Anda di halaman 1dari 14

HADITS AKAD

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas


mata kuliah Hadits Ahkam Muamalah
Semester Ganjil 2022/2023

Dosen Pengampu :

Ahmad Masyhadi, M. HI.

Oleh :

Ma’sum Jauhari (21742340004)

PROGRAM STUDI
HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
OKTOBER 2022

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis mampu merampungkan salah satu
tugas yang berbentuk makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menempuh
mata kuliah Hadits Ahkam Muamalah
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang Hadits Akad.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih orang-orang terdekat
Penulis, karena itu dengan tulus Penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Hadits Ahkam Muamalah semester III IAI
TABAH Kranji Parican Lamongan yang telah membimbing penulis dengan
penuh kesabaran.
2. Para Pegawai perpustakaan IAI TABAH Kranji Paciran Lamongan yang telah
membantu kami untuk menemukan referensi yang akurat.
3. Teman-teman sekelas Semester III HES fakultas Syari’ah IAI TABAH Kranji
Paciran Lamongan yang selalu mengarahkan dan mengingatkan penulis jika
penulis terdapat kekurangan.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun
tidak mustahil dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal
itu dikarenakan kelemahan dan keterbatasan kemampuan Penulis semata. Saran
dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan dari audien/peserta diskusi yang
budiman. Akhirnya semoga makalah ini membawa manfaat tidak hanya bagi
Penulis namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Lamongan, 14 Oktober 2022


Penulis,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan Makalah.......................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Pengertian akad........................................................................................3
B. Syarat sahnya suatu akad.........................................................................4
C. Rukun-rukun akad...................................................................................5
D. Syarat-syarat akad....................................................................................5
E. Hikmah akad............................................................................................6
F. Hadits tentang akad dalam hukum bisnis islam.......................................6
BAB III PENUTUP....................................................................................9
A. Kesimpulan..............................................................................................9
B. Saran........................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa lepas untuk
berhubungan dengan orang lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya. Kebutuhan manusia sangat beragam, sehingga terkadang
secara pribadi ia tidak mampu memenuhinya, dan harus berhubungan
dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia
lainnya dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang
menjelaskan hak dan kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan.
Proses untuk membuat kesepakatan dalam kerangka memenuhi
kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk berakad atau
melakukan kontrak.
Hubungan ini merupakan fitrah yang ditakdirkan oleh Allah. Karena
itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mengenal arti hak
milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal
memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat
diimplementasikan dalam setiap masa. Begitupun dalam menjalankan
bisnis, satu cara untuk memperoleh harta dalam syariat islam yang
banyak digunakan dalam kehiupan sehari-hari. Akad merupakan cara
yang diridhai Allah dan harus ditegakkan isinya. Al-Quran surah Al-
Maidah ayat 1 menyebutkan: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah
akad-akad itu”.
Dalam ayat ini ahli tafsir memberikan penjelasan bahwa akad
(perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan perjanjian
yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Akad?
2. Apa saja Rukun dan Syarat dalam Akad?
3. Apa Hikmah yang terkandung dalam Akad?
4. Apa saja Hadits-hadits tentang Akad dalam Hukum Bisnis Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Akad.
2. Untuk mengetahui Rukun dan Syarat dalam Akad.
3. Untuk mengetahui Hikmah yang terkandung dalam Akad.
4. Untuk mengetahui Hadits-hadits tentang Akad dalam Hukum Bisnis
Islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad
Akad secara bahasa adalah  ikatan,mengikat, maksudnya adalah
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali  dan mengikatkan salah
satunya  pada yang lainnya  hingga keduanya bersambung dan menjadi
seperti seutas tali yang satu.

‫ت‬
ٍ ‫اح َد‬
ِ ‫ت َو‬ ْ ِ‫صالَ فَيُصْ بِحا َ َكق‬
ٍ ‫ط َع‬ ِ ‫َج ْم َح طَرفَ ْي َح ْبلَي ِْن َويَ ُش ُّد َأ َح ُدهُ َما بِاألخ‬
ِ َّ‫َر َحتَّى يَت‬
“Mengumpulkan dua ujung tali dan mengikat salah satunya dengan
yang lain sehingga bersambung, kemudian keduanya menjadi sebagai
sepotong benda.”
Sebagaimana  pengertian akad adalah perjanjian. Kesepakatan Ahli
Hukum Islam (Jumhur Ulama) mendefinisikan akad  adalah suatu
perikatan antara ijab dan qobul dengan cara yang di benarkan syar’i yang
menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada obyeknya.

ُ ‫ُع ي ُْث ِب‬


ْ‫ت ال َث َراضِ ى‬ ٍ ‫ب ِبقب ُْو ٍل َع َلى َوجْ ٍه َم ْشر‬
ُ ‫إرْ ِت َب‬
ِ ‫اط ِإلي َْجا‬
“Perikatan ijab dan qabul yang dibenarkan syara’ yang menetapkan
keridhaan kedua belah pihak.”
Hadist yang menerangkan tentang Akad sebagai berikut :

ٌ ِ‫ َأ ْخبَ َرنَا َمال‬، َ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هللاِ بْنُ يُوسُف‬


ِ ‫ َر‬، ‫ ع َْن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن ُع َم َر‬، ‫ ع َْن نَافِ ٍع‬، ‫ك‬
-‫ض َي‬
‫اح ٍد ِم ْنهُ َما‬ ِ ‫ ْال ُمتَبَايِ َع‬: ‫ال‬
ِ ‫ان ُكلُّ َو‬ َ َ‫ُول هللاِ صلى هللا عليه وسلم ق‬ َ ‫هَّللا ُ َع ْنهُ َما َأ َّن َرس‬
ِ َ‫صا ِحبِ ِه َما لَ ْم يَتَفَ َّرقَا ِإالَّ بَ ْي َع ْال ِخي‬
‫(أخرجه البخارى ومسلم‬.‫ار‬ ِ َ‫بِ ْال ِخي‬
َ ‫ار َعلَى‬
Hadist dari Abdullah bin Yusuf, beliau mendapatkan hadist dari Malik
dan beliau mendapatkan Hadist dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar
Rodliyallohu ‘anhuma. Sesungguhnya Rosulalloh Sholallohu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Dua orang yang jual beli, masing-masing dari

3
keduanya boleh melakukan khiyar atas lainnya selama keduanya belum
berpisah kecuali jual beli khiyar.” (HR Bukhori dan Muslim).

B. Syarat sahnya suatu Akad


Dalam akad terdapat syarat yang harus dipenuhi untuk sahnya akad
tersebut, yaitu:

1. Tidak menyalahi hukum syari’ah yang disepakati


Dasar Hukum tentang kebatalan suatu perjanjian  yang melawan
hukum ini dapat di rujuki ketentuan hukum  yang terdapat dalam
hadist Rosululloh SAW hadist dari Jabir bin Abdullah Rhodliyallohu
‘anhuma dalam kitab Syurutuhum Bainahum yang telah
diriwayatkan oleh Imam Bukhori.

ُ‫ َوقَا َل ابْن‬.‫ب ُشرُوطُهُ ْم بَ ْينَهُ ْم‬ ِ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما فِي ْال ُم َكات‬ َ َ‫َوق‬
ِ ‫ َر‬، ِ‫ال َجابِ ُر بْنُ َع ْب ِد هللا‬
‫ط ِمَئةَ شَرْ ٍط‬ َ ‫اط ٌل َوِإ ِن ا ْشت ََر‬ َ ‫ َأوْ ُع َم ُر ُكلُّ شَرْ ٍط خَالَفَ ِكت‬، ‫ ُع َم َر‬.
ِ َ‫َاب هللاِ فَ ْه َو ب‬

“Segala bentuk persyaratan yang tidak ada dalam Kitab Allah

( Hukum Allah) adalah batal, sekalipun sejuta syarat” (HR Bukhori )”

2. Harus sama ridho dan ada pilihan

3. Harus jelas dan gambling

4. Akad itu diijinkan oleh syara’, dilakukan oleh orang yang

mempunyai hak melakukannya.

5. Ijab dan qobul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan

berpisah sebelum terjadinya qobul makai ijab yang demikian

dianggap tidak sah.1

1
Muwasaun Niam, “Pengertian, Tujuan, Syarat, Rukun dan Prinsip Akad”,
http://kingilmu.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-tujuan-syarat-rukun-dan.html, diakses
tanggal 12 Oktober 2022.

4
C. Rukun-rukun Akad
Rukun-rukun yang terdapat dalam Akad, yaitu:
1. Aqid, yaitu orang yang berakad terkadang masing-masing pihak
terdiri dari satu orang, terkadang terdiri dari beberapa orang,
2. Ma’qud ialah benda-benda yang diakadkan, seperti benda-benda
yang dijual dalam akad jual beli,
3. Maudhu’ al-‘aqd, tujuan atau maksud pokok mengadakan akad.
Berbeda akad maka berbeda tujuan pokok akad,
4. Shighat al-aqd ialah ijab qobul,ijab ialah permulaan penjelasan
yang keluar dari salah seorang yang berakad  sebagai gambaran
hendaknya dalam mengadakan akad. Kabul ialah perkataan yang
keluar dari pihak yang berakad pula yang diucapkan setelah
adanya ijab. 

D. Syarat-syarat Akad

1. Syarat yang bersifat umum,yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna

wujudnya dalam berbagai akad.

a. Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli),maka


akad yang tidak cakap (orang gila,orang yang berada dibawah

pengampuan (mahjur)karena boros dan lainnya akadnya tidak

sah.

b. Yang dijadikan objek akad dapat menerima hukumannya.

c. Akad itu diijinkan oleh syara’,dilakukan oleh orang yang

mempunyai hak melakukannya,walaupun dia bukan akid yang

memiliki barang.

d. Akad  bukan jenis akad yang dilarang.

e. Ijab harus berjalan terus,maka ijab tidak sah apabila ijab ijab

tersebut dibatalkan sebelum adanya qobul.

5
f. Akad dapat memberi faedah.

g. Ijab dan qobul harus sambung,jika seseorang melakukan ijabdan

berpisah sebelumterjadinya qobul,maka ijab yang demikian

dianggap tidak sah.

2. Syarat yang bersifat khusus,yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib

ada dalam sebagai akad. Syarat khusus ini juga disebut dengan

idhofi(tambahan) yang harus ada samping syarat-syarat yang

umum,seperti syarat adanaya saksi dalam pernikahan.

E. Hikmah Akad

1. Adanya ikatan yang kuat antara dua orang atau lebih di dalam

bertransaksi atau memiliki sesuatu.

2. Tidak dapat sembarangan dalam membatalkan sesuatu ikatan

perjanjian, karena telah diatur secara syar’i.

3. Akad merupakan payung hukum di dalam kepemilikan sesuatu

sehingga pihak lain tidak dapat menggangu atau memilikinya.

F. Hadits tentang Akad dalam Hukum Bisnis Islam

Hadits yang menerangkan tentang Akad sebagai berikut:

1. Khiyar bagi dua orang yang bertransaksi jual beli

6
Dari Ibnu Umar r.a, dari Rasulullah saw. Beliau bersabda,

“Apabila dua orang mengadakan transaksi jual beli, maka masing-


masing berhak khiyar (memilih antara membatalkan atau meneruskan
jual beli) selama mereka belum berpisah dan keduanya masih bersama,
atau salah seorang diantara keduanya tidak menetapkan khiyar pada
yang lain, kemudian keduanya melangsungkan akad jual belinya atas
ketetapan tersebut, maka jadilah transaksi jual beli itu. Jika mereka
berpisah setelah melakukan jual beli, dan salah seorang dari mereka
tidak membatalkan jual beli, maka jadilah akad jual belinya.
(Muttafaq’alaih Lafazhnya oleh Muslim.2

Maksud dari hadits diatas adalah bahwa dalam sebuah transaksi


jual beli, pihak penjual dan pembeli berhak memilih antara
membatalkan atau meneruskan jual beli selama mereka belum berpisah.
Jika salah seorang dari mereka tidak membatalkan dan keduanya masih
bersama, maka akad jual beli tersebut sah.

2. Larangan dua akad jual beli dalam satu transaksi

2
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta Timur,
Akbarmedia, 2007. hlm. 216. 

7
Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata,

“Rasulullah saw melarang dua akad jual beli dalam satu


transaksi” (HR. Ahmad dan an Nasa’i, Hadits ini dinilai shahih oleh
At-Tirmidzi dan Ibnu Hiban).3

Maksud dari hadits diatas adalah bahwa Rasulullah melarang


dua akad dalam satu transaksi pada waktu yang bersamaan.

Contohnya jika seseorang berkata “saya jual motor saya kepada anda
dengan syarat anda sewakan rumah anda kepada saya”. Dalam
ungkapan ini terjadi dua akad karena lafal “saya jual motor saya
kepada anda” adalah akad pertama dan “anda sewakan rumah anda
kepada saya” adalah akad kedua, dan kedua akad itu terjadi dalam
satu transaksi.  Dalam leasing model ini yang terjadi adalah akad
sewa dan akad jual beli.  Akad sewa dalam hal ini jelas, karena sewa
itu memang menjadi inti dari leasing.  Adapun akad jual beli hal itu
nampak karena pada saat akad leasing di dalamnya disepakati
adanya perpindahan pemilikan barang secara langsung/otomatis
begitu jangka waktu leasing selesai dan seluruh angsuran dibayar
lunas.4

3
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta Timur,
Akbarmedia, 2007. hlm. 208.
4
Ustadz Kholid Syamhudi, Lc, “Dua Akad dalam Satu Transaksi”,
http://syariahbanget.blogspot.co.id/, diakses 12 Oktober 2022.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Akad adalah ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua atau beberapa
pihak yang sama-sama berkeinginan mengikatkan dirinya.
2. Di dalam sebuah transaksi jual beli, pihak penjual dan pembeli berhak
memilih antara membatalkan atau meneruskan jual beli selama mereka
belum berpisah. Jika salah seorang dari mereka tidak membatalkan dan
keduanya masih bersama, maka akad jual beli tersebut sah.
3. Rasulullah melarang dua akad dalam satu transaksi pada waktu yang
bersamaan.
4. Allah SWT melaknat orang yang memakan, memberi, dan yang menjadi
saksi atas akad riba.
5. Dalam sebuah transaksi pasti ada syarat dan ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Al-Quran. Dan apabila ada sebuah syarat yang tidak ada
dalam ketentuan di Kitab Allah, maka transaksi tersebut batal dan tidak
sah.
6. Berdamai dengan sesama muslim itu diperbolehkan dan dengan cara yang
diperbolehkan juga, yaitu dengan cara yang halal, apabila ada salah satu
pihak yang berbuat curang, maka barang dagangan yang tadinya halal
menjadi haram akibat jual beli yang tidak memenuhi syarat yang mereka
sepakati.

B. Saran-saran
Demikian tugas yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat bagi
kita semua. Dan kami menyadari bahwa tugas ini jauh dari kata sempurna
maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.
Terimakasih.

9
DAFTAR PUSTAKA

Mansur. 2009. Seluk Beluk Agama Islam. Salatiga: STAIN Salatiga Press

Mardani. 2012. Ayat-ayat dan Hadis Ekonomi.  Jakarta: Rajawali Pers

Rodin, Dede, Tafsir Ayat Ekonomi, Semarang: Karya Abadi Jaya, 2015.

Al-Asqalani, Al-Hafizh Ibnu Hajar, Terjemahan Lengkap Bulughul Maram, Jakarta Timur

: Akbarmedia, 2007.

Malik, Anas, Pengertian Akad Dalam Transaksi Syariah,

http://gmwijoyo.blogspot.co.id/2012/12/pengertian-akad-dalam-transaksi-

syariah.html, diakses 12 Oktober 2022.

Niam, Muwasaun, Pengertian, Tujuan, Syarat, Rukun dan Prinsip Akad,

http://kingilmu.blogspot.co.id/2015/08/pengertian-tujuan-syarat-rukun-dan.html,

diakses tanggal 12 Oktober 2022.

Syamhud, Kholid, “Dua Akad dalam Satu Transaksi”,

http://syariahbanget.blogspot.co.id/, diakses 12 Oktober 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai