Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“Kronologis (Kodifikasi dan Unifikasi) Hukum Pidana Serta Isi Kitab


Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3 :

Nurul Asrina A32121037

Putri Sabina A32121047

Shilma Lantigia A32121063

Dosen Pegampuh : Nasran, S.Pd., M.Pd

FAKULTAS FKIP

PRODI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN)

UNIVERSITAS TADULAKO

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


Ta‟ala. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul,
“Kronologis (Kodifikasi dan Unifikasi) Hukum Pidana Serta Isi Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)” dapat kami selesaikan dengan baik.
Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi
dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari salah satunya dari karya film.
Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karuniai
kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber
yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas
makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan banyak
kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Bapak Nasran, S.Pd., M.Pd dan
juga kepada teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal.
Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang
membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam


penulisan, atau pun adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada
makalah ini, kami mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-
luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Palu, 11 september 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
C. Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
A. Kronologis Hukum pidana ........................................................................... 6
1. Tahapan sebelum zaman penjajahan ........................................................ 6
2. Tahapan zaman kolonial Belanda ............................................................. 6
3. Tahapan Zaman pendudukan Jepang........................................................ 7
4. Tahapan zaman Republik ......................................................................... 7
B. Kodifikasi dan Unifikasi Hukum ................................................................. 8
C. Isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) ..................................... 9
BAB III PENUTUP............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aturan hukum pidana yang berlaku di In donesia hingga saat ini masih
merupakan aturan hukum pidana peninggalan kolonial Belanda yang secara
substansial hukum adalah aturan hukum penjajah untuk bangsa yang terjajah.
Karena aturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia hingga saat ini
merupakan adopsi dari aturan pidana peninggalan kolonial Belanda dalam
bentuk perundang-undangan pidana hasil terjemahan dari aturan hukum
pidana yang termuat dalam kitab “Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch
Indie 1915” dengan perbaikan dan penyesuaian di sanasini. Berdasarkan
firman raja Belanda (Invoerings-verordening) tanggal 4 Mei 1917 (Stb. 1917
nomor 497) aturan pidana dimaksud secara khusus telah diberlakukan oleh
pemerintahan kolonial Belanda terhadap bangsa jajahannya di nusantara sejak
1 Januari 1918. Sedangkan aturan pidana yang diberlakukan oleh
pemerintahan Belanda untuk bangsanya sendiri adalah aturan pidana yang
disusun untuk bangsa Belanda yang merdeka termuat dalam kitab “Wetboek
van Strafrecht 1881”.

Mengingat suatu teori prinsip sosiologi hukum bahwa suatu aturan hukum
akan dapat berjalan tegak, diterima dan dianut serta dijunjung oleh suatu
masyarakat apabila hukum yang berlaku sesuai dengan jiwa dan semangat
hukum masyarakat yang bersangkutan. Agar suatu aturan pidana yang
diberlakukan di Indonesia lebih efektif dapat mewujudkan misi dan tujuan
hukum itu sendiri maka idealnya hukum pidana yang berlaku di Indonesia
adalah hukum yang sesuai dengan jiwa dan semangat hukum bangsa
Indonesia. Sebagai realita sekarang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang
merdeka, berjiwa hukum dan semangat keadilan hukum tertentu. Secara fakta,
mayoritas bangsa Indonesia terdiri dari masyarakat muslim beraliran hukum
Syâfi„iyah.

Dari itu semua maka yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah:
Mungkinkah suprimasi hukum pidana dapat berjalan tegak dan dijunjung oleh
masyarakat bangsa Indonesia yang merdeka dengan tetap mempertahankan
berlakunya aturan pidana peninggalan kolonial Belanda di Indonesia?

Untuk menjawab permasalahan ini semua berikut perlu diadakan kajian


khusus mengenai Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia dan seluk-
beluknya. Kajian tentang Hukum Pidana dalam kaitannya dengan Supremasi

4
hukum di Indonesia tidak lepas dari uraian mengenai seluk-beluk Hukum
Pidana yang berlaku atau pernah berlaku dan mungkin berlaku sebagai acuan
bertidak dan berbuat bagi bangsa Indonesia, Baik secara substansi material
hukum (material law) maupun budaya hukumnya (cultural law). Oleh karena
itu sifat penelitian ini adalah Penelitian Normatif yang akan mengurai seluk-
beluk Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia sehingga layak untuk
diberlakukan, dianut dan dijunjung serta dapat menjamin tegaknya supremasi
hukum pidana di Indonesia, dengan merujuk kepada sumber-sumber
kepustakaan dengan menggunakan pendekatan sejarah sosial.

Selanjutnya data mengenai Hukum Pidana dan masyarakat sebagai subyek


dan obyek hukumnya akan dianalisa dengan teknik analisis komparatif, yaitu
analisis perbandingan antar masing-masing prinsip Hukum Pidana yang
pernah dan mungkin berlaku di Indonesia sehingga dapat ditawarkan
kesimpulan yang menjawab permasalahan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Kronologis (Bangsa Indonesia baru dapat keluar dari


cengkraman penjajah dan mencapai kemerdekaannya pada hari Jum„at
tanggal 17 Agustus 1945, yaitu sejak dibacakannya Naskah Proklamasi
Kemerdekaan Bangsa Indonesia oleh wakil bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta, yang kemudian menjadi presiden dan wakil presiden
Republik Indinesia pertama. Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus
1945 langsung diberlakukan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai
Sumber Hukum Tertinggi dalam tertib hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Dalam pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
dinyatakan, bahwa segala lembaga negara dan peraturan hukum yang
ada pada waktu itu (Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch-Indie
1915 dan ketentua-ketentuan pidana pemerintahan Jepang) masih tetap
berlaku selama belum diganti dengan yang baru menurut UUD 1945
itu sendiri. Dengan demikian sampai dengan 18 Agustus 1945,
dualisme hukum pidana kembali berlaku karena Aturan Pidana
Pemerintahan Jepang masih berlaku terus di Indonesia.) Hukum
Pidana
2. Bagaimanakah Isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

C. Tujuan

1. Guna mengetahui Kronologis (Kodifikasi dan Unifikasi) Hukum


Pidana
2. Untuk mengetahui Isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kronologis Hukum pidana

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab Pendahuluan, bahwa Hukum


Pidana Indonesia yang berlaku sekarang adalah hukum pidana peninggalan
kolonial, berupa terjemahan dari Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-
Indie 1915. Adapun sejarah hukum pidana bagi bangsa Indonesia perlu
dikemukakan secara tahapan kronologis perjalanan sejarah bangsa, yaitu
dimulai hukum pidana sebelum zaman penjajahan, selanjutnya hukum pidana
pada masa penjajahan Belanda, lantas hukum pidana pada masa pendudukan
Jepang, kemudian hukum pidana pada masa Republik seperti dibawah ini.

1. Tahapan sebelum zaman penjajahan

Di nusantara pada masa sebelum zaman penjajahan, yaitu sebelum


Belanda masuk menguasai kerajaan-kerajaan di nusantara, banyak data
yang menguatkan bahwa telah berlaku norma-norma kepidanaan berupa
norma pidana adat. Norma pidana adat itu berlaku secara terpisah menurut
wilayah kekuasaan setiap kerajaan. Diantaranya ada yang tertulis dan ada
pula yang tidak tertulis. Dengan kata lain ada kerajaan yang telah
membukukan dan memberlakukan norma pidana yang secara turun-
temurun telah berlaku dan diakui pada setiap angkatan generasi suatu
masyarakat, dan ada pula kerajaan yang hanya memberlakukan dan
menerapkan norma-norma pidana yang berlaku dan diakui oleh
sekelompok masyarakat secara turun-temurun untuk setiap kasus kejahatan
atau pelanggaran.

Semua ini merupakan bukti sejarah bahwa bangsa Indonesia sejak lama
telah mengenal aturan hukum, termasuk aturan hukum pidana.

2. Tahapan zaman kolonial Belanda

Sejak masuknya bangsa Belanda dan tata-hukumnya di nusantara tahun


1596 berlakulah dualisme hukum di Indonesia, yaitu di samping
berlakunya Hukum Belanda Kuno yang berazaskan hukum Romawi yang
dibawa masuk ke nusantara bersama kapal dagang Belanda pertama di
bawah pimpinan Cornelis de Houtman yang disebut juga Hukum Kapal, di
wilayah-wilayah nusantara secara turuntemurun telah berlaku aturan
Hukum Adat masing-masing komunitasnya. Jadi dengan masuknya
Hukum Kapal Belanda dan diberlakukan di bandar-bandar perdagangan

6
nusantara, bagi bangsa Indonesia berlaku atasnya dua tatanan hukum, yaitu
Hukum Kapal Belanda dan Hukum Adat. Hukum Kapal ini berlaku terus
sampai beberapa tahun setelah berdirinya V.O.C (Verinigde Of Indische
Compagne) tahun 1602.

3. Tahapan Zaman pendudukan Jepang

Pada tanggal 8 Maret 1942 Jepang memasuki dan menduduki wilayah


nusantara setelah mengalahkan pasukan Sekutu. Sejak saat itu pasukan
Jepang mengambil alih kedudukan negara anggota Sekutu di antaranya
Belanda di Indonesia sebagai penjajah.

Dengan masuknya tentara Jepang menguasai wilayah pendudukan


kolonial Belanda di Indonesia berarti sekaligus menggantikan penjajahan
Belanda di Indonesia. Penjajahan bangsa Jepang di Indonesia ini
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap dinamika aturan hukum
pidana di Indonesia. Demi kepentingan kekuasaan dan pemerintahannya
dalam beberapa hal tertentu pemerintahan Jepang

mengeluarkan maklumat yang memuat ketentuan pidana dan


memberlakukannya di seluruh wilayah pendudukannya. Namun demikian
sepanjang sejarah pendudukan Jepang di Indonesia tidak pernah mencabut
berlakunya Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915.
Dengan demikian sepanjang sejarah pendudukan Jepang hukum pidana
yang berlaku di Indonesia terdapat dua aturan pidana secara bersamaan,
yaitu aturan pidana yang dikeluarkan oleh pemerintahan Jepang dan aturan
pidana peninggalan pemerintahan kolonial Belanda Wetboek van
Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915. Jadi selama Jepang berkuasa di
Indonesia kembali berlaku Dualisme Hukum Pidana.

4. Tahapan zaman Republik

Bangsa Indonesia baru dapat keluar dari cengkraman penjajah dan


mencapai kemerdekaannya pada hari Jum„at tanggal 17 Agustus 1945,
yaitu sejak dibacakannya Naskah Proklamasi Kemerdekaan Bangsa
Indonesia oleh wakil bangsa Indonesia Soekarno-Hatta, yang kemudian
menjadi presiden dan wakil presiden Republik Indinesia pertama.

Selanjutnya pada tanggal 18 Agustus 1945 langsung diberlakukan


Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Sumber Hukum Tertinggi dalam
tertib hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pasal II Aturan
Peralihan UUD 1945 dinyatakan, bahwa segala lembaga negara dan
peraturan hukum yang ada pada waktu itu (Wetboek van Strafrecht voor

7
nederlandsch-Indie 1915 dan ketentua-ketentuan pidana pemerintahan
Jepang) masih tetap berlaku selama belum diganti dengan yang baru
menurut UUD 1945 itu sendiri. Dengan demikian sampai dengan 18
Agustus 1945, dualisme hukum pidana kembali berlaku karena Aturan
Pidana Pemerintahan Jepang masih berlaku terus di Indonesia.

B. Kodifikasi dan Unifikasi Hukum

a) Pengertian Kodifikasi Hukum

Menurut Black Law Dictionary 9th Edition, codification atau kodifikasi


hukum adalah:
the process of compiling, arranging, and systematizing the laws of a given
jurisdiction, or of a discrete branch of the lawinto an ordered code.
Yang mana jika diartikan secara bebas, kodifikasi hukum adalah proses
penyusun, mengatur, dan mensitemasisasikan hukum-hukum di yurisdiksi
negara tertentu, atau dari cabang hukum yang terpisah ke dalam kode yang
teratur.
Kemudian, menurut R. Soeroso dalam bukunya Pengantar Ilmu
Hukum (hal. 77), kodifikasi hukum adalah pembukuan hukum dalam suatu
himpunan undang-undang dalam materi yang sama.
Tujuan dari kodifikasi hukum adalah agar
didapatsuatu rechtseenheid (kesatuan hukum) dan suatu rechts-
zakerheid (kepastian hukum).
Menurut Satjipto Rahardjo dalam bukunya Ilmu Hukum, (hal.
92), tujuan umum dari kodifikasi hukum adalah untuk membuat kumpulan
peraturan-undangan itu menjadi sederhana dan mudah dikuasai, tersusun
secara logis, serasi, dan pasti.
b) Pengertian Unifikasi Hukum
Umar Said yang dikutip oleh Anak Agung Putu Wiwik
Sugiantari dalam artikelnya Perkembangan Hukum Indonesia dalam
Menciptakan Unifikasi dan Kodifikasi Hukum (hal. 118), menyebutkan
bahwa unifikasi hukum adalah penyatuan hukum yang berlaku secara
nasional atau penyatuan pemberlakuan hukum secara nasional.
Penyatuan hukum secara nasional untuk hukum yang bersifat sensitif
yaitu hukum-hukum yang mengarah kepada pelaksanaan hukum kebiasaan
sangat sulit untuk diunifikasi karena masing-masing daerah memiliki adat
istiadat yang berbeda. Misalnya, UU Pornografiyang banyak mendapat

8
penolakan dari masyarakat di daerah yang menganggap jika dilaksanakan
akan mempengaruhi esensi pelaksanaan kegiatan adat di daerah mereka
C. Isi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Adapun isi dari KUHP disusun dalam 3 (tiga) buku, antara lain:

1. Buku I Aturan Umum (Pasal 1 sampai dengan Pasal 103)

1) Bab I - Aturan Umum


2) Bab II - Pidana
3) Bab III - Hal-Hal yang Menghapuskan, Mengurangi atau
Memberatkan Pidana
4) Bab IV - Percobaan
5) Bab V - Penyertaan dalam Tindak Pidana
6) Bab VI - Gabungan Tindak Pidana
7) Bab VII - Mengajukan dan Menarik Kembali Pengaduan dalam
Hal Kejahatan-Kejahatan yang Hanya Dituntut atas Pengaduan
8) Bab VIII - Hapusnya Kewenangan Menuntut Pidana dan
Menjalankan Pidana
9) Bab IX - Arti Beberapa Istilah yang Dipakai dalam Kitab
Undang- Undang
10) Aturan Penutup

2. Buku II Kejahatan (Pasal 104 sampai dengan Pasal 488)

1) Bab I - Kejahatan Terhadap Keamanan Negara


2) Bab II - Kejahatan-Kejahatan Terhadap Martabat Presiden Dan
Wakil Presiden
3) Bab III - Kejahatan-Kejahatan Terhadap Negara Sahabat Dan
Terhadap Kepala Negara Sahabat Serta Wakilnya
4) Bab IV - Kejahatan Terhadap Melakukan Kewajiban Dan Hak
Kenegaraan
5) Bab V - Kejahatan Terhadap Ketertiban Umum
6) Bab VI - Perkelahian Tanding
7) Bab VII - Kejahatan Yang Membahayakan Keamanan Umum
Bagi Orang Atau Barang
8) Bab VIII - Kejahatan Terhadap Penguasa Umum
9) Bab IX - Sumpah Palsu Dan Keterangan Palsu
10) Bab X - Pemalsuan Mata Uang Dan Uang Kertas
11) Bab XI - Pemalsuan Meterai Dan Merek
12) Bab XII - Pemalsuan Surat

9
13) Bab XIII - Kejahatan Terhadap Asal-Usul Dan Perkawinan
14) Bab XIV - Kejahatan Terhadap Kesusilaan
15) Bab XV - Meninggalkan Orang Yang Perlu Ditolong
16) Bab XVI - Penghinaan
17) Bab XVII - Membuka Rahasia
18) Bab XVIII - Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Orang
19) Bab XIX - Kejahatan Terhadap Nyawa
20) Bab XX - Penganiayaan
21) Bab XXI - Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena
Kealpaan
22) Bab XXII - Pencurian
23) Bab XXIII - Pemerasan Dan Pengancaman
24) Bab XXIV - Penggelapan
25) Bab XXV - Perbuatan Curang
26) Bab XXVI - Perbuatan Merugikan Pemiutang Atau Orang
Yang Mempunyai Hak
27) Bab XXVII - Menghancurkan Atau Merusakkan Barang
28) Bab XXVIII - Kejahatan Jabatan
29) Bab XXIX - Kejahatan Pelayaran
30) Bab XXIX A - Kejahatan Penerbangan Dan Kejahatan
Terhadap Sarana/Prasarana Penerbangan (UU No. 4 Tahun
1976)
31) Bab XXX - Penadahan Penerbitan Dan Percetakan
32) Bab XXXI - Aturan Tentang Pengulangan Kejahatan Yang
Bersangkutan Dengan Berbagai-Bagai Bab

3. Buku III Pelanggaran (Pasal 489 sampai dengan Pasal 569)

1) Bab I - Tentang Pelanggaran Keamanan Umum Bagi Orang


Atau Barang Dan Kesehatan
2) Bab II - Pelanggaran Ketertiban Umum
3) Bab III - Pelanggaran Terhadap Penguasa Umum
4) Bab IV - Pelanggaran Mengenai Asal-Usul Dan Perkawinan
5) Bab V - Pelanggaran Terhadap Orang Yang Memerlukan
Pertolongan
6) Bab VI - Pelanggaran Kesusilaan
7) Bab VII - Pelanggaran Mengenai Tanah, Tanaman, Dan
Pekarangan
8) Bab VIII - Pelanggaran Jabatan
9) Bab IX - Pelanggaran Pelayaran

10
BAB III PENUTUP

Sebagai hasil analisa terhadap segala temuan dalam bahasan terdahulu


maka dapat ditawarkan kesimpulan sebagai jawaban terhadap
permasalahannya sebagai berikut:

1. Hukum pidana yang berlaku di Indonesia hingga saat ini masih


merupakan hukum pidana pemerintahan kolonial Belanda yang khusus
diberlakukan untuk bangsa jajahan Belanda walupun telah diadakan
perubahan dan perbaikan disana-sini
2. Hukum pidana kolonial Belanda tidak sesuai dengan jiwa dan
semangat keadilan bangsa Indonesia yang mayoritas berjiwa dan
semangat hukum syari„ah.
3. Supremasi hukum pidana tidak bisa diharapkan seutuhnya terwujud di
Indonesia selama masih mempertahankan berlakunya Undangundang
Hukum Pidana terjemahan dengan segala perubahan dan
penyesuaiaannya dari Wetboek van Strafrecnt voor Nederlandsch Indie
1915.

Sebagai saran untuk dapat tegaknya Supemasi Hukum Pidana di


Indonesia idealnya hukum pidana yang hendaknya diberlakukan di
Indonesia adalah aturan pidana yang menjiwai rasa kebenaran dan
keadilan bangsa Indonesia, yaitu aturan pidana syari„ah yang dianut dan
diyakini oleh mayoritas bangsa Indonesia

11
DAFTAR PUSTAKA

B.P.H.N.,1975, Simposium Pengaruh Kebudayaan/Agama Terhadap Hukum


Pidana,Bandung: Bina Cipta.

Hadikusuma, Hilman, 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung, Bandung:


Penerbit Mandar Maju.

Halim, A. Ridwan,1983. Hukum Pidana Dalam Tanya Jawab, Jakarta:Ghalia


Indonesia.

file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/%23%23common.file.namingPattern%23
%23%20(1).pdf

https://www.hukumonline.com/klinik/a/perbedaan-kodifikasi-hukum-dan-
unifikasi-lt59492221a0477

https://id.wikipedia.org/wiki/Kitab_Undang
Undang_Hukum_Pidana_Indonesia

12

Anda mungkin juga menyukai