Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan atas ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kasih sayang, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Hukum Pidana ini dengan judul “Sejarah Hukum Pidana”.
Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang
terbaik dan sesuai dengan harapan kami semua, walaupun dalam membuat makalah ini
kami mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
kami miliki.Oleh karna itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Dery Ariswanto
selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Pidana. Dan juga kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dan dorongan kami.
Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi . Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Kesimpulan ...........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah hukum pidana selalu mengalami perubahan. Dari abad ke abad,
keberadaanya banyak di perdebatkan para ahli. Selain itu pembaharuan terhadap
hukum pidana merupakan kebutuhan yang segera harus terpenuhi demi keselarasan antara
hukum dengan masyarakat.
Bila diamati perkembangan hukum pidana dewasa ini di Indonesia, terutama
undang-undang pidana khusus atau perundang-perundangan pidana di luar KUHP
terdapat kecfenderungan penggunaan sistem dua jalur dalam stelsel sanksinya yang
berarti sanksi pidana dan saknsi tindakan di atur sekaligus. Menurut muladi, hukum
pidana modern yang bercirikan orientasi pada perbuatan dan pelaku (daad-dader
straafrecht), stelsel sanksinya tidak hanya meliputi pidana (straf, punishment) yang
bersifat penderitaan tetapi juga tindakan tata tertib (maatregel, treatment) yang secara
relative lebih bermuatan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
Sholehuddin. M.2003. Sistem sanksi dalam Hukum Pidana- Jakarta. Penerbit Rajawali Pers. Halaman 12
3
Belanda mulai 1 Januari 19182.
3). Masa Kependudukan Jepang (1942-1945)
Pada masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun, pada hakekatnya hukum pidanayang
berlaku di wilayah Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan.Pemerintahan bala
tentara Jepang (Dai Nippon) memberlakukan kembali peraturan jaman Belanda dahulu dengan
dasar Gun Seirei melalui Osamu Seirei. Pertama kali, pemerintahan militer Jepang
mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 1Tahun 1942. Pasal 3 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa semua badanpemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang
dari pemerintah yang dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan
denganpemerintahan militer.Dengan dasar ini maka dapat diketahui bahwa hukum yang
mengatur pemerintahandan lain-lain, termasuk hukum pidananya, masih tetap menggunakan
hukum pidana Belanda yang didasarkan pada Pasal 131 jo. Pasal 163 Indische Staatregeling.
Dengan demikian, hukum pidana yang diberlakukan bagi semua golongan penduduk
samayang ditentukan dalam Pasal 131 Indische Staatregeling, dan golongan-golonganpenduduk
yang ada dalam Pasal 163 Indische Staatregeling.Untuk melengkapi hukum pidana yang telah
ada sebelumnya, pemerintahan militerJepang di Indonesia mengeluarkan Gun Seirei nomor
istimewa 1942, Osamu SeireiNomor 25 Tahun 1944 dan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942.
Gun Seirei Nomoristimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei Nomor 25 Tahun 1944 berisi
tentang hokum pidana umum dan hukum pidana khusus. Sedangkan Gun Seirei Nomor 14
Tahun1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia Belanda.
Pada masa ini, Indonesia telah mengenal dualisme hukum pidana karena wilayahHindia
Belanda dibagi menjadi dua bagian wilayah dengan penguasa militer yangtidak saling
membawahi. Wilayah Indonesia timur di bawah kekuasaan Angkatan LautJepang yang
berkedudukan di Makasar, dan wilayah Indonesia barat di bawahkekuasaan Angkatan Darat
Jepang yang berkedudukan di Jakarta. Akibatnya, dalamberbagai hal terdapat perbedaan
peraturan yang berlaku di masing-masing wilayah
4). Masa Setelah kemerdekaan Indonesia
Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945, berlaku Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai sumber hukum tertinggi. Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945 mengatur: "Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini." Dengan demikian,
2
https://www.academia.edu/41963414/MAKALAH_SEJARAH_HUKUM_PIDANA_INDONESIA
4
peraturan hukum pada masa itu termasuk Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch-Indie
1915 dan peraturan pemerintahan Jepang masih berlaku.
Hingga pada 26 Pebruari 1946, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Undang-undang tersebut antara lain mengatur:
Mencabut berlakunya hukum pidana yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang.
Mencabut semua aturan hukum pidana yang dikeluarkan Panglima Tertinggi
Balatentara Hindia Belanda.
Peraturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia adalah peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1915.
Mengubah nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie menjadi Wetboek
van Strafrecht dan selanjutnya diterjemahkan menjadi Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
Mencabut atau mengubah beberapa pasal dari KUHP.
Memuat beberapa tindak pidana baru. Menetapkan bahwa UU ini berlaku untuk Pulau
Jawa dan Madura terhitung mulai 26 Februari 1946.3
Kodifikasi hukum pidana tersebut didahului dengan berlakunya hukum pidana tertulis
pertama kali pada zaman pemerintahan Belanda melalui Bataviasche Statuten tahun 1642
dengan beberapa pembaruannya dan Interimaire Strafbepalingen tahun 1848 yang kemudian
menjadi hapus setelah berlakunya kodifikasi hukum pidana.
3
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/08/133000565/sejarah-hukum-pidana-di-indonesia-dari-sebelum-
penjajahan
5