Anda di halaman 1dari 19

SUBJEK HUKUM PERDATA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Hukum Perdata
Semester Ganjil 2022/2023

Dosen Pengampu :

Hj. Shofiyah, SH. M.HI.

Oleh :

Ma’sum Jauhari (21742340004)

PROGRAM STUDI
HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
OKTOBER 2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah Hukum Perdata
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Subjek Hukum Perdata.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih orang-orang terdekat
Penulis, karena itu dengan tulus Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Hukum Perdata semester III IAI TABAH Kranji
Parican Lamongan yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas Semester III HES fakultas Syari’ah IAI TABAH Kranji
Paciran Lamongan yang selalu mengarahkan dan mengingatkan penulis jika
penulis terdapat kekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal
itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran
dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 29 September 2022


Penulis,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................1
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Pengertian Hukum Perdata......................................................................3
B. Sejarah Hukum Perdata...........................................................................5
C. Sumber Hukum Perdata...........................................................................7
D. Asas-asas Hukum Perdata........................................................................8
E. Sistematika Hukum Perdata di Indonesia..............................................11
F. Hukum yang Berlaku di Indonesia........................................................12
G. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia...................................................13
BAB III PENUTUP..................................................................................14
A. Kesimpulan............................................................................................14
B. Saran......................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada
adanya suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau
hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan
hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga
seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai
akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali
menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal
terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan
hukum. Hal tersebut termasuk dalam masalah hukum perdata1.
Hukum perdata di Indonesia adalah sekumpulan peraturan yang
berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh pihak yang berwenang
sehingga dapat dipaksakan pemberlakuaanya berfungsi untuk mengatur
masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi
pelanggarnya. Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan
kewajiban yang dimiliki pada subyek hukum dan hubungan antara obyek
hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil
sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal
yang berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik
dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana),
maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau warga
negara sehari- hari.2
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di
Belanda, khususnya hukum perdata Belanda pada masa penjajahan.

1
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hlm. 9
2
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, hlm. 10

1
Bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (dikenal KUHPerdata.)
yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan yang kurang tepat
dari Burgerlijk Wetboek (atau dikenal dengan BW) yang berlaku di
kerajaan Belanda dan diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan
Belanda) berdasarkan azas konkordansi. Untuk Indonesia yang saat itu
masih bernama Hindia Belanda, BW diberlakukan mulai 1859. Hukum
perdata Belanda sendiri disadur dari hukum perdata yang berlaku di
Perancis dengan beberapa penyesuaian.3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hukum perdata?
2. Bagaimana sejarah hukum perdata?
3. Apa saja sumber-sumber hukum perdata?
4. Apa saja asas-asas hukum perdata?
5. Bagaimana sistematika hukum perdata?
6. Bagaimana hukum perdata yang berlaku di Indonesia?
7. Bagaimana keadaan hukum di Indonesia?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hukum perdata.
2. Untuk mengetahui sejarah hukum perdata.
3. Untuk mengetahui sumber-sumber hukum perdata.
4. Untuk mengetahui asas-asas hukum perdata.
5. Untuk mengetahui sistematika hukum perdata.
6. Untuk mengetahui hukum perdata yang berlaku di Indonesia.
7. Untuk mengetahui keadaan hukum di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

3
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hlm. 197

2
A. Pengertian Hukum Perdata
Istilah hukum perdata pertama kali diperkenalkan oleh Prof.
Djojodiguno sebagai terjemahan dari bahasa Belanda
yaitu burgerlijkrecht Wetboek (B.W)  pada masa pendudukan Jepang. Di
samping istilah itu, sinonim hukum perdata
adalah civielrecht dan privatrecht.4
Para ahli memberikan batasan hukum perdata, seperti berikut. Van
Dunne mengartikan hukum perdata, khususnya pada abad ke -19 adalah,
“Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial
bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan
perikatan. Sedangkan hukum publik memberikan jaminan yang minimal
bagi kehidupan pribadi”5
Pendapat lain yaitu Vollmar, dia mengartikan hukum perdata adalah,
“Aturan-aturan atau  norma-norma yang memberikan pembatasan dan
oleh karenanya memberikan perlindungan pada kepentingan
perseorangan dalam perbandingan yang tepat antara kepentingan yang
satu dengna kepentingan yang lain dari orang-orang dalam suatu
masyarakat tertentu terutama yang mengenai hubungan keluarga dan
hubungan lalu lintas”6
Hukum perdata merupakan salah satu bidang hukum yang mengatur
hak dan kewajiban yang dimiliki subjek hukum. Subjek adalah pelaku.
Subjek hukum ada dua, yaitu manusia dan badan hukum (PT, firma,
yayasan, dan sebagainya). Hukum perata ada karena kehidupan
seseorang didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, bagik hubungan
berdasarkan kebendaan atau hubungan yang lain. Manusia. Hukum
perdata bertujuan untuk mengatur hubungan di antara penduduk atau
warga Negara sehari-hari, seperti kedewasaan seseorang, perkawinan,
perceraian, kematian, waris, harta benda, kegiatan usaha, dan tindakan
4
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),
hal. 209
5
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 210
6
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia , hlm. 215

3
bersifat perdata lainnya. Karena hukum perdata “rangkaian peraturan-
peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara orang yang
satu dan orang lain dengan menitikberatkan pada kepentingan
perseoranagn “. Hukum perdata merupakan ketentuan yang mengatur
dan membatasi tingkah laku manusia dalam memenuhi kepentingannya
serta membatasi kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhan atau kepentingannya.7
Hukum perdata juga disebut hukum privat atau hukum sipil (Civil
Law). Hukum privat adalah hukum yang baik materi maupun prosesnya
didasarkan kepada kepentingan pribadi-pribadi. Misalnya ketika terjadi
transaksi jual beli rumah, kedua belah pihak berhak untuk menentukan
metode pembayaran, apakah kontan atau kredit. Jual beli ini merupakan
urusan pribadi sehingga institusi public seperti polisi atau jaksa tidak
berhak untuk ikut campur dalam prosesnya. Jadi, ketika ditemukan
masalah perdata dan polisi atau jaksa turut campur dalam kasus tersebut
(dengan membawa baju institusinya), maka tindakan aparat tersebut patut
dicurigai. Namun ketika terjadi penipuan, misalnya rumah dijual bukan
hak milik si Penjual, maka kasus ini bisa dilaporkan ke polisi.8
Hukum perdata menentukan, bahwa didalam perhubungan antar
mereka, orang harus meundukan diri kepada apa saja dan norma-norma
apa saja yang harus mereka indahkan. Dalam hal ini hukum perdata
memberikan wewenang-wewenang di satu pihak dan di lain pihak
iamembebankan kewajiban-kewajiban, yang pemenuhannya dan justru
ini adalah inti aturan hukum, jika perlu dapat dipaksakan dengan bantuan
penguasa.9
Pengertian Hukum Perdata Material dan Formal
- Hukum  Perdata Material

7
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hlm. 12-13
8
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi. hlm. 12-13
9
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996). hal. 2

4
Pengertian hukum perdata material adalah menerangkan perbuatan-
perbuatan apa yang dapat dihukum serta hukuman-hukuman apa yang
dapat dijatuhkan. Hukum materil menentukan isi sesuatu perjanjian,
sesuatu perhubungan atau sesuatu perbuatan. Dalam pengertian hukum
materil perhatian ditujukan kepada isi peraturan.10
- Hukum Perdata Formal
Pengertian hukum perdata formil adalah menunjukkan cara
mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam
perselisihan maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di
muka hakim. Hukum formil disebut pula hukum Acaara. Dalam
pengertian hukum formil perhatian ditujukan kepada cara
mempertahankan/ melaksanakan isi peraturan.11

B. Sejarah Hukum Perdata

1. Kodifikasi Hukum Perdata Belanda tahun 1830


Sumber pokok hukm perdata (Burgerlijkrecht) iyalah Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerljk Wetboek), disingkat
KUHPer (B.W.) KUHPer sebagian besar adalah hukum perdata
prancis, yaitu Code Napoleon tahun 1811-1838; akibat penduduk
prancis di Belanda, berlaku di Negeri Belanda sebagai Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata yang resmi. Sebagian dari Code
Napoleon ini adalah Code Civil, yang dalam penyusunanya
mengambil karangan-karanngan pengarang-pengarang bangsa
prancis mengenai hukum Romawi (Corpus Juris Ciivlis), yang pada
jaman dahulu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna. Juga
unsure-unsur hukum kanoniek (hukum agama Katolik) dan hukum
kebiasaan setempat mempengaruhinya.12

10
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hal. 13
11
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia. hlm. 13
12
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 40

5
Setelah pendudukmPrancis berakhir, oleh pemerintah Belenda
dibentuk suatu panitia yang di ketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan
bertugas membuat rencana kodifikasi hukum perdata Belanda
dengan menggunakan sebagai sumber sebagaian besar “Code
Napoleon” dan sebagian kecil hukum belanda Kuno. Kemudian
diresmikan pada 1 Oktober 1838 yang mengeluarkan Burgerilijk
Wetboek (KUHPer) dan Wetboek van Koophandel ( KUH
Dagang).13

2. Kodifikasi Hukum Perdata di Indonesi, tahun, 1848

KUHPer yang terlaksana pada 1 Mei 1848 itu adalah hasil

panitia kodifikasi yang diketuai oleh Mr. C.J. Scholten van Oud-

Haarlem. Maksud dari kodifikasi pada waktu itu untuk mengadakan

persesuaian antara hukum dan keadaan di Indonesia dengan hukum

dan keadaan negeri Belanda. Di negeri Belanda aliran kodifikasi

adalah dari pada aliran kodifikasi yang di Eropa berlangsung secara

umum pada akhir abad ke-18; masalah pada waktu itu sudah ada

Negara-negara yang telah selesai dengan kodifikasinya.14


KUHPer Indonesia sekarang ini (yang mulai berlaku sejak 1 Mei

1848)dapat dikatakan suatu copy KUHPer Belanda, sehingga untuk

menyediakannya perlula sedianya untuk menyelidiki KUHPer

Belanda.15

C. Sumber Hukum Perdata

Sumber hukum adalah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-


aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat memaksa, yakni aturan-
aturan yang kalau dilanggar mengakibatkan timbulnya sanksi yang tegas
13
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hlm. 40
14
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41

15
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2. hal. 41

6
dan nyata.16 Sumber hukum perdata adalah asal mula hukum perdata atau
tempat dimana hukum perdata di temukan.17

Volamar membagi sumber hukum perdata menjadi empat macam.


Yaitu KUHperdata ,traktat, yurisprudensi, dan kebiasaan. Dari keempat
sumber tersebut dibagi lagi menjadi dua macam, yaitu sumber hukum
perdata tertulis dan tidak tertulis. Yang dimaksud dengan sumber hukum
perdata tertulis yaitu tempat ditemukannya kaidah-kaidah hukum perdata
yang berasal dari sumber tertulis. Umumnya kaidah hukum perdata
tertulis terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat, dan
yurisprudensi. Sumber hukum perdata tidak tertulis adalah tempat
ditemukannya kaidah hukum perdata yang berasal dari sumber tidak
tertulis. Seperti terdapat dalam hukum kebiasaan.18

Yang menjadi sumber perdata tertulis yaitu:

1. AB (algemene bepalingen van Wetgeving) ketentuan umum permerintah

Hindia Belanda

2. KUHPerdata (BW)

3. KUH dagang

4. UU No 1 Tahun 1974

5. UU No 5 Tahun 1960 Tentang Agraria.19

D. Asas-asas Hukum Perdata

Beberapa asas yang terkandung dalam KUHPerdata yang sangat penting

dalam Hukum Perdata adalah:

1. Asas Kebebasan Berkontrak


16
A. Siti Soetami, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007), hal. 9
17
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hal. 15
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hal. 17
19
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2014),
hal. 17

7
Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan

perjanjian apapun juga, baik yang telah diatur dalam undang-undang,

maupun yang belum diatur dalam undang-undang (lihat Pasal 1338

KUHPdt).

2. Asas Konsensualisme

Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)

KUHPdt. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya

perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas

ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya

tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya

kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara

kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.20

3. Asas Kepercayaan

Asas kepercayaan mengandung pengertian bahwa setiap orang yang

akan mengadakan perjanjian akan memenuhi setiap prestasi yang diadakan

diantara mereka dibelakang hari.21

4. Asas Kekuatan Mengikat

Asas kekuatan mengikat ini adalah asas yang menyatakan bahwa

perjanjian hanya mengikat bagi para pihak yang mengikatkan diri pada

perjanjian tersebut dan sifatnya hanya mengikat.22

5. Asas Persamaan Hukum

Asas persamaan hukum mengandung maksud bahwa subjek hukum

yang mengadakan perjanjian mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban

yang sama dalam hukum. Mereka tidak boleh dibeda-bedakan antara satu

20
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1989). Hlm. 40
21
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 41
22
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42

8
sama lainnya, walaupun subjek hukum itu berbeda warna kulit, agama,

dan ras.23

6. Asas Keseimbangan

Asas keseimbangan adalah asas yang menghendaki kedua belah pihak

memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan

untuk menuntut prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan

prestasi melalui kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban

untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.24

7. Asas Kepastian Hukum

Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt

servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.

Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga

harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,

sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh

melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para

pihak.25

8. Asas Moral

Asas moral ini terikat dalam perikatan wajar, yaitu suatu perbuatan

sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya untuk

menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam

zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela

(moral). Yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk

meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang

memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan

23
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 42
24
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238
25
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 238

9
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan

hati nuraninya.26

9. Asas Kepribadian (Personality)

Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang

yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk kepentingan

perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340

KUHPdt.27

10. Asas Itikad Baik (Good Faith)

Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPdt yang

berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini

merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus

melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan

yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak.28

E. Sistematika Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia

1. Menurut Undang-Undang sebagaimana termuat dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata terdiri atas 4 buku, yaitu:

- Buku I, yang berjudul Perihal Orang (Van Personen), yang memuat

Hukum Perorangan dan Hukum Kekeluargaan;

- Biku II, yang berjudul Perihal Benda (Van Zaken), yang memuat

Hukum Benda dan Hukum Waris;

26
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 239
27
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. hlm. 230
28
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai Pustaka,
1989), hlm. 231

10
- Buku III, yang berjudul perihal perikatan (Van Verbintennissen),

yang memuat Hukum Harta Kekayaan yang berkenan dengan hak-

hak dan kewajiban yang berlaku bagi-orang-orang atau pihak

tertentu;

- Buku IV, yang berjudul perihal pembuktian dan kadauiawarsa (Van

Bewijs en Berjaring), yang memuat perihal alat-alat pembuktian

dan akibat-akibat lewat waktu terhadap hubungan-hubungan

hukum.29

2. Menurut Ilmu Pengetahuan Hukum, Hukum Perdata (yang termuat

dalam KUHPer) terdapat 4 bagian, yaitu:

- Hukum Perorangan (Personenrecht) yang memuat antara lain:

a. Peraturan-peraturan tentang manusia sebagai subyek hukum,

b. Peraturan-peraturan tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak

dan bertindak sendiri melaksanakan hak-haknya itu.

- Hukum Keluarga (Familierecht) yang memuat antara lain:

a. Perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan

antara suami/istri

b. Hubungan antara orangtua dan anak-anaknya (kekuasaan

orangtua-ouderlijke macht),

c. Perwalian (voogdij),

d. Pengampunan (curalele).30

- Hukum Harta Kekayaan (Vermogensrecht), yang mengatur tentang

hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilaikan dengan uang.

Hukum Harta Kekayaan meliputi;

a. Hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang;

29
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44
30
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 44

11
b. Hal perorangan, yaitu hak-hak yang hanya berlak terhadap

seorang atau suatu pihak tertentu saja. Hal 45.

- Hukum Waris (Erfrecht), yang mengatur tentang benda atau harta

kekayaan seseorang jika meninggal dunia (mengatur akibat-akibat

dari hubungan keluarga terhadap harta peninggalan seseorang).31

F. Hukum yang Berlaku di Indonesia

1. Bagi Golongan eropa dan yang dipersamakan berlaku Hukum Perdata dan

Hukum Dagang Barat yang diselaraskan dengan Hukum Perdata dan

Hukum Dagang di negeri Belanda berdasarkan azas konkordansi.

2. Bagi Golongan Bumi Putera (Indonesia asli) dan yang dipersamakan

berlaku Hukum Adat merka. Yaitu Hukum yang sejak dahulu kala berlaku

di kalangan rakyat, dimana sebagian besar dari Hukum Adat tersebut

belum tertulis, tetapi hidup dalam tindakan-tindakan rakyat.

3. Bagi Golongan Timur Asing (bangsa Cina, India, Arab) berlaku hukum

msing-masing, dengan catatan bahwa golongan Bumi Putera dan Timur

Asing (Cina, Arab, India) diperbolehkan untuk menundukkan diri kepada

Hukum Eropa Barat baik secara keseluruhan maupun untuk beberapa

macam tindakan hukum tertentu saja.32

G. Keadaan Hukum Perdata di Indonesia

Mengenai keadaan hukum perdata di Indonesia sekarang ini masih bersifat

majemuk yaitu masih beranekaragam. Faktor yang mempengaruhinya antara

lain :

1. Faktor etnis : keanekaragaman adat di Indonesia


31
Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993). hlm. 46
32
Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996).
hal. 35

12
2. Faktor historia yuridis yang dapat dilihat pada pasal 163, I.S yang

membagi penduduk Indonesia dalam golongan, yaitu :

- Golongan eropa : hukum perdata dan hukum dagang

- Golongan bumi putera (pribumi/bangsa Indonesia asli) : hukum adat

- Golongan timur asing (bangsa cina, india, arab) : hukum masing-masing33

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hukum perdata adalah  hukum yang mengatur hubungan antar individu

dalam pergaulan masyarakat. Jadi, hukum perdata adalah hukum pokok yang

mengatur kepentingan-kepentingan perorangan. Dalam [eradilan hukum perdata

diutamakan perdamaian karena hukum perdata itu tidak hanya difungsikan untuk

33
Darda Syahrizal, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Grhatama,
2011). hal. 52

13
menghukum seseorang, tetapi juga sebagai alat untuk mendapatkan keadilan dan

perdamaian.

B. Saran-saran
Demikian tugas yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi kita
semua. Dan kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Abdulkadi, Hukum Perdata Indonesia, (Bandung : PT Citra Aditya Bakti,

2014)

Syahrizal DardA, Kasus-Kasus Hukum Perdata di Indonesi, (Yogyakarta: Pustaka

Grhatama, 2011)

Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia ,(Jakarta: Balai

Pustaka, 1989)

14
Kansil, C.S.T, Pengantar Ilmu Hukum Indonesia, jilid 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1993)

Soetami Siti, Pengantar Tata Hukum Indonesia, (Bandung : PT Refika Aditama, 2007)

Vollmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid I (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996)

15

Anda mungkin juga menyukai