Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ma’sum Jauhari

Nim : 21742340004
Matkul : Peradilan Agama

“Tahkim, Ijtihad dan Fatwa (Bagian 1)”

Istilah tahkim berasal dari bahasa Arab yang artinya menyerahkan putusan kepada


seseorang dan menerima putusan tersebut. Sedangkan menurut istilah, tahkim ialah dua orang
atau lebih mentahkimkan kepada seseorang untuk diselesaikan sengketanya dan diterapkan
hukum syara’ atas sengketa mereka itu.

Menurut kamus al-Munjid bahwa tahkim adalah mengangkat seseorang sebagai wasit


atau juru damai. Sedangkan Salam Madkur menyatakan dalam kitab Al-Qadha Fil Islam
bahwa tahkim secara terminologis berarti mengangkat seseorang atau lebih sebagai wasit atau
juru damai oleh dua orang atau lebih yang bersengketa guna menyelesaikan perkara yang
mereka selisihkan secara damai. Sedangkan istilah sekarang tahkim  dapat diterjemahkan
sebagai arbitrase, dan orang yang bertindak sebagai wasitnya disebut arbiter atau hakam.

Dalil Naqli Tahkim Dari Al-Qur’an

1. An-Nisa’ : 35

ِ ِّ‫ق بَ ْينِ ِه َما فَا ْب َعثُوا َح َك ًما ِم ْن َأ ْهلِ ِه َو َح َك ًما ِم ْن َأ ْهلِهَا ِإ ْن ي ُِريدَا ِإصْ اَل حًا يُ َوف‬
‫ق‬ َ ‫َوِإ ْن ِخ ْفتُ ْم ِشقَا‬
‫هَّللا ُ بَ ْينَهُ َما ۗ ِإ َّن هَّللا َ َكانَ َعلِي ًما خَ بِيرًا‬

Artinya : Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka
kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.

Sisi pendalilanya: ayat ini menunjukkan diperintahkannya tahkim di antara suami


istri. Pensyariatan ini menunjukkan bahwa tahkim itu disyariatkan dalam seluruh
tuntutan perkara.

2. Al-Maidah : 95

‫ص ْي َد َوَأ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم ۚ َو َم ْن قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمتَ َع ِّمدًا فَ َجزَا ٌء ِم ْث ُل َما‬َّ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اَل تَ ْقتُلُوا ال‬
‫قَتَ َل ِمنَ النَّ َع ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ِم ْن ُك ْم‬

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang


buruan, ketika kamu sedang ihram. Barangsiapa di antara kamu membunuhnya
dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang
dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil di antara
kamu.
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma telah berhujjah dengan ayat ini saat
berdebat dengan Khawarij dalam persoalan tahkim yang telah disepakati antara Ali
dan Muawiyah radhiyallahu ‘anhuma.

Dalil Tahkim dari As-Sunnah

1. Hadits Syuraih bin Hani’ dari ayahnya,”Ketika diutus kepada Rasulullah ‫ ﷺ‬, beliau
mendengar Hani’ dipanggil dengan Abul Hakam. Lantas Rasulullah ‫ﷺ‬
memanggilnya dan bersabda,

‫ِإ َّن هَّللا َ هُ َو ْال َح َك ُم ؛ فَلِ َم تُ َكنَّى َأبَا ْال َح َك ِم‬

“Sesungguhnya Allah itulah Al-Hakam dan hukum itu dikembalikan kepada-Nya.


Lalu, mengapa kamu dipanggil dengan Abul Hakam?”

Hani’ menjawab,

‫ض َي ِكاَل ْالفَ ِريقَ ْي ِن بِ ُح ْك ِمي‬ ُ ‫ فَ َح َك ْم‬، ‫اختَلَفُوا فِي َش ْي ٍء َأتَوْ نِي‬


ِ ‫ فَ َر‬، ‫ت بَ ْينَهُ ْم‬ ْ ‫ِإ َّن قَوْ ِمي ِإ َذا‬

“Sesungguhnya kaumku saat mereka berselisih dalam satu persoalan, mereka


mendatangiku. Maka aku memberikan keputusan di antara mereka dan kedua belah
pihak rela dengan hal itu.”

Dalam UU No.7 tahun 1989, istilah Hakam dipakai diantaranya dalam pasal


72 ayat (2) sebagai berikut, “ Hakam adalah orang yang ditetapkan Pengadilan dari
pihak keluarga suami atau pihak keluarga isteri atau pihak lain ntuk mencari upaya
penyelesaian perselisihan terhadap syaiqaq”. Kalau Hakim menurut undang-undang
Republik Indonesia nomer 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Dengan
demikian hakim adalah sebagai pejabat Negara yang diangkat oleh kepala Negara
sebagai penegak hukum dan keadilan yang diharapkan dapat menyelesaikan
permasalahan yang telah diembannya meneurut undang-undang yang berlaku. Hakim
merupakan unsur utama di dalam pengadilan. Bahkan ia “identik” dengan pengadilan
itu sendiri. Kebebasa kekuasaan kehakiman seringkali diidentikkan dengan kebebasan
hakim. Demikian halnya, keputusan pengadilan diidentikkan dengan keputusan
hakim. Oleh karena itu, pencapaian penegakkan hukum dan keadilan terletak pada
kemampuan dan kearifan hakim dalam merumuskan keputusan yang mencerminkan
keadilan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti jihad diartikan tiga


persepsi. Pertama, jihad adalah usaha dengan segala daya upaya untuk mencapai
kebaikan kedua, jihad merupakan usaha sungguh-sungguh membela agama Islam
dengan mengorbankan harta benda, jiwa dan raga, dan ketiga jihad mengandung arti
perang suci melawan orang kafir untuk mempertahankan agama Islam. Berjihad
berarti berperang di jalan Allah.
Dari pengertian ini dipahami, bahwa jihad membutuhkan kekuaan baik tenaga,
pikiran maupun harta. Pada sisi lain, dipahami bahwa jihad pada umumnya
mengandung resiko kesulitan dan kelelahan di dalam pelaksanaannya.

Sementara itu, istilah ijtihad merupakan terminologi dalam ilmu fiqih yang


berarti mencurahkan pikiran untuk menetapkan hukum agama tentang sesuatu kasus
yang tidak terdapat hukumnya secara jelas dalam al-Qur’an dan hadis. Sedangkan
arti mujahadah merupakan istilah dalam ilmu tasawuf yang berarti perjuangan
melawan hawa nafsu dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ayat al-Qur’an yang dipahami oleh para ulama sebagai ayat yang
menunjukkan dan menjelaskan penetapan ijtihad sebagai dasar tasyri’ (penetapan
hukum) adalah Surah an-Nisa’ ayat 5 yang berbunyi:

‫َوالَ تُْؤ تُوا ال ُّسفَهَا َء َأ ْم َوالَ ُك ْم الَّتِي َج َع َل هّللا ُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َوارْ ُزقُوهُ ْم فِ ْيهَا َوا ْكسُوهُ ْم َوقُولُوا‬
‫لَهُ ْم قَوْ الَ َم ْعرُوفًا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan RasulNya, dan
orang-orang yang memegang kekuasaan di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-
Qur’an) dan Rasul (Sunnah Rasul)”

Macam-macam Ijtihad

1. Ijmak 5. Sududz Dzariah


2. Qiyas 6. Istishab
3. Istihsan 7. Urf
4. Maslahah Murshalah

Anda mungkin juga menyukai