilakukan oleh guru kelas dalam menghadapi peserta didik
yang malas belajar di Sekolah adalah strategi yang diterapkan:
1. Menciptakan kesiapan belajar Dalam kondisi apapun kesiapan belajar
sangat penting. Peserta didik yang berada dalam kondisi siap akan merasa
tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas. Secara fisik
misalnya, memeriksa peralatanperalatan belajar sebelum proses
pembelajaran dimulai dan secara psikis, pendidik dapat menciptakan
kesiapan belajar dengan memberikan pencerahan atau penyadaran.
2. Memberikan motivasi Dalam proses pembelajaran di Sekolah selalu ada
pemberian motivasi kepada peserta didik dilakukan secara verbal dan non-
verbal. Misalnya menghargai apa yang dilakukan peserta didik ketika
pembelajaran sedang berlangsung walaupun hanya dengan memuji
tulisannya. Selain itu, para pendidik Sekolah tersebut suka membaca buku-
buku yang bertemakan motivasi sehingga dari situlah pendidik bisa
memotivasi peserta didik.
3. Mengurangi marah yang berlebihan Ketika seorang guru menghadapi
peserta didik yang bermasalah dengan cara marah apalagi sampai
berlebihan (kurang manusiawi dan tidak mendidik) hanya akan
memperparah keadaan dan hanya akan menambah rasa malas peserta didik
untuk mengikuti proses pembelajaran di kelas bahkan dapat membuat
peserta didik ketakutan dan pada akhirnya mereka tidak mau lagi datang
ke sekolah.
4. Menciptakan keharmonisan Keharmonisan pendidik dengan peserta
didik merupakan syarat penting dalam proses pembelajaran di kelas,
keharmonisan bisa tercipta jika seorang pendidik mampu menempatkan
dirinya dalam kondisi kejiwaan peserta didik. Simpati dan empati
merupakan dua unsur kejiwaan yang sangat penting untuk memunculkan
keharmonisan.
d. konsep merdeka mengajar dimana guru sebagai fasilotator
Guru sebagai fasilitator artinya guru memfasilitasi proses pembelajaran.
Fasilitator bertugas mengarahkan, memberi arah, memfasilitasi kegiatan
belajar peserta didik, dan memberikan semangat. Dalam konteks
pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk
kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam
lingkungan pendidikan non formal. Namun sejalan dengan perubahan
makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas peserta didik,
belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam
lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran
guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Jadi, guru sebagai
fasilitator maksudnya yaitu guru berperan memfasilitasi kegiatan
pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai
fasilitator tugasnya bukan sekedar mengejar melainkan membina,
membimbing, memotivasi serta memberikan penguatan-penguatan
(reinforacement) positif kepada para peserta didik.

e. Penggunaan platform daring/e-learning dalam pembelajaran di masa


sekarang
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Dalam hasil wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap guru pasti
berbeda dalam mengajar pada siswanya.contohnya dalam metode pembelajaran
metode yang dilakukan dalam mengajar seperti melalui ceramah,diskusi,dll. Serta
di masa sekarang ini pembelajaran lebih berpusat pada keaktifan siswa di dalam
kelas guru hanya sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.

Saran

Adapun saran dalam laporan ini adalah sebagai guru haruslah menerapkan
pembelajaran yang menarik bagi peserta didik pembelajaran yang berfariasi dan
tidak monoton sehingga para siswa tidak mudah bosan ketika didalam kelas. Serta
peran guru sebagai fasilitator haruslah memberi ruang kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat mereka.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai