Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

SEJARAH HUKUM PIDANA

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana

Dosen Pengampu :

Dery Ariswanto, S.HI, M.H

Disusun Oleh :

1. Maulana Farabi Azis (220401012)


2. Fanny Eka Prawesti (220401022)
3. Dewi Ghita Ramadhanti (220401121)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN ADAB

UNVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan
kasih sayang, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Hukum Pidana ini dengan judul “Sejarah Hukum Pidana”.

Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang
terbaik dan sesuai dengan harapan kami semua, walaupun dalam membuat makalah ini
kami mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang
kami miliki.Oleh karna itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Dery Ariswanto
selaku dosen pembimbing mata kuliah Hukum Pidana. Dan juga kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dan dorongan kami.

Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna ,sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi . Kami berharap semoga makalah ini bisa
menambah pengetahuan para pembaca.

Bojonegoro, 25 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN ...............................................................................................1

A. Latar Belakang ......................................................................................................1


B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

A. Sejarah hukum pidana di indonesia ...........................................................................2


B. Sejarah kodifikasi hukum pidana .................................................................................5
C. ............................................4
D. .........................................................................5

BAB III PENUTUP.........................................................................................................11

A. Kesimpulan ...........................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah hukum pidana selalu mengalami perubahan. Dari abad ke abad,
keberadaanya banyak di perdebatkan para ahli. Selain itu pembaharuan terhadap
hukum pidana merupakan kebutuhan yang segera harus terpenuhi demi keselarasan antara
hukum dengan masyarakat.
Bila diamati perkembangan hukum pidana dewasa ini di Indonesia, terutama
undang-undang pidana khusus atau perundang-perundangan pidana di luar KUHP
terdapat kecfenderungan penggunaan sistem dua jalur dalam stelsel sanksinya yang
berarti sanksi pidana dan saknsi tindakan di atur sekaligus. Menurut muladi, hukum
pidana modern yang bercirikan orientasi pada perbuatan dan pelaku (daad-dader
straafrecht), stelsel sanksinya tidak hanya meliputi pidana (straf, punishment) yang
bersifat penderitaan tetapi juga tindakan tata tertib (maatregel, treatment) yang secara
relative lebih bermuatan pendidikan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah kodifikasi hukum pidana ?


2. Bagaimana dasar hukum berlakunya KUHP?
3. Bagaimana dualisme hukum pidana?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah kodifikasi hukum pidana.


2. Untuk mengetahui dasar hukum berlakunya KUHP.
3. Untuk mengetahui dualisme hukum pidana.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kodifikasi Hukum Pidana


Sebelum adanya kodifikasi atau hukum nasional,di Indonesia yang berlaku adalah
hukum adat. Menurut Van Vollenhoven, di Indonesia terdapat 19 macam masyarakat hukum
adat atau rechtsgemeenschapen. Tiap-tiap rechtsgemeenschapenmemilIki hukum adatnya
sendiri-sendiri yang berbeda dengan hukum adat di rechtsgmeenschapen yang lain, sehingga
bagi keseluruhan wilayah Indonesia tidak ada kesatuan dan kepastian hukum. Secara nasional
tidak terdapat kesatuan hukum dan kepastian hukum karena masing-masing daerah memakai
hukumnya sendiri-sendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Maka demi
untuk adanya kesatuan dan kepastian hukum Indonesia memerlukan hukum yang bersifat
nasional, yang berlaku sama bagi seluruh warga negara Republik Indonesia. Adapun secara
garis besar, sejarah kodifikasi hukum pidana Indonesia terbagi menjadi empat bagian, yaitu:
1). Masa Sebelum Penjajahan Belanda
Sebelum kedatangan bangsa Belanda yang dimulai oleh Vasco da Gamma padatahun
1596, orang Indonesia telah mengenal dan memberlakukan hukum pidana adat. Hukum pidana
adat yang mayoritas tidak tertulis ini bersifat lokal, dalam arti hanyadiberlakukan di wilayah
adat tertentu. Hukum adat tidak mengenal adanya pemisahan yang tajam antara hukum
pidanadengan hukum perdata (privaat). Pemisahan yang tegas antara hukum perdatayang
bersifat privat dan hukum pidana yang bersifat publik bersumber dari sistem Eropa yang
kemudian berkembang di Indonesia. Dalam ketentuannya, persoalan dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat adatditentukan oleh aturan-aturan yang diwariskan secara turun-temurun dan
bercampurmenjadi satu.
Di beberapa wilayah tertentu, hukum adat sangat kental dengan agama yang dijadikan
agama resmi atau secara mayoritas dianut oleh masyarakatnya. Sebagai contoh, hukum pidana
adat Aceh, Palembang, dan Ujung Pandang yangsangat kental dengan nilai-nilai hukum
Islamnya. Begitu juga hukum pidana adat Bali yang sangat terpengaruh oleh ajaran ajaran
Hindu. Di samping hukum pidana adat mengalami persentuhan dengan agama yang dipeluk
oleh mayoritas penduduk, karakteristik lainnya adalah bahwa pada umumnya hukumpidana
adat tidak berwujud dalam sebuah peraturan yang tertulis. Aturan-aturanmengenai hukum
2
pidana ini dijaga secara turun-temurun melalui cerita, perbincangan,dan kadang-kadang
pelaksanaan hukum pidana di wilayah yang bersangkutan.Namun, di beberapa wilayah adat di
Nusantara, hukum adat yang terjaga ini telahdiwujudkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat
dibaca oleh khalayak umum. Sebagai contoh dikenal adanya Kitab Kuntara Raja Niti yang
berisi hukum adat Lampung, Simbur Tjahaja yang berisi hukum pidana adat Sumatera Selatan,
dan Kitab Adigama yang berisi hukum pidana adat Bali.1
2). Masa Sesudah Kedatangan Belanda
Setelah Belanda datang, Indonesia menganut dualisme hukum, yaitu Hukum Belanda
Kuno atau Hukum Kapal Belanda, dan Hukum Adat. Hukum Belanda Kuno yang mengacu
pada Hukum Romawi dibawa masuk ke Nusantara bersama kapal dagang di bawah pimpinan
Cornelis de Houtman. Hukum Kapal Belanda berlaku terus sampai beberapa tahun setelah
VOC berdiri pada 20 Maret 1602. Namun seiring waktu, Hukum Belanda tak lagi mampu
menyelesaikan masalah-masalah hukum di sejumlah bandar perdagangan. Karena merasa perlu
memberlakukan aturan baru, Staten General (Badan Federasi Tertinggi) di Belanda
memberikan kekuasaan kepada VOC untuk membuat aturan sendiri. Semua peraturan yang
sudah dibuat tersebut kemudian dimuat dalam papan pengumuman di dinding kantor VOC.
Aturan tertempel ini pun disebut sebagai Pelakat. Pelakat mencakup hukum privat dan hukum
pidana. Peraturan pidana ini tetap berlaku sampai berlakunya Wetboek van Strafrecht voor de
Eropeanen pada 1 Januari 1867 bagi orang Eropa.
Sementara bagi bangsa Indonesia dan Timur Asing berlaku Wetboek van
Strafrecht tertanggal 1 Januari 1873. Pada akhir abad ke-19, pemerintah kolonial merasa perlu
melakukan unifikasi atau menyeragamkan hukum pidana. Pemerintah Belanda kemudian
mengadakan kodifikasi (penyusunan) hukum pidana baru, yaitu Wetboek van Strafrecht 1881
dan diberlakukan secara nasional mulai 1 September 1886.
Dengan demikian, mulai 1 September 1886, di Belanda hanya berlaku Wetboek van
Strafrecht 1881 sebagai peraturan pidana. Di sisi lain, unifikasi hukum pidana juga dilakukan di
negeri jajahan berdasarkan pengumuman Raja Belanda pada 15 Oktober 1915. Sejak saat itu,
wilayah Hindia Belanda memiliki Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915 yang
merupakan perubahan dan penyesuaian dari Wetboek van Strafrecht 1881. Wetboek van
Strafrecht voor Nederlandsch-Indie 1915 pun dinyatakan berlaku di seluruh wilayah Hindia

1
Sholehuddin. M.2003. Sistem sanksi dalam Hukum Pidana- Jakarta. Penerbit Rajawali Pers. Halaman 12

3
Belanda mulai 1 Januari 19182.
3). Masa Kependudukan Jepang (1942-1945)
Pada masa pendudukan Jepang selama 3,5 tahun, pada hakekatnya hukum pidanayang
berlaku di wilayah Indonesia tidak mengalami perubahan yang signifikan.Pemerintahan bala
tentara Jepang (Dai Nippon) memberlakukan kembali peraturan jaman Belanda dahulu dengan
dasar Gun Seirei melalui Osamu Seirei. Pertama kali, pemerintahan militer Jepang
mengeluarkan Osamu Seirei Nomor 1Tahun 1942. Pasal 3 undang-undang tersebut
menyebutkan bahwa semua badanpemerintahan dan kekuasaannya, hukum dan undang-undang
dari pemerintah yang dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, asalkan tidak bertentangan
denganpemerintahan militer.Dengan dasar ini maka dapat diketahui bahwa hukum yang
mengatur pemerintahandan lain-lain, termasuk hukum pidananya, masih tetap menggunakan
hukum pidana Belanda yang didasarkan pada Pasal 131 jo. Pasal 163 Indische Staatregeling.
Dengan demikian, hukum pidana yang diberlakukan bagi semua golongan penduduk
samayang ditentukan dalam Pasal 131 Indische Staatregeling, dan golongan-golonganpenduduk
yang ada dalam Pasal 163 Indische Staatregeling.Untuk melengkapi hukum pidana yang telah
ada sebelumnya, pemerintahan militerJepang di Indonesia mengeluarkan Gun Seirei nomor
istimewa 1942, Osamu SeireiNomor 25 Tahun 1944 dan Gun Seirei Nomor 14 Tahun 1942.
Gun Seirei Nomoristimewa Tahun 1942 dan Osamu Seirei Nomor 25 Tahun 1944 berisi
tentang hokum pidana umum dan hukum pidana khusus. Sedangkan Gun Seirei Nomor 14
Tahun1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia Belanda.
Pada masa ini, Indonesia telah mengenal dualisme hukum pidana karena wilayahHindia
Belanda dibagi menjadi dua bagian wilayah dengan penguasa militer yangtidak saling
membawahi. Wilayah Indonesia timur di bawah kekuasaan Angkatan LautJepang yang
berkedudukan di Makasar, dan wilayah Indonesia barat di bawahkekuasaan Angkatan Darat
Jepang yang berkedudukan di Jakarta. Akibatnya, dalamberbagai hal terdapat perbedaan
peraturan yang berlaku di masing-masing wilayah
4). Masa Setelah kemerdekaan Indonesia
Sehari setelah kemerdekaan Indonesia, tepatnya pada 18 Agustus 1945, berlaku Undang-
Undang Dasar 1945 (UUD 1945) sebagai sumber hukum tertinggi. Pasal II Aturan Peralihan
UUD 1945 mengatur: "Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku,
selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini." Dengan demikian,

2
https://www.academia.edu/41963414/MAKALAH_SEJARAH_HUKUM_PIDANA_INDONESIA
4
peraturan hukum pada masa itu termasuk Wetboek van Strafrecht voor nederlandsch-Indie
1915 dan peraturan pemerintahan Jepang masih berlaku.
Hingga pada 26 Pebruari 1946, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Undang-undang tersebut antara lain mengatur:
 Mencabut berlakunya hukum pidana yang dikeluarkan oleh pemerintah Jepang.
 Mencabut semua aturan hukum pidana yang dikeluarkan Panglima Tertinggi
Balatentara Hindia Belanda.
 Peraturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia adalah peraturan yang dikeluarkan
oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1915.
 Mengubah nama Wetboek van Strafrecht voor Nederlandsch-Indie menjadi Wetboek
van Strafrecht dan selanjutnya diterjemahkan menjadi Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
 Mencabut atau mengubah beberapa pasal dari KUHP.
 Memuat beberapa tindak pidana baru. Menetapkan bahwa UU ini berlaku untuk Pulau
Jawa dan Madura terhitung mulai 26 Februari 1946.3
Kodifikasi hukum pidana tersebut didahului dengan berlakunya hukum pidana tertulis
pertama kali pada zaman pemerintahan Belanda melalui Bataviasche Statuten tahun 1642
dengan beberapa pembaruannya dan Interimaire Strafbepalingen tahun 1848 yang kemudian
menjadi hapus setelah berlakunya kodifikasi hukum pidana.

B. Dasar Hukum Berlakunya KUHP


Hukum pidana Indonesia yang berlaku sekarang yaitu Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (KUHP) yang sesungguhnya berasal dari Wetbook van Strafrecht vor Nederlandsch
Indie (W.v.S.v. NI) yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1918. Sedangkan W.v.S.v.NI
sesungguhnya berasal dari W.v.S Nederlandsch (WvS Bld) yang mulai berlaku di Belanda
pada tanggal 1 Januari 1886. Sementara WvS Belanda sendiri berasal dari Code Penal Prancis,
karena sejak tahun 1810 Belanda merupakan negara bagian dari Prancis pada masa "Kaisar
Napoleon Bonaparte".

3
https://www.kompas.com/tren/read/2023/03/08/133000565/sejarah-hukum-pidana-di-indonesia-dari-sebelum-
penjajahan
5

Anda mungkin juga menyukai